Senin, 14 Desember 2015

First Kissku bersama Lusi

PART 1

Namaku satria, murid dari sma negeri ternama di kotaku. Aku berasal dari keluarga yang bahagia. Ayahku adalah seorang pria yang bekerja di dprd yang cuma sebagai ketua alias pemimpin disana. Ayahku sering dipanggil dengan sebutan “Fendi” entah dengan kata depan bang, mas, pak, atau kek. Karena itulah nama ayahku...hehehe sedangkan mamaku adalah seorang pegawai sekaligus wiraswasta.

Orang tuaku memiliki beberapa rumah dan sebagian tidak kami pakai sehingga membuat orang tuaku mengontrakkan rumahnya. Aku adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Aku juga mempunyai sahabat dari semenjak aku di taman kanak-kanak. Namanya ade dan ditya. Ade adalah seorang anak guru yang cukup banyol alias lucu. Tidak berbeda jauh dengan ade, ditya juga anak seorang guru. Tetapi ayahnya bekerja di penjara (sebagai sipir). Dia juga banyol dan sedikit lebih gila dari ade.

Cerita saya berawal ketika aku sedang asyik bermain plasystation 2 dengan adikku di ruang tamu. Tiba-tiba terdebgar suara ketukan pintu.

“ permisiii..”

Kulihat seorang bapak-bapak dan ibu-ibu berbaju PNS sedang mengetuk pintu rumahku. Pintu rumahku yang terbuka membuat pasangan PNS itu mudah melihat isi rumahku dan melihatku dengan adikku yang bermain asyik. Sigap aku memberikan stik ps yang kupegang kepada adiku yang lebih muda 4 tahun dariku dan berdiri.

“ sebentar pak.” Jawabku sambil merapikan celanaku yang sedikit agak melorot di bagian pinggang dan segera menghampiri PNS itu.

“Mau cari siapa pak??” Tanyaku penasaran.

“ibunya ada dek?” Tanya bapak-bapak itu padaku.

“ ada pak.. Sebentar saya panggilkan” jawabku seraya meninggalkan kedua PNS itu dan menghampiri ibuku yang sedang memasak.
“ mah, ada yang nyari tuh. PNS, 2.. Kayanya mau nambah uang jajanku mah..hihihi...” Kataku sambil cengengesan.

“ hush.. Nambah uang jajan kamu gimana? Kenal aja nggak?? Kamu tu aneh ya..? Dasar... Yang dipikiranmu itu cuma game sama duiit aja...” Sahut mamaku nyerocos kaya kereta api lewat, sambil berjalan menjauhiku dan menghampiri PNS itu. Kulihat dari kaca rumahku, mereka bertiga berjalan menuju rumah yang sudah disiapkan untuk para pengontrak. Aku tak tau apa yang mereka lakukan di dalam. Tapi sekitar 15 menit kemudian, mereka muncul dan PNS itu segera pamit. Jarak antara rumahku dan rumah kontrakan hanya 10 meter saja. Jadi agak sedikit jauh kalo liat dengan mata telanjang alias gak pake teropong. Hehehe...

Begitu mamaku sampai di pintu, aku langsung bertanya.

“ tadi yang mau ngontrak mah??”

“iyaa...” jawab mamaku enteng.

“namanya siapa mah? Udah punya anak belum? Trus kapan tinggal disini??” tanyaku nyerocos.

“namanya? Tanya aja sendiri... kalo anaknya,, tanya aja... berapa kali gituan... trus kapannya,,, yaaaa sampe mereka datang bawa barang pindahan..” sahut mamaku jengkel karena pertanyaanku terlalu banyak...

“ yaaah.... mamahh.. kasih tau doooonk...”rayuku sambil memijat bahu mamah..

“kalo masalah gini aja,, kamu baek-baekin mamah... kalo masalah duit,, ngrengeeeek teruuuus....” sindir mama.

“hehehe...kasih tau ya mah... Pleaseee...” pintaku dengan wajah memelas..

“ iyaa iyaaa.... ituu tadi Pak Arta namanya... istrinya Bu Endang,, anaknya tiga cewek semua. Satu udah nikah, satunya lagi masih SMA, yang satu lagi masih SD..Katanya bulan depan pindahanya. Daah?? Puass??” jelas mama padaku sambil mengejekku lagi..

” asiiikkk” teriakku sambil melepas pijatanku dan mengangkatnya setinggi tingginya..

”lho...lho...lho... kok di lepas?? Hayoo... pijat lagi... kali ini yang kenceng ya...gak kerasa pijatanmu..” pinta mama sewot.

“gak ah maa... capek... abis mama gemuk siiih... jadi gak kerasa kaaan...” ejekku pada mama.

“ Oooo... gituuu??...dasar kamu ini... malah bilang mama gemuk lagi... nih... rasaiiin...” gerutu mama sambil menggelitiki seluruh badanku... kamipun bercanda sampai malam dan hari hari selanjutnya berjalan seperti biasa..

Sampai pada hari yang kutunggu-tunggu. Disinilah kisahku dimaulai. Pagi itu hari minggu. Hari yang kutunggu setelah bosan dengan sekolah. Saat itu aku sedang duduk di teras rumah menunggu ade dan ditya datang. Kami janji berenang bersama. Biasa,, cuci mata.. saat aku menunggu kedatangan mereka, tiba-tiba saja ada mobil berhenti di depan rumah kontrakan yang kemarin di sewa pak arta. Dan ternyata benar saja. Istrinya turun dan di ikuti 2 orang anakya. “ kok 2? Katanya tiga?? Ah.. mungkin satunya udah sama suaminya kali.. jadi sekarang tinggal 2..” gumamku. Setelah itu datang mobil pick-up yang membawa barang pindahan mereka. “waaah banyak bener” kataku sewot. Pak arta kemudian mulai menurunkan satu per satu barangnya. Pertama yang mudah dan terus ke yang susah.

5 menit aku duduk di teras menunggu, tapi sobatku belum juga datang.. kulihat lagi kegiatan pak arta yang sibuk mengangkat barang-barangnya sendirian. “kasian juga pak arta ngangkat barang-barang itu sendirian. Aku bantu ah” kata hatiku.. segera kuambil langkah menuju pak arta berada.

“ pagi pak. Bisa saya bantu pak?” suaraku mengagetkan pak arta yang sedang berdiri di belakang pick-up. Entah apa yang dipikirkannya aku tak tahu.

“ oh.. boleh dek. Inii.... bapak bingung cara ngangkat lemarinya..” jawab pak arta.

“ kalo begitu, mari pak, saya bantu angkat.” Sahutku kemudian.

Akhirnya kami berdua selesai mengangkat semua barang yang tersisa di mobil ke dalam rumah. Jadi aku tahu posisi setiap ruangnya. Setelah itupun kami berdua istirahat. Bu Endang yang dari tadi menyapu pun juga ikut duduk bersama kami di teras. Tiba-tiba saja, aku di kagetkan suara yang merdu dari belakangku.

“ Ini yah minumnya.”

Sontak aku menoleh. Ternyata itu adalah suara anak kedua pak arta yang memberikan segelas minuman pada ayahnya.

Mataku terbelalak melihat anak kedua pak arta. “cantiik sekaliii” gumamku lirih. Kala itu dia memakai celana jeans selutut ketat dan memakai kaos warna kuning yang sedikit ketat di bagian perut dan dadanya. Kulihat kedua bukit yang tercetak jelas itu.. Aku menelan ludah.

“ Capek ya mas?? Ini mas. Airnya diminum dulu. Biar hausnya hilang.” Kata cewek itu seraya memberiku segelas air sirup.

“ Iya nih..capek sama haus banget..Makasih yaa...” jawabku sambil mengambil minuman dan segera kuminum sampai habis karena aku sudah sangat haus.. entah aku haus karena melihat payudara anak kedua pak arta yang kira kira sekitar 34an itu atau haus karena capek, aku tidak tahu.

“ Pelaan-pelaaan dong maaaaas.... nanti kalo tersedak loo...” katanya mengingatkanku.

“ Waaah segeeer... makasih yaa..” jawabku setelah menghabiskan minumanku.

“ Oiya. Kalo boleh tau namanya adek siapa?” tanya pak arta padaku.

“ saya Satria pak. Anak Pak Fendi dan Bu Wayan.” Jawabku jelas.

“ Pak Fendi?? Pak Fendi yang Ketua DPRD itu??” tanya pak arta penasaran.

“ Iya pak.. “

“ Waah.. ternyata ini rumah bapakmu dek? Pantas saja rumahnya bagus sekali.” Seru pak arta memuji rumah orang tuaku.

“ Ah bapak bisa saja. Terima kasih pak.” Jawabku dengan senyum kecil.

“ Satria Sekolah dimana??” sahut Bu Endang yang mulai Ikut pembicaraan kami.

“ di SMA Negri 3 Buk” jawabku. Aku mulai merasa di introgasi pada waktu itu. Tapi tak apalah. Mungkin mereka sekedar ingin tau saja pikirku.

“ Waaah lus, temen kamu doonk..” kata Bu Endang kepada anak keduanya.

“ Bukan maa.. gak ada temenku yang namanya ‘satria’ “ jelas anak kedua pak arta pada ibunya.

“ Emang kamu sekolah di SMA 3 juga?? Kelas Berapa?? Kok aku gak pernah tau??” tanyaku penasaran. Dalam hati aku berkata “ waaah...kebetulan banget.. bisa PDKT niiih... hihihi...”

“ kelas satu mas... X.2 tepatnya “ jelasnya padaku sambil tersenyum..

“ well,, an angel smile to me..” gumamku liriih..

” Apa mas??” tanya dia penasaran.

“ aahh... enggak... itu... aku kelas 2 IPS. Kalo kamu ada apa-apa, kamu cari aku di kelas aja ya. Ntar ada kok yang ngasih tau aku dimana. “ jawabku mengalihkan pertanyaannya tadi.

“ Iya mas. Pantes aku gak pernah liat mas di kelas 1. Ternyata anak IPS 2 ya.. Oiya mas,, Namaku Lusi mas.. Salam kenal yaa..” katanya sambil menyodorkan tangannya.

“ Iya.. aku Satria. Panggil aja ‘sat’ atau ‘mas’ juga boleh. Terserah kamu enaknya gimana.” Jawabku sambil menjabat tangannya. Tak kusangka tangannyapun juga haluus..
Sambil memandangi tangannya yang halus dan memakai jam,, tiba-tiba aku teringat kepada kedua sobatku. Aku bergegas ambil HP di kantong dan melihat ada 2 SMS.
Setelah kubuka, SMS yang pertama dari Ade.
“ SORY KEK, AKU ADA ACARA MENDADAK JADI GAK BISA IKUT KALIAN RENANG. MINGGU DEPAN AJA YA...” aku sedikit legaa ketika membaca SMS dari ade.. tapi masih ada satu SMS lagi yang ternyata dari ditya. “ KEK, ADE GAK IKUT NIH. KALO KITA TUNDA MINGGU DEPAN AJA GIMANA? GAK ENAK KALO CUMA BERDUA AJA. OKE??”, “ahhhh.....syukurlaah” kataku pelan setelah membaca SMS dari kedua sobatku.

“ kenapa mas?” tanya lusi penasaran.

“ ohh... gak pa pa lus. Tadi ada janji sama temen mau renang, tapi ternyata dibatalin. Aku lupa.. hehehe.. abis keasikan bantu-bantu nih... jadi gak kerasa kalo udah sore.” Jawabku menjelaskan apa yang terjadi.

“ Syukur deh.. Makasih lo mas, dah bantu-bantu disini.”

“ iyaa.. sama-sama.” Jawabku sambil tersenyum.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, akupun pamit dan pulang. Sampai dirumah, aku sudah ditunggu mamaku di depan pintu.

“ HABIS DARI MANA KERINGETAN GITU? MANA GAK PAMIT LAGI...” ujar mama dengan wajah marah dan sedikit cemberut.

“ eh.. mamah.. habis otu mah... bantu-bantu pak arta ngangkat barang... capek nih mah.. mau mandi dulu..” pintaku memelas sambil mengibaskan kerah depan kaosku karena keringetan.

“ oooh... dari rumah pak artaa... Kirain maen kemana. Itu baru anak mamaaa.... yasudah.. mandi sana kak.. terus istirahat biar gak sakit. Kamu udah makan kak?” tanya ibuku sambil tersenyum bangga.

“ belum mah. Abis mandi aja mah” jawabku sambil bergegas masuk kamar mandi..

Hari itupun berakhir dengan banyak kebahagiaan. Pertama kebahagiaan karena banggain orang tua,, kedua karena kenal dengan keluarga pak arta. Dan yang ketiga adalah tidak mengecewakan sahabatku.. aku tersenyum lebar.. hari hari berikutnya berjalan seperti biasa sampai pada suatu pagi ketika aku sedang berpamitan pada orang tuaku karena mau berangkat sekolah.
“ Mah, kakak berangkat sekolah dulu” kataku sambil mencium tangan dan pipi mamaku.

“ iyaa Kak. Jaga kelakuan di kelas. Jangan nakal jangan.....”

“ aku tahu maaaaah.... kakak berangkat ya maa.... assalamu’alaikum” potongku sebelum mama nyerocos lagi... hehehe..

Setelah menaiki motor ‘satria’ku dan menstaternya, akupun berangkat. Namun aku mendadak berhenti tepat didepan pagar. Kulihat lusi sedang melamun sendirian di depan rumahnya. Kelihatannya dia sedang menunggu seseorang. Kuberanikan diriku untuk mendekatinya. Kutancap gas dan berhenti tepat didepan ia duduk.

“ gak berangkat lus?? Ntar telat loh.. “ sapaku mengagetkan lusi.

“ eh... mas... iya mas... bentar lagi.. masih nunggu nih..” jawabnya sedikit panik sambil melihat jam karena takut terlambat.

“ nungguin siapa?? Pacar?? Bareng aku aja yuuk.. udah mau telat nih... gak keburu kalo nungguin pacarmu.” Ajakku dengan sedikit berharap kalo dia menjawab ‘bukan di ikuti tapi..

“ bukan pacar maaas... tapi ayah... aku gak punya pacar... ayah masih nganter adik ke sekolah mas.. bentar lagi paling juga nyampek.” jelasnya.

“ kalo gitu bareng aku aja yuuk...kelamaan nunggu ayahmu..” kataku sambil berkata dalam hati... ‘yesss’...

“ yaudah. Kalo gitu aku SMS ayahku dulu mas. Biar gak bolak balik.”

“ yep..” jawabku singkat.

Setelah SMS ayahnya, diapun langsung naik dengan posisi menyamping. Dan kamipun tiba di sekolah tepat waktu. Sebelum kami berpisah, aku sempat bertukar nomor HP dengan lusi. Dan kamipun masuk kelas dengan terburu-buru. Hari itu berjalan seperti biasa sampai pada akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aku sedikit semangat hari itu karena aku bisa berboncengan dengan cewek cantik. Entah kenapa aku tersenyum-senyum sendiri. Aku mulai berjalan menuju tempat kuparkir motor’satria’ku bersama 4 teman sekelasku andre, doni, wahyu dan dicky. Kami memang selalu berlima, dan kami sangat di takuti di kelas 1 dan kelas 2 tetapi kami juga tidak takut pada kelas 3. kalau kami benar, maka kami berani. Disana aku melihat ada seorang anak cewek yang sedang digoda di dekat tempat parkir motorku yang lumayan jauh dari pos satpam. Karena penasaran, aku ajak teman-temanku bergegas lari menuju arah kerumunan itu. Aku kaget bukan kepalang ketika melihat sekelompok anak-anak kelas 3 sedang mencoba memegan payudara lusi. Mereka sekitar 6 orang dengan badan tinggi, besar. Aku tau mereka adalah anak kelas 3 IPS 1.

“ jangaaan... jangaaan kaaak... ampuuun...” kata lusi sambil mengis dan berusaha menepis semua tangan yang mencoba meraih payudaranya.

“ Woy. Lu ngapain adek gua?? “ kataku menghentikan usaha mereka memegang payudara lusi.

“ eh, lu siapa berani beraninya ama kita?? Lu mau cari mati??” sahutnya lantang.

“ siapa takut?? Gua kakaknya. Kenapa? Gak terima?” kataku dengan menunjuk dadaku kemudian ke arah anak kelas tiga yang barusan ngomong.

“ beraninya jangan ama cewek lu, kalo berani, sini lawan kita” kata dicky geram.

“ banci loe semua.. cewek lemah di lawan. Dikeryok lagi..hahaha... emang banci lo semuaaa.... hahahahaha...” tambah doni sambil tertawa...

Kata-kata kami bertiga membuat mereka semakin marah. Mereka bergegas mendekati kami berempat, dan kami mulai bertengkar dan sling memukul. Cukup singkat kami saling memukul, sampai datanglah segerombol guru yang datang menghampiri kami.

“ sudah.. sudah.. cukuuup... BERHENTI SEMUANYAAAAAAA !!!” teriak salah seorang guru yang ternyata wakasek. Kamipun segera berhenti.. tidak ada luka yang kami derita sedikitpun. Cuma sekedar memar di bagian rahang dan pipi karena menerima tinju salah satu dari mereka. Namun mereka tak kalah sakit. 3 dari mereka berdarah. 2 di bagian pelipis, dan satu bagian hidung. Akhirnya kami semu di paksa ke ruang kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah. Awalnya kami saling menyalahkan hingga membuat kepala sekolah kesal. Namun akhirnya kami dibebaskan karena kesaksian lusi yang sebagai korban. Dan anak kelas 3 itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Setelah keluar dari kantor kepala sekolah, kulihat lusi sedang menangis di kursi yang sedang di temani bu guru yang entah siapa namanya.

“ Lus... kamu gak papa kan??” tanyaku dengan nada pelan. Mendengar suara itu, lusi menoleh dan melihatku dengan tatapan yang amat menyakitkan. Kurasakan dia telah berubah. Berbeda dengan sebelumnya. Kucoba mendekatkan diri, tetapi dia berdiri lebih dulu dan mencoba meraih tubuhku dan memeluknya dengan sangat erat. Aku kasihan dengannya, dan membalas pelukannya. Lusi hanya setinggi punddakku, jadi aku bisa meraih kepalanya dengan mudah. Aku ikut menangis. Entah kenapa aku ikut merasakan kepedihannya.

“ sudaaahh... gak papa... mas disini...” kataku meyakinkan dia...

“ hiks...hikss.....hikkss... hikss....” dia hanya menangis dan tidak menjawab. tangisnya justru membuatku bertambah sedih... entah kenapa air mataku tidak berhenti. Kulihat bu guru yang sedang menemani tadi berdiri dan memisahkan pelukan kami.

“ tenang buk, dia adik saya..” kataku membohongi guru itu agar dia tak melepaskan pelukan kami.

Guru itu hanya diam dan memandangi kami berdua. Setelah dijemput ayahnya, lusipun akhirnya pulang dan aku bersama teman-temanku pulang kerumah masih-masing. Esoknya, ketika aku berangkat sekolah, aku melihat rumah pak arta sepi. Akupun bergegas ke sekolah untuk mencari tahu apa lusi masuk atau tidak. Sampai di pintu gerbang sekolah, aku kaget, disana banyak polisi yang berjaga. Mereka membawa selembar kertas dan semua yang masuk pintu pagar di stop dan dilihat wajahnya. Giliranku pun datang....


PART II

Gilirankupun datang.

“ Berhenti sebentar dek” kata polisi tersebut dengan tanganya menghalangi motorku.

“ Ada apa pak?” tanyaku penasaran dari tadi. Kulihat di seberang pagar ada beberapa guru sedang memeriksa tas anak-anak lain. Aku semakin ketakutan saja melihatnya.

“ Bisa pinggirkan motornya dek?” pinta polisi itu. “HARSONO” nama itu yang kulihat diseragamnya.

Segera kupinggirkan motorku dan turun dari motor. Setelah diperiksa, akhirnya akupun diminta untuk ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Tentunya masih sebagai saksi. Kemudian aku didudukkan du pos satpam dan dijaga oleh 2 polisi berseragam preman. Sampai kulihat teman-teman gengku datang bersamaan, merekapun diminta untuk ikut ke kantor polisi. Akhirnya aku sadar, bahwa polisi ini sedang mengusut kasus yang kemarin kami alami. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, aku beserta ke empat temanku, andre, doni, wahyu dan dicky dibawa ke kantor polisi. Setiba kami disana, kami dibawa ke sebuah ruangan introgasi dan di introgasi satu persatu. Setelah di introgasi cukup lama, sekitar 15 menit kemudian, kami dibawa ke lapangan. Kulihat ke enam anak kelas 3 yang kemarin yang mencoba melecehkan lusi turun dari mobil polisi dan sedang berjongkok disana. Tiba-tiba saja aku memdadak marah tak karuan dan mengepalkan kedua tanganku. Namun hal itu segera berubah karena kulihat di sisi kiri lapangan ada lusi yang sedang memerhatikan kami sambil ditemani pak arta yang wajahnya terlihat marah dan bu endang yang mencoba menenangkan lusi yang mulai menangis setelah melihat kami berlima. Orang tua lusi ditemani salah seorang Polisi yang memantau kegiatan kami di lapangan polres tersebut.

“ Kalian berenam yang jongkok,, kemari... CEPAAAAAAAT !!!” teriak polisi itu.

Segera mereka berlari mendekat. Dan tak lama setelah mereka dipanggil polisi itu, orang tua lusi bersama polisi yang memantau kegiatan kami tadi datang membawa lusi yang meneteskan air matanya. Kulihat matanya yang penuh akan kesedihan. Aku mulai ikut menetskan air mata... entah kenapa aku menangis. Aku tak tau.. aku semakin sedih ketika mengingat apa yang terjadi kemarin. Air mataku berlinang kembali..

“ Mereka yang mencoba melecehkan kamu dek?” Tanya polisi yang mendampingi orangtua lusi tadi kepada lusi. Lusi hanya mengangguk dan kemudian menangis lagi.

“ BAAAJINGAAANNNNN !!!!” teriak pak arta dan memukul wajah salah satu dari mereka dan kemudian di lerai oleh polisi..

“ Bugh” suara tubuhnya jatuh ke paping. akhirnya mereka diberi ganjaran yang setimpal. Mereka dipenjara 6 bulan. Setelah urusan tetek bengek, aku dan keempat temanku diantar kembali kesekolah. Sebelum kami diantar kesekolah dengan mobil polisi, aku menengok ke sekitar halama parkir. Kucoba mencari lusi dan keluarganya. Karena tidak berkonsentrasi dan pandanganku hanya ke sebelah kiri dan belakang, aku kaget ketika kutabrak tubuh seseorang.

“ Ehhh.. Maaa......aff pak Arta” kalimatku sedikit telat setelah melihat orang yang kutabrak ternyata adalah ayah lusi beserta ibu endang dan lusi dibelakangnya.

“ Makasih ya satria. Kamu memang anak yang baik. Orang tuamu pasti bangga” jelas pak arta kepadaku sambil menepuk pundakku pelan.

“ Kalo gak ada kamu mungkin lusi udah kenapa-kenapa dek” sahut Bu Endang kemudian.

“ Tidak apa pak,, bu.. Saya Cuma melakukan tugas saya saja kok.” Jawabku pelan. Kulihat lusi disamping ibunya, ia masih menangis. Mataku kembali meneteskan airnya.. segera kuhapus dengan cepat. Kudekati lusi dan berdiri didepannya. Kudekatkan mulutku ke telinganya.

” Sudaah.. kamu jangan menangis lagi.. yang penting kamu gak pa pa” bisikku padanya.
Iapun hanya mengangguk kecil dan memelukku lagi... kali ini pelukkannya lebih erat dari sebelumnya. Aku kaget dan tidak berani membalas pelukannya karena aku tahu orang tuanya ada di sebelah kami. Saat kulihat ayahnya yang merangkul ibunya ketika lusi memelukku, akupun mulai membalas pelukan lusi yang semakin erat. Aku menangis lagi. Cukup lama kami berpelukan, lusi pun mulai melonggarkan pelukannya dan mengangkat wajahnya untuk menatapku.

“ Jangan tinggalin aku ya mas??” katanya sambil menangis. Segera kuhapus air matanya dan menyibakkan rambutnya yang menempel dipipinya.

“ Pasti... mas akan jagain kamu selama mas masih hidup.” Kataku mantap.. aku baru sadar ternyata telah tumbuh rasa cinta diantara kami. Entah yang kurasakan ini ia rasakan juga atau tidak, aku gak peduli.

Mendadak ia menciumku dengan sedikit mengangkat tubuhnya sehingga ia berdiri hanya dengan jari kakinya saja. Aku kaget bukan kepalang. Segera kulihat orang tuanya lagi dan ternyata mereka diam saja. Kulepaskan ciumannya dan memegangi kedua pipinya.

“ Kamu sadar nggak kamu ngapain??” tanyaku pelan. Ia hanya mengangguk kecil.

“ Aku belom siaap tauuu... pelan-pelan doooong...jangan asal nyosor gituu... ya??” kataku pelan sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya. Iya mengangguk lagi. Kulihat matanya kini jauh lebih tenang. Kemudian Ia kembali mengecup bibirku sambil memejamkan matanya yang sembab. Kuletakkan tanganku di belakang kepalanya dan membalas kecupan lusi di depan orang tuanya. Sekitar 15 detik ia menciumku. Tapi bagiku itu sudah sangat lama. Aku hanya bisa diam dan tersenyum kepadanya. Kuraih kedua tangannya dan menatap wajanhya kembali.

“ Udahh... jangan difikirin lagi yaa.. kita lewati ini semua sama-sama. Aku yakin kamu pasti bisa. Aku sayang kamu lus. Aku bakal jagain kamu seumur hidupku.” Kalimatku membuat lusi menagis kembali dan memelukku lagi.

“ Udah dooonk peluknyaa.. aku malu sama orangtuamu lus” bisikku pelan. Dia kemudian melepaskan tubuhku.

“ Senyum dulu donk luuus... kamu jelek kalo gitu... wajahnya memelas lagi.. hadeeeeh...” candaku memulai pembicaraan

“ Enak aja aku dibilang jelek. Aku cantik tauuuu....” jawabnya sambil tersenyum meninju lengan kiriku..

“ aww...aatiiittt...” candakuu lagi..

“ Ih.... Manjaaaa... Gitu ajaa sakiiitt...” kali ini dia tersenyum lebih lebar dan senyumnya yang hilang telah kembali lagi...

“ Kakaaaaaaaaaaaakkkkk....kakkaaaaaaaaaaaaaaakkkkk !!” teriak ibu-ibu dari seberang jalan...

“ Lhoh... mamaah..??? ngapain disini mah???” tanyaku dengan wajah pucat setelah mama berlari mendekat...

“ Kakak gak pa pa kan?? Gak berdarahkan??” tanya mamaku ketakutan sambil meraba-raba lengan dan pipiku..

“ Ihhhh... mama nih... malu tau.... kakak nggak pa pa maah... orang udah kelar kok..”
Jawabku malu-malu...

“ Haaaahh... syukur deeh...” jawab mama sambil menghela nafas dan mengelis dadanya...

“ Piye nduuk?? Gak po po??” tanya mamaku pada lusi dengan logat jawanya.

“ Gak pa pa buk. Makasih. Berkat anak ibu yang sudah menolong saya “ jawabnya sambil melirik keaahku...

“ Ohhh... syuuukurr deeeehh... “ kata mama sambil merangkul lusi dan mengelus lengan kanannya...

Kamipun sudah ditunggu pak polisi dan segera diantarkan kembali ke sekolah kami. Sebelum pergi, sempat kulihat lusi melambaikan tangannya padaku.. kubalas lambaiannya dan tersenyum.. Lusi dan ibunya akhirnya naik satu mobil dengan mamaku. Sedangkan ayahnya naik motor di belakangnya. Setibanya di sekolah, para guru-guru yang terkenal killer di sekolah kami sedang berdiri layaknya petugas upacara dengan tangan di belakang dan kaki di buka. Lebih tepatnya kaya ‘istirahat di tempat’. Kulihat ada Pak Putut, Pak Parta, Pak dan beberapa guru yang tidak kami kenal. Kami agak ketakutan saat turun dari mobil polisi yang berlalu meninggalkan kami. Kami berjalan layaknya narapidana, dengan kepala menunduk dan menutupi wajah kami.

Di sekeliling nampak anak-anak kelas lain yang melihat dari kaca mereka dan ingin tahu apa yang terjadi. Sampai di depan para guru itu, kami disuruh berjejer dan ‘istirahat ditempat’.

“ Kalian tau apa salah kalian??” tanya guru itu yang tidak ku ketahui namanya.

“ Tau pak !!” jawab kami bersamaan.

“ Apa?” tanya pak parta

“ Berkelahi pak”

“ Apa lagi?” Kali ini pak putut yang bertanya.

Kami hanya diam tak bersuara..

“ Mencemarkan nama baik SMA 3 pak.” Jawabku lumayan keras.

“ Baguuuss.... kalian tau apa resikonya kalo kalian mencemarkan nama baik sekolah??” tanya pak putut kembali

“ Dikeluarkan pak.” Jawab kami serentak.

“ Itu kalian tau.” Kata guru lain yang tidak kami ketahui itu. Mereka berjalan mengelilingi kami sehingga kami deg degan...

” Tapii..... kalian sudah bertindak benar... kalian membela yang lemah... kalian telah memberi contoh yang baik bagi teman-teman kalian. Kalian pahlawan baru di sekolah ini. Kali ini, semua guru sepakat memaafkan kalian dan membiarkan kalian menempuh sisa waktu kalian di sekolah ini. Tapi ingat.. JA-NGAN BER- KE- LA- HI LA-GI. INGAAAT??” Kata pak parta dengan keras dan lantang.

“ IYA PAK, TERIMAKASIH!! “ teriak kami.

“ sekarang kalian masuk kelas. Kalian sudah di tunggu.” Setelah melihat Kartu tanda Pegawainya,, ternyata ‘Pak Asmara’ lah yang bicara.. Guru yang tidak kuketahui namanya.

“ TERIMA KASIH PAK !!” balas kami dengan semangat karena dimaafkan.
Akhirnya kami masuk kelas. Dan di dalam kelas, kami disuruh menceritakan kejadian sebenarnya dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Selama kami di sekolah, banyak yang melirik kami berlima, ada yang sinis, ada yang takjub dan ada yang sekedar menggosip. Kami mengabaikan hal itu dan melakukan kebiasaan kami bermain sepak bola. Sepulang dari sekolah, akupun bergegas mengambil motorku dan kutinggalkan keempat sahabtku di parkiran. Aku sengaja pulang cepat karena ayahku yang minta. Sampai dirumah, aku kaget, ternyata ada keluarga pak arta juga di dalam ruang tamuku.

“ Assalamu’alaikum.. Kakak pulang ma,, paa,, om,, tantee,,” sapaku sambil menciumi tangan mereka satu persatu. Baru hari ini kupanggil orang tua lusi dengan sebutan ‘om’ dan ‘tante’. Beliau senang menanggapinya.

“ Lusi dimana om??” tanyaku penasaran karena tidak melihat lusi dan celingukan sendiri.

“ Dirumah dek. Lagi ngerjain tugas kayaknya. Kamu baru pulang?” jawab pak arta sekaligus bertanya padaku.

“ iya nih om.. gurunya sewot banget.. makanya agak lama pulangnya.. paling terakhir lagi..” jawabku kesal.. mereka semua tertawa mendengar ceritaku.

“ Kakak,,, duduk sini kak” pinta ayahku.

“ Kenapa yah??”

“ Kata pak arta, Kakak kemaren habis berantem ya??”

“ Iya yah... maaf udah bikin ayah malu...” jawabku tertunduk.

“ Yasudah,,, ayah gak marah kok... ayah justru bangga sama kakak... udah ganti baju dulu sana.. terus makan,, abis itu kita Liburan sama keluarga pak arta...” jelas ayahku sambil mengelus kepalaku.

“ Liburan yah?? Asyiiiikkk....kemana yah??” tanyaku senang..

“ Udaaah... Ganti baju sana...” pinta ayahku..
“ Eh,, om,, Lusi ikut gak om??” tanyaku pada pak arta.

“ Kamu doooonk yang ajaaakk... Masak om?? Kan yang ngajak liburan keluarga kamuu...” jawab pak arta enteng...

“ Yaaah... om.... jangan gitu dooonkk... hehehehe... yaudah deh... aku kerumah om aja ya... buat supres.. boleh kan om??” tanyaku ngekek..

“ boleeeeh...” jelas pak arta kemudian. Seketika aku langsung ganti baju dan berlari ke rumah pak arta. Tanpa mengetuk pintu rumahnya, aku bergegas masuk dan melirik kanan dan kiri.. “ kok sepi?? apa adiknya belum pulang ya??” pikirku.. kemudian aku berjalan ke arah ruang keluarga.. disitu, aku melihat lusi sedang asyik menulis diary.. aku sedikit kaget ketika melihatnya dari belakang, dia hanya memakai sebuah ‘u can see’ berwarna putih dan rok selutut. “wwwaaaaw..” pikirku... aku menggelengkan kepala membuyarkan lamunanku yang mulai nafsu.. Tubuh Lusi lebih kecil dariku. Tingginya mungkin sekitar 150 cm, kulitnya putih, langsing, dan payudaranya tidak besar-besar amat namun menantang dan sangat merangsang sekali. Proporsional lah. Rambutnya hitam lurus sepunggung dan terawat sekali. Pantas saja banyak cowok yang melirik tubuh indahnya. Kudekati pelan-pelan,, dan melihat apa yang ia tulis...

“ Dear Diary...

Hari ini Aku masih merasa sediih banget... hancur rasannya.. pencobaan pemerkosaan itu membuatku tak henti-hentinya menangis dari kemarin... hikss..hikss... tapi tadi aku ketemu satria lagi.. kali ini bukan hanya kupeluk dia seperti kemarin saat di kantor guru,,, tapi juga ku..........”

Dia mendadak berhenti dan menutup diarynya setelah mendengar suara cekikikanku dari belakang.

“ kok gak di lanjutin??” kataku mengagetkannya..

“ eh... mass.... kok??... eh... anu... emmm... mas ngapain disini??” ucapnya tak jelas sambil menyembunyikan diarynya dariku

“ hahahaha....”

“ kok malah tertawaa siih mas?? Iiiiihhhh.... jawab pertanyaanku donk mass...” pintanya sedikit kesal karena kutertawakan tingkahnya...

“ hahaha... iyaa-iyaa... abis kamu aneh siiih... enggak kok... mas cuma main aja disini...kok tadi gak dilanjutin knp??”tanyaku sambil menahan tawa..

“ aaahh .... mas nii... ngeledeeek ajaa.... biarin... abis mas ngintip siiihh...” jawabnya sambil manyun..

“ iya-iyaaa... maafin mas deeh.... sebagai permintaan maaf,, mas kasih cium... nih.. ” segera kucium pipinya yang mulus itu...

” mwach” ciumanku mendarat tepat di pipi kanannya.

“ Kok aku diciuuum sih mas?? Iiih mas nakaaaall...” ujarnya sambil memukul lenganku pelan. Dia tidak memegang pipinya. Aku sedikit heran melihatnya.

“ Abiiiiisss.... Mas tadi tiba2 juga kamu cium kan di tempat parkir tadi?? Kamu tu yang asal nyosor aja... trus kalo gak mau di cium,, mas mesti ngapain cobaaa?? Hayooo...”

“ Aaaaaaaaa..... kok masss godain akuuuuu teruuss siiiih... tau ah...” jawabnya sambil memalingkan mukanya ke samping.

“ uuuuhh... manisnyaa lusiii kalo lagi ngambeg... hihihihi”

“ au ah.... mas jahat..”

“ iyaaa iyaa.... jadi mas gak disuruh duduk nii??” tanyaku sambil mengangkat alisku

“ kalo mau duduk, duduk aja...” ucapnya sinis.

“ yaudah... aku gak duduk” jawabku pura-pura marah..

“ maaaaasss...” rengeknya manja.

“ hm” jawabku sambil memasukkan tangan ke kantongku.

“ kok malah marah siii?? Iya iyaa... lusi minta maaf deeh... duduk dong maaas...“ pintanya sambil menarik-narik lenganku

“ maaas... jangan gitu dooonnk.... oke-oke... mas mau aku kasih apa biar mas gak marah lagi??” ujarnya.

“ beneran???” tanyaku penasaran

“ beneran maas....”

“ apa aja??”

“ tapi jangan yang aneh-aneeeeehh...”

“ yaudaaaaaahhh.... aku mauuuuu......”

“ apaa mas??” dia mulai penasaran dan sedikit takut kalo aku minta aneh-aneh

“ aku mauuuuu........aer putih aja ah.... aus.... abisnya gak kasih minum sih..”

“ kirain mau apa.... yaudah,, aku ambilin ya mas.. bentar... jangan pulang loo...” katanya sambil mengancam...

“ Eh tunggu lu.......” kata-kataku mendadak berhenti. Tanganku tidak sengaja menyentuh samping payudara kanannya saat aku memegang lengan lusi. Dia sadar kalau tanganku telah menyenggol payudaranya dengan ia menatap ke tanganku lalu kembali menatapku.

“ apa mas??” ujarnya

“ dia gak marah??” pikirku. Aku jadi grogi dan lupa mau minta apa..

“ eh.. anu... itu lho.... apaan ya tadi... hehehe... gak jadi deh..” jawabku
“ nih mas...” sambil memberikan minuman padaku

“ thanks ya lus..”

Kemudian lusi duduk di sebelahku. Keheningan terjadi diantara kami. Kami berdua bertatapan muka sejenak. Aku tersenyum padanya.

“ Kok diem??” kataku memulai pembicaraan kembali.

“ ah.. enggak mass..”

“ ah gak munggkin km diem gitu kalo gak ada apa-apa. Hayo ngaku...” godaku

“ mas,, lusi boleh nanya gak?”

“ Apaan lus??mas pasti jawab kok..” tegasku.. dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Karena tidak menjawab, kudekatkan wajahku dan kuagkat dagunya sehingga wajah kami saling berdekatan. Dia masih belum berani melihatku.

“ Luuuss... liat sini donk... Ada apa??” tanyaku dengan nada pelan. Dia masih tidak menjawab. Namun kali ini matanya melihat ke arahku. Ia menatapku dalam-dalam. “masa sekarang?” pikirku.

Kudekatkan bibirku, sepertinya Lusi tidak merespon, maka aku melanjutkannya.
Kukecup bibirnya dengan penuh kasih sayang…dengan sepenuh hati. Tidak ada protes darinya, bahkan dia malah memejamkan mata. Sensasi yang kurasakan luar biasa, bibirnya hangat dan lembut. Kami berciuman kira-kira 3 menit. Dalam jangka waktu segitu saja nafsunyaku sudah hampir meledak.

Kutarik dia dan kuputar tubuh mungilnya. Kini posisi lusi membelakangiku. Kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Lusi sudah membuka matanya dan matanya menerawang ke langit-langit. Aku tak tau apa yang ia pikirkan. Kusibakan rambutnya, kemudian kucium lehernya yang jenjang dan bersih, serta tercium wangi parfumnya. Nafasku membuatnya geli.

” Mmmmmhh….” Lusi agak mendesah, dia meremas kedua tanganku.

Aku semakin liar mendengar desahan lusi. Kali ini bagian belakang telinga yang menjadi target jilatanku.

” Uuuuuh…”,desahnya mulai tak terkendali

Tanganku mengankat kaos ‘u can see’nya yang dari tadi memanggilku. Lusi memegangi tanganku, tetapi tidak melakukan perlawanan. Yaa otomatis kulanjutkan kegiatanku menelusuri tiap lekuk buah dadanya.. Heehehehe…
Setelah ‘u can see’nya terangkat sampai diatas payudaranya, kulihat bra nya yang berwarna krem, yang langsung kuturunkan. Kini dapat kulihat payudaranya, yang ternyata cukup besar dengan puting berwarna pink. Kulitnya luar biasa mulus.

” Ehm….ehm…!!” Lusi berdehem menyindir perlakuanku dan menghentikan jilatanku.

”Apaaaa? Kenapaaa??” jawabku sambil nyengir.

Kuraba kedua payudaranya dengan tiba-tiba. Tubuhnya mengejang sekali.

“ Kaget yaa??” tanyaku. Rupanya dia sudah cukup geli.Langsung saja kuremas kedua payudaranya dengan lembut dan kupagut bibirnya.

” aaaannggggghh……mmmhh…!” desahnya terpotong ciuman kami.

Kupilin kedua putingnya. Kumainkan jari-jariku di kedua payudaranya.

” Nngg….aaaaahh….aaaahh…!” Lusi melepaskan bibirku dan lebih berkonsentrasi mendesah.

Aku tidak keberatan, biar dia merasakan rasanya jadi cewek.
Punggungku mulai kesemutan menyangga tubuh lusi yang menggelingjang dari tadi. Saat akan kurebahkan Lusi di sofa dekat TVnya, dia menolak.

” Stoop maas...aku gak mauuuu...jangaaaann !!” ujarnya dengan nafas yang mulai memburu.

Aku memandangnya dengan bingung. Lusi mengelus pipiku, matanya yang sayu khas cewek terangsang.

” Maksudku jangan disini sayaaang... pindah ke kamarku aja yuk”,katanya sambil tersenyum.

“ Waduh….bisa berabeh ni kalo di kamar, ntar kebablasan bisa repot! “ pikirku. Tapi, segera saja kuangkat tubuhnya dan kugendong.

” Yang mana nih?” aku tersenyum

” Itu”, jawabnya singkat sambil menunjuk sebuah pintu dekat meja belajar adiknya.

Tanpa buang waktu, kubuka pintu kamarnya, kubaringkan Lusi di kasur dan cepat-cepat kututup pintu dari dalam. Langsung saja kulanjutkan permainan yang tadi sempat berhenti. Aku berbaring di sebelah kanannya dan mulai menciumi lehernya.

” Uuuh….uuuhh….” Lusi mendesah sambil mengangkat alisnya tinggi-tingi.

Tanganku perlahan-lahan masuk ke dalam roknya. Kususuri dari perut dengan penuh penghayatan. Ketika akhirnya tanganku meraba celana dalamnya, aku menahan nafas.
Kuselipkan tanganku masuk celana dalamnya. Ternyata Lusi sudah mencukur habis rambut kemaluannya. Segera saja ku gesek-gesekkan jari tengahku ke vaginanya.

” Hmmmff…..uuuaaaaaaahh…..aaaahh…aaaahh…!” naf asnya tersengal-sengal dan desahannya berirama sesuai dengan gesekan jariku.

Lusi mencengkeram lenganku dengan kuat, hingga buku-buku jarinya memutih.
Ekspresinya begitu merangsang, ‘adikku’ yang dari tadi sudah tegang menjadi sangat tegang sampai-sampai celana dalamku terasa bagai belenggu, menyiksa ‘adikku’.

” Gimana rasanya lLus? Enak?” tanyaku sambil tetap menggosok-gosok vaginanya.

” Aaaahh…..e…uuuhhh…enaaakk….enaaaakk…..aaaahh…!!” jawabnya setengah menjerit.

Melihatnya sangat mudah terangsang, aku berinisiatif mengulum putingnya. Kuremas buah dadanya dan kujilat-jilat.

” Ngggghh…..aaaaahh….aaaahh….iiyaaa….enaaaaaaakk… .tee..teruusss..”
Lusi mulai liar, sepertinya dia sudah amat terangsang.

Kumainkan lidahku di putingnya dengan liar. Kulihat Lusi semakin kelojotan.

” Aaahh…aaa..kuuu…aaauuhh….mau….uuhh…pi.....piiiisss ssss!” ,katanya dengan nafas yang tidak beraturan. Mendengar kata-katanya, aku justru mempercepat gesekan jariku di vaginanya dan terus memainkan lidahku di putingnya.

Sesaat kemudian tubuhnya bergetar hebat dan menegang. Lusi menjambak rambutku dan mencengkram tanganku yang menggesek vaginanya. Dia berusaha menghentikan aksiku agar ia bisa menikmati orgasmenya. Aku menikmati saat-saat Lusi orgasme sambil tersenyum.
“ Tadi....itu....apa sayang... ??haaah..haaaah..haaah..” tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.

“ Masa gak tau lus??” aku balik bertanya. Ia menggelengkan kepala.

” Nggak…nggak tau…emang apaan?” ujarnya lemas, kehabisan tenaga.

” Itu namanya orgasme…masa sih kamu gak tau?” tanyaku heran.

” Maaf mas,,, aku gak tau...tapi..rasanya enak banget…haaaahh... haahh..” Lusi tersenyum dengan nafasnya yang masih tak beraturan.

Sesaat orgasme Lusi berlalu sekitar 2 menit, aku langsung membuka roknya dan melepas velana dalamnya yang berwarna biru muda.

“ kamu mau ngapain mas?" Tanya Lusi yang kelihatannya khawatir.

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Saat sudah kulepas, celana dalamnya kulempar entah kemana karena nafsu udah di puncaknya.Kusingkap roknya hingga dekat pangkal paha, memperlihatkan pahanya yang suangat mulus, liurku menetes melihatnya. Ku elus-elus pahanya.

” Aaaawwwhhh……” Lusi kembali mendesah karena perlakuanku.
Kudekatkan wajahku kearah vaginanya. Vagina yang begitu bersih, berwarna pink, tanpa ada bulu sedikitpun dan aromanya enak. Ketika hambusan nafasku mengenai daerah sensitifnya,

” Mas, mau ngapain mas? Ntar…ntar dulu mass…aku belum siaaaaahhhhh!!!” Lusi menjerit ketika kubenamkan lidahku kedalam vaginanya. Segera saja vaginanya kulumat, kujilat dengan liar, kucium dan kugigit-gigit kecil. Benar saja, kakinya mengejang setiap kali kugigit klitorisnya.

”Aaaaaaaaaaaaahhhh…..aaaaahhhhh….uuuuhhh….sss shh…s sshhh…..!!”, desahannya semakin menggila, membuat ‘adikku’ ingin cepat-cepat masuk kedalam sarangnya.
Ketika aku justru semakin liar dan sudah sangat bernafsu,,di luar dugaan, Lusi mulai menangis, air matanya mulai mengalir disela-sela desahan penuh kenikmatannya. Aku jadi bingung, kuhentikan jilatanku.

” Kamu kenapa nangis luus?” tanyaku. Saat itu jantungku rasanya berdegub dengan kencang...

” Udaaah maaas.... udaaaahhh....Aku…Capeeeek maas…aku udah gak kuat kalo mas terus-terusin giniin aku…”, katanya dengan polos sambil terisak-isak.

Aku diam saja.


Part III

“ yaudah...” kataku sambil berdiri dan segera kucium bibirnya dan kuseka air matanya.

“ mas gak marah kaan??” ujarnya yang masih terisak lirih.

“ gak pa pa lusii..” kataku agak lesu. Nafsuku tertaha. Kini ‘adikku’ sangat marah dan segera menciutkan dirinya. Kucarikan lusi CD di lemari pakaiannya dan kupakaikan padanya. Setelah selesai kupakaikan ia segera bangun dan memelukku.

“ mas,, maaf yaa... aku emang capek. Baru kali ini aku di giniin” katanya lirih.

“ hah?? Masa?? Gak mungkiin”pikirku gak percaya. “ Emang pacar kamu dulu gak pernah giniin kamu??” tanyaku sambil membalas pelukknya.

“ Belum mas. Aku belum pernah. Aku dulu pernah punya pacar. Tapi aku gak suka.”

“ gimana ceritanya punya pacar tapi gak suka??. Aneh.. hehe” kataku sambil ketawa kecil

“ Ya pokoknya aku gak suka mas. Dia tu kasar sama cewek.” Jelasnya

“ mang kamu pernah diapain aja lus sama dia?” tanyaku penasaran.

“ dia juga pernah hampir merkosa aku mas. Tapi ketahuan ayahku. Dia langsung di pukul dan dibawa ke kantor polisi. mungkin sekarang dia udah bebas.” Serunya sambil memper-erat pelukannya.

“ ohh... waaduh... bisa berabeh nih... bentar lagi pasti giliranku..kekekeke” godaku sambil cengengesan.

“ gak kok mas. Tubuhku ini udah punya mas. Buktinya tadi aja aku biarin mas gituin aku. Tapi aku minta tolong mas,, jangan ambil virginku dulu yaa,, aku takuuuut..” jawabnya pelan.

“ virgin?? Masih?? Hebaaat....” pikirku... kebanyakan teman sebayaku sudah banyak yang gak virgin. Memang,, sexualitas di kotaku tergolong tinggi. Dari info yang saya dengar, tahun ini saja dalam satu kota, remaja yang terkena HIV/AIDS sudah mencapai 72 orang. Belum termasuk daerah lain. Jadi cukup kaget aku mendengar kalau dia masih virgin.

“ astaga... aku lupaa....” kataku mengagetkan lusi sehingga di segera melepaskan pelukannya. Aku kaget karena kulihat Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 yang menandakan aku sudah berada disini 30 menit yang lalu.

“ kenapa mas?” tanyanya sambil celingukan

“ enggak... tadi mas kesini mau ajak kamu liburan. Ayahku yang ngajak. Orang tuamu juga ikut. Buruan kamu ganti baju,, terus kita berangkat... “ jelasku

“ kenapa gak bilang dari tadiii?? yaudah, aku ganti baju dulu mas.” Katanya sambil melepas rok dan ‘u can see’nya tanpa malu didepanku..

“ eh... eh... eh... kok langsung dilepas,,, mas kan belum keluar..”

“ huuuu...dasaarr... mas ni yaa... kelamaan mas... lagian kan mas kan udah liat tubuhku.. “

“ yaudah cepetan..hehehehe... “ kataku meringis

Begitu dia selesai ganti baju, kamipun sempat berciuman sebentar dan segera keluar dari kamar lusi.

“ lewat belakang aja ya lus... biar cepet...” kataku

“ iya mas.. aku kunci pintu dulu.” Jawabnya sambil berlari kecil menuju pintu dan menguncinya dari dalam.

Kamipun bergegas lewat pintu belakang yang menjurus ke arah seberang kanan pagar rumahku. Pintu itu memang dibuat orang tuaku karena biar cepat dan tidak memutar kalau mau kerumah yang kutempati sekarang.

Setelah sampai dirumah dan menyiapkan segala sesuatunya, kami berangkat dengan mobil ayahku. “bruuuuuummmm” begitulah suara mobil hyundai ayahku. Ayahku yang menyetir ditemani om arta, ditengah ada tante dan mamah, dan kami duduk di belakang. Selama perjalanan kami duduk berhimpitan. Kadang tante endang melirik ke belakang dan melihat Lusi yang sudah mulai kembali normal dan riang gembira. Di belakang kami hanya bersanda gurau dan kadang aku menciumnya secara kilat ketika orang tua kami sedang asik mengobrol.

“ kita mau kemana sih yah??” kataku disela pembicaraan khas orang tua.

“ ke pantai kak” jawab ayahku singkat padat dan jelas.

“ pantai mana yah??” tanyaku lagi

“ udaaah,,, diem aja... tar juga tau..” jawabnya yang bikin aku penasaran

Begitu kami sampai di pantai, kami segera turun dari mobil yang sudah berhenti di dekat pantai. Aku dan Lusi segera berlari ke arah air,, mengangkat tangan dan berteriak sekeras-kerasnya

“ PANTAAAAAAAAAAAAAAAI....” Teriak kami bersamaan. Orang tua kamipun hanya tersenyum melihat tingkah kami dan mendekati kami untuk ikut bermain sekaligus bermesraan..

“ Kalian main sendiri ya. Ayah sama mama mau jalan-jalan sebentar. Lusi di jaga lo. Trus jangan lama-lama main di air. Kalo sudah puas, cepetan mandi dan kembali kesini lagi ya kak.” Jelas ayahku panjang dan lebar.

” Nitip lusi ya satria. Kami juga mau nostalgia dulu.” Sahut om arta sambil tersenyum dan meninggalkan kami. Belum sempat kami menjawab, mereka sudah berjalan dengan pasangan masing-masing. Aku dan Lusi heran dan saling menatap dan kemudian mengangkat bahu kami bersamaan sambil menggelengkan kepala kami.

Orangtuaku berjalan kearah kiriku sedangkan orang tua Lusi ke arah kanan.

Lantas kamipun langsung menyeburkan diri ke air dan saling mencipratkan air ke tubuh kami. Stelah basah kuyup, kugendong lusi dan berlari menuju tengah pantai dan melawan ombak. Dia memelukku dari belakang. Payudaranya yang kenyal menyentuh punggungku sehingga membangunkan ‘adikku’ kembali. Lama kami bermain air dan kamipun sudah puas bermain seharian. Ketika kami sedang beristirahat dan duduk di tepi pantai, kami memandang langit yang kala itu sudah mulai berwarna oranye. Kulihat Lusi begitu gembira dan tersenyum lebar seaakan lupa akan kejadian kemarin. Kutatap wajahnya dengan senyuman dibibirku. Dia sadar kalau dia sedang diperhatikan. Kemudian dia menatapku dan tersenyum. Segera, kamipun berciuman. Saat itu, kami merasa bahwa pantai itu milik kami. Jadi kami tidak peduli dengan sekitar kami. Lama kami melakukan french kiss didepan beberapa pasang mata yang melihat kami. Setelah kutarik wajahku dan melihat wajahnya kembali, tatapannya justru membuat aku semakin salah tingkah saja.

“ oiya. Kamu udah pernah ciuman sama siapa aja lus??” tanyaku memulai percakapan.

“ aku belum pernah ciuman sama siapapun kecuali sama kamu mas.” Jawabnya sambil tersenyum melihatku.

“ waah... sama donk... First kissku sama kamu lus. Baru kali ini aku dicium cewek.” Jawabku meyakinkan dia.

“ ah masa?? Emang mas gak punya pacar apa??” tanyanya penasaran.

“ belum... gak ada yang cocok.. tapi sekarang udah siiih... lagi deket... tapi belum berani nembak.. kamu kan udah pernah pacaran,,, kasih tau donk gimana caranya nembak. Tar aku traktir deh kalo berhasil. “ kataku panjang sambil tersenyum. Sempat kulihat wajahnya berubah menjadi sedikit lesu. Sepertinya ia kehilangan harapannya.

“ lagi deket ya mass... langsung aja ungkapin perasaan mas ke dia. Kalo dia suka,, pasti berhasil kok.” Katanya lesu dan mengalihkan wajahnya ke arah pantai.

“ OK..” jawabku singkat.

Sesaat kami terdiam. Kulihat lusi masih lesu mendengar aku menyukai seseorang. Tapi ia masih belum tau kalau yang kusukai adalah dia sendiri. Kuberanikan untuk mengambil tangan kanannya.

“ Lus,,,,,,” kataku membuyarkan lamunannya.

“ apa mas??” jawabnya singkat.

“ AKU SAYANG SAMA KAMU..” kataku mantap. Dia hanya terdiam dan sedikit kaget.

“ KAMU MAU JADI PACAR MAS GAK??” aku sedikit Teriak sehingga orang-orang sekitarku menatap kami.

“ eh... mas.... jangan keras-keras dooonk... Lusi malu niih..” katanya sambil melihat sekeliling yang sedang memperhatikan kami berdua.

“ KAMU MAU GAK JADI PACAR MAS??” Teriakku memperjelas.

“ Maaaasss....” dia sedikit canggung.

“ MMMM........” kataku terhenti jari telunjuknya yang menyentuh bibirku dengan lembut.

“ udah maas... udah jelas banget kok... AKU MAU MASS... MAU BANGET..” katanya pelan dan mantab.

Saat itu, Pantai,, Sunset, dan orang-orang sekitar pantai jadi saksi bisu cinta kami.

Setelah seharian bermain air, kamipun segera bebrgegas menuju tempat pemandian umum. Disana kami tidak kebagian tempat untuk mandi dan memaksa kami untuk menunggu. Sekitar 5 menit kemudian, dari kamar mandi yang berada di depan kami muncul sepasang pria dan wanita keluar dari kamar mandi. Mereka asyik mengobrol sambil tertawa kecil dan membayar pada petugas toilet. Aku heran dan melongo saja melihat kejadian itu.

“ kok petugasnya diem aja ya?” pikirku kebingungan.

“ Bang,, emang boleh masuk kamar mandi berdua??” tanyaku kemudian kepada petugas kamarmandi yang sedang duduk dan sedang sibuk menghitung uang.

“ kalo di peraturan gak boleh sih mas.. tapi karena penuh dan kami juga mau tutup, terpaksa.” Jawab petugas itu tanpa melihat kami dan tetap pada konsentrasinya menghitung uang.

Tanpa berkata-kata lagi, kami berduapun masuk bersamaan. Sebelum melepas baju, kami sempatkan untuk french kiss sebentar di dalam dan kemudian melepas baju kami berdua. Lusi melepas kaosnya dan kemudian celana jeans selututnya. Akupun juga melepas kaosku dan celana pendekku sehingga sekarang kami hanya memakai pakaian dalam saja. Ketika lusi mau melepas bra-nya yang tadi dipakai pada saat dirumah, aku mendadak menghentikan tangannya yang meraih bagian belakang tubuhnya.

“ Eits.. Aku aja yang lepas ya sayang…” kataku pelan agar kamar mandi yang lain tidak ada yang curiga. Dia hanya mengangguk pelan dan membelakangiku sehingga memudahkanku melepas branya. Setelah berhasil kulepaskan, tiba-tiba saja, ‘adikku’ merasa terganggu dengan adanya pemandangan yang kulihat. Tubuhnya yang putih bersih itu telanjang dada dan sedikit ada pasir-pasir kecil menempel di tubuhnya. Aku menarik nafas dalam saat Lusi membalikkan tubuh mungilnya dan menghadap kearahku. Kali ini dia menutupi payudaranya dengan kedua tangannya. Aku hanya melongo melihatnya dan menggelengkan kepalaku.

“ Kenapa diem sayang?? Tadi kan dah liat.. Pengen ya?? Mau lagii??” ucapnya sambil membuka tangannya. Aku hanya mengangguk kegirangan seolah disulap oleh nafsuku. Kuraba payudara indahnya yang cukup membuatku terangsang itu dan kuremas-remas pelan. Dia tidak merespon ataupun mendesah. Yang lebih aku herankan lagi dia hanya tersenyum menerima serangan tanganku di payudaranya. Kuhentikan permainan tanganku di payudaranya. Kuambil gayung di bak mandi itu, kuambil air dan kusiramkan di tubuhnya untuk menghilangkan pasir-pasir yang menenpel ditubuhnya.

“ bbrrr…. Dingiiin” katanya. Kulihat tubuhnya sedikit bergetar.

“ hehehe… maaf…”

Setelah bersih, segera kutarik lehernya menggunakan tangan kiriku dan kucium leher kirinya.

“ ssh…aaaaaahhh….” Desahnya lirih yang mulai terangsang..

“ mmmh….” Desahku untuk membuat libidonya naik sambil terus menjilati leher kirinya.

“ aaahhhh….” Desahnya. Kini ia semakin liar. Tangan kananku yang semula memegang gayung segera melemparnya ke arah bak dan memasukkanya ke dalam celana dalamnya dan menyusuri daerah sensitifnya.

“ ahhh… sshhh..uuuuuuhhh” desahnya ketika tanganku menemukan clitorisnya dan menggeseknya. Kali ini dia tidak diam saja.. dia meraih celana dalamku dan memegang ‘adikku’ yang sudah mengacung dari tadi dan mulai memijat ‘adikku’.

“ mmmhh… kocokin sayang..mmmh…” kataku disela jilatanku dilehernya.

“ sshhh… aaaahh….Gimana…. aaaahh…. caranya mas… ssssshhhhh…. Aaahhhhh..??” nafasnya mulai tak beraturan. Kuhentikan kegiatanku menggesek klitorisnya dan menuntun tangannya masuk kedalam celana dalamku dan menyuruhnya menarik dan memajukan penisku yang sudah meraung-raung dan kembali menggesek klitorisnya.

“ mmmh…. Slllrp…. Yaah…. Gituuuh…” desahku tak kalah terangsang.. setalah kurasa cukup, kupindahkan targel jilatanku ke arah putingnya yang sudah mengeras. Dan benar saja,, ia mengeluh luar biasa ketika kutempelkan lidahku di putingnya dan kadang kugigit kecil.

“ oooohhh…. Ssshh…. Aaahh…. Mmmhh…. En..ak mass…teruuuuuusssshhh…. Aaahhh….ssshh…uuuuhh….” ia menjadi begitu liar dan sesekali ia meremas batang penisku karena merasa sudah sangat geli.

“ maaaassshhhh….uuuhh…. Lusiiiiiihhh…. Mauuuhhh…. Pipissshhhhhhhh….” Erangnya. Beberapa detik kemudian tubuhnya mengejang,, selangkangannya mulai menjepit tanganku saat dia mencapai orgasmenya yang kedua setelah permainan di rumahnya siang tadi. Tangannya meremas penisku kuat-kuat. Kurasakan ada cairan hangat yang keluar dari bibir vaginanya.

“ aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh….” Eluhnya ketika mencapai orgasme. Kubiarkan sejenak dan kuhentikan permainanku. Kunikmati saat-saat ia mencapai orgasme dengan menatap wajahnya yang melihat ke atap dan memejamkan matanya menikmati sensasi luar biasa yang dialaminya. Setelah selesai orgasme, kubiarkan sejenak dan setelah itu ku dudukkan dia di bawah dan kulepas celana dalamku. Kini ‘adikku’ berada tepat didepan wajahnya. Dia sedikit tertegun melihat batang penisku yang mengacung padanya.

“ G-gede amat m-mas ‘itunya’,, panjang lagi..“ katanya terbata-bata karena kaget melihat penisku. Memang penisku agak besar. Kira kira panjangnya 17 cm dengan diameter 5 cm lah.

“ hehehe… emang segituuu” kataku cengengesan.

“ ini mau diapain mass??” katanya sambil mengocok penisku disela kata-katanya.

“ kamu masukin ke mulutmu ya. Abis itu kamu kocok pake mulut kamu.” Jelasku.
Kulihat dia agak sedikit jijik ketika mendekatkan mulutnya. Dia mulai membuka mulutnya dan memejamkan matanya. Mulutnya yang mungil itu kini mulai mengulum kepala penisku dan mulai memajukan dan memundurkan kepalanya. Kadang ia menjilati pucuk kepala penisku serta dari pangkal sampai ke pucuk penisku.

“ enak sayang??” tanyaku

“ mmmhh…. Mmmmmhh…. Agak aneh sih rasanya… tapi gak aneh-aneh amat… sedikit asin di pucuknya mas… tapi enak kok…mmmhh.. mmm… mmmm… hmmm…” katanya melepas penisku agar bisa bicara dan kemudian mengulumnya kembali.

Setelah kira-kira 3 menit Lusi mengulum dan mengocok penisku,,kutarik dia dan kududukkan dia di bak mandi. Kulepas celana dalamnya yang sudah basah karena air pantai, dan membuka selangkangannya. Dia memelukku tak berdaya setelah pertarungan kedua kami tadi. Segera saja kulanjut permainanku menjilati putingnya bergantian.

“ aaawwwwhhhhhhh…uuuuuhhhh…ssshhhh…. Ahhhh…. “ desahnya kaget menerima serangan tiba-tibaku. Tanganku membimbing penisku ke mulut vaginanya yang sudah basah akan cairannya sendiri. Dia tidak sadar kalau yang menyentuh vaginanya dalah kepala penisku dan hanya memejamkan mata menikmati serangan demi serangan yang kulancarkan padanya. Karena nafsu sudah di ujung tanduk, dan sudah tak tahan ingin menjajah negara yang bernama vagina itu,, segera saja kutancapkan penisku kedalam vaginanya.

“ aaaaaaaaaarrrrrggghh…..” desahnya sedikit kesakitan karena tiba-tiba saja ada sesuatu yang masuk dalam vaginanya… aku sempat merasakan sesuatu sobek dari dalam vagina Lusi. ‘krek’ begitu suara yang kurasakan melalui batang penisku yang setengah bagiannya sudah memasuki vagina Lusi.

“ Mass…. Sakiiiiiiiitthhh…. Aaaahh…. Udah masss…..udaaahhh…jangan dilanjutin….lagiihhh… akuhh… masih virgin maaashh…” katanya sambil menahan sakit yang hebat. Darahnya mulai keluar disela vaginanya yang menampung penisku. Dia mencengkram lenganku dengan sangat kuat hingga kuku-kukunya melukai lenganku. Kulihat dia mulai mengeluarkan air matanya. Tapi karena sudah tak tahan ingin menyelesaikannya, kubenamkan setengah penisku yang belum ikut penjajahan. ‘Bless’ begitu yang kurasakan pada penisku. Kini seluruh batang penisku telah masuk kedalam vaginanya. Segera saja kupompa dan ku gerakkan penisku maju dan mundur secara beriama. Dia masih menangis menahan sakit.

“ uuuuhh…dah…masss…. Akuuuhh… gak kuaaaaaathhhh….. sakiiiiiiiiiiiitttthhh…. Uuuuuhh….” Erangnya kesaiktan. Aku tidak mempedulikannya lagi. Kini tubuhku sudah dikuasai nafsu dan tidak mungkin menghentikan aksiku yang semakin gila. Beberapa munit kemudian, kulihat dia sudah berhenti menangis dan mulai menikmati pompaanku di vaginanya.

“ udah gak sakit kan sayang?” tanyaku sambil terus memompa penisku. Tanganku kiriku meraih payudara kanannya sedangkan yang kanan memegangi tubuhnya dari belakang agar tidak masuk kedalam bak.

“ ssshhh…. Ooohhh…. Aaaaaaaaahh….. hm mhh…. Ssshhhh uuuuhh…. Terusin mass…. Cepetin lagi….” Desahnya yang mulai tak karuan. Kupercepat aksiku dan segera mengahiri semuanya…

“ aku mau….. pipissshhh…. Lagiiihh.…..sayaaaaang……. sshhh… ooohh….” Ujarnya tersengal-sengal.

“ bentar…. Aku juga….mau keluar…sayaaanggghh…. Oohh….. kita.. keluarin sama-samaaa… aaahhh….” Kataku sambil mempercepat lagi pompaanku dan akhrinya Lusi tak kuasa menahan kenikmatan batang penisku di dalam vaginanya sehingga dia mencapai orgasme keduannya. Penisku serasa disiram cairan hangat dan diremas dengan kuatnya oleh dinding vaginanya yang masih sempit.kalinya menarik pinggangku dan memeluk erat tubuhku sehingga penisku masuk semakin dalam dan ’crooott….crooott…crooot’ kurasakan pejuku menyemprot 8 kali di dalam vaginanya.

“ aaaaaaaaaaaaaaaaahhhh………” erang kami bersamaan setelah mencapai langit yang ketujuh. Kucium kening Lusi yang sudah berkeringat sejak permainan kami di kamar mandi ini dan turum ke arah bibirnya dengan penis yang masih menancap di vaginanya.
Kulihat dia masih tak berdaya dan mencoba mengembalikan tenaganya yang hilang. Kutarik penisku yang masih tegang dan segera ku jilati vaginanya tanpa rasa jijik. Bau harum yang tadi sempat hilang kini tercium kembali. Dari sela vaginanya keluar cairan kemerah-merahan yang lumayan banyak dan sedikit kental keluar dan menetes di lantai.

“ aaahhhhh… kita gak akan…. Pisah kan mas??mmmhhhh… mas… udahhh… ambil virginku… jangn tinggalin aku yaa mass…” katanya pelan dengan nafas yang mulai beraturan.

“ gak akan sayang. ‘I do not care all that happened to you, though it pains for me, I'll never let you go even for a moment... I will love you every single day,, always.’ I promises” kataku dengan mantabnya.

“ hehehe,,, aku gak ngerti artinya mas..” katanya tersipu.

“ huuuu….dasar… udah ah… nanti aja dibahas.. mandi yuk… takut kita udah ditunggu om sama tante.” Kataku. Dia hanya mengangguk kecil dan kamipun segera mandi dan kembali ke mobil. Benar saja, ternyata kami sudah ditunggu oleh kedua orang tua kami masing-masing. Begitu kami pulang, kami sempat mampir ke restoran dekat rumah kami. Disana, Aku dan Lusi makan dengan lahapnya seperti orang tidak makan selama 3 hari. Orang tua kami hanya tertawa kecil melihat tingkah makan kami. Setelah selesai makan dan habis 2 piring nasi dan lauk yang bermacam-macam sehingga kami kekeknyangan, kamipun diajak pulang kerumah. Sampai dirumah, keluarga om arta berpamitan pulang dan tak lupa mereka ucapkan terimakasih kepada keluargaku. Ketika om arta beranjak meninggalkan kami, kulihat Lusi melambaikan tanganngya dan memberiku ‘Kiss Bye’ disaat orang tuanya berjalan di depannya. Aku tersenyum dan membalas lambaiannya dan tak lupa juga membalas ‘kiss bye’ yang ia berikan. Hari itu adalah hari yang kami sendiripun tak akan pernah lupa. Esoknya, aku mendadak dibangunkan ayah dan mamaku. Kulihat jam dindingku yang masih menunjukkan pukul 4 pagi.

“ Kakaaak,,, ayah sama mamah mau pergi dulu ke luar kota,, mungkin kami pergi sekitar 3 hari. Kakak jagain adek baik-baik ya.. jangan nakal,, Uangnya masih kan kak?? Nanti kalo habis, SMS ayah apa SMS mamah ya… Nanti ayah Transfer. Trus kalo ada apa-apa juga… SMS ayah ya.. Jangan lupa kunci pintu kalo malem.” Jelas ayahku panjang kali lebar.

“ iyaa yaah… haaaaaaah..” kataku singkat karena masih kelelahan setelah kejadian yang kulalui kemarin sambil mengucek mataku yang masih setengah sadar..

“ ayah pergi dulu kak. Jaga kelakuan yaa..” kata ayahku.

“ iyaaaa…. Ati-ati ya yaaah… maah..” kataku setengah sadar. “udaaah… buruuan berangkat sonoh… masih ngantuk niiii….” Pikirku.

Setelah kedua orangtuaku berangkat,, kurebahkan tubuhku di kursi ruang tamu dan akhirnya aku tertidur kembali.

“ KAKAAAAAAAAAAAKKK BANGUUUUUUUUNN !!!!” Suara adekku ragil membangunkanku.

“ Bentar lagi deeekk” kataku sambil merubah posisi tidurku dan tidur kembali.

“ UDAH JAM SETENGAH TUJU WOI.. !! LU KAGAK SEKOLAH KAK??” Teriaknya kemudian.

“ ASTAGA…” segera saja aku terbangun dan berlari masuk kamarku… tak lama aku keluar dari kamar.

“ eh salah masuk…” kataku sambil berlari menujuk kamar mandi yang berada tepat di sebelah kamarku.

“ KAAAAK… AYAH SAMA MAMAH KEMANA??” teriaknya ketika aku sedang mandi dengan cepatnya.

“ MAMAH SAMA AYAH PERGI KE LUAR KOTA… KATANYA 3 HARI LAGI PULANGNYA…” jawabku tak kalah keras dari dalam kamar mandi.

“ YAUDAH… AKU BERANGKAT DULU KAAAKK… ‘ Bruak’….” Suara pintu ditutup dengan cara dilempar.

“ ATI- ATI”

Begitu selesai mandi, bergegas aku ganti baju dan kustater montorku. Aku lupa kalau hari ini aku ada ujian MATEMATIKA.

“ Shit…” gumamku lirih ketika aku mengingatnya. Kutarik pedal gas motorku dan berhenti di depan pagar,, kulihat rumah om arta sepi.. tiba tiba saja aku dikagetkan oleh tangan seseorang di bahuku. Kupalingkan wajahku ke belakang.

“ Lhoh… Gak Masuk sob??” tanyaku…. Kulihat Ditya sedang berdiri dengan seragam batiknya yang berwarna biru dengan menggunakan celana panjang putih.

“ Kagaaaakkk… Lu mau masuk?? Gak usah deeeeh… temeni guee… suntuk niii…” jelasnya sambil beranjak duduk di dekat pagar. Kumatikan motorku sejenak dan menghampiri ditya.

“ Emang lu kenapa?? Ada masalah?? Kalo gitu,, lu ikut gua aja… tar tunggu di Warung deket sekolahku. Aku ada ujian hari ini..” Jelasku pelan.

“ hmmmm… Tapi lo yang bayarin yaa?? Heeeeeheee..” pintanya sambil meringis..

“ Iyeeeeeeeee…. GEK NDANG NGADEG… ‘ SELAK TELAT AKU’..” Kataku menggunakan Logat jawaku.

Setelah tiba di sekolah,, aku bergegas menuju ke kelas.. dan tiba-tiba dari belakang tembok di sebelahku muncul segumpal tangan yang mencoba meraih pipiku.

“ shiit… gue salah apaan siii??” gumamku lirih.

“ Buuuuaaghhh….” Sebuah tinju yang cukup keras sukses mendarat di pipiku. Aku bangun dan melihat siapa yang meninjuku dari belakang tembok yang ada disampingku.

“ Elo…” ucapku kaget karena melihat Rendy,, anak kelas tiga yang menantangku dua hari yang lalu dan mencoba memperkosa lusi.

“ Itu balasannya kalo lo berani ngelawan gue.” Katanya.

“ kok dia bias keluar penjara?? Jangan-jangan dia kabur lagi…” pikirku

“ gua di jamin sama orang tua gua. Dan mereka membebaskanku dengan syarat.” Jelasnya kemudian..

“ pantessaann…” pikirku kemudian. Aku tidak membalas pukulan yang Rendy berikan padaku. Aku masih inget kata-kata guruku kemarin. Jadi kulepaskan kepalan tanganku yang sebenarnya sudah gatal membalas tinjunya.

“ Bukanya lo dah dikeluarin ya dari sekolah ini??” tanyaku sedikit teriak.

“ Itu semua gara-gara lo tau..” Sahutnya sambil menunjukkan telunjukknya ke arahku.

“ Trus ngapain lo disini?” tanyaku membuatnya kesal. Tak lama kemudian kami dipergoki pak Asmara. Beliau segera mengusir Rendy dari Lingkungan sekolah untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. Setelah berhasil mengusir rendy, pak Asmara melihat bekas pukulan Rendy barusan yang mulai lebam dan sedikit membiru di bagian bawah mataku. Pak asmara hanya geleng-geleng dan menarikku ke UKS yang tempatnya dekat kelasku. Disana aku bertemu Lusi yang sedang duduk di kursi dekat tempat tidur pasien. Dia kaget melihatku datang bersama Pak Asmara.

“ lhoh.. mas… ada ap……….” Katanya mendadak terhenti ketika melihat sebuah noda hijau kebiru-biruan di pipiku.

“ pipi mas itu kenapa kok sampai kaya gitu..?” tanyanya ketakutan.

“ ah… iniiiii???…. Tadi kejedot pintu… gak pa pa kok dek. “ kataku sedikit meringis kesakitan dan memegangi pipi yang mulai membengkak.

“ kok bisa sih?” tanyanya tak percaya.

“ enggak… tadi tu kan mas mau masuk kelas,, pas mas mau buka pintu,, tiba tiba temen mas ada yang bukain.. gituu…” jelasku padanya.

“ Kok sama Pak Asmara??” tanya dia kembali.

“ Kalo yang itu tadiiiii…… eee…… oh… itu… tadi ternyata pak asmara yang bukain pintunya… jadi beliau yang bawa mas kesini.. hehehe…” kataku mulai tak jelas sambil cengengesan.

“ Ati-ati to maaaaaassss” katanya dengan logat jawa..

“ hm mh…” jawabku singkat dan tersenyum kearahnya.

“ Trus, kamu ngapain disini??” tanyaku penasaran.

“ Itu masss… Aku minta pembalut… Aku lagi dapet…” katanya sedikit malu.

“ untuuuuuuuuuuuuuungggg…. Haaaaah….” Pikirku lega karena tahu dia mens…

“ oh ya?? Bagus donk… yaudah… mas minta obat pak asmara dulu yaa…” kataku sambil memegangi pipinya kemudian beranjak mendekati pak asmara yang sibuk mencarikan obat untukku.

Karena kelasku berada di sebelah kiri UKS,,, dan kelas Lusi di sebelah kanan,, begitu selesai diobati, kamipun berpisah didepan UKS. Sempat kami mencuri ciuman di belakang tembok diantara kaca dan pintu. Dan kami berpisah dengan senyum diwajah kami.


UPDATE PART IV

Setelah berpisah, kami segera kembali ke kelas kami masing-masing dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Jam ke 2 adalah jam Ujian matematika yang dijadwalkan. Aku menunggu Pak Putut yang mengajar matematika kelas kami yang kebetulan juga Wali kelas kami. Begitu beliau datang, ujianpun dimulai. Kulihat beliau membawa soal dan sebuah kertas kosong.

“Anjritttt…. Kagak ngerti sama sekali…” gumamku lirih karena melihat soal yang dipenuhi dengan angka dan simbol-simbol tak jelas. Ujian ini seperti Neraka bagiku. Neraka yang akan memberiku sebuah telur berwarna merah dan garis di bawahnya. Sekitar 30 aku hanya diam tak menulis apapun. Kulihat Pak Putut sedang menulis sesuatu setelah membaca soal yang ia buat.aku tahu beliau sedang menulis jawaban. Aku tahu kalau aku tidak bisa menjawab. Jadi ku tunggu pak putut pergi dan berharap meninggalkan jawabannya di atas meja. Benar saja. Beliau kemudian berdiri dan pergi meninggalkan kami. Seketika, Ruang kelas Riuh oleh keramaian anak-anak lain yang berusaha melihat lebih dekat jawaban tersebut. Aku hanya terdiam dan menunggu anak yang lain berhasil mencontek. Setelah semua duduk dan tersenyum puas karena jawabanya sudah penuh, aku mencoba untuk bertanya pada salah seorang temanku yang bernama Feby.

“ Feb,, Nyontek dooonk…” kataku pelan sambil memperlihatkan wajah memelas..

“ Nih..” katanya sambil menyodorkan jawabannya. Belum sempat kuambil jawabannya, Pak putut datang dan dalam sekejap, keheningan kelas mulai muncul kembali.

“ Waktunya habis. Kumpulkan kerjaan kalian.” Kata Pak Putut tegas. Anak – anak lainpun segera berdiri dan mengumpulkan pekerjaannya. Aku hanya bisa diam dengan mengumpulkan lembar jawabanku yang hanya terisi tanggal, nama, nomer, kelas dan angka satu… selanjutnya kosong sampai bawah. Saat aku mengumpulkan, aku hanya meringis kepada pak Putut karena malu. Pak pututpun hanya geleng-geleng kepala saja.

Seperti biasa, setelah merapikan jawaban teman-teman, pak putut meninggalkan kami dan kelas berakhir. Jam istirahat aku sempatkan bertemu Lusi. Ku keluarkan Hpku dan kuketik sebuah pesan. “ LUS, AKU TUNGGU DI KANTIN YAH. AKU MAU NGOMONG BENTAR. KALO UDAH NYAMPE SMS YAH..” Kukirimkan ke Lusi dan segera beranjak ke kantin. Beberapa detik kemudian, HPku berbunyi. Kulihat, nama di HP yang kupegang. “ ♥ Lusi ♥”
“ IYA SAYANG… AKU UDAH DIDEPANMU..” segera saja kupalingkan wajahku dari HP dan melihat apa yang ada didepanku. Aku kaget begitu melihat wajahnya yang tersenyum manis melihatku kaget setelah membaca SMS tadi.

“ huuuh… ngagetin ajaa… awas ya kamuuu..” kataku pelan sambil mencubit hidungnya.

“ abiiis… Mas sihh.. orang aku di kantin dari tadi juga,, masa gak liat sih?? Padahal kan aku dah cantiiiiik…” katanya pede.

“ huuuuuuuu…. Cantik dari hongkong?? Kalo lagi ngambeg,,baruuuu….”

“ cantik??”

“ gemesiiiin…”

“ aaaaaaa…. Mas ni yaa… senenganya Cuma godaiiiiin terus… kerjaiiiiiin terus” omelnya sambil merengut.

“ hahaha. Iyaa.. maaf…eh, sayang,, udah makan belum??? Makan yuk?? Laper niiih… “ kataku sambil mengelus perutku.

“ uuuuuucch… sayang laper yaa??? Laper makannya apa laper itunyaaaaaaa??? Hahahaha” godanya kemudian.

“ wa… wa… wahh… wahhhh… udah mulai nakal ya…. ‘awas aja nanti kalo ketemu di luar sekolah’ hihihihi…” kataku lirih

“ trus pertanyaanku gimana?? Udah makan belum?? makan disana yuk??” ajakku sambil menunjuk ke arah penjual soto. Ketika ia sedang menengok, segera saja kucium pipinya yang lembut itu.

“ mwach” suara bibirku menyentuh pipi kirinya.

“ akkkk-………… aaaaaaaaaaaaa… mas ni ciumin akuuuuuu terus dari kemaren.” Katanya terpotong karena malu dilihat teman-temannya

“ abiiiisss… Pipimu chubby bgt Lus… hehehe… rasanya pengen nyium terus jadinya… hihihihi” kataku sambil ketawa kecil

“ aaaaaaahh… masi niii bisa ajaaa… yaudah,,, mas makan dulu aja. Aku udah makan mas, tadi sama temen-temen. Aku juga mau gerjain tugas dulu.” Jelasnya kemudian

“ yaaah… gak jadi disuapin deh…”

“ hiiiih… mas ni… manja banget deh… dah ah mas,, aku kesana dulu ya… dah ditunggu temen-temen nih” katanya sambil menunjuk ke arah teman-temannya yang sudah menunggu dari tadi.

“ okelah,, bye sayaaang..” kataku sambil mengangkat tanganku

“ Bye juga sayaaang..” katanya singkat dan berlalu meninggalkanku. Sempat sesaat ia menoleh kearahku lagi ketika ia berjalan mendekati teman-temannya. Uuuuhh… wajahnya…. Adaw deh pokoknya… yang jelas, gambar yang sudah ane upload pasti bisa bantu agan-agan semua bayangin wajahnya. Hampir mirip banget lo... uuuuhhh speachless aku pokoknya.

“ eh bang,, ngapain bengong aja disitu??” Panggil feby sambil memakan jajan di sela-sela pandanganku kepada lusi. Feby adalah anak yang baik,, manja,, dan agak matrelah.. tapi kalo sama aku,, dia tidak terlalu matre. But, hal lain yang buat aku seneng deket febby adalah dia seorang cewek yang beda dengan yang lain. Dia tak segan untuk membicarakan hal yang berbau sara didepanku. Entah kalo didepan yang lain. Tingginya sebahuku, kira-kira sama dengan lusi tapi febby lebih tinggi sedikit. Rambutnya gelombang sebahu dan sering dikucir di belakang, memakai kacamata, dan berbadan langsing.

“ wehehei… feby… waaah curang looo… makan gak ajak-ajak…” kataku sambil mendekatinya.

“ yeeee,,, siapa looo?? Pacar bukan,,, adek bukaaan,, ya males aja ngajakin kamu..” katanya sedikit sewot

“ hehehe…. Kan calooonnnn…” kataku menggodanya.

“ calon apaan?? Babu?? Hahahaha…” jawabnya sambil cekikikan.

“ eh,,, sialan lu,,, geseran dikit napa?? Udah gak disuruh duduk,, di liatin aja lagi… emang tega lu feb… “

“ biarin..” jawabnya singkat. Kemudian aku makan sambil mejawab pertanyaannya disela-sela makan. Setelah selesai, aku bergegas pamit ke febby karena mau meninggalkan kelas ( bolos ) dan menemui sobatku yang sudah menungguku dari tadi.

“ feb, tar kalo guru nanya,, bilang aja aku gak masuk ya. Aku mau cabut.” Kataku terburu-buru.

“ eh… eh… eh… tunggu dulu… bayarin duluuu… “ pintanya

“ sialan… gak iklas amat bantuin temen?? Yaudah… nih…” kataku sambil memberinya uang.

“ yeee… biarin… eh,, tar pulang sekolah bareng ya… lo tadi sendiri kan??” tanyanya saat sebelum aku pergi.

“ iyeeee… seweot ah,, ntar aja kalo udah pulang lu sms aja.. “ kataku sambil meninggalkan febby dan menemui sobatku di tempat janjian kami.

DI WARUNG

“ Woy… bengong aja lu..” sapaku mengagetkan lamunan Ditya.

“ bangsat lu ya… bikin kaget aja.. untung gue gak jantungan… hhaaaahh.” Sewotnya sambil mengelus dadanya.

“ haha.. kalo jantungan tinggal lempar ke jalan. Tar juga ada yang nolongin.”

“ buset dah.. tega bener lu?? Sialan.” Katanya sambil memukul lenganku

“ eh,, kenapa tuh pipi lu ada pelanginya?? Abis pelajaran nggambar lu??” tanyanya sambil menunjuk pipiku yang lebam

“ anjing lu.. sialan.. inii??gakpapa… tadi pagi di tonjok ama temen.”

“ mau gw hajar tuh orang??

“ biarin ajee… dia dah diurus ama guru kok. Anyway ada masalah apaan sob??” tanyaku sambil duduk di desebelahnya.

“ Buk,, the susu atu yee… tapi susunya dari anak ibuk ya… hahaha” kataku kepada bu Aris pemilik warung.

“ meres sendiri ya saat… noh… Resha disono tuh..” katanya sambil menunjuk anak perempuanya yang sedang membersihkan tempat duduk.

“ yee… ntar nambah tinggi lagi biayanya… ogah ah… hahaha…” kataku sambil tertawa nyengir..

“ lanjut sob” kataku singkat pada ditya yang ikut tertawa mendengar percakapanku

“ gini sob,, gw…………..” ceritanya panjang x lebar yang nanti di update selanjutnya bakal ketahuan apa ceritanya.

“ waaahh… bahaya tuh… gini deh dit,, yang penting sekarang lu jangan sembarangan bertindak, tetep pantau lokasi, kalo ada yang aneh,, buruan lapor.. sekarang kita kesana aja dulu,, biar lo tenang.”

“ bener juga lo sat.. yaudah yuk cabut,,, cepetan,,, gw takut nih kalo ada apa-apa” ajaknya.

“ lah… minum gueeee???”

“ aaahhh… ntar aja pesen lagiii…” katanya sambil meraih motornya dan ‘bruuum’ motornya berbunyi.

“ yaah… padahal gw kan belum ngrasain susunya” candaku

Sampai di sekolahnya, kami melihat banyak anak motor yang menunggu disana. Mereka membawa bermacam-macam senjata. Seperti mau perang. Motor mereka berjajar dan mereka duduk seperti menunggu seseorang keluar dari pagar yang tertutup rapat.

“ Telat dit… puter balik,, tunggu di pertigaan aja. Disana ana pos polisi” kataku sambil menepuk pundaknya.

“ shitt… cepet banget tuh geng motornya” katanya.

Setelah menunggu lama, jam pulangpun tiba. Sempat kami melihat para anak geng motor itu berdiri dan melihat wajah satu persatu yang keluar dari sekolah ditya. Sampai akhirnya mereka membuyarkan diri setelah polisi datang dan berjaga-jaga disana. Kami sempat ketakutan melihat para geng motor itu melewati kami dengan perasaan marah. Sepertinya mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Setelah memastikan tidak terjadi apa-apa di sekolah ditya, kamipun kembali kesekolahku yang ternyata juga baru saja pulang.

“ langsung cabut??” kataku nenulai pembicaraan

“ yoi… tar sore aja gw kerumahmu ama ade.” Katanya. Kemudian ia pergi. Aku sempat melihat Lusi sedang dijemput ayahnya. ‘tuumben dijemput’ pikirku.

“ ting ting ting tiing tiiiiiing” Bunyi khas sms Nokia datang dari Hpku. Kulihat nama “Febby S2” muncul di layar.

“ SAT, UDAH PULANG NIH. DIMANA KAMU? AKU DI KELAS. BURUAN KESINI”

“ IYEEE.. SABAR NOON.. LAGI JALAN NEH” balasku


-- Di kelas --

“ gimana tadi feb??” tanyaku

“ apanya??” ujarnya

“ gue dicariin gak??”

“ enggaaaak.. kemana aja sih kamu sat?? dari tadi jugaa… liat tuh.. kelas juga udah sepi kan??” tanyanya

“ heehehe… biasaaa anak mudaa…” kataku cengengesan sambil mengambil tasku dari tangan feby

“ pulang yuk??” pintanya

“ lo jadi bareng gue feb??” godaku sambil menatapnya dengan penuh keanehan

“ sialan looo” katanya sambil berusaha memukul perutku. Karena reflek, aku menghindar dengan memundurkan pantatku ke belakang.

“ eh.. maaf…” katanya sambil menarik tangannya yang mendarat tepat di ‘adikku’ karena hindaranku tadi.

“ aaawwwhh…” kataku meringis karena sang ‘adik’ tertinju.

“ maaaf… gak sengajaa saat… sorry yaah..” katanya memelas sambil tangannya meraih ‘adikku’ tapi kutepis.

“ ghak..phaa..phaaa… fheeb…” kataku sambil menahan sakit. Sempat keheningan menyelimuti kami berdua. Suasananya mendukung sekali. Sepi,, hanya ada kami berdua dan angin yang menyapu dedaunan di tanah dan sedikit keramaian di parkiran. Kelas kami memang ssedikit jauh dari parkiran dan terhalang bangunan lain sehingga tidak ada yang tahu kalau kami masih di kelas. Kulihat dia merasa bersalah atas perlakuannya terhadapku. Aku tersenyum melihatnya.

“ gak pa pa feebb… balik yuk??” kataku pelan. Dia hanya mengangguk.


-- Dirumah febby--

“ Mampir yuk??” pintanya sambil meraih tanganku dan menariknya.

“ eh eh… gue…..yaudahlah… bentar aja ya…” kataku. Setelah ditarik dan disuruh duduk di ruang tamu,, kulihat rumahnya sepi.

“ sepi amat feb,, bokap nyokap kemana??” tanyaku

“ belum pulanglaaah… kan lagi kerjaa” katanya sambil meletakkan tasnya di kursi dan melepas sepatunya.

“ ikut aku yuk sat??” katanya sambil menarik tanganku kembali.

“ kem…..” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, aku sudah ditariknya kedalam sebuah ruangan yang didalamnya sangat rapi dan harum sekali. Bau parfum yang menyegat sama seperti parfum febby. ‘Pasti ini kamar febby’ pikirku.

“ ini kamar siapa feb??” tanyaku.

“ kamar gue laahh…” jawabnya sambil tersenyum.

“ feb,, gak salah lo ngajak gue kemari?? Mo ngapaiiin??” tanyaku penasaran.

“ enggak… aku Cuma mau ngobrol aja sama kamu sat,, eh kamu mau minum apa sat??”

“ apa aja deh,, yang penting dingin.” Kataku yang masih melihat sekeliling karena heran. ‘buset dah.. coba kamarku kaya gini’ pikirku. Setelah menunggu, febby datang membawa 2 gelas air di tanganya.

“ nih” katanya seraya memberiku gelas yang ada di kanannya.

“ duduk di situ aja..” kata feby sambil menunjuk tempat tidurnya. tanpa pikir panjang, aku duduk di tempat tidurnya yang empuk itu.

“ makasih feb.” Setelah meminum air yang di berikan feby, aku sempat diajak ngobrol sebentar dan membicarakan kejadian yang menimpaku di sekolah tadi pagi. Tak lama kemudian mendadak pandanganku mulai kabur dan kepalaku mulai pusing. Karena tak kuasa menahan sakitnya kepala dan mata sudah mulai gelap,, akupun akhirnya pingsan. Saat aku bangun, aku merasakan ada yang aneh pada tubuhku..

“ aaahhh….ahhh….mmhhh….” suara desahan yang mebuat aku terbangun itu membuatku penasaran dan membuka mataku.

“ astaga… Feb,,, kamu ngapain??” tanyaku ketika melihatnya sedang menggenjot ‘adikku’. Saat itu posisinya WOT,, jadi wajah Febby terlihat jelas. Aku kaget ketika melihat tubuhku telanjang tanpa sehelai benangpun menempel ditubuhku begitu pula febby. Yang lebih membuatku kaget lagi adalah suara desahan dari arah samping kiriku yang tidak kukenal sedang telanjang dan nafasnya terengah-engah karena kelelahan. Kocoba gerakkan tanganku dan menghentikan aksi feby yang memperkosaku bersama temannya namun gagal karena ternyata tanganku diikat di setiap sisi ranjangnya. Kakikupun demikian.

“ feb,, bentar feb,,, aku butuh penjelasan,, please febb,,” kataku pelan. Febbypun menghentikan aksinya dan melihat aku yang mulai sadar dari tidurku.

“ haah…haaahh…sorry sat,, hhaaah.. akuh…. Pengen bangethh… giniin kamuhh… akuuhh.. Cuma minjemhhh….. tubuhmuh…” nafasnya tersengal-sengal dengan penisku yang masih menancap divaginanya.

“ maksudmu??” tanyaku penasaran.

“ iyaah…aku Cuma penghen….haaaah…. baleesshhh dendamhhh sama… cowokkuh….” Katanya disela-sela nafasnya yang masih tak beraturan.

“ tapi gak gini feb caranyaa… kamu kan masih perawan… kamu gak takut hamil??”

“ enggaaakk… uhhhh…mmmmhhh…” katanya.

“ gini deh… lepasin gue dulu… kita omongin dulu bentar… key??” pintaku..

“ ntar kamuuh…..”

“ kabur?? Ngaak… aku janji…” kataku yakiniin febby. Setelah melepas penisku dari vaginanya. Ia melepaskan ikatan ditangan dan kakiku. Sempat kulihat bibir vaginanya sedikit berdarah. Setelah terlepas, kududukan dia disebelahku. Setelah nafasnya normal, aku segera bertanya padanya.

“ Jujur feb,, kamu tadi masukin apa di minumanku??” tanyaku sambil memandangnya serius.

“ it…ituuu… ak..aku… masukin… obat tidur.. sama viagra..” katanya terbata-bata.. ‘waduuuhh…bisa gawat nih.. dapet dari mana nih anak??’ pikirku

“ oke… Trus cewek ini siapa??” kataku sambil menunjuk seorang cewek yang kemudian ikut duduk disebelah febby.

“ ini temenku.. Shinta namanya. Dia anak SMA Harapan(samaran gan) seangkatan sama kita.” Jawabnya.

“ trus maksudmu balas dendam gimana??” tanyaku masih penasaran.

“ gini.. cowokku ketahuan selingkuh sama cewek lain dan kupergoki mereka sedang bersetubuh.. dia bilang padaku,, katanya aku sok alim,, sok suci,, gak mau disetubuhi.. sebenernya aku bukannya gak mau,, tapi aku belum siaap… jadi aku bawa Shinta biar dia jadi saksi kalo aku juga bisa gitu…” katanya sambil menahan tangis…

“ tapi bukannya kamu masih perawan??” tanyaku lagi.

“ iyaa.. tapi satu jam yang lalu. Sekarang udah enggak..” katanya. Air matanya jatuh. Aku hanya terdiam sesaat melihat febby menangis.

“ okee.. aku bantu kamu. Tapi please… jangan ulangin kaya gini lagi.. lebih baik lagi kalo kamu ngomong baik-baik… kalo emang aku bisa bantu,, pasti aku bantu.. yaah??” kataku pelan sambil mengusap air matanya yang berjatuhan. Ia hanya mengangguk pelan sambil terus menangis.. Ia memelukku.. kubiarkan saja tubuhku dipeluknya biar dia tenang. Kulihat Shinta juga ikut terbawa suasana. Ia mulai menunduk.

“ okee… sekarang kalian mau aku ngapain??” tanyaku

“ lanjutin lagi aja mas.. kasian Febby.. “ jawab shinta.

“ gimana feb??” tanyaku pada febby. Ia mulai melepas pelukannya dan mengangguk. Ia sudah berhenti menangis.

“ yaudah.. sekarang kamu tiduran aja.. biar aku yang puasin kamu..” kataku pelan. Aku sebenarnya gak mau lakuin ini. Karena aku teringat Lusi yang juga sudah ku ambil perawannya. Tapi karena kasihan melihat febby,, aku lanjutkan saja. ‘ Maaaf ya sayang…’ pikirku . kurebahkan Febby dan segera kucium bibirnya.. bibirnya yang hangat dan lembut itu menerima ciumanku. Tanganku kiriku kuarahkan ke payudaranya yang menunggu remasanku dan kuremas halus.

“ mmmhhhh….. tcuupmmmmhhhh…” desahnya disela-sela ciuman kami. Shinta tak tinggal diam. Dia beranjak kearaahku dan memegang batang penisku yang menegang tanpa lelah berkat viagra yang kuminum. Tiba-tiba penisku terasa hangat dan betul saja, Shinta mengulum penisku dengan beringas. Kelihatanya ia sangat bernafsu melihat kejantananku yang bebas.

“mmhhh…mmmmmmhh” desahku pelan. Aku akui.. permainan lidahnya sangat hebat. Kalo boleh dinilai antara 1-10,, mungkin aku jawab 9. tak kalah liar, aku mulai memilin putting Febby dan tangan kananku meraba bagian bawah perutnya dan mencari vaginanya. Setelah kutemukan, segera kugesek dan ku pilin klitorisnya sehingga membuat Febby menggelinjang hebat.

“ mmmphsssaaaaahh….. uuuhh….. mmmmhhssshh…. Aaaahhhh… iyaaah… bener… ituuuhh… mmmhhh…” katanya sambil melepas ciumanku agar bisa berbicara. Karena mulutku sekarang bebas,, segera saja kulumat payudaranya yang cukup besar itu. Ukurannya sekitar 36. tanpa basa-basi lagi,, kumainkan lidahku di putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu dan kugigit kecil.

“ aaaaaaaasshhhhh…..uuuuuuuuuuuuhhhh….. mmmmmmhhhhh…..sssaaatt,,,, aaaahhhh…. Akkuuuuuuuuuuuuhhh… mauwwwwhhss…. Keluaarrrrrrrrrhhhhhhh…. Mmmmhhh…..” desahnya ketika putingnya kumainkan. Sesaat setelah Febby mendesah,, tubuhnya mengejang hebat dan tangan kananku didekapnya dengan kedua pahanya menjepit tanganku. Lenganku di genggamnya dengan sangat erat sampai membuat lenganku sedikit lecet tapi tidak berdarah.

“ Aaaaarrrrrghhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh…” desah Febby Panjang ketika ia orgasme. Shinta segera menghentikan aksinya dan melihat apa yang terjadi. Setelah orgasme,, febby masih lemas. Shinta kemudian menarikku dan membungkuk membelakangiku. Aku paham maksudnya. Karena sudah sangat bernafsu,, Segera kumasukkan penisku kedalam vagina Shinta.

“aaaarrrgghhhhh…..” erangnya ketika penisku mulai memasuki liang kenikmatannya yang masih terasa sempit. Tanganku yang bebas kuputuskan untuk meraih payudara febby yang masih terkulai lemas,, namun kali ini ia menolak.. tiba-tiba ia bangun dan berdiri disebelahku. Dia menyodorkan payudaranya yang sudah basah karena liurku.

“ tete sat… emuuttaaaaaaaahhhhhhhhhh….” Desahnya ketika mulutku mendarat tepat di putingnya..

“ maaass….uuuhh… uuhhhh…. Uuuhhh…. Kontolmu gede bangeethh… hhhaahh… meemekkuuhhh penuuhhhhhhhh…..” kata shinta yang masih dalam posisi doggy style itu.. setelah kupercepat dan berharap segera usai,, Shinta tiba-tiba berteriak lumayan keras..

“ aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh…” desahnya. Penisku merasa ada cairan hangat yang menyiram di dalam vagina Shinta dan dindingnya meremas kuat batang penisku yang masih menancap di vaginanya.. Dia terkulai lemas setelah orgasme yang ke berapa akupun tak tahu. Segera kucabut penisku dari vagina Shinta dan berfokus pada Febby yang dari tadi mendesah nikmat. Nafasnya sudah tak beraturan. Kutarik tubuhnya dan kudekap dari depan. Kulebarkan kakinya agar penisku bisa bertemu vagina Febby lagi.

Setelah puas menjilati putingnya, kuhentikan sejenak jilatanku.

“ ooooooooh…..” erangya ketika penisku tiba-tiba masuk ke vagina Febby. Benar ternyata. Sempit sekali ruangan di dalam vagina febby..

Sadar bahwa penisku masuk,, ia mulai memeluk pinggangku dan memberi jalan kepada penisku agar bisa masuk lebih dalam. Kami dalam posisi berdiri. Kusandarkan ia di tembok. Saat aku mulai mempercepat pompaanku pada febby,, aku melihat sesuatu yang akhirnya membuatku berhenti memompa vagina Febby.

" What the helll is that??" kataa..........


Part V

" What the helll is that??" kataku setelah melihat ada sebuah Handycam yang merekam kegiatan kami yang ditempatkan di sela rak buku Febby.

“ aahhhh…. Mmhh…. Sorry sat.. gw cm………”

“ matiiin sekarang Feb… Ta,, Ambil camnya sekarang.. cepet..” kataku sedikit marah.. segera saja shinta mengambil camnya dan memberikannya padaku. Begitu kupegang, segera saja kucari dan kutekan tombol REC nya,, kulepas kasetnya dan kulempar kearah ranjang.

“ kenapa lo rekam sih feb??” tanyaku dengan nada tinggi

“ ngg…. Itu…. Anu… ehhhnggg,,, maaf ya saat…” katanya kebingungan.

“ iyaa… tapi kenapa direkam??” tanyaku kembali.

“ buat bukti ke fathan( nama mantan pacar Febby)” jawabnya sambil menahan nafas karena penisku masih menancap di vaginanya.

“ gak gitu juga feeb… pake foto kan juga bisaa…” kataku mulai pelan sambil mengelus pipinya.

“ maaf sat,, aku gak kepikiran. Tapi kamu gak marah kan kalo aku minta foto??”

“ enggak… tapi ntar wajahnya di edit ya… di blur aja… tar aku deh yang edit. Trus kamu kasih deh tuh foto sama mantanmu..” jawabku pelan.

“ iya deeehh…” katanya merasa bersalah. Karena terpotong pembicaraan tadi, aku kelelahan berdisi dan aku meminta Febby untuk berganti posisi tanpa melepas penisku dari vaginanya. Jepitannya masih sangat kuat serasa di remas dengan sekuat tenaga saja. Akhirnya aku dan febby merubah posisi menjadi WOT lagi namun kali ini tanganku bebas. Tidak seperti tadi yang masih terikat. Febby mulai memompa penisku pelan..

“ aaaaaaaahh…. Mmmhh…. Ssshhh…uuuuuhhh…” desahnya semakin liar ketika pompaannya dipercepat. Shinta yang terdiam melihat kami setelah berhasil mengambil gambarku dan Febby bersetebuhpun akhirnya ikut dalam permainan kami. Ia tiba-tiba melempar hp yang ia pegang dan kemudian ia berdiri diatas kepalaku dan jongkok menghadapkan vaginanya ke wajahku. ‘astaga Shinta juga masih perawan..’ pikirku kaget melihat vagina shinta yang sedikit berdarah. Memang, aku sedikit jijik melihat darahnya, namun karena nafsu sudah di ubun-ubun, kubenamkan saja lidahku kedalam vagina shinta.

“ uuuuhhhh…..mmmmmmmmh….. enak mashh… teruushhhhhhh…. Mmmmmmhhh…” desah Shinta ketika kujilati dan kugigit-gigit kecil klitorisnya.

“ mmmhh…. Aaaahhhh…. Sshhhhh….. ooooh….. ssssshhhhuuuuuuhhhh…. Hhhhaaaaaahhh… akuhhh… keluar lagihh saaaaaaaaattttttt aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh….” Febby mencapai orgasme kembali dan tubuhnya mengejang hebat. Siraman cairan dalam vaginanya terasa hangat sekali dan remasannya semakin kencang sehingga membuat otot kakiku mengejang dan dengan nafas tertahan, penisku tak kuat menahan deburan ombak yang keluar dari ujung mulut kecilnya

“aaahhhmmmmmmmmmmhhhhhhhhhhhhhhhhh…mmmhhh…mhhh…mhh hh…” desahku disela himpitan vagina Shinta yang masih menempel di wajahku. Cairanku menyembur diseluruh dinding vagina Febby. Terasa 5-8 kali cairanku menyemprot…
“ pruuut… pruuut… pruut… pruuut…” getaran yang kami rasakan ketika cairanku menyembur di vagina Febby. Sekitar 5 detik setelah orgasmeku dan ketika aku masih menikmati orgasme, Shinta kemudian menyusul.

“ akuuhhh jugaaahhh kelluuuarrrrrhh massss….. aaaaaaaaahhhhhhhhh…..ooohhhh…..mmmmhhh….” sebuah cairan hangat juga menyiram wajahku.. baunya… eeuuwwh… gak nahan… selesai pertarungan kami bertiga terkulai lemas dengan penisku yang masih menegang berkat minuman shinta tadi. Sisi kananku Febby, dan sisi kiriku Shinta. Kejadian ini sangat memalukan bagiku yang sudah mempunyai seorang pacar. Aku sangat malu pada diriku sendiri. Namun karena sudah terlanjur, tak perlu lagi kusesali. Begitu selesai, kami sempat ngobrol sebentar.

“ Kontol mas gede banget yah… Kalo dibandingin sama punya cowokku gedean punya mas… uuhh.. sampe penuh mas memekku tadi.. aku gak pernah sampe kaya gitu.. orgasme aja ampe 4 kali.” Kata Shinta panjang.

“ iyaa… punyamu kok gedhe banget sih sat?? susah banget lo tadi masuknya.. ampe nangis kesakitan aku tadi..” sahut Febby kemudian.

“ ah… nggak jugaa…” jawabku sedikit malu..

“ eh feb,, kamutadi orgasme berapa kali??” tanyaku penasaran

“ 2 sat.. abis kamu masih tidur siih.. gak kayak pas iketan kamu lepas..” Jawabnya tersipu

“ salah siapa ngasih obat tidur sama viagra ke minumanku??” jawabku sedikit kesal

“ iyaa deeeeehh… maaaaf…” katanya sambil meremas penisku

“ aww…” erangku kesakitan

“ pelan dong Feeb,,,” kataku kemudian.. ia hanya meringis melihatku. Setelah capek, akupun berpamitan dengan kedua wanita cantik itu, dan kembali mengenakan seragamku yang tertata rapi di meja belajar febby. Tak lupa kuambil kaset yang tadi kulempar dan kubawa pulang.

Sebelum keluar kamar Febby, febby sempat berlari kearahku dan memelukku dari belakang sehingga payudaranya yang empuk itu bersentuhan kembali dengan belakangku. ‘adikku’ yang masih tegangpun berdenyut-denyut merasakan ada sesuatu yang menempel. Efek viagra itu membuat libidoku cepat naik yang bisa dibilang Drastis. Segera saja aku melepas pelukan Febby dan kubalikan badan. Kubuka resletingku kembali kubenamkan kembali penisku yang menegang itu kedalam vaginanya..

“ aaaawwwwwwwshhhhh…..” katanya sedikit kesakitan ketika setengah dari penisku masuk kedalam vaginanya.

“ Pelan dong sayaaaaangg….” Pintanya dengan wajah yang…. Mmmmmmhhh… wow deh pokoknya. Dan herannya lagi aku serasa terhipnotis oleh wajahnya dan tatapannya yang sayu itu… uuhh… speachless pokoknya.. kubenamkan penisku secara perlahan kedalam vagina Febby.

“ mmmhhh…. Naaaahh… Gituu dooongg…. Kaan enaaaakkk.. mmmmmhhh” katanya pelan. Aku hanya tersenyum melihatnya. Segera kupompa penisku kembali dan kuciumi lehernya yang putih itu.

“ mmmmhhhh….aaaaaaahhhhhh……. sshhh…. Oooooooohhhhmmmm…. Hhhhhaahh..” desahnya saat kupercepat pompaanku. 10 menit kemudian Febby tiba-tiba memelukku dengan erat.

“ akuuuuhhh… mauwwh…. keluaaaaaaaaaarr….. lagiiiiiihhhhh…… ooooooooohhhhhhhhhh…….” Pekiknya tertahan ketika orgasme yang ketiga menghampirinya. Kudiamkan sejenak. Febby mulai lemas dan tubuhnya bergetar hebat..

“ kamu dah gak kuat lagi Febb??” tanyaku

“ iyaaahh…mmmhhh… aku capek bangett saat…aaahhh…”

“ aku udah mau keluar nih feb,,, keluarin dimana??” tanyaku

“ sini dimulutku aja sayang…” katanya sambil melepas penisku dari vaginanya kemudian berjongkok dan mengurut batang penisku.

“ aaaaww… feeebb…. Ngilu feb… jangan kena gigi dooong…” pintaku. Febby hanya meringis malu. Ia melanjutkan permainan lidahnya di penisku dan mengulumnya dalam-dalam. Sempat kulihat ia memejamkan matanya sketika ¾ batang penisku mulai memenuhi mulutnya.

“ udaaah… kalo gak cukup,,, segitu ajaa…” kataku pelan.. ia hanya tersenyum saat menarik mulutnya kebelakang..

“ maaf yaa… Cuma segitu.. abiiis… aku gak pernah ngemut ginian..” ujarnya.
‘ polos banget nih anak’ pikirku.

“ iyaa… gak pa pa…” jawabku singkat.. 3 menit dimulut febby dan tangannya yang tak berhenti mengocok penisku, akhirnya aku tak kuat menahannya lagi.. kenikmatan yang tiada tara itu datang menghampiriku kembali…

“ uuuuuuuuuhhh….. feebb….. dikit….. lagiiiihh…. Aaaaaahh…. Uuuhh…. Mmmhh…. Ooooooooooooooooohhhhhhhhh,,,” desahku panjang ketika pejuku menyemprot di dalam mulut Febby. Setelah selesai orgasme, febby melepaskan penisku pelan-pelan. Kulihat dia tak mengeluarkan apapun dari mulutnya.

“ lu telen feb??” tanyaku penasaran

“ hm mh..” katanya sambil mengangguk

“ rasanya gimana?? Enak??” tanyaku kembali.

“ enak banget… asin asin gimanaaaaa gitu..” katanya sambil cengengesan.. aku tersenyum melihat tingkah febby yang aneh itu. Kucium keningnya saat ia terbangun dari jongkonknya.

“ Makasih ya sat” katanya pelan

“ iyaa… ggak pa pa.. aku yang harusnya bilang makasih.” Kataku

“ sat,,” ujarnya pelan

“ hmmm…”

“ aku boleh kan minta ini lagi lain kali??” tanyanya pelan
“ waaah. Nambah gila aja ni anak..” pikirku

“ Iya feb,, tapi jangan kaya tadi lagi lo ya…” jawabku pelan..

“ iyaaa… maaaf yaaaa…” katanya sambil kembali memelukku. Kali ini kubalas pelukannya.

“ udah sore nih.. gue cabut dulu ya febb..” kataku

“ iya sayaaaaang… jangan sungkan main kesini yaa??” jawabnya

“ Febb,, kalo bisa, disekolah jangan manggil gitu yaa… gak enak sama yang lain… aku jga gak enak sama Lusi..” pintaku..

“ iyaa… aku tau kok… tenang ajaa… beruntung banget yah lusi dapetin kamu..” jawabnya sambil tersenyum. Kubalas senyumnya dan kemudian aku bergegas pulang. Hari itu terasa sangat berat bagiku. Dari pagi sampai sore ini. Di jalan pulang, aku hanya teringat kejadian yang menimpaku beberapa hari ini.. mulai dari masuk kantor polisi,, dicium lusi,, dan sebagainya. Aku jadi merasa bersalah. Tiba-tiba didepanku, sebuah mobil yang melaju dari arah kanan ke arah kiri mendadak menginjak gasnya.

“ Shitt…. Mimpi apa gue semalem..” kataku pelan..

BRUAAKKK….. aku sempat melihat awan mulai gelap yang sepertinya akan menurunkan hujan dan aku merasa tubuhku seakan melayang.. BUAAAGH!! Suara tubuhku jatuh. Mataku sudah kelam… hitamm… hanya terdengar suara orang-orang berteriak tak jelas yang terdengar di telingaku.. lama kelamaan suara itu menghilang dan hap… dalam sekejap keheningan menyelimutiku.

Kesadaranku mulai pulih dan yang kudengar sekarang hanya isak tangis seorang perempuan. Aku berusaha membuka mataku. Ketika kucoba membukanya tiba-tiba saja kepalaku mendadak sakit. Tangan kiriku diperban dan dahiku terbungkus kassa putih.

“ aah…” kataku sambil memegangi kepalaku dan mencoba membuka mataku kembali agar aku tahu apa yang terjadi.

“ kak… kakak udah sadar??” kata seseorang yang akhirnya kuketahui.

“ mamah.. “ kataku

“ iya kak.. ya allaaahh… untung kakak gak pa pa.. mama khawatir banget kak kalo kakak kenapa-kenapa..” katanya disela tangisannya.

“ emang kakak dimana mah??” kataku sambil memandangi sekitar. Kamarku ternyata cukup luas,, ada lemari esnya, AC dan banyak perlengkapan kedokteran disana

“ dirumah sakit sayaaang… kamu kecelakaan.. kamu gak inget??” kata mamahku sambil mengusap rambutku. “ini VIP ya??” pikirku.

“ yang bawa kakak kemari siapa mah??” tanyaku

“ gak tau kak. Orang-orang yang bawa kamu kesini. Mama tu khawatir bgt sayang sama kamu.. kamu gak sadar selama 3 hari..” kata mamaku
“ hah??” pikirku. Ketika aku berusaha bangun dari tidur lamaku, mamaku menahan gerakanku.

“ Udah… kamu jangan gerak dulu.. kamu istirahat aja ya sayang?? Mama mau nemuin dokter dulu.” Katanya sambil mengelus pipiku..

“ iya mah.” Jawabku singkat. Kemudian mamaku pergi menemui dokter dan kembali bersama dokter yang kemudian memeriksaku.
Setelah diberi obat dan disuruh beristirahat, akupun tertidur kembali sampai aku terbangun dan tak lama para sahabat karibku datang menjengukku. Ya.. mereka adalah Ditya dan Ade.

“ Weeeh… Sek urip sat??” sapa ditya dari pintu.

“ pie kek??” sahut ade kemudian.

“ matamu suwek… wooo… setan ...” jawabku kepada ditya dengan logat jawa.

“ opone dee??” jawabku kemudian yang masih menggunakan bahasa jawa yang amat kental.

“ wes mari?” tanya ade yang artinya ‘sudah sembuh?’.

“ anjrit nih… kalian berdua niat jenguk gak sih… ama temen tega amat…” kataku sedikit sewot.

“ hehehe…” mereka meringis bersamaan.

“ lhooh?? Gak bawa buah?? Biasanya kan kalo njenguk orang yang lagi sakit,, bawa buah lo…” kataku keheranan karena melihat mereka datang dengan tangan kosong.

“ Ogah… MAHALL…” balas ditya.

“ Bener tuh.. lagian Cuma lecet segini aja minta dibawain buah.” Sahut ade kemudian dengan wajah yang menyebalkan.

“ yeee… dasar pelit. Eh,,, gimana soal kemaren dit??” kataku menanyakan persoalan yang 3 hari yang lalu kami bahas di warung.

“ oiya.. itu… kan kemarin gw cerita ama lo soal ceweku yang ternyata mantan pacar anak geng motor tu.. waaaah parah sob… 2 hari yang lalu sekolahku Tawuran gede-gedeaaaan. Buiih… ampe polisi yang dateng nii… ampe 6 mobil sob… keren gak tuh??” kata ditya sedikit lebay.

“ laah… lebay lu… Trus cewek lo gimana nasibnya goblooook… dasar begoo..” kataku

“ hehehe… gpp sob.. udah aman ama gue.. tuh lagi nunggu diluar.” Katanya seambil menunjuk pintu. Kulihat disana terdapat sosok perempuan tinggi langsing dengan rambut sebahu memakai atasan bermotif garis dan celana jeans panjang.

“ eh gila lo ya… kok kagak disuruh masuk sii?? Bego lu.. Masuk mbak.. gabung aja sini..” kataku kepada ditya yang kemudian beralih ke pacar ditya.

“ iya mas” jawabnya sambil mendatangi kami bertiga. Kulihat wajahnya manis sekali.

Setelah kami berkenalan ternyata namanya Rini. Cukup lama kami bercanda sampai akhirnya segerombol orang datang.

“ permisi” kata sal seorang yang setelah kulihat,

“ SAYANG??” kataku kaget melihat dia datang bersama teman sekelasnya. Lusi sedan memakai baju putih dengan hiasan di kerahnya dan memakai celana jeans panjang. Rambutnya dikucir dan kulihat ada kassa putih menempel di siku dalamnya

“ sayang??” kata ditya dan ade penasaran

“ boleh masuk??” ujarnya kembali

“ eh.. iyaa… masuk.. masuk..” kataku sambil memberi kode pada sobatku untuk keluar.

“ kita keluar dulu ya?? Cepet tar kalo kesedak,, teriak aja..” goda ditya.

“ iyeee… makasih sob,,, rin…” kataku. Setelah mereka bertiga beranjak pergi, aku sempat berbincang sebentar dengan teman sekelas lusi dan tak lama, mereka pamit untuk pulang karena sudah sore. Begitu teman sekelas lusi pulang, sobatku dan rini jiga pamit. Tinggal aku dan Lusi diruangan tersebut. Sesaat aku terdiam melihat lusi yang memandangiku dengan perasaan cemas.

“ eh,, sayang mau buah gak?? Mau buah apa?? Apel,, pir,, jeruk mangga??” katanya mengalihkan perhatianku.

“ aku gak mau buah..”

“ trus mau apa??”

“ mau peluuuuuk…” kataku manja. Dia melirikku dengan tatapan tajam dan akhirnya dia tersenyum.

“ yaudaaah… siniii” katanya sambil memelukku. Sesaat pada waktu berpelukan, timbul niatku untuk mengerjai lusi. Kuciumi saja leher jenjangnya itu dan kujilat sehingga dia sedinkit mengeluh..

“ nngghhhhhh……” desahnya pelan. Kulanjutkan saja kegiataku. Kali ini kujilati belakang telinganya. Dia semakin menjadi kala lidahku dan hembusan nafasku terhembus ke arah belakang telinganya..

“ aaahhhh…. Sayang,,,udaaaaahhh… stoopphh….mmmhh…. Nanti ada yang liaat lohhh…ngggh….” Katanya disela nafasnya yang mulai tak beraturan. Kalimatnya tak kuhiraukan. Tanganku mulai menyusuri pakaiannya untuk mencari buah dadanya yang kenyal dan meremasnya pelan dan kadang kupilin-pilin putingnya yang semakin mengeras.

“ mmmhhh…. Nggghhhhhhhhh…. Uuuuuuh…. Ssshhhhhh aaaaahhh…” desahnya semakin liar. Karena niat awalku untuk mengerjai lusi, langsung saja kulepas tanganku dari dalam bajunya dan membuka kancing dan resleting jeansnya. Kumasukkan jariku dalam celana dalamnya yang berwarna putih itu dan mencari klitorisnya. Setelah kutemukan segera kugesek-gesek vaginanya dan klitorisnya. Matanya sedikit terbelalak ketika tanganku mulai menggesek klitorisnya dengan jari tengahku. Ia juga mulai menggigit bahuku karna takut desahanya terdengar orang lain. Pakaian pasien yang kupakai bagian kerahnya longgar. Jadi gigitan lusi menancap kulit dibahuku.

“ mmmhhh….nnnnnnggghhhh….” desahnya yang tertahan karena mulai menggigit bahuku.

“ enak sayang??” tanyaku disela seranganku yang bertubi-tubi menghujam tubuhnya yang mungil itu.

“ hm mhh…..” jawabnya singkat dengan giginya masih menancap di bahu kananku. Tak lama ia menggigit keras bahuku dan meremas kuat lenganku ketika ia mencapai orgasmenya. Kakinya mengapit tangan kananku yang masuk ke dalam celana dalamnya.

“ mmmmmmmmmmmhhhhhhhhhhhhh……… ngghh,,,, mmmhhh…” pekiknya pelan dengan nafas tertahan dan desahannya yang terhalang gigitannya di bahuku setelah mencapai langit ketujuh. Kubiarkan sejenak ia menikmatinya dan setelah selesai, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan menutup kembali resletingnya dan kancing celana jeansnya. Kulihat ia masih terengah-engah dan sedikit lemas karena orgasmenya.

“ udaaah??” kataku memulai pembicaraan.

“ hhhhhhh….. udaaahhh….hhhhh…hhaaaahh…” katanya kelelahan sambil mengatur ulang nafasnya kembali. Kutunggu sampai nafasnya normal dan’ PLAAAK’ sebuah tamparan sukses mendarat di pipi kiriku. Memang tidak begitu sakit, tapi tamparannya cukup panas.

“ Kamu dibilangin kok ngeyel sih… dikasih tau gak didengeriin…” katanya sambil marah karena kata-katanya tidak kulakukan.

“ hehehe… iyaaa… gak usah pake nampar juga dong sayaaang..” kataku sambil mengelus bekas tamparannya.

“ maaf yaaa… abis kamu siiih… nakal baget sama aku…” katanya sambil melepas tanganku dan kemudian mengelus bekas tamparannya. Aku tersenyum melihatnya.

“ tapi enak kan tak kerjaiiin???” kataku dengan sedikit tersenyum mesum

“ ENGGAAK !!” katanya pelan tapi menusuk. Seketika wajahku berubah 180 derajat.

“ maksudku engak kalo disini sayaaang… jangan marah yaa??” jelasnya kemudian. Aku langsung kembali tersenyum dan mengangguk. Kemudian kami kembali berpelukan.

“ awwwwhh…” kataku kesakitan ketika dagunya menyentuh bekas gigitannya dibahuku.

“ eh.. maaf…duuuuh…. Sakit yaa?? Maaaf yaaa… aku tadi gak sengaja…. Sini biar aku obatin…” katanya sambil beranjak tapi kutarik tangannya sehingga wajah kami berdekatan. Mmmmm… speacless gue..

“ gak usah sayang.. gak pa pa.. biarin aja ini jadi tanda cinta kamu..” kataku sambil tersenyum. Ia hanya membalas senyumku kemudian langsung menciumku.

Sesaat kemudian datang kedua orang tuaku dan seorang perawat yang ternyata kakakku. Kamipun berbincang seberntar dan kemudian Lusi pamit pulang karena hari sudah mau gelap. Esok paginya sebelum pulang, aku diperiksa kakakku dan usai diperiksa, kakakku menjelaskan sesuatu yang sontak membuatku kaget. Ternyata aku sempat kehilangan banyak darah dari kepalaku. Lusi dan seorang temanku yang kakakku tidak kenal menjadi dewa penolongku. Aku sempat berfikir siapa orang itu.

“ Untung ada Lusi yang tranfus darahnya ke kamu. Kebetulan golongan darahnya AB negatif (AB-). Kamu beruntung dek.. sama satu lagi yang ngaku temenmu. Katanya golongan darahnya juga (AB-)” jelas kakaku yang sudah lama menjadi salah satu perawat di rumah sakit itu. “ berarti siku lusi tadiiiiiii………… trus siapa satunya??” pikirku.

“ nanti kamu jangan pulang dulu,, tungguin mamah sama ayah dateng ya dek.” Kata kakakku kemudian.

“ iyaa..” jawabku singkat.

Setelah kakakku meninggalkanku di kamar sendirian, tiba-tiba saja kulihat sekelebat bayangan dari bawah pintu dan “ tok tok tok” suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu kamarku.

“ masuukk…” kataku mulai penasaran siap yang datang. Aku kaget bukan kepalang melihat sesosok perempuan itu berdiri sambil menangis didepan pintu

“ Feebbyyy??? Kamu kenapaaa??” kataku tak percaya ketika melihat Feby membuka pintu kamar dengan menangis. Iapun segera berlari kearahku dan memelukku.

“ Febb,,, tunggu bentar feb…” kataku berusaha melepas pelukannya..

“ ada apaaa febb?? Kenapa kamu nangis??” tanyaku kemudian. Ia masih saja menangis bahkan justru semakin menjadi. Kutarik lehernya dan kutarik kembali ke bahuku. kudekap tubuhnya dengan tangan kananku.

“ kenapa feebb?? Ngomong ajaa… cerita sama akuu…” kataku berusaha nenangis febby.

“ Fathan saaaatt….. hikss…… hikksss…… hikssss……..” kata Febby disela tangisnya.

“ iyaa… kenapa mantan kamuu?? Tanyaku kembali sambil terus memeluknya.


KEMARIN


-- DISEKOLAHKU --

“ MANA YANG NAMANYA SATRIA??” teriak seorang pria bertubuh kekar, tinggi dan dengan muka sangar.

“ Siapa lu?? Mau apa cari dia??” kata dicky

“ MANA DIA?? GUE MAW MATIIN TUH ANAK KAMPUNG BANGSAT” teriaknya

“ Eh?? Lu nglunjak ya jadi orang?? Lu siapaa hah??” kata dicky

“ GUE FATHAN PACARNYA FEBBY… MANA SI CUPU ITU??” ia masih berteriak.

“ Apa urusannya dia sama lo??” tanya dicky mulai geram

“ EH,, SIAPA LO?? LO JANGAN IKUT CAMPUR YA.. ATAU GUE HAJAR LO BARU TAU RASA..” gertak fathan

“ SILAHKAN…gue gak takut ama lu.. urusan apa lu sama dia??” kata dicky mantab..

“ udah than… udah…. Cukuuup…” kata febby sambil menangis.

“ EH, PECUN,, DIEM LO…” kata fathan sambil menunjuk wajah febby yang masih terisak.

“ LO BILANGIN AMA TUH ANAK KAMPUNG,,, GUE BAKAL KEJAR DIA AMPE KE KUBURAN SEKALIPUN” katanya sambil menunjuk dicky.

Kemudian fathan dan salah seorang temannya menarik lengan febby dan didorongnya masuk kedalam mobil sedan yang ia bawa. Karena curiga, dicky mengajak ketiga teman sekelasku andre, doni, dan wahyu untuk mengikuti febby. Febby adalah primadona di kelas kami, jadi wajar kalau dicky curiga ketika febby didorong pasksa oleh orang yang mengaku pacarnya febby tersebut. Ketika sedang dalam perjalanan pulang, sedan itu melewati sebuah rumah kosong yang ditinggal pergi pemiliknya. Rumah itu jauh dari keramaian. Disana sudah menunggu 6 temen fathan yang memegangi seorang perempuan yang disekap mulutnya. Febby kaget ketika perempuan yang dipegangi tersebut adalah shinta. Dia tahu apa yang akan menimpanya. Dia meronta melepas pegangan tangan salah seorang teman fathan yang tadi ikut datang ke sekolah kami tapi gagal.
Setelah berhasil membawa febby dan Shinta masuk kedalam rumah itu, mereka berdua digilir bergantian,, diperkosa secara sadis oleh fathan.

“ lepasin gue thaaan…. Lepasiiin….aaakkhhh… aaarrrgghh…. Sakiiiiittt….” Kata febby sambil menangis ketika penis fathan menggenjot vagina Febby dengan kasarnya. Payudara febby diremas kedua temannya dengan kerasnya. Mereka meremas payudara febby yang besar itu bagaikan meremas balon. Febbypun mengeluh kesakitan akibat ulah mereka. Belum lagi febby disuruh mengocok penis 2 anak lain. Sungguh menyiksa batin febby pada saat itu. Bajunya robek, Branya menyangkut di meja yang tak terpakai dan celana dalamnya dipakaikan di kepala febby. Di sisi lain, shinta pingsan setelah digilir 4 cowok teman fathan dan tubuhnya penuh akan cairan sperma dimana-mana. Dalam keadaan itupun, shinta masih digenjot dengan kasarnya oleh salah seorang teman fathan yang lain. BRUUAAKKKH!!!! Suara pintu akibat tendangan wahyu. Mereka berempat seolah tak percaya dengan pandangan tersebut.

“ eh,, Lo,, Lo,, Lo,, dan Lo,, hajar tuh empat bekicot,, gue mau selesein ni pecun dulu.” Kata fathan sambil menunjuk ke 4 temannya yang ikut memperkosa febby dan kemudian menunjuk ke arah 4 temanku. Belum sempat adu tinju terjadi,, mendadak segerombol anak muda datang dari arah belakang ke 4 teman sekelasku. Dicky terlihat kaget melihat sesosok orang yang paling depan ternyata adalah Rendy. Orang yang dulu mau memperkosa lusi. Dicky dan ke empat teman sekelasku sempat ketakutan melihat rendy bersama anak lain yang jumlahnya mungkin sekitar 5 orang.

“ HEEEEIII…” teriak rendy...

“ BERANINYA LO PERKOSA PACAR GUEEE !!!!!” dia berteriak sambil lari ke arah shinta yang sudah pingsan dan BUAAAGH… Sekepal jari rendi merobohkan teman fathan yang masih sibuk menggenjot Shinta sampai pingsan. Rendy melihat shinta yang pingsan kemudian menduduki orang yang ia tinju tadi dan terus memukulnya sampai berdarah dan hancur wajahnya.

Tanpa pikir panjang, Fathan dan temannya berlarian entah kemana, teman Rendy berlari mengejar mereka begitupula ke empat teman sekelaskupun kecuali dicky yang mulai membantu febby dan memakaikan jaketnya ke tubuh febby.

Tak lama polisipun datang dan teman fathan akhirnya tertangkap Cuma fathan saja yang berhasil kabur.

BACK to HOSPITAL

“ Jadiiiii??? Ohh…. Shit…. Nambah runyam aja ni masalah. “ kataku sambil mengepalkan tanganku.

“ Lo gak pa pa kan feb??” tanyaku kemudian. Febby hanya menangis dan malu menceritakan kejadian tersebut. Ku peluk febby yang masih terpukul atas kejadian itu tiba-tiba seseorang muncul didepan pintu. Aku kaget seketika dan melepas pelukanku pada febby. Febbypun demikian.

“ masss….” kata orang itu kaget melihatku berpelukan dengan febby.


PART VI

“ masss….” kata Lusi kaget melihatku berpelukan dengan Febby. Dia menangis melihatku dan berlari pergi meninggalkanku. Sepertinya Ia

“ eh… sayaang… tungguuu… aku bisa jelasin iiii…..” kataku terhenti setelah Lusi pergi.

“ maaf sat.. gara-gara aku kamu jadii…” kata Febby merasa bersalah

“ ssstt… gak pa pa kok feeeb,, aku bisa jelasin ke dia nanti… kamu udah sarapan belum feb??” jelasku sembari bertanya pada Febby.

“ beluum sempet sat.. tadi keburu kesini dulu. Aku belum sempet nengok kamu.” Jelasnya

“ hmmm.. jadi kamu relain bolos sekolah Cuma demi nengok aku?? Well that’s sweet.. but don’t worried about me. Just pray for me and I’ll be fine.” Jawabku sambil menatapnya dengan lembut dan kasih sayang sebagai seorang teman.

“ kamu makan dulu gih feb,, aku juga laper nih.. tuh didepan ada tukang bakso. Pesen aja trus suruh anter kesini.” Kataku kemudian.

Febby hanya mengangguk dan bergegas pergi untuk memesan bakso dan kembali menemaniku sambil berbincang-bincang sebentar.

“ oiya… kamu jangan patah semangat ya.. jangan berhenti jalani hidup yang sudah susah-susah kamu bangun ini.. mungkin sekarang hidupmu berantakan akibat kejadian itu.. tapi kamu juga harus tau.. ada seseorang di luar sana yang bakal bantu kamu,, bakal dukung kamu,, ngejagain kamu dan sayangin kamu apa adanya. Yang pasti,, kamu harus selalu senyum dan jalani kembali kehidupanmu.” Kataku pelan. Febby hanya mengangguk dan kemudian tersenyum manis kepadaku.

“ naaah… gituu… itu baru Febby yang kukenaaall..” kataku kemudian sambil membalas senyumnya.

“ misiii.. mas,, baksonya sudah jadi.” Kata tukang bakso mengagetkan kami sambil menyerahkan sebuah beki berisi pesanan kami.

“ makasih pak. Taro situ aja. Nih pak uangnya.” Kataku sambil menunjuk meja dekat pintu dan mengeluarkan selembar 20 ribuan dan kuberikan fada Febby. Febby kemudian berjalan dan memberikan uang itu pada tukang bakso dan setelah itu mengambil semangkuk bakso di meja.

“ mau pake apa sat? sambel?? Kecap?? Saus??” tanya Febby.

“ gitu aja. Aku gak suka kalo dicampur-campur feb..” jawabku. Febby hanya tersenyum dan kembali kearahku.

“ tak suapin yah?? Aaak…” katanya sambil memberiku sebuah sendok yang berisi potongan bakso dan sedikit mi dengan mulut terbuka.

“ eh.. makasih febb.. jadi ngrepotin..” kataku sebelum melahap bakso itu. Kami hanya saling tersenyum ketika Febby menyuapiku. Setelah punyaku habis, Febby kemudian mengambil mangkuknya dan memakannya.

“ feb,, gantian dooong… aku juga mau suapin kamu..” kataku sambil memohon

“ sayaaaang… tangan kamu tu lagi sakiit… udah deh.. gak usah maksa gitu…” katanya sambil menatapku tajam. Aku hanya cemberut mendengarnya.

“ haaaahh….iya-iyaaaa… hmmmhh… “ katanya diawali helaan nafas kemudian dan memegangi mangkoknya yang didekatkan ke arahku setelah melihat mimik wajahku yang cemberut. Setelah menyuapi Febby, aku tersenyum puas. Entah kenapa aku merasa perhatian Febby padaku sama halnya dengan perhatian Lusi. Begitu selesai makan, aku dijemput oleh kedua orang tuaku. Ayahku yang baru datang dari luar kota sangat sedih melihat kondisiku dengan tangan terbungkus kain berwarna coklat. Terlihat senyum yang terpaksa dari mulut ayahku. Setelah berbenah, aku, Febby dan orang tuaku pulang. Febby memilih ikut kerumahku karena dia sedang bolos.

Sampai dirumah, aku merasa bersalah ketika melihat rumah om arta. Febby yang duduk disebelahku hanya menunduk dengan wajah yang sedikit lesu.

“ Kaak, ayah pergi ke kantor dulu ya. Mau ada rapat, mama mau sekalian belanja bentar.” Kata ayahku yang datang tiba-tiba disebelahku.

“ iya yah.. Lagian ada Febby yah. Ayah pergi aja. kakak gak pa pa..” kataku meyakinkan orangtuaku.

“ yasudah.. dek Febby,, nitip Satria ya..” kata ayahku pada Febby.

“ oh… iya om..” jawab Febby singkat dan sedikit kaget.

Aku hanya terdiam dan melamun setelah orang tuaku pergi. Febby yang merasa bersalah kemudian berdiri dan mengajakku kedalam rumah karena matahari mulai panas. Aku hanya menghela nafas kemudian berdiri dan ikut Febby masuk.

Di ruang tamu, Febby terlihat canggung dan terlihat memikirkan sesuatu.

“ sayang” kata Febby pelan sambil mendekatiku yang duduk di sofa panjang.

“ hmm??” kataku. Entah kenapa aku mulai terbiasa dipanggil begitu oleh Febby yang bukan pacarku. Tangannya mulai memegang pipiku. Terasa hangat sekali tanganya. Aku heran kenapa Febby bertingkah seperti itu.

“ aku sayang banget sama kamu sat.” kata Febby pelan. DEG. Jantungku terasa berhenti sejenak mendengar kata-kata itu terlontar dari mulut Febby. Aku merasa kata ‘sayang’ itu bukan sayang sebagai teman namun sayang yang berarti’cinta’.

“ kenapa kamu bilang gitu?? Kaa….” Kataku terhenti ketika telunjuk Febby mendarat tepat di mulutku.

“ Kamu terlalu baik sat sama aku. Walaupun aku sudah kotor,, udah diperkosa,, udah gak pantes dijadikan temen,, tapi kamu enggak. Kamu lebih menghargai seorang cewek. Kamu gak pernah liat cewek dari luar. Kamu gak pernah nyakitin cewek. Aku malu sat,, aku malu.. Kamu yang buat aku bertahan selama ini,, kamu yang jadi harapanku. Cuma kamu sat yang bisa ngertiin aku.. Cuma kamuu…” katanya panjang.

Ia mulai menangis setelah mengatakan itu. Aku hanya terdiam dan menatapnya dengan senyumku yang mungkin bisa nenangin suasana hatinya yang sedang gundah. Kuseka airmatanya yang berjatuhan dengan tangan kananku, dan kutarik lehernya dan kupeluk tubuhnya kembali. Ia menangis dibahuku. Tangisannya berhenti ketika ia melepaskan pelukanku dan menghadapku kembali.

“ ijinkan aku berterima kasih sat.” ujarnya sambil mulai menghapus sisa air matanya yang jatuh.

“ maksudmu??” tanyaku kebingungan. Ia hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku barusan dan tangannya meraih celana jeansku.

“ eh eh feb.. mau ngapain kamu..” kataku kaget sambil melepas tangan Febby yang berusaha membuka kancing celana jeansku.

“ udaah… kamu diem aja..” katanya. Tangan kanannya memegangi tangan kananku sehingga aku tidak bisa menghalangi tangan kirinya membuka kancing celanaku.

“ eeeh.. feb.. lo lagi mabuk?? Feb… jangan feb… eh..stop febb..“ kataku memohon. Sepertinya ia tidak menghiraukanku dan terus berusaha melepas kancing celana jeansku.

“ dibilangin kok,, udaaah… kamu teanang aja.. diem yaah??” katanya sambil tersenyum melihatku dan membuka resletingku karena kancingnya sudah terbuka.

“ bentar feb…bentarr… jangan dulu… please febb..” pintaku lagi. Kulihat Febby telah berhasil membuka resletingku dan menurunkan celana dalamku. Febby mulai menundukkan kepalanya dan HAP.. seluruh penisku yang masih tertidur dilahapnya. Dalam sepuluh detik, penisku kini sudah mencapai puncaknya. Kegagahannya kini menyembul dan memenuhi mulut Febby.

“ aahhhh..” kataku mulai menerima jilatan dari mulut Febby di bagian pangkal penisku.

“ mmhh.. mmhh…” desah Febby kettika melahap setengah batang penisku.

“ Feeb,, udaahh…“ kataku pelan sambil memegangi dan mengelus rambut Febby yang bergelombang. Aku memang sudah horny berkat perlakuan Febby di penisku namun aku masih bisa mengontrol emosiku. Saat itu aku benar benar takut. Takut kalau kejadian ini berlanjut, dan takut kehilangan kekasihku Lusi.

“ mmhhlph.. kenapa sat??” tanya Febby penasaran sambil terus memegangi penisku yang tegang dan mengocoknya pelan.

“ aku takut Feb.. aku takut kalo ini justru membuat kita jauh…” kataku pelan dengan tatapan yang tajam ke arah Febby. Febby yang sambil mengocok penisku mendadak berhenti dan memandangi wajahku.

“ maksudmu??” kata Febby dengan mengerutkan dahinya

“ iya.. aku takut kalo ini diterusin,, aku bakal kehilangan teman baik seperti kamu..” jelasku

“ aku gak pengen kaya gitu Febb.. aku gak pengen kehilangan siapapun..” kataku kemudian.

“ Gak akan sayang… gak akan pernah aku ninggalin kamu gitu aja.. kamu tu sosok yang paling sempurna buat aku.. gak akan ada yang bisa gantiin kamu di hatiku.. Kamu yang buat aku bertahan selama ini.. kamu yang nyuruh aku untuk tetep jalani hidupku..” katanya pelan.

“ Tappp….” Mulutku kembali ditutup dengan jarinya. Ia tersenyum kearahku dan kembali melakukan tugasnya yang terhenti.

“ hhaahh…nggghhh… Feeb,, tumben gak kena gigi… eank banget kali ini feb.. angeet nngghh…” kataku pelan sambil memegangi kepala Febby yang naik turun.

“ mmmhhh…. Mmmhh…hmmmllppphh…” ia hanya mendesah dan terus mengerjaiku.

Sekitar 8 menit kemudian,, rasa gatal mulai mendatangi ujung penisku..

“ feb,,feb,,,feebb,,,aahh…ahh... aku mau keluar….” Kataku. Dia justru mempercepat kocokan mulutnya di penisku dan beberapa detik kemudian, otot-otot kakiku mulai mengejang dan rasa geli di ujung kepala penisku mulai keluar. Kenikmatan itu membuatku terbang dengan mata tertutup dan menghadap keatas.

“ aaakhhh….aaakkkhh…” desahku pelan ketika spermaku menyembur dengan derasnya di mulut Febby. Febby yang tau aku sedang orgasme, menghentikan kegiatannya dan menahan penisku dimulutnya. Selesai orgasme, pelan-pelan Febby melepaskan penisku dari mulutnya dan menelan kembali seluruh spermaku.

“ kok ditelen lagi??” tanyaku keheranan.

“ abiiiisssnya enak banget rasanya… apalagi kalo dari itu kamu..” katanya sambil meringis dan memperlihatkan giginya yang putih dan terawat itu. Febby masih memegangi penisku. Dia heran kenapa penisku tak kunjung mengerut.

“ kok masih tegang sayang??” katanya keheranan.

“ gak tau Feb,, gak biasanya loh..” jelasku kemudian. Tiba tiba Febby berdiri dan melepas celana dalamnya dan memasukkannya di tas sekolahnya.

“ Feeeb,,, mo ngapain lagi??” tanyaku

“ gak pa pa sayang.. udah deh… kamu diem ajaaa… ya??” jelasnya sambil berjalan kearahku kembali setelah menaruh celana dalamnya ke dalam tas. Kemudian Febby mengangkat rok abu-abunya dan mengangkangi penisku yang masih tegang dan gagah. Tangannya memegangi penisku dan diarahkan ke bibir vaginanya. Ia menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Didepanku sekarang terpampang seorang wanita cantik memakai baju putih dengan lambang OSIS berwarna coklat dan sebuah nama yang tertulis jelas di dada kirinya ‘FEBBY MEILINA’ dan BLESS, penisku masuk di vagina Febby.

“ aaaakkhh,,,” desah Febby ketika penisku mulai memenuhi ruang vaginanya yang sempit dan basah. Terasa hangat sekali didalam vagina Febby. Sempit dan berdenyut-denyut memijat batang penisku. Febby mulai menaik turunkan pinggulnya secara berirama. Awalnya pelan tapi semakin lama semakin cepat. Vaginanya sudah mulai licin setelah penisku terpompa sekitar 3 menit.

“ mmmhhh…. Emmmhh…tete susuku saatthh… mmmhhh..” tangannya membuka kancing bajunya dan menurunkan branya yang berwarna krem. Tersembulah buah dadanya yang besar itu. Tanpa pikir panjang, segera kulumat payudaranya yang sudah mengeras sejak tadi.

“ ooohhh…..mmmmhh…. hhaaahh… teruuss saaat… jilaaatt… mmhhh…” desahnya tak karuan. Kujilati payudara kirinya dan kuremas pelan payudara kanannya. Tanganku yang kiri masih terbungkus kain itu tak bisa apa-apa selain diam. Setelah kira-kira 6 menit aku menjilati dan menggigit kecil putting payudaranya, Febby merasa sudah tak kuat lagi menahan kegelian yang menjalar di tubuhnya. Sesaat, iat memelukku dan tubuhnya mengejang hebat. Ia memelukku dengan sangat erat sampai aku tidak bisa bernafas.

“ aaaaaaaaaaahhhh….” Desahnya panjang ketika menikmati deburan ombak yang pertamanya. Kurasakan kehangatan dalam vagina Febby. Cairannya membasahi seluruh penisku yang terbenam sangat dalam di vagina Febby, denyut vaginanyapun terasa di penisku dan cengkraman dinding vaginanya sangat kuat meremas batang kemaluanku.

“ mmpphh…ffhheeebb…akkhhhu… ghaak…bhhissa.. nnhhafasshh..” kataku tertahan kehabisan nafas.

“ aaahhh… maaaf sayangghh…hhahh…” katanya sambil mengendurkan pelukannya.

“ aku capeek sayang.. nngggh… hhuuffh… gantian kamu yang mompa yaah… hhuuuhhh…” pintanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

“ iyaah…” jawabku singkat. Kulepaskan pelukanku dan tubuhnya kurebahkan disofa dan kuberikan sebuah bantal untuknya agar kepalanya bisa tertahan. Penisku terlepas dari vagina Febby. Kini aku menghadap ke samping. Kaki Febby kuletakkan di atas sandaran sofa, dan satunya kuletakkan di atas kaki kananku. Kuarahkan penisku kembali mendekati bibir vaginanya.

“ siaap Febb??” tanyaku pelan sebelum membenamkan penisku dalam vaginanya.

“ hm mhh…” jawabnya sambil mengangguk pelan dengan mata tertutup

“ aku masukin yaa??” kataku pelan dan BLEESS… penisku kembali memasuki sarangnya. Kulihat Febby mengerutkan dahinya seperti menahan sakit.

“ kenapa Feebb?? sakit yaa??” tanyaku

“ enggak.. mmhhh..… kaget aja.. gede banget sat..” jawabnya pelan yang matanya masih tertutup.

“ fuuuuhhh… mmmhhh…” nafasnya sudah mulai teratur. Akku belum menggerakkan pinggulku. Kutunggu sampai ia meminta.

“ kok diem aja saat?? Genjot doonnkk…nnggghh…” katanya. Aku hanya tersenyum saja dan kugerakkan pinggulku maju mundur secara perlahan dan berirama. Setelah merasa sudah cukup licin, kupercepat pompaanku dengan sedikit bantuan kakiku kiriku yang di sofa yang menahan tubuhku agar aku bisa mempercepat pompaanku. Kuangkat sedikit pinggul Febby dengan tangan kananku dan kuhentakkan penisku sedalam-dalamnya.

“ aaakkhhh…. Dalem banget sat…nnggghh…hhaaahh..” katanya dengan matanya masih tertutup namun kepalanya menghadap ke atas tubuhnya.

“ hehehe.. tapi enakkan??” tanyaku sambil cengengesan.

“ hm mhh…. Enak banget… terusin lagi satt… nngghh… ssshh… mmmhhh..” pintanya. Tanpa berkata-kata lagi kupompa kembali vagina Febby yang masih sangat sempit itu. Aku sempat berfikir. Febby yang bukan pacarku sudah 2 kali beginian.. sedangkan Lusi yang justru pacarku malah baru sekali. ‘waaah…. Salah nih.. kebalik harusnya…” pikirku.

“ nngggghh…. Iyaaahh satt…. Teruuuss…mmmhh… cepetin lagii….. uuuhh… ssshhh… mmhhh… hm mhh…. Iyaaahh…. Mmhh..” desahnya tak karuan ketika kupercepat pompaanku. 10 menit kami dalam posisi ini, Febby tak kuasa lagi menahan orgasmenya yang datang kembali.

“ aaahh…. Ssaaat…. Akuu mau keluaarr…. Nnggghhh… yyaah…bentar lagiiih…” erangnya menahan orgasmenya dan 5 detik kemudian.. SYUUURRR… siraman hangat kembali kurasakan di dalam vaginanya.

“ aakhhhhh…” pekiknya tertahan dengan mata yang terbelalak menghadap ke arah atas tubuhnya. Tangannya mencengram kakiku dan sofa atas dekat kakinya.

“ aaahhhhhh…hhhaaaahh…huuuuffhh… masih belum keluar juga ya saat?? Hhhmmmhh…” katanya disela hembusan nafas yang masih tak beraturan.

“ bentar lagi feeb..” kataku pelan. Ia mengambil tangan kananku yang memegangi pinggulnya dan mengarahkannya pada payudaranya yang menyembul disela baju dan branya yang sedikit turun kebawah..

“ remasin sayang…” katanya.



Karena Febby meminta demikian,, kuremas pelan payudaranya sambil menunggu remasan vaginanya mengendur. Begitu remasan vaginanya mulai mengendur kembali ku tarik penisku keluar dari vaginanya dan kujilat vagina Febby yg bulunya sudah dicukur habis itu dengan lembut.

" Mmhh... Aaahhh.. Kamu apain sayang?? Nnghh.. Enak bgt.. Uuhh... Cepetin sayang... Mmmmh... Aaaaahhh..." desahnya tak karuan

" mmmh... Cuma di jilat dikit Feb.. Mmmhh.. Ellmh... Kok manis ya Feb?? Trus wangi banget lg,,mmh... Haruuumm... Mmmh.." kataku disela jilatanku di vagina Febby

" aaahhh... Gak tauh saaath... Uuuh... Mmmmhh... Enak banget saaatth.. Mmmhh... Iyaah,, terusshh... Ngghh.. Ssshh... Aaahhh..." desahnya sambil memegangi kepalaku.
5 menit kemudian tiba-tiba pahanya yg putih itu menjepit kepalaku dan tangannya menjambak rambutku dan mendorongnya dalam ke arah vaginanya. Mulutku terasa disembur cairan kenikmatanya..

" aaakkh.." pekiknya kecil ketika orgasme mengalir dalam tubuhnya. Kali ini kujilat dan kutelan habis cairan yang keluar itu. Begitu usai orgasme keduanya,, ia mengendurkan pahanya dan melepas jambakan tangannya. Nafasnya masih tersengal-sengal.

" udah ya Feb?? Kasian kamu.. Tar kamu capek loh.." kataku sambil mulai kembali duduk. Dia hanya menggeleng dan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.

" Kok gak mau??" tanyaku penasaran

" Aku masih kuat kok sayaang.. Nnggh.. Haaahh... Haaah... " jawabnya dgn nafas yg tak beraturan akibat orgasme keduanya..

" trus skrg gmn??" tanyaku lagi. Ia tiba2 bangun dan membalikkan badannya. Tubuhnya ia bungkukkan membelakangiku dgn satu kaki dibawah dan kaki satunya ditekuk di sofa.

" Lagi?? Kamu gak capek Feeb?? Kamu dah gemeter gitu loh.." kataku tak percaya ketika tubuh Febby mulai gemetar.

" Aku masih kuat sayang.. Hmmmh.. Fuuh... Cepet masukin sayang... Ngghh.." katanya sambil berusaha mengatur nafasnya.

" Oke.. Tapi kalo kamu keluar lagi,, udahan yaah.. Tar kamu pingsan lagi gara gara kecapean" tegasku

" Iyaa sayang.. JANJI...Ngghh... Cepetaaaan.. Masukin lagi.. Haaaahhh.." jawabnya. Aku tersenyum dan berdiri sama halnya dgn Febby. Satu kaki di bawah tegak lurus,, satu lagi ku tekuk di sofa.. Dan setelah menemukan lubang vagina Febby,, tanpa menunggu aba-aba darinya,, kuhentakkan penisku dalam-dalam.

" Aakhh... Aahh... Haahh.." pekiknya ketika penisku masuk ke dalam vaginanya. Kugerakkan pinggulku secara perlahan dan kemudian semakin kupercepat.

" aaaahh... Mmmmh... Ngghhh... Sayaangg... Cepetin lagihh... Aaahhh... Ahhh..." desahnya nikmat

sensasi yg kurasakan begitu luar biasa. Baru kali ini aku melakukan dengan masih menggunakan pakaian lengkap,, begitu pula Febby. Sungguh saat saat yg gak pernah kulupa.

Begitu permainan kami mencapai 15 menit dengan pompaanku yg temponya naik turun,, aku merasa gatal menyerang penisku kembali.

" oohh... Feebb.. Aku mau keluar... Dikeluarin dimana?? Oohh... Sssh.. Aaah.." desahku menahan orgasme yg datang menyerangku.

" aahh.. Aaahh.. Di dalem aja sayang.. Mmmmhh.. Aahh.. Ssh.. Auuh..." jawabnya dengan nafas yg tak beraturan. Tak lama berselang,, akupun tak kuasa menahan gatal di penisku yg sudah mencapai puncaknya dan akhirnya otot2ku mulai menegang,, sengatan kenikmatan menjalar dari ujung penisku dan "pruut... Pruut.. Pruut.." spermaku menyembur deras di vagina Febby. Terasa 8x seprotan spermaku memenuhi vagina Febby. Febby pun juga demikian,, otot2 vaginanya meremas penisku dengan kuatnya.. Tubuhnya bergetar hebat.

" aakkh... Aaaaaaahhhh.... Selamat ulang tahun sayaang..." katanya disela orgasmenya dan kemudian ia terkulai lemas dan jatuh karena terlalu lelah hingga akhirnya Febby pingsan.

" Hah?? Ulang tahun?? Kok?? Lhoh Febb.. Febb.. Kamu knp Febb?? Astagaaa" kataku tak percaya dan kaget melihat Febby pingsan..

" huuufh... Ternyata pingsan.. Kamu itu ada ada aja Febb.." kataku pelan sambil tersenyum. Karena takut ketahuan orang tuaku,, segera ku popoh Febby ke kamarku dengan susah payah dan merapikan pakaiaannya. Kupakaikan selimut untuk menutupi kaki dan perutnya. Kututup pakaiannya sehingga kini ia terlihat seperti sedang tidur. Kunyalakan AC dan ku mainkan musik2 clasic yang terdengar indah sekali.
Aku masih berfikir kenapa Febby mengucapkan kata 'ulang tahun'. Dan aku baru sadar ketika melihat tanggal di HPku yg ternyata tanggal 20 maret..

" Shit.. Gue lupa klo hari ini ulang tahun.. Pantesan aja Febby ngomong gitu.." gumamku disela alunan musik clasik yg terdengar dari tape di kamarku.


PART VII

Sambil menunggu Febbby tersadar dari pingsannya,, aku berjalan menuju ruang tamu kembali dan mencoba mengingat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17 alias sweet seventeen. Tahun ini, lebih baik dari sebelumnya. Just to re memory my last birthday.

19 Maret 2006

Di sekolah ( SMA N 3)

06.30 WIB

" Pagi Satriaa.." kata indah. Indah adalah teman sekelasku. Tingginya sekitar 165, rambutnya sepunggung ( normal layaknya cewek yang lain) hitam, kulitnya putih, mulus, hampir tidak ada bercak sedikitpun. Orangnya langsing dan sexy. Kelihatannya keturunan China. Untuk tepatnya nanti di percakapan.

" pagiii indah…" jawabku santai sambil melambaikan tanganku ke arah indah.

" Sat, udah ngerjain PR kimia belum?? ( maklum, kelas Satu ada 16 mata pelajaran) nyontek donk" pintanya dengan wajah memelas berharap aku meminjamkan tugasku.

" Yeeee… ada maunya ternyata… bayar duluu.." godaku

" ya elaah… pelit amat… ama temen jugaa.." sindirnya.

" hehehe… lagian,, lu nya juga sih.. gak ikhlas bener nyapanya." Jawabku pelan tapi nusuk.

" Nih. Jangan di contekin yah.. kerjaan gue tuuh.. kalo udah selesei,, buruan balikin.." kataku seraya memberinya sebuah buku.

" Thanks ya saaat,,, baim deh.. hihihi" ujarnya sambil cengengesan.

" kok baim??" kataku penasaran

" baik dan manis.. hahahaha…" jawabnya sambil tertawa terbahak

" hmmmm…" jawabku sedikit judes. Memang aku orangnya sedikit jaim kalo ama cewek. Maklum, image ortupun ikut terhubung. Setelah selesai menyalin tugasku, indah mengembalikan bukuku.

" Makasih ya Satriiaaaa…" ujaranya seraya mengembalikkan bukuku

" Gitu doank??" tanyaku

" Makasih ya Pangeranku yang ganteeeng… puaass??" jawabnya sedikit sewot

" kok ganti?? Bukan itu maksudkuu…" tegasku

" terus apa donk cintaaa??" tanyanya dengan wajah yang cantik dan uuuuhh… manis bener senyumnya.

" Lo ada acara gak tar malem??" tanyaku

" mo ngapaiiin?? Gak ada siiih.. tapi aku males keluarr…" jawabnya

" Dinner sama aku yuk tar malem.. aku yang bayarin deeeh.. daripada dirumah nabokin nyamuk?? Apa malah liat sinetron?? Yaakss.. JIJIK" kataku dengan ekspresi yang gitu deh pokoknya.

" mmmmmmmmmmm…" dia masih berfikir

" mmmm…" masih berpikir lagi..

" lama bener… udah deh.. jam 7,, di rumah kamu. Oke?? siip" kataku sewot dan kujawab sendiri saja karena kelamaan nunggu. Ia hanya tersenyum dan mengangguk saja. Aku memang suka sama Indah. Tapi Puluhan orang yang lebih kaya, lebih ganteng juga jadi sainganku. Tapi itu tak kupikir. Yang penting bisa Kencan ama indah.

Jam 7 lebih 22 menit.

" Buseeettt lama bener sih dandannya.." kataku sedikit seweot karena telah menunggu Indah lama.

" ohh my godness…" gumamku lirih ketika melihat didepanku sedang terpampang jelas. Seorang Bidadari tertinggal di kegelapan malam dan tak bisa pulang. Di menggunakan Blouse terusan yang sepaha berwarna putih dengan kerah batik. Wajahnya yang putiih dan mulus itu,, bibirnya yang seksi,, sandalnya.. gak usah deh.. uuhh… speachlesss aku pokoknya.

" yuk.. mau kemana sayang??" ujarnya.

" waaah udah sayang-sayangan nih.. hmmm… cantik banget lo ndah… ngiler gue ngeliatnya.." kataku tak sadar

" ngiler?? Maksudmu??" tanya ia dengan kerutan didahinya.

" eh… salah.. ituu… emmmm… yuk makan yuk??" kataku salting

" yee… tadi kan aku dah tanyaa… 'MAU KEMANA SAYAANG' …" katanya memperjelas.

" ya makanlah.. kan aku juga udah ngomong.. ni yang bego siapa sih?? hehehe" kataku sambil cengengesan.

" maksudku kita makan dimanaaa… hiiiiih… bego bener sih lo Sat?? gitu aja gak paham.." katanya sewot.

" ke situ aja yuk.. ke ***** ***** aja yuk. Baru buka. Katanya eak-enak loh.." jelasku

" apanya yang enak??" tanyanya

" ya ituuunyaaaaa…" godaku..

" apanyaaaa??" ia masih penasaran

" ituuu lhoooooooooo…" kataku sambil mengerutkan dahiku.

" hmmmmmhhh… dasar… buaya.." jwabnya cadas

" hahahaha… udaaah… yuk berangkat… takut kedinginan ntar bidadarinya.." kataku sambil menstater motor 'Satriaku'.

" bidadari??" ia tak kunjung naik karna memikirkan kata-kataku

" hmmh.. kamu itu lo ndaaah… busyet daah… cantik-canik lemotnya minta ampun.." jawabku sedikit menggodanya.

" kamu ngomong apa?? aku lemoot?? Ooohh… awas ya kamu ntar… " katanya sambil mencubit-cubit lengan dan perutku.

" aaw,,, aw,,,, awhhh… sakit ndaah.. iya iyaaa… maaf…" kataku sambil mengelus bekas cubitannya.

" yukk.. naik.." kataku menyuruhnya naik. Kemudian ia naik dan kami berangkat. Setibanya di rumah makan, kami sempat berbincang sebentar dan saling bercanda seperti waktu di rumah indah. Sampai mantan pacar indah SUPAYA DATENG alias SUPER KAYA DAN GANTENG kebetulan juga makan di rumah makan yang kami pilih. Mantan indah kaget ketika melihat indah sedang duduk dan bercanda bersamaku. Dari arah belakangku sempat terlihat bayangan seseorang, dan dari mimik indah yang nampak kaget juga memberiku kode bahwa seseorang telah berdiri di belakangku. Aku berusaha tenang dan menengok untuk mencari tahu siapa yang berdiri di belakangku dan BUUUAAGH !!! Sekepal tinju mendarat di pikirku alias pipi kiriku.. aku tidak sempat ngomong apa-apa tapi kami sudah diusir dari rumah makan dan indah yang tadinya bersamaku, dibawa oleh mantannya. "SHIT…" pikirku

20 MARET 2006

Di sekolah, aku bertemu indah lagi di kelas. Kali ini ia tak menyapa. Aku hanya diam dan lewat begitu saja tanpa menyapanya. aku bukannya marah, Cuma lagi bete aja waktu itu. Dan indahpun akhirnya mulai mengeluarkan suara.

" saaat…" katanya pelan

" maaf…soal yang kemarin,, aku bisa jelasin ke kamu kok… akuu…"

" udaah… gak pa pa.. aku juga kok yang salah. Gak pamit ama mantan kamu. Udah.. gak usah dipikir." Kataku

" tapi Sat…." katanya terputus

" udah ndaah… aku bilang gak papa ya gak papa.." kataku dengan nada halus. dia hanya cemberut dan terlihat seperti menahan tangis.

Pulang sekolah, aku pulang seperti biasa,, jalaan dengan lemaass,, dan pulang. Tapi hari itu beda. Aku merasa ada sesuatu yang aneh… perasaanku tak seperti biasanya. Ternyata benar saja. Saat aku mau pulang, aku sudah ditunggu mantan indah yang kemarin meninjuku bersama ketiga temennya. Al-hasil,,, hadiah ulang tahunku aku terima di rumah sakit. "SHIT" pikirku lagi.

BACK TO MY HOME

" hiiiiih…. Anjrit.. masih keinget aja tuh kejadian.. MEMALUKAN… amit-amit dah kalo kejadian lagi." Kataku setelah membayangkan kejadian itu. Hari ini terasa sedikit melelahkan. Setelah beradu kekuatan dengan Febbby 2x aku merasa haus. Kuambil botol air minum dan kuteguk sampai habis. Karena merasa kekenyangan, aku beranjak ke kamar kembali dan melihat kondisi Febbby. Di kamar, aku melihat wajahnya yang cantik dibalut kaos putihnya. Aku tersenyum. Entah kenapa aku tersenyum melihat wajahnya, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya kepada Lusi saja aku seperti ini yang selalu tersenyum kalau melihat wajahnya. Sudah 2 jam Febbby pingsan dan belum ada tanda-tanda ia terbangun. Hal itu sontak berubah ketika erangan Febbby mulai terdengar.

" nngggghhhh…" gumam Febbby mulai sadar. Segera aku duduk didekat kepalanya dan mengusap keningnya dengan lembut.

" Feeeebb…" kataku pelan sambil terus mengelus kening dan rambutnya. Karena masih belum menjawab,, kuremas payudaranya yang ranum itu.

" aawhhh…" erangnya.

" bangun donk Febbb.." kataku sambil terus meremas pelan payudaranya.

" nngggh..." katanya sembari matanya terbuka dan reflek,, PLAK !!! Tamparan sukses mendarat di pipiku..

" Siapa kamuu?? ahh... maaf sayang... maaaf....kirain siapa.." katanya merasa bersalah.

" awww... kok nampar sih Febbb??" kataku sambil mengelus bekas tamparan Febbby

" abiiiisss.. sayang siiiih… nakal banget.. main remes-remes aja… atiiitt tauuu…." Katanya manja setelah sadar kalau aku yang meremas payudaranya.

" haazzzh... yaudah deh... gak pa pa.. tapi remes lagi yaa??" kataku sambil kembali meraih payudaranya yang terbungkus seragam SMAnya itu.

" hehehe.. udah bangun ya… uuuuhh,,, putri tidurkuuuu…" candaku

" hiiihh… kok gitu siih?? Awas yaah….hhmmmh… rasaiin…" katanya manja kemudian ia bangun dari posisi tidurnya dan meremas penisku..

" awwh… kok malah ngremes adikku sih??" kataku juga sedikit sebel.

" abiiiss… kamu juga ngremes susuku… dasar… sayang NAKAL.. JELEK… weeeek.." katanya mulai tersenyum kemudian menjulurkan lidahnya.

" eiitss… hahahahaha… " ku pegang lidahnya dengan jariku saat ia menjulurkan lidahnya dan tertawa.

" hiiiiiih…. Awas ya kamuu…" ia mulai sebal karena perlakuanku.

" iyaaa…maaaf… maaf ya feeeb.." kataku pelan sambil mengelus pipinya.

" gak mau…" katanya sedikit judes.

" trus gimana biar kamu maafin aku??" tanyaku

" cium aku dulu,,, abis ituu,, panggil aku pake subutan 'sayang' seperti halnya aku manggil kamu." Jelasnya sambil ngambeg. DEG!! Lagi lagi perasaan itu muncul. Aku kembali menghela nafas.

" haaaahh..." helaan nafasku terhembus

" yaudaaah… Maaf ya sayaaaang.. sini sini…" kataku sambil kedekatkan wajahnya dan kuciumnya dengan sayang dan penuh kasih. Cukup lama kami berciuman. Sekitar 5 menit bibir kami saling berpagutan, saling beradu, lidah kami bertukar tempat dan saling menjilat Satu sama lain.

" mmmhh…" ia mulai mendesah. Karena mendengar desahannya, kuhentikan saja ciumanku.

" kok berhenti sayang??" katanya penasaran.

" gak ah.. kamu horny gitu… tar malah ngajak main lagi… ogah… capek…" kataku judes

" heeehehe… abiiiss… ciuman kamu tuh mesra banget sayaaaaang… siapa sih yang gak horny kalo dicium kaya gitu??" katanya polos. Aku sedikit tersenyum mendengarnya.

" kok belum ganti bajuu?? buruan ganti baju sama celana sana.. ganti celana pendek aja ya sayang.." kata Febbby kemudian.

" CARANYA??" kataku pelan tapi menusuk.

" hihihihi… oiyaaa… sini tak bantuin…" ia tertawa kecil dan kemudian membantuku menurunkan celana jeansku. Awalnya Febbby berhasil melepas Jeans yng berada di kaki kiriku. Dari sana Febbby mengerjaiku lagi,, ketika aku sedang berusaha melepaskan kain jeans bagian pergelangan kaki kanan, Febbby mendadak membuka celana dalamku. Ia memandangi penisku yang tertidur pulas denganlembut dan seperti terlihat kagum.

" heh,, mo ngapain kamu??" kataku mengagetkannya..

" hehehe… enggaaak… Cuma pengen liat aja… abiiiisss.. unyu-unyu… hihihihi…" jawabnya ngeles sambil tertawa kecil. Karena masih konsentrasi melepas jeans, aku tidak begitu curiga dengan tingkah Febbby yang aneh itu. Kubiarkan saja ia melihat penisku sampai puas..

" sayaaaangg… bantuin napa… Diem aja dari tadi…" kataku sambil terus berusaha melepas kain jeans di pergelangan kaki kananku. Celanaku model junkies, daerah pergelangan kakinya sempit. Jadi butuh usaha ekstra untuk melepas jeans itu.

" ah.. iya sayang.. maaf... aku bantu yaa.." katanya sambil mulai mendekati penisku dan HAP!! Masuklah penisku dimulutnya.

" heh heh heh… mulaiii lagi yaaa??… hayoooo.... di lepass…" kataku sambil terus berusaha melepas jeansku yang kurang dikit lagi terlepas. Dia tidak menghiraukan ocehanku dan terus mengulumnya. Emosiku kalah dalam sekejap. Burungku berdiri kembali dengan tegaknya.

" mmmmhh….. ngghmmmhhh… gak mau ah.... mmmmmhh.." katanya disela kocokan mulutnya di penisku.

" saaayaaaaang…. Batuin dooonkk… kok malah di emut siih??" kataku rada sebal

" mmmmhh….ahhllmmpppphhhh…ini kan juga lagi dibantu…" jawabnya enteng

" bantu apaan?? Aaah… kamu ni.. maunya aja digedein.." ejekku.

" nnggghhhhhh…. Biarin… mmmmhhhllhppphhh…." Katanya disela kulumannya pada penisku yang menengang

" dikit lagi sayaaaaaaaangg…." Godaku ' hahahaha… rasaiiin…..padahal dikit lagi tuh maksudnya jeansku ini..hihihihi..' pikirku. Benar saja, ia mempercepat kocokan mulutnya dipenisku.

" aaaaahhhh…hirnya lepas juga.." kataku ketika jeans kananku mulai lepas. Ia kaget ketika melihatku yang ternyata berhasil melepas jeans. Febbby sadar kalo dia tadi sedang ku kerjai.

" hiiiiiiiiiiihhh… " katanya sambil memukul penisku.

" aaww… sakit sayaaaaaang…"erangku kesakitan. Terlihat mukanya sedikit cemberut. Tidak seperti tadi yang sangat bernafsu.

" hehehehe… iyaaa iyaaa… maaaaf… yaudah.. kamu lanjutin gih…" kataku sambil mengelus rambutnya dan membimbing tangannya memegangi penisku lagi.

" gak mau… sayang NAKAL.." katanya sambil melepas penisku yang sudah terlanjur terbawa suasana.

" yaaahh…. Marah deeh… tuuuh.. liat tuuh.. kamu siiiih… gak mau nurut sama yang punyaa…" kataku pada penisku. Melihat tingkahku itu, Febbby tidak bisa menahan tawanya dan tertawa cukup keras.

" hihihihihi… aaaaaaaaaaaa… sayang niiiihh… gak jadi ngambeg kaaaan…hiiiih…"ia tertawa kemudian berkata dengan nada sebel karena gagal marah.

" heeee…" aku meringis.

" jadi??" tanyaku

" jadi apa??" jawabnya judes.

" mo dilanjutin gak??" tanyaku.

" enggak." Katanya singkat padat dan jelas.

" tuh.. gak mau lagi noooh… gimana?? Lari?? Hmm?? Kemana?? Ya keluaar lahh…" kataku ke penisku lagi. Ia masih belum bisa menahan tawanya. Ia tertawa kecil kemudian meukul lengan kananku.

" huuuuuh… SAYANG NAKAL…. JAHAAT…" katanya sebal.

" emang… hahaha…" jawabku singkat…lalu tertawa.

" tau ah… emut aja sendiri…" dia mulai sebal level 2

" yaudah… ajarin yah??" pintaku

" tuuu kaaan… kamu kok seneng banget sih giniin aku?? Hmm?? Hayooo… ngaku kalah gaak?? Hayoooo….. cepetan ngakuu…" katanya sambil berusaha menggelitiki seluruh tubuhku. Aku memang sensi terhadap sentuhan-sentuhan di pinggangku. Jadi kukibarkan bendera putih saja biar cepat selesai.

" iyaaa.. iyaaa.. ampuuuunn… ampuuuunn…hahhahahaha.." kataku kemudian tertawa karena tidak kuat menahan geli..

" ampuuunn…" kataku lemas..

" naaah… gitu kan enaak… hehehe… yaudah… sini… kamu tidur aja.. kepalamu masih sakit nggak??" tanyanya

" hm mh… jangan lama-lama ya sayang… trus kalo cape,, istirahat aja… gak usah diterusin… nanti biar diterusin Lusi.." jelasku.

" iiihhh… Enggaak… biarin dia gak dapet apa-apa aja… biar aku yang dapet semua.." jawabnya sinis..

" heey… jangan gitu dooonk… kan Lusii pacarku… aku tau kamu sayang sama aku,, tapi kasih lusi kesempatan juga ya?? Jangan egoiss…" kataku mantab.

" hmmm... iyaa iyaaa...iya deeehh… huuuh... demi kamu nih… mana 'adikmu'?? sinih.." katanya sewot meminta 'adikku' untuk dikulumnya. 'adikku' sempat mengecil ketika pertengkaran kecil kami tadi. Tapi dalam beberapa detik, kegagahanya muncul kembali.

" ooohhh... sayaaang... kamu cepet belajar yaa... hebat... aku kasih nilai 95 deeh buat emutanmu...manteb banget sayang...aaaaahhhssshh.." pujiku atas kulumannya yang semakin sering, semakin enak

" hmmlmlpphh... mmmmhhhhh...nggghhhh....ahkmmmmllpphh..." ia mulai mengocok penisku secara berirama dan tidak menggubris ucapanku.

Sudah 10 menit penisku dikulum Febbby tetapi masih belum keluar juga. Karena Febbby sudah capek, dia akhirnya menghentikkan kulumannya dan beranjak menduduki penisku seperti tadi pagi. Penis dalam posisi,, siaaappp dan BLEEEESSS... penjajahan Vagina Febbby terulang kembali. Kubuka kembali kancing bajunya dan kuturunkan sedikit branya. Kuremas pelan payudaranya.

" aakkkhh...mmmmhhh..... hhaaaaaasshhh..." Rancaunya saat penisku mulai memenuhi ruang kenikmatannya.

" sayaang,, kamu angkat pinggulmu dikit ya.. trus jangan gerak.." kataku pelan menyuruh Febbby melakukan sesuatu untukku. Ia hanya mengangguk seraya memejamkan matanya dan berusaha tidak bersuara. Saat ia mulai melakukan apa yang kuperintahkan, penisku masih menancap kurang lebih ¼ bagian. Dan ketika Febby sudah pada posisi yang kuharapkan, aku mulai menghentakkan penisku ke dalam vagina Febbby dan PLOK !! suara benturan terdengar sangat keras, begitu pula pekikan Febbby ketika penisku menghujam leher Rahimnya.

"aaaaaaahhhkkkhh... sayangg....ngghh.. kena leher rahimku... aahhkhh... mmmmhhh.... hhhaaaahh.." matanya terbelalak dan Cengkraman tangannya di kakiku sangat kuat.

" kena rahim?? Dalem dong??" tanyaku.. ia mengangguk pelan diikuti jawabanya.

" hm mh.. huuuufff...huuuuufff..huuff..huuff..huff.. “ Nafasnya semakin lama semakin cepat saja, padahal belum ku pompa. Dan,, benar saja,, dalam beberapa detik,, ia tak kuat lagi menahan orgasmenya yang keempat setelah tanganku meremas dan meilin putting payudaranya yang sudah keras.. Seluruh ototnya mengejang, dan remasan vaginanya lebih kuat dari yang sebelumnya. Kehangatan dalam penisku terasa nikmat. Denyut-denyut yang terasa di kulit peniskupun bisa kurasakan.

" aaaaakkkkhhhhhhh....mmmmhhhh..... nnnggggghhhh...... hhhuuuuuffffhhhh...." desahnya ketika puncak kenikmatan menghampirinya untuk yang ke empat kalinya.
Karena sudah merasa cukup, ku turunkan pinggulku, dan kupompa secara perlahan kembali sampai akhirnya kupercepat. 10 menit berlalu, Febby mulai mencengkramkakiku kembali.

" mmmhhh..... nngggggaaahh,,,,, sssshhhh.... huuuufuuffhhhh... mmmmhh... sayaaang,.... aku mau keluar lagiiiii...aaaaakhhhhhh...." klimaks kelima-nya menjalar kembali menyusuri seluruh syaraf dan mengencangkan otot-ototnya yang sempat lemas.

" nngggggggghhhhhhhh.... hhhhuuuuuffffffhhhh.... Nikmat banget sayang... Besok lagi ya?? Besok kan libur.... huuufffhh...aku capeeek.." pintanya sambil mengatur nafasnya yang mulai kembali normal.

" iyaaaa...yaudaaah.. Aku juga capek banget sayang... masa mau 3x lawan kamu??" kataku

" yaudaaah... tapi nanti kalo sayang pengeen,, bilang yah??" Katanya dengan senyum manisnya.

"iyaaaa... makasih ya sayang kadonyaa..." kataku pelan.

" oiyaaa,,, bentar.." ia terlihat teringat sesuatu dan beranjak pergi entah kemana. Setelah kembali, ia membawakanku sebuah kotak yang terbungkus kertas warna warni. Yup… sebuah kado di tangannya.

" lhooh?? Kok lagii?? Tadi kan udah.." jelasku

" itu tadi spesial dari tubuhku,,, kalo yang ini spesial dari aku.." katanya polos.

" kok pake ginian sihh?? Aku kurang suka loh di kasih kado kayak gini.." kataku judes. Wajahnya berubah mendengar kalimatku barusan.

" haaaah…" aku menghela nafas.

" yaudah.. sini.. aku buka ya…" kataku pelan. Ia mengangguk dan kemudian duduk disebelahku.

" isinya apaan Febb??" kataku

" kok Febb?? gak mau…POKOKNYA HARUS SAYANG" jawabnya judes

" eh… lupaa heee.. belum terbiasa sayang... iyaaa iyaaa… isinya apaan sayang??" kataku dengan senyum termanisku (lebay).

" buka aja sendiri.. tar juga tau…" katanya membuatku penasaran. Segera saja kubuka plester-plester yang menempel. Ia heran kenapa aku tidak merobeknya.

" kok gak dirobek aja??" katanya heran

" kan dari kamuuu… hargain usahamu lah sayang.." sesaat aku berfikir,, "apa aku masih pantas buat Lusi?? Haaah… entahlah.."

" aaaaaaaaa….. sayang ini looo… bikin aku tambah cinta ajaaah… hihihihi.." katanya dengan raut wajah yang malu-malu. Setelah berhasil membukanya dengan hati-hati,, aku justru heran melihat isi kado itu.

" Kok Plastik??" tanyaku heran

" hihihihi.." Ia tertawa kecil


PART VIII

" Kok isinya Plastik??" Tanyaku keheranan. Plastik itu berisi gel dan Aku semakin heran saja melihatnya.

" Itu sperma kamu di vaginaku 3 hari yang lalu sayaaang… waktu pertama kita main dirumahku itu lhoo.." jelasnya.

" Hah?? Yang bener aja… masa ginian dijadiin kado??" pikirku heran

" Hahaha,,, sayang ketipuuu… asiiiiikkk.." Febby tertawa karena berhasil mengerjaiku. Tapi Aku justru semakin bingung dengan apa yang terjadi.

" Tunggu-tunggu… jadi maksud kamu Aku ketipu apaan nih??" Tanyaku

" Hihihihi… itu bukan kado yang asli… ini nih kado yang asli…" katanya sambil memberiku sebuah kotak kecil.

" Busett.. pantesan aja tadi kamu nyuruh Aku ngrobek.. nakal ya kamuuu… hiiiih.." Kataku sambil mencubit hidungnya.

" Hihihi… biarin… udaah.,.. cepetan dibuka gih sayang.." katanya

" Iyaa… yang ini tak sobek yaa??" Tanyaku kembali.

" Terserah ayang ajah…" katanya sambil tersenyum. Kali ini benar,, dia memberiku sebuah jam tangan bermotif perak dan kaca antigores.

" Sayang.. gak mahal ini?? Uangmu habis donk??" seruku

" Enggak sayang… gak pa pa.. sayang suka gak??" tanyanya.

" Apapun itu,, kalo dari someone special, Aku pasti suka kok." Kataku sambil tersenyum

" ooohhh… so sweeaat…" katanya sambil memelukku. Kemudian ia memakaikannya di tanganku. Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara mobil dari depan rumahku.

" Ayahku dateng sayang… yuk kedepan yuk.." ajakku.

" Aku disini aja yah sayang.. enak banget denger musik ginian" katanya polos karena tak tau jenis musik apa yang sedang kuputar tadi.

" itu namanya musik klasik sayang… yaudah,, Aku kedepan dulu yaa.." Kataku sambil beranjak berdiri namun jeansku serasa ditarik Febbby.

" apa lagi sayang??" Kataku pelan.

" jangan lama-lamaaa….ciuuumm.." katanya manja.

" hmm.. iyaa… mmmwaaaach… udah ya?? Aku kedepan dulu sayang.." Kataku seraya meninggalkannya dikamarku.

" hm mh…" jawabnya singkat setelah menerima ciumanku dipipinya. Aku berjalan ke arah pintu dan melihat siapa yang datang..

" eh,, mamah.. udah pulang mah?? Ayah mana??" Kataku setelah melihat mamaku keluar dari mobil.

" Masih kerja sayang..Eh sayang,, ambilin kotak itu ya.." kata mamaku sambil menoleh ke arah kotak yang ada di jok sebelah sopir karena tangan mamaku penuh dengan bawaan belanjanya

" iya mah." Jawabku singkat.

" apaan ini mah..??" Tanyaku penasaran.

" Buka aja sayang.." jawab mamaku singkat.

" Kuncii?? " Tanyaku penasaran.

" Itu kunci mobilmu sayaaang… mobilnya di situ tuh.. " kata mamaku sambil menoleh kembali ke arah belakang. Dan benar saja kulihat mobil berwarna hijau menyala, sebuah VW…

" waaaaahhh… buatku nih maa?? Asiiiikkk…" Kataku kegirangan

" Iyaa sayang.. itu dari ayah sama mamah buat kado ulang tahun kamu.. Katanya kmau pengen VW ituu.. tapii ingeet,, kalo tanganya udah sembuh,,baru boleh nyetir.. Truus bikin SIMnya abis tangan kamu sembuh yaa…" jelas mamaku.

“ Iya maah… Bereess… Makasih ya mah..” kataku kegirangan. Tanpa ba bi bu lagi, kudekati mobil impianku itu dan kuperiksa setiap detilnya.

‘Hmmm… hari yang menyenangkan.’ Pikirku. Setelah cukup puas melihat VW itu, Aku menemui Febbby kembali yang sudah menungguku dikamar.

" Sayang… Kamu percaya gak?? Aku barusan dikasih mobil sama mamah." Kataku bangga

" Biasa aja tuh…" jawabnya judes..

" Kok jadi judes gitu??" Kataku sedikit emosi

" Habiiiiiis… kamu lama banget siiih.. Aku kan kesepiaaann.." jawabnya manja

" Hiiih… kamu itu ya… bikin Aku gemes aja…" Kataku kemudian.

" Hehehe... eh sayang,, bessok maen lagi lo yaa…sekaliiiiii aja….sampe kamu keluar... Okey??" Pintanya.

" Sayaaang… tar kalo pingsan lagi gimana??" jelasku

" Enggaaak enggaaaaaaakkk…. Yah?? Yah?? Yah?? Pleeeeassee…" pintanya memelas..

" Hmmm… Susah ya bilangin kamu tuh… Ngeyeeell terus kerjaannya… huh.." Kataku sedikit kesal.

" Sayaaaaaaaaaaaaang…" panggilnya manja.

" Hmmm…" Kataku singkat.

" Siiinnniiiiiiiiiiiiii..duduk sebelahkuuu…" katanya manja.

" haduuuh… ckckck…" Kataku menggelengkan kepala karena tak percaya Febbby besok minta main lagi.

" Kamu tu horny apa hyper sih??" Tanyaku penasaran

" Hehehe… Jujur sayang,, sejak kejadian dirumahku,, Aku ketagihan sayang sama itumu… abisnya gede banget trus panjang,, spermamu juga enak... enak banget malah... trus,, enak banget rasanya kalo itumu udah disini." Katanya kemudian menunjuk ke vaginanya.

" Haduuuuuh…bentar deh.. Aku meditasi dulu.." Kataku. Ia heran dengan ucapanku.

" Eh,, besok gimana??" Kataku dalam hati kepada 'adikku'. Ia tidak menjawab hanya berdenyut-denyut saja dan semakin membesar. " oh shit" pikirku.

" Gimana??" ia kebingungan karena melihatku terdiam dan menunduk ke arah penisku

" Haaaaahhh….mmmmm,, gimana yaaa??" godaku.

" Buruuaaaann...." katanya tak sabar...

" Liat-liat besok aja yaah?? " Kataku pelan.

" Yaaah,,, yaudah deh..." katanya sambil memelukku. Tak lama, Febbby merapikan diri dan mengenakan celana dalamnya kembali dan merapikan dirinya dikamarku.

" Sayang Aku pamit dulu yaaa.." katanya sambil meraih tangan kananku dan menciumkan punggung tanganku ke pipi dan keningnya. Tak lupa ia mengecup bibir dan pippiku.
(lengkap deh) semuanya diciumin. Sampe 'adikku' pun diciumnya,, diemut dikit lagi. Haduuuuh... Febbby yang aneh...

" Sayang,, mamahmu mana??" tanya Febbby sambil menengok kanan dan kiri.

" Maaah,,, Febbby mau pamiiit..." teriakku pada mama yang entah dimana

" Iyaaa.. mama di Ruang makan sayaang.." kata mamaku

" Tantee,,, Febbby pamit ya tantee,," pamit Febbby kepada mamaku.

" Iya dek Febbby,, sering-sering maen kesini ya.. Jangan bosen.." Jawab mamaku yang sedang sibuk memilah belanjaanya di ruang makan dekat dapur.

" Iya tantee… Assalamu'alaikum.." kata Febbby.

" Wa'alaikum salaaaam" jawab ku dan mamah bersamaan.

" Sayang,, anterin keluarr..." pintanya manja..

" Yaelaaaaahhh...iyaaa" jawabku sebel. Setelah mengantar Febbby Pulang, Aku keget setengah mati ketika Lusi ternyata sudah berada disebelah kananku. Aku tak tau dia darimana. Aku masih tak percaya dengan yang kulihat. Kupandangi dari ujung kaki sampai ujung kepala.

" Bener... Sayang.." gumamku..

" Masuk yuk..." ajakku kemudian. Dia langsung masuk ke dalam ruang tamu dan kususul kemudian. Kututup pintu sejenak agar panas terik matahari tidak masuk ke rumahku. Pada saat Aku menengok kebelakang, dia sedang berdiri layaknya hantu.. menangis sambil menghadap kebawah. Hal itu membuatku takut saja. Sesaat kuhela nafas panjang, dan kuhampiri Lusi yang sedang menangis secara perlahan.

" Saayaang??" Sapaku memastikan ada jawaban dari panggilanku.. hasilnya NIHIL..
‘Ohh... mungkin yang kedua mau...’ pikirku. Kucoba memanggilnya lagi.

" Sayaaaaang???" panggilku. Tak ada jawaban lagi.. karena sangat takut,, kututup mataku sejenak untuk menghela nafas lagi. Kali ini lebih panjang. Dan saat usai menghela nafas dan mulai membuka mataku, tiba-tiba Lusi berlari dan mencoba menangkapku. Sontak Aku kaget tapi kakiku tidak bisa bergerak karena saking takutnya. Tertangkaplah Aku hingga akhirnya Aku dipeluknya dan ia ternyata LUSI YANG ASLI.... " shit.. Bikin kaget aja" pikirku...

" Kamu tadi pagi sama siapa sayang?? Hikz.. Hikzz.." tanya Lusi sambil terus memelukku dan masih menangis

" Itu Febbby sayang… Temen sekelasku… dia tadi curhat.. dia habis kena musibah.. kamu kenapa kok nangiiss?? Udah dong sayang..." Jelasku kemudian menenangkan tangisannya. Kubalas pelukannya dengan lembut dan kasih sayang yang lebih.

" Kamu gak bohong kan??"tanyanya sambil wajahnya mendongak keatas agar bisa melihatku.

" Kamu udah tau jawabannya sayang.. Itu jawabanyaa.." jawabku pelan sambil menatap matanya yang mulai berhenti meneteskan airmata.

" Hm mh" ia mengangguk. Kucium keningnya.

" Sayang,, mbak Febbby baik kan??" kata lusi pelan

" Maksudmu??" Tanyaku heran

" Iyaa.. Mbak Febbby tu anak baik-baik kan??" jelasnya kemudian

" Iyalaah.. baik banget.. kasian dia… kena masalah bertubi-tubi.." jelasku

" Tapi tadi kok gak keliatan punya masalah ya sayang?? Lusi keheranan

" Dia emang pinter nyembunyiin sesuatu.." Kataku sambil berfikir..

" Sesuatu?? Hahahaha.." pikirku sambil tersenyum

" Kok tersenyum??"tanya lusi semakin keheranan melihatku tersenyum.

" Enggak.. kan sayang tadi nanya,, dia gak keliatan lagi kena masalah,, Aku jawab,, dia emang pinter nyembunyiin sesuatu.. soalnya dia polos banget.." jelasku sedikit berbohong.

" Ooh…" jawab Lusi singkat dengan mulut membentuk sebuah lingkaran kecil.

Setelah itu,, Lusi juga memberiku sebuah kado,, kadonya berisi sebuah sweater dan sepasang cincin yang katanya salah satunya boleh kuberikan pada siapapun yang Aku cintai,, tanpa pikir panjang, kuberikan padanya dan kupakaikan di jari manisnya.

" Sayaaang,,, ke kamarmu yuk?? Aku mau kasih sesuatu" ajak Lusi

" Hayoooo… mau ngapaaiiiiiin???" godAku

" Udaaaaah.... ayooooooo ikut Akuuuu...." pintanya sambil menarik tangan kananku.

" Iyaaaa iyaaa..... pelan dong sayangg...." jawabku halus.

" Haduuuh... bekasnya si Febbby gimana nih?? Ketahuan gak yaa??" pikirku sedikit ketakutan.

” Sayaaaaaang,, sekarang kamu boleh lakuin apapun sama Aku." Kata Lusi Pelan.

" Apapun??" Tanyaku penasaran karena Aku sudah punya rencana.

" Iyaaaa.... apapun." Jelasnya kemudian.

" Aku mau sayang tiduran aja dulu.." pintaku

" Teruuuss??" pancingnya.. ia mulai merebahkan tubuhnya di tempat tidurku bekas Febbby tadi pagi.

" Sayang tutup mata yaa..." pintAku kemudian..

" Udaaah... terus??" katanya sambil memejamkan mata. Tanpa pikir panjang, kuciumi leher jenjangnya yang putih mulus dan terawat itu. Ia sangat sensitif di daerah itu. Apalagi di daerah belakang telinganya.

" Aaaahhhh....mmmmppfffhhh....sssshhhh....hhuuuuuuuu hhh..." desahnya pelan ketika seranganku mulai tepat pada sasarannya. Tanganku dibimbingnya kearah payudaranya yang sudah meraung utuk kuremas dari tadi dan kuremas perlahan. Setelah sekitar 10 menit dan merasa puas,, kupindahkan TO lidahku ke mulut hangat dan lembutnya. Cukup lama ciuman kami,, mungkin sekitar 5 menit. Aku tidak menggunakan nafsu seperti jika bersama Febbby. Ketika Aku dengan Lusi, Aku lebih menggunakan Emosiku. Entah kenapa Aku tidak ingin terlalu menyetubuhinya sesering Febbby. Aku menyayanginya lebih dari segalanya.. Termasuk Febbby.

" Sayaang,,, buka matamu bentar. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Kataku pelan dan sedikit tAkut. Ia membuka matanya. Ia mulai penasaran dan heran kenapa Aku seperti itu.

" Kenapa sayang?? Mmmhhh.. Aaahhh…" tanya Lusi disela desahannya

" Aku cintaaaaa bgt sama kamu.. Aku gak mau kehilangan kamu..” Kataku pelan.

" ak....." tanganku menghentikan mulutnya yang akan mengatakan sesuatu.

" biarin Aku selesein ini ya sayang." Kataku. Ia hanya mengagguk pelan.

" Do you Remember This baby?? I don't care all that happened to you, though it pains for me, I'll never let you go even for a moment... I will love you every single day,, always.’ I promises." Kataku mengingatkannya.

" Hm mh.. kenapa??" ia makin penasarn.

" Kamu duduk dulu sayang." Pintaku pelan. Ia menuruti permintaanku dan duduk berhadapan denganku.

" Sayang... jangan marah yaa... Pleaase... My First Kiss just with You,, My First love just You too.. and My First Sexs just only with you... I Wouldn't you to be angry ... Aku Cuma berusaha jujur aja... I'm so sorry.. But don’t worry I'll never leave you." Kataku panjang. Ia hanya terdiam melihatku heran kenapa Aku bicara seperti itu.

" I'm so sorry about this. I'll never want this to be happen." Kataku pelan

" Terus??" tanyanya.

" Maaf,, Aku udah lAkuin kesalahan yang besar. Right now,, this time,, I was a looser. Aku udah nyetubuhin orang lain selain kamu. Tapi jujur. That’s wasn't my fault. I know I was Wrong. I just can say you're the only one. You're the first one.. and you'll be the last one. Febbby. She's the girl.. I cum twice with her." Air matAku jatuh.

" Honeeey??" panggilku... kupegang tanganya untuk meredamkan emosinya. Lusi hanya terdiam.

" Kamu memang udah hianatin cinta kita. Kamu sendiri yang bilang kalo kamu gak akan tinggalin Aku. Kamu sendiri yang bilang I don't care all that happened to you, though it pains for me, I'll never let you go even for a moment... I will love you every single day,, always.’ I promises. Maybe, Right now, That’s was a Bullshit... but, I'll Never mad to you cause I can't.. gak papa. Lagian ini hari ulang tahunmu. Kamu berhak dapet kado apapun dari siapapun." katanya disela tangisannya yang semakin menjadi.

" Sayaaang,, Maaf yaa... maaf banget.." Kataku yang masih menangis mendengar kalimatnya barusan.

" Gak perlu... Kamu gak perlu minta maaf.. Kamu tau,, Aku percaya kamu.. Kamu lebih dari segalanya bagiku. Kamu udah ambil Virginku.. gak akan semudah itu Aku lepasin kamu." Katanya sambil tersenyum yang masih menangis.

Kamipun berpelukan dan saling menenangkan Satu sama lain. Akhirnya, kukerahkan sisa-sisa tenagaku untuk meyetubuhi Lusi. Ini adalah kali ketiga setelah permainanku bersama Febbby. Kami melakukan itu dengan sangat mesra,, lembut,, penuh kasih sayang. Aku merasa seperti mengalami malam pertama dengannya. Sampai akhirnya, Lusi orgasme 3x dan Akupun sama. Yang ketiga kalinya setelah yang pertama dan kedua diambil oleh Febbby.

Hari itu berakhir dengan Kami berdua berjanji saling jujur, saling mengisi kekurangan, dan saling terbuka hingga lusi memelukku sampai permaian kami selesai dan tentunya sambil menangis disela desahannya karena Ia tahu apa yang terjadi sebelumnya padaku. Posisi yang kami lakukan hanya missionarry karena keadaan psikologi kami yang sedang berguncang memaksa kami untuk saling memeluk Satu sama lain. Permainan kami cukup Lama karena Lusi masih ingin mumuaskan Aku sampai Aku keluar. Sungguh saat-saat yang menyenangkan(bagi nafsuku), melelahkan(bagi tubuhku) serta menyakitkan(bagi penisku).

Thanks for my Little angel Lusi. And My angel Febbby yang udah kasih sesuatu yang terbaik dan terindah yang pernah kualami. Selain mereka berdua, banyak temen-temen lain yang datang menjenguk dan sekedar mengucapkan selamat ulang tahun padaku, tapi hanya Lusi dan Febbbylah yang bener-bener meninggalkan jejak di masa depanku kelak.

Esoknya Aku terbangun kesiangan karena terlau lelah akibat pertarungan yang menguras tenaga serta spermaku kemarin. Hari ini entah kenapa, bawaannya Aku selalu haus. Tapi tak ambil pusing. Hari ini adalah hari libur Nasional. Sunday. Hari yang biasa kutunggu bersama kedua sobat karibku. Tapi tidak kali ini. Yang paling kutunggu adalah Lusi dan Febby. Mereka berdua yang jadi bagian baru dalam hidupku. Febby yang manja, dan Lusi yang penuh pengertian dan dewasa.. Kuambil HPku dan kukirimkan SMS kepada kedua orang yang kini kucinta itu.

" Sayaaang,, mau main kesini gak??"

Selang beberapa menit, ada balasan dari Febbby :
" Maaf saayaang.. Aku nanti ada kerja kelompok, tapi nanti sore, Aku sempetin kesana. Tunggu Aku ya sayaaang..." Balasnya manja

Beberapa detik kemudian, Lusi juga membalas:
" Bentar ya sayang,, 1 jam lagi Aku kesana. Aku masih bersih-bersih rumah. Sabar yaa..."

" Astagaaaa..." gumamku.. Sambil menunggu, aku berjalan karah kolam ikan yang ada di depan rumahku.

Selama Aku menunggu, Aku duduk di dekat kolam yang tempatnya dekat pagarku dan ditemani lagu-lagu Jazz ala Ecoutez dan ada campuran lagu kerispatih dari HPku. Suasananya sejuk, matahari masih di ujung timur kira-kira jam 10 kalo dilihat dari tingginya. Saat itu lagu yang kudengarkan berjudul "Janji Kita" milik Kerispatih. Sempat Aku memikirkan kejadian kemarin.

" Shit.. kenapa harus seperti ini?? Oh my godness.. please save me from this.." gumamku sambil geleng-geleng kepala. Tak lama kemudian, kulihat ada sebuah motor mio sedang berhenti tepat didepan pagar rumahku. Tapi yang kuherankan, itu bukan Lusi maupun Febby. Kulihat Jamku yang diberi Febby kemarin.

" Baru 20 menit. Belum Satu jam. Truss itu siapa??" gumamku lirih.

" Pagi Sat... " kata wanita itu. Aku masih belum tau siapa dia.

" Kok duduk disituu??" katanya kemudian

" Eh.. iya.. masih nunggu temen. Eh,, motornya di bawa masuk aja. Jangan diparkir disitu." Kataku dengan terus mengingat apa Aku pernah ketemu cewek ini. Setelah memasukkan motornya di halaman rumahku yang luas sekali, kupandangi wajahnya dan terus mencari namanya dari dalam memori otakku tapi tak kutemukan foto wajahnya yang manis itu dan namanyapun juga tak ada.

" Kok malah diliatin Sat?? Gak disuruh masuk niih??" katanya membuyarkan pandanganku terhadapnya

" Ehh... iyaa.. sorry.. Aku masih nginget-nginget namamu..heee" Kataku sambil meringis sampai gigiku terlihat.

" Ya ampuuun... jadi daritadi kamu gak tau nih Aku siapa?? Astagaa Satriaaa..." katanya gak percaya

" Heee.. maaaf... beneran.. Aku lupaa..." Kataku yang dengan raut wajah malu.

" Lina Saaat... Linaaa.. " katanya menjelaskan

" Linaa??? Sssshhhh... Astagaaa... Ada clue lain gak Lin?? Heee... masih samar-samar.. namanya ada,, tapi foto wajahmu di otakku Bedaaa.. heee" jelasku

" Astaga Satriaaa... Oke,,, aku bantu…Inget SMP N 1?? Kita sekelas loh di kelas 2…“ Jelasnya. Aku masih dengan wajah tolol

“ Dua B,,..." katanya pelan pelan sambil mengingatkanku dan berusaha mengatakan sesuatu.

" LINAA" kataku mengagetkannya.

" astaga... ini beneran kamu linn?? Desi Meilina Fulani??" Kataku tak percaya melihat Lina. Sekilas tentang Lina. Nama lengkapnya adalah "Desi Meilina Fulani". Tapi panggilanku padanya Lina, sedangkan teman-teman kami yang lain pada waktu SMP memanggilnya Desi. Pantas saja Aku lupa. Dia sudah berubah. Tubuhnya dulu kecil lebih pendek dariku. Dia setinggi telingAku. Kulitnya sawo setengah matang( gak terlalu coklat) rambutnya kriting halus se bahu dan memakai kacamata tebal. Dia dulu adalah anak yang penyendiri,, cupu,, jarang bergaul,, kerjaannya Cuma diem dikelas. Sampai suatu saat Aku pernah mengajaknya bermain keluar kelas. Semenjak saat itu Aku kenal baik dengannya. 2 tahun kami sekelas. Dari kelas 2/VIII sampai kelas 3/IX SMP.

" Yupz… Ya bener laaah... gak percaya?? Mau liat KTP??" katanya mulai sebel.

" Haah??? Beneran?? Bukanya lo dulu...." Kataku dipotong Lina yang langsung meneruskan kalimatku.

" CUPU?? Emang.. sekarang gimana??apa pendapatmu??" tanyanya sambil tanganya di rentangkan dan memutar tubuhnya.

" Cantik banget" Kataku pelan. Aku masih belum percaya kalo yang didepanku adalah Lina. Tubuhnya sangat proporsional. Gak tinggi-tinggi amat, dan gak pendek-pendek amat. Langisng, rambutnya kini Lurus sebahu, berwarna hitam pekat, Payudaranya yang terbungkus sebuah Kaos berwarna abu-abu itu terlihat belahannya. Mungkin ukurannya sekitar 34. Bibirnya tipis terlihat berwarna pink cerah tanpa lapisan lipstik mupun gloss. Ia tak memakai kaca matanya kembali, entah kenapa Aku meliriknya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya lagi. Wajah dan tubuhnyanya cantik sekali. Berbeda jauh dengan yang dulu. 'Sekarang ia mulai bisa berdandan' pikirku.

" Apa?" katanya setelah memutarkan tubuhnya.

" Eh.. enggak.. hmm... boleh juga..." Kataku salting

" Masa cuma boleh juga??" katanya tak puas

" Hmmmhh... iya iyaa...Makin Cantiiiik...puass?? hahahaha..." Kataku sambil tertawa. Iapun ikut tertawa bersamAku.

" Jadi??" katanya kemudian

" Apalagii sih Liiiiiinn??" jawabku heran

" Aku gak disuruh masuk nih Saaat??" katanya

" Oh iya Lin,, silahkan masuk." Kataku sambil sedikit membungkuk dan tangan kananku mengarahkannya ke ruang tamuku. Ia berjalan mendekatiku dan kemudian mencium pipi kiriku dan kemudian masuk ke dalam rumahku.

" Eh... kok main Nyosor aja Lin??" Kataku

" Itu ucapan terima kasihku saaat... Gak mau?? Aku ambil lagi deh... " katanya berbalik dan berjalan mendekatiku kemudian menempelkan bibirnya kembali ke pipi kiriku.

" Lhoh atas apa??...eh..eh..eh...kok malah nambah sih?? Haduuuh.... iya-iya... udah ah... tar lo main nyosor lagi aja kalo Aku terus ngomong.." Kataku sambil mengikutinya

" Itu kamu tau.." jawabnya singkat dan sinis. Setelah berbincang bincang sebentar denganya dan mengingat masa-masa SMP dia mendadak tersenyum padaku.

" Kenapa senyum Lin?? Tanyaku

" Kamu sekarang beda banget Sat dengan yang dulu.. Lebih dewasa, lebih baik, lebih dari satria yang dulu kukenal dan yang paling kusuka, kamu jadi lebih pengertian.. Aku makin suka aja sama kamu" kalimat terakhirnya pelan sekali.

" Haah?? Apa?? Yang terakhir tadi apa lin?? Gak jelas.. pelan banget..." Tanyaku

" Ah... enggak... itu.. dah lama kita gak ketemu ya??" katanya mengalihkan perhatian. Sebenarnya Aku mendengarnya. Aku tahu dari raut wajahnya yang malu-malu dan salah tingkahnya. Tapi Aku diam saja. Setelah itu, ia memberiku sebuah kado dan sekeranjang buah. Ia masih mengingat ulang tahunku sedangkan Aku?? Tak tahu kapan ulang tahunnya. Kemudian sempat kami bertukar nomor dan Ia memutuskan utuk pulang.

Hari inipun kedua pujaan hatiku datang seperti yang dijanjikan. Lusi yang datang pertama kali, sempat kukerjai dan orgasme sampai 2x dan Akupun dibuatnya lemas karena orgasme di dalam vaginanya lagi. Setelah berbenah dan pulang, beberapa jam kemudian Febby datang. Saat Feeby menagih janjinya, akhirnya kuputuskan untuk memberinya sekali orgasme. Febby tak kalah liar dengan Lusi. Ia lebih agresif dan benar-benar membuatku takluk atas perbuatanya pada penisku. Segala posisi kami coba. Permainan kami juga cukup lama dan menguras tenaga kami. Dalam 25 menit Febby oragasme 3x tapi sebelumnya ia sudah mempersiapkan staminannya. Entah dia meminum apa Aku tak tau. Tapi yang pasti Febby lebih Liar dari kemarin.

SEBULAN KEMUDIAN


-- DIRUMAKU --

" Sayang,,, gimana?? Kamu jadi kerumah tantemu di madura??" Tanyaku memelas..

" Iya sayang.. lha gimana?? Mama yang ngajak… om Aku lagi sakit keras.. jadi terpaksa ikut.." jawabnya sambil merasa bersalah..

" Terus,, berapa hari jadinya??" Tanyaku berharap tidak lama

" Kata mamaku seminggu.. tapi nanti kalo udah selesei,, langsung pulang kok.. kalo gak ada seminggu,, berarti langsung pulang." Jelasnya.

" Yaaah… kok lama bangett siiih??… yaaaah…" Kataku lesu.

Malamnya, Lusi berpamitan padaku dan pergi ke Madura selama seminggu. Ia sempat menangis ketika berjalan meninggalkanku. Ia tidak memberiku sebuah ciuman atau apa dan meninggalkanku begitu saja. Malam itu, Aku hanya termenung duduk di depan rumahku memandangi rumah om arta yang sudah sepi ditinggal penghuninya selama semingu.

" Beteeeee…" gumamku. Tak lama berselang, HPku berbunyi. Kulihat nama yang tertera "Febbby S2" ‘tumben nih anak sms biasanya aja langsung nyosor kesini’ pikirku.

" Sayang,, kamu main kesini dooonk,, dirumah lagi sepi nih…kamu gak lagi pacaran ama Lusi kan??"

" Enggak sayang.. iyaa.. bentar ya.. Aku mandi dulu…" Balasku. Setelah membalas, Aku beranjak ke kamar mandi dan sempat terhenti ketika HPku berbunyi kembali.

" Gak usah mandi sayaaaang… Mandi disini aja sama Aku yah??" Balasnya

" Hah?? Yakin??" balasku kemudian

" Iyaa doooonkk… apasih yang enggak buat Kamu??" balasnya

" Yaudah. Aku meluncur deh.." jawabku

" Jangan lama-lama ya sayang…" balasnya kemudian.

Di perjalanan, Aku merasa sedikit pusing karena memikirkan kejadianku dengan Lusi tadi. Aku masih tak percaya kalo ia pergi selama seminggu tanpa memberiku sebuah kecupan atau yang lain. Aku pinggirkan VW ku tepat didepan mini market. Kuambil HPku,

" Mau nitip apa sayang?? Aku ke mini market bentar." SMSku pada Febbby

" Apa aja asal kamu kesini.." balasnya. Tanpa pikir panjang, kuambil 3 botol bir ukuran Besar, sebuah roti sobek dan sekeranjang jajan. 127rb langsung menghilang dari dompetku. Sampainya di rumah Febbby, Aku disambut dengan sebuah ciuman dipipiku. Aku tak begitu merespon karena masih memikirkan Lusi. Kepalaku pusing dibuatnya.


" Kamu kenapa sayang??" Febbby yang menyadari keanehan yang terjadi padaku.

" Gak pa pa sayang Cuma lagi pusing aja.. oiya… Nih..." Kataku sambil menyerahkan seplastik penuh makanan ringan.

" Aku gak mau kalo kamu gak cerita dulu… hayooo… ngAkuuuu.. tar tak emut loh itumuu…" godanya

" Haha.. " Aku tertawa dengan terpaksa.

" Haaahh.. Itu.. Lusi,, dia pergi seminggu sama ortunya nengok omnya yang lagi sakit. Padahal Aku masih kangen sama dia.." Kataku lemas.

" Ooooohhh… giituuu… yaudaahh,,, kan masih ada Aku yang setia nemenin kamu… manknya kamu gak kangen juga sama Akuuu??" jawabnya manja.

" Iya siih…" jawabku singkat.

" Kok jawabnya gitu sayang?? Yaudah deh.. yuk masuk dulu aja.." ajaknya sambil menarik tanganku dan masuk kedalam rumah.

Begitu masuk rumah Febby dan menaruh belanjaanku di meja ruang tamu, Kulihat dikamar Febby yang terbuka lebar ada Shinta yang sedang telanjang, tengkurap sambil bermain HP.

" Lhoh.. Shinta juga ada?? Kok telanjang??" Aku keheranan.

" Iyaa sayang.. Dari tadi dia disini.. Pacarnya baru aja pulang dari rumahnya. Dia bete dirumah, jadi kuajak aja kesini. Kebetulan bapak sama ibuku lagi kerumah nenek. Tau tuh… emang gitu orangnya.. ANEH !!" Jelas Febbby panjang sambil mengunci pintu rumahnya dan menutup rapat seluruh celah yang masih terlihat..

" Taaaa,, kok telanjang?? Gak malu sama Aku??" Kataku mengagetkan shinta yang gak sadar akan kehadiranku sambil meletakkan barang belanjaanku di meja ruang tamu.

" Eh… mas,,, baru dateng?? Hee… malu kenapa mas?? Toh mas juga udah nyicipin tubuhku kan??" jawabnya enteng. Aku hanya meringis melihatnya.

" Sayang,, anterin ke kamar mandi donk.. Gerah nii…" pintAku sambil mengibaskan tangan di leherku.

" Iyaaa… yuk mandi yuk?? Aku juga belum mandi…" katanya polos

“ Kok belom mandi sih?? Jorok ah..” Kataku.

“ Biarin… Aku lagi pengen mandi sama kamu sayaang..” jawabnya manja.

Begitu masuk kamar mandi, kami melepas pakaian kami dan mandi bersama. Awalnya Febbby menyuruhku mandi duluan, tapi karena Aku rada malas, kutarik dia sehingga dia ikut terkena kucuran air. Adikku ‘belum’ menegang saat melihat payudara dan Vagina Febbby saat kami mandi. Mungkin karena psikologiku yang kurang baik. Jadi Aku tak begitu menghiraukan tubuh Febbby yang mmhh… waw pokoknya. Tapi tidak untuk malam itu. Aku mandi seperti biasa dengan Febbby. Ini sudah kali ke 6.

Febbby berusaha menggerayangi tubuhku saat kami mandi, Ia begitu pengen merasakan penisku memenuhi vaginanya kembali. Ia berusaha keras untuk membangunkan adikku dengan merangsangku menggunakan payudara besarnya dan gesekan vaginanya di pahAku. Hasilnya?? Tak ada gerakan dari penisku..

" Kok susah banget sayang berdirinya?? Kamu gak horny liat tubuhku??" tanyanya

" Aduuuh…maaf sayaang… Aku lagi gak muud nih… tar aja yaa mainnya??" pintAku

" Yaudah.. tapi cium dulu.." katanya manja. Kucium saja mulutnya dengan cepat dan lanjut mandi.

" Kok gak mesra banget?? Beda banget kamu hari ini… “ katanya sedikit kesal.

“ Jangan terlalu dipikirin donk sayaaaang.. kita seneng-seneng yah malam ini.." Katanya manja.

Ia masih mencoba menenangkanku dengan memeluk tubuhku. Satu bulan lebih Aku pacaran dengan Lusi, Febbby yang bukan pacarku sudah Berkali-kali menyetubuhiku. Sekitar 7 kali Aku main dengan Febbby selama lebih dari satu bulan. Itupun Febbby yang mulai. Sedangkan Lusi?? Hanya 3 kali. Haaah Aku serasa mau gila… selesai mandi, Aku bergegas memakai handuk dan keluar untuk mengambil Bir yang tadi kubeli. Aku heran dengan kantung Plastik yang kubeli sedikit terbuka di bagian atasnya. Setelah Lihat, ternyata birku hilang Satu, mungkin shinta yang mengambil.

" Taaaa, lu liat birku gak??" teriakku

" iyaaa Maaaas… iini.. Aku lagi minum.." balasnya.

Karena sudah merasa frustasi, Aku mengambil Satu botol lagi dan kubuka. Aku duduk disofa yang dulu Aku pernah duduki dan meneguk Bir yang kupegang.. Tak lama, Febby datang dengan handuk yang menutupi tubuhnya dan menarikku tangan kiriku.

“ Mau kemana sih sayaang??” Kataku

“ Ke kamar donk sayaaang… masa disini??” jelasnya kemudian. Sampai dikamar, aku disambut pemandangan yang begitu menggelikan. Shinta sedang asyik mengosok klitorisnya dengan perlahan dengan mata tertutup dan tangannya yang satu meremas payudaranya.

“ mmmhhh….ssshhhh….aaahhhhh…” desah Shinta tak sadar aku menghampirinya

“ Taa” panggilku pada Shinta.

“ Aaaauuuhh… mmmmhh… apa mashh…nggghh??” katanya disela desahanya. Kini ia mulai membuka matanya. Keletakkan bir yang kupegang dan duduk disebelah shinta. Febby yang mengunci pintu kemudian berteriak.

“ Sayang,, aku dulu dooonk…” teriaknya dari dekat pintu

“ emang duluan apanya sayang?? Orang aku mau rebahan bentar kok…” kataku sambil merebahkan tubuhku didekat shinta.

“ Maass… mmmhh… gosokin dong…” pinta Shinta sambil menarik tangan kiriku ke Vaginanya. Karena kasian sama Shinta,, kugesekkan saja jariku di klitorisnya secara perlahan.

“ Auuuhhh…..mmmmhhh….aaaarggghh….nngghhh….cepetin mas…huuuufffhh…. Mmmhhh…” pintanya disela desahnya.

“ Sayaaang.. kok Shinta aja sih yang di gituin??” suara Febby mengagetkanku. Ternyata Febby sudah berada di sisi kananku dan tanpa mengenakan handuknya.

“ Aku kan juga mauuuu… “ pintanya manja.

“ Iyaaa.. Sinih…” kataku sambil meraih Vagina Febby dan mulai memperlakukannya sama seperti shinta.

“ Aaaaaahh…..mmmmmhhhh….. Sayaaaangg…. Cepetin lagiii……huuuuuhh… mmmhh…. Nnggghhhh…” Febby mulai menikmati gosokan jariku di Vaginanya. Segera kupercepat gosokanku dan 4 menit kemudian Shinta mendesah cukup keras menikmati orgasme ertamanya. Pahanya menyapit tanganku hingga tak bisa lepas.

“ Aaaakkkkkhhhh……mmmmmmmmmhh…. Nnngghhhh…. Maaass… keluaaarrhhhh…” Bafasnya tersengal-sengal. Tak lama, Febbypun juga menyusul. Himpitan kakinya membuat tanganku tak bisa bergerak.

“ Oooookkhhhhh….. mmmmmhhhh…. Ssshhh…. Aaaahh…” ia hanya mendesah menikmati orgasmenya.

“ Ta,, ambilin Birku dong..” pintaku pada Shinta

“ Nih mas.. Bir ku aja..” katanya sambil menyerahkan birnya.

“ Oh… makasih.” Jawabku. Segera kuteguk minuman itu dan memandangi wajah Febby yang masih menikmati orgasmenya. Aku heran kenapa pandanganku mulai kabur. Padahal aku baru minum 3-5 teguk. Aku merasa pusing dan tubuhku mulai melemas.

“ Sayaang.. aku pusing.. akkku mm..mauu..” kata terakhirku sebelum akhirnya aku pingsan kembali.


PART IX

Saat aku mulai tersadar, Aku merasakan ada yang sedang menindihku. Kali ini lebih berat. Kepalaku terasa sangat pusing dan sangat berat pula.

" Aammh.." kataku mulai membuka mataku perlahan dan berusaha meraih kepalaku dengan tanganku karena sakitnya masih terasa..

" kok gelap?? Mana Becek lagi.. iieewwhh..." pikirku. aku kaget ketika menyentuh seorang perempuan di atas tubuhku sedadang menduduki wajahku saat berusaha meraih kepalaku.

" mmmhhh....aaaah... ssshhhh...oouuugghhh.... " desah perempuan itu sambil menggoyangkan pinggulnya maju dan mundur
Disisi lain, aku juga merasakan batang penisku serasa dikocok dan diurut secara perlahan, kurasakan denyut-denyut tak jelas dari kemaluanku itu. Aku masih belum bisa melihat siapa yang sedang mengerjai penisku sekaarang.

" aaaakkkkhh.... nnggghhh.... oouuughhh,,, mmmmhh...." Desah entah siapa aku tak tahu.

Karena makin penasaran dengan suara desanan itu, kutepuk pelan paha seseorang yang sedang menduduki wajahku itu.

" puk puk puk puk.." suara tanganku menepuk paha orang itu..

" nnggghh... oouuugghh... aah... maaf saaat.." katanya pelan. Kemudian ia mulai mengangkat tubuhnya kesamping dan kini kulihat ternyata yang mengerjai penisku itu adalah Febby. Penisku masih menancap di Vaginanya. Disebelahku, aku melihat Shinta kelelahan dengan mulutnya penuh sperma serta di pipinya juga ada bekas sperma yang masih mengalir perlahan.

" Lhoh... Shintaa?? lalu siapa yang menduduki wajahku tadi kalo shinta udah KO gitu??" kataku pelan.

" Eh..." kataku kaget ketika aku menoleh ke arah sebaliknya.

" LINAA??" kataku kaget melihat Lina telanjang yang juga sudah kelelahan karena menggosok vaginanya di wajahku tadi.

" Astaga.. lo ngapain disini Liin??" Kataku kaget dan lumayan keras. Kulihat payudaranya yang berukuran 34A itu. 'gede juga punyamu Lin' pikirku.

" Nggghhh... maaaf saaat... hhhuuuuffhhh... " kata Lina dengan nafas terengah-engah.

" kamu ngapain disini Lin?? Kapan dateng?? Trus kok telanjang??" tanyaku bertubi-tubi.

" mmmhhh... akuu.... nnggghhh... tadii... aaahhh..." katanya seperti kebingungan mau menjawab apa

" Sayaang.. berhenti dulu doonk... istirahhat dulu... tar kamu pingsan lagi.." kataku kemudian kepada Febby yang masih menggenjot dan mengurut batang penisku.

" nnggghhhh.... aaakkkhh..... bentar lagihh sayaangghhh.... ooouuugghhh..." katanya disela desahannya yang menjadi.

" sayaaaaaaaaaaaang" panggilku pelan

" Aaaaakkkkkkkhhhhhhhhhh... mmmmmmmmmhh.... ssssshhh... huuuuufffhhh..." erangnya ketika menikmati orgasme yang entah keberapa.

" sayaaaaaaaang... udahan dulu dooonk... kamu capek tuuuh... kasian tubuhmu loh.." kataku meminta

" hm mhh....." katanya pelan dengan masih terkulai lemas diatas ditubuhku.

" aku lepas bentar yaaa.. kasian liat Lina.. kamu rebahan dulu aja disini.." kataku kemudian.

Kutarik tangan kanannya dan kuputar posisi kami kemudian kurebahkan disebelah Shinta. "Plop" suara penisku tercabut dari vagina Febby.

Kini didepanku terpampang ada 3 cewek cantik yang sedang lemas, tanpa busana dan penuh akan lendir kenikmatan.

" Siapa cowok yang lain? Kok spermanya banyak amat??" kataku keheranan. Kulihat penisku masih saja menegang.

" Shit... pasti ini kerjaan Shinta nih" gumamku

" Lin?? Masih sadar gak??" kataku pelan

" iya sat... nih baru aja balik staminaku.. " Jelasnya.

" emang kamu dari kapan disini?? Kok aku gak tau??" aku bertanya kembali pada Lina

" saayaaang... nnggghh... tadi giniii..." kata Febby yang berusaha mengatur nafasnya dan menceritakan kejadian sebelumnya.

2 JAM SEBELUMNYA (kesaksian Febby)

" sayaaaang... kamu kenapa??? Nngggh... sayaaaang??" kata Febby ketakutan sambil menggoyangkan tubuhku.

" Ta,, lo kasih apa tadi cowok guee hah??" Febby panik karena aku pingsan tiba-tiba.

" Eh... Cuma viagra aja Febb,, kaya yang lo suruh tadi..." jawab Shinta yang juga ikut ketakutan. Sekejap mereka berusaha membangunkanku dan terus menggoyangkan tubuhku agar aku bangun. Tak lama kemudian sebiuah HP berbunyi.

" itu kayak hapenya sayang.." kata Febby setelah mendengar HPku berbunyi. Sontak ia mencari sumber suara dan menemukan HPku. Ternyata Lina sedang menelponku.

" Halo.." sapa Febby

" Halo...Satrianya ada??" jawab Lina

" eh.. ini siapa ya??" tanya Febby kemudian.

" ini temennya SMP dulu.. Satria ada??" kata Lina

" iya ada... tapi dia masih pingsan. Tau tadi tiba-tiba ia pingsan. Sekarang masih belum sadar." Jelas Febby sambil menangis.

" Hah?? Dimana dia sekarang?? Ayahku seorang dokter,, mungkin aku bisa bantu dikit. Sekarang dimana kalian??" kata Lina yang juga ikut panik.

Begitu Febby menjelaskan dimana kami, 20 menit kemudian Lina datang dan memeriksaku. Sebelumnya ia sempat kaget melihat Shinta dan Febby bertelanjang ria disebelahku.

" astagaa.. habis ngapain kalian??" tanya Lina kepada Shinta dan Febby

" udah deeh.. jangan nanya aja.. coba tuh liatin kondisi cowokku dulu.." jawab Febby geram. Setelah di check, ternyata aku hanya terlalu capek, banyak pikiran, dan belum makan seharian. ( mendengar cerita dari Febby aku berfikir" kok bener ya?? Hebaat..")

" Dia gak papa.. Cuma kecapean aja..belum makan trus lagi banyak pikiran.." katan Lina pelan.

" huuuufffhhh... kirain kenapa.." jawab Febby lega

" Trus kok burungya tegak gini??" kata Lina penasaran

" ooh.. itu tadi dia minum viagra pas mau main." Jawab Shinta ngeles

" ooohh... Pantesan pingsan... " kata Lina..

Back To Febby House.

" gitu sayaaaang..." kata Febby yang nafasnya sudah kembali teratur.

" bener tuh mas.." tambah Shinta yang masih dengan lemasnya.

" sekarang kamu makan dulu ya sayang,, aku ada makanan kok di meja makan.." kata Febby kemudian.

" iya.. buruan dimakan dulu.. " kata Lina menyahut

" hmm.. oke.. satu pertanyaan lagi.. kenapa kamu ikutan main Lin?" tanyaku penasaran.

" gini sat.. tadi tu pas liat burungmu tegang, aku sempet megang bentar,, keras banget,, aku gak nahan,, kerangsang banget liat itumu.. jadi ikutan main deh.. tapi aku Cuma jilat sama gosok klitku di mulutmu aja kok.." katanya polos.

" astagaaa... tapi kamu udah pernah lakuin gituan belum??" tanyaku

" belum...makanya tadi aku Cuma berani gesek vaginaku di mulutmu," katanya malu sambil menutupi payudaranya.

" gak usah malu Lin,, gak papa.." kataku pelan.

" iya sat.." jawabnya pelan sambil mulai melepas tangannya dari payudaranya.

" kalian udah makan belum?? Temenin aku makan yuk??" pintaku.

" Masih jam setengah 8 malem.." kataku setelah melihat jam di tanganku

" Shinta gimana sayang??" kata Febby pelan

" coba deh bangunin,, mau ikut gak??" kataku kemudian.

" Taaa,,, lo ikut kita makan gak??" Kata Febby pada Shinta yang masih lemas..

" ikuutthh..." jawabnya singkat.

" yaudah,, Sayang,, Liiin,, kalian pake baju dulu sana.. istirahat aja dulu.. kita makan bareng ya?? Abis itu terserah kalian mau ngapain lagi." Kataku sambil tersenyum kearah mereka bertiga.

" iyaa.." jawab Febby dan Lina barengan. Setelah menunggu tenaga Shinta kembali,, kami bergegas ke KFC dan makan berempat disana. Kali ini aku sedikit tenang berkat saran Lina. Aku jadi lebih baik dan kian semangat menjalani sisa-sisa hariku sampai Lusi datang kembali dari Madura. Setelah kami selesai makan, kami sempat ngobrol sebentar seputar kejadian tadi sore.

" udah kenyang nih.. pulang yuk.." kata Shinta sambil mengelus perutnya. Akhirnya kamipun kembali kerumah Febby. Dan langsung masuk ke kamar Febby.

" sekarang kalian mau ngapain lagi?? Hmmm??" tanyaku sedikit memancing.

" mmmmm... ngapaiin yaaa??" jawab Shinta.

" gimana kaloooooo...." kata Febby sambil meringis.

" kalo apa??" kataku penasaran.

" kalo kita kerjain kamu lagiii...hahahahahaha..." kata Febby sambil tertawa. Shintapun juga ikutan tertawa. Kulihat Lina hanya terdiam. Entah kenapa sepertinya ia memikirkan sesuatu.

" Diem aja Lin?? Gak ikutan nngobrol nih?? Dari tadi looh.. oiya,, kalian udah kenalan belum??" kataku pada Lina kemudian menoleh ke arah Shinta dan Febby. Kulihat mereka hanya menggeleng kepala perlahan..

" ya ampuuun.. dari tadi kalian ngerjain aku sampe kaya gitu masih pada belum kenalan?? Astagaaaa..." jawabku tak percaya..

" yaudah.. aku aja yang kenalin kalian.. Liiin,, Ini Febby,, nah,, kalo yang itu Shinta.." jelasku sambil menunjuk kearah Febby kemudian Shinta. Setelah berjabat tangan dan saling mengenal, kami meneruskan obrolah kami yang sempat terhenti tadi.

Kini Lina mulai bisa berbaur dengan obrolan kami. Malah, terkadang kalimatnya sangat Vulgar dan membuat kami tertawa terbahak-bahak. Setelah mereka merayuku dan menggoda libidoku, akhirnya Shinta memulai pertarungan dengan mengulum penisku yang masih tegang dan berdenyut-denyut..

" uuuhhhh... enak banget Taa.." kataku ke-enakan menerima sengatan kenikmatan dari mulut shinta di penisku sambil melepas sendiri seluruh pakaiannya.

" Feeb,, nete bentar dooonk.." kataku manja meminta payudara Febby..

" iya sayaaang...niiih.." kata Febby sambil membuka kaos beserta branya dan mendekatkan payudaranya

" Liin,, kamu buka celanamu yah,, aku gosokin.." kataku kemudian. Dan kulanjutkan kegiatanku menjilati payudara Febby yang mulai mengencang lagi.

" Iya saat.." kata Lina dan dengan gerak cepat langsung melepas celana panjang yang ia kenakan. Setelah terlepas, kulirik vagina Lina dan kuletakkan tanganku di vaginanya.

" aaaakkkhhhhh..." desah Febby ketika kugigit kecil putingnya.

" nngghh... mmhhpppaahhhh..." desah Shinta tak kalah liar.

" uuuhh..mmmmhh..." Linapun juga semakin terangsang setelah gosokan jariku di bibir vagina dan klitorisnya secara perlahan-lahan.

" ganti posisi Feb..." kata Shinta sambil mengocok penisku setelah merasa cukup menjilati batangku.

" hhh...uuuhhh...dikit lagi taa... nanggung...nnggghh.... aagghh...mmmmhhh.." Febby masih terus merancau akibat jilatan dan kuluman serta gigitanku diputingnya.

" mmmpppaaah... udaah sayang.. gantiaan.. kasian shinta loh.." kataku setelah melepaskan kulumanku di payudara Febby tapi tak lama karena tangan shinta kembali menarik kepalaku kembal.

" bentar aja sayang... mau keluar niih..uuuuhhh...nnnggg...." katanya sambil melepaskan celananya dan menggosok clitorisnya sendiri.

" Aaaarrrgggggghh.... sakiit saaat....mmmhh... aawwwhhh.." erang Lina dari sampingku ketika jari tengahku mulai menyeruak masuk kedalam vaginanya. Tak kupedulikan erangan Lina dan mulai memaju mundurkan jariku di vaginanya secara perlahan.

" aaaahhh.... nnggghhhh.... saayaaanghh... ssshh..huuffhhh.. aku keluaaaaarr... aaaaakkkkkkkkhhhh..." pekik Febby tertahan dan mengejang setelah permainan lidahku di payudaranya.

" yaaah.. gak asik lo Feeb,, main enaknya sendirii..

" auuuhhh... mmmmhhhh...cepetin saaat..." kata Lina mulai menikmati kocokanku di vaginanya.

" iyaah... ituuhh... kiri dikiiihtthh... mmmmhhh... naaah.... ituuuhh.... benerr,,,, aaaggghhh... sssshhh... uuuuuhhh..." desahnya tak karuan menerima serangan jariku di vaginanya. Tanganku mulai dibasahi oleh lendir dari vagina Lina yang sudah terangsang hebat. Karena tanganku bebas,, kubuka bajunya dan branya yang masih tertutup rapi itu dan kujilat payudaranya setelah dibantu Lina dan Hap...

" aaaawwhhhh....nnnggghhhh.... saaaaat.... aku pengen kenciiiinngghhhhh.... auuuuuuhhhh... sssshhh... aaaahhhhh...lepasiiinnnhh... uuuuhhh.." kata Lina polos setelah putingnya yang mengeras kujilat, kugigit dan kusedot perlahan. Kata Lina tak kuhiraukan. Tiba-tiba penisku serasa hangat lagi. Kulirik ternyata Febby sudah melumat habis Penisku yang menantang langit.

" ahmmmmmmhhh... nngghhh..." desah Febby pelan.

" Aaaaaaaggggggghhhh........nnnnggggghhh...huuuufffh hh.." erang Lina dari dekat telingaku. Kurasakan jariku serasa disiram oleh cairan kenikmatanya yang pelan-pelan mengarah keluar vaginanya. Tanganku tak bisa bergerak karena himpitan kaki Lina kencang sekali dan ia sambil menjambak rambutku. Lina mencapai orgasme pertamanya.

" enak Liiin??" tanyaku disela detik-detik orgasme yang dirasakannya.

" hm mh...sshhh oooogghhhh....." jawabnya sambil mengangguk dan terus menikmati orgasmenya. Perlahan kaki Lina mulai kendor dan jambakannya mulai terlepas. Kuhentikan kegiatanku pada Lina dan mencari Shinta.

" mas,,, Gantian dooonk.." pinta shinta yang sudah telanjang bulat dari sisi lain,, sebelah kiriku. Di bawah, Febby sedang asik mengulum penisku dan menggosok klitorisnya sendiri.

" sayang,, lepasin bentar,, kita pindah diatas yuk.. aku mau rebahan aja.. biar kamu gampang ngemutnya.." kataku pelan. Kemudian ia melepas dan naik keatas dan dengan secepat kilat langsung menyambar penisku kembali.

" aaahhh... saaayaaang... geliii..." kataku mulai diserang rasa gatal.

" Ta,, dudukin wajahku.. Liin,, suruh Shinta nete susumu yah??" kataku sebelum akhirnya wajahku diduduki Shinta. Kujilat Vagina shinta yang hangat dan berdenyut itu. Kubenamkan lidahku kedalam vaginannya.

" aaaaaaagghhhhh.... maaasss... kamu apaiiin?? Sshhh...oooggghhh..." erang Shinta

Karena rasa geli sudah menjalar di ujung penisku,, Febby yang tak tahu kalau penisku akan orgasme itu justru semakin liar. Dan cruuut...cruuut...cruuut.. penisku serasa berdenyut-denyut menyemburkan spermanya didalam mulut Febby..

" nngghhhhh..." desahku ketika kenikmatan datang dari ujung penisku.

" eheg...." suara seseorang tersedak. Itu adalah Febby. Kuraih paha Shinta dan memintanya mengangkat tubuhnya sebentar.

" Aahhh.. sayang?? Kamu gak papakan??" kulirik Febby yang masih menahan penisku dimulutnya. Setelah menunggu sesaat, Febby mulai melepas penisku dan bicara.

" gak papa sayang.. aku gak tau kalo kamu mau keluar." Katanya. Kulihat spermaku masih tersisa di bibir bawahnya.

" sayang... ituu.." kataku sambil menunjuk bibir bawahku. Dia merespon dan mengusap bibir bawanya. Karena tau spermaku tersisa sedikit, langsung dijilat dari tangannya dan ditelan habis-habis.

" kok ditelen lagiii sayang??" kataku heran.

" enak sayang... mcap..mcap..mcap.." katanya sambil mengecapkan mulutnya.

" haduuuuh.." jawabku sambil menggelengkan kepalaku.

" udah belum mas?? Lagi yah?? Dah mau keluar nih mas,, nnnnggghhh.."Kata Shinta memelas.

" yaudah,, sini Taa.. aku lanjutin.. Taa,,, kamu duduknya ngadap ke Lina ya?? Kamu sambil kamu cium dia.. aku pengen ngremes susunya Lina." Jelasku

" Lin,, kamu duduk di perutku yah??" pintaku. Lina mengangguk dan segera menduduki perutku. Shinta juga kemudian berbalik arah sehingga kini Lina dan Shinta berhadapan. Mereka saling berciuman. Tanpa menunggu lagi kujilat klitoris Shinta dan kupercepat permainan lidahku.

" nggghh.... Mmmmmhhhh...ttcupsss..aaahhhh..." kudengar desahan Shinta yang semakin menjadi. Lina yang kembali terangsang menggesekkan vaginanya diperutku sembari kuremas payudara ranumnya itu dan kupilin putting payudaranya dengan kedua tanganku. Tak lama berselang, tubuh shinta bergetar dan semakin dalam menduduki wajahku.

" aku keluar massshh.... aaaaaaaakkkkkhhhhhh....." pekiknya diantara ciuman yang dilakukannya bersama Lina. Bibirku serasa ditumpahi cairan yang berbau khas itu dan rasanya hangat sekali. 'Mmhhhh.. baunya semakin membuatku terangsang aja." Pikirku

" Thhoo..ookuu.. gook bbessoo ngoomoong.." kataku terhalang vagina Shinta memecah konsentrasi Shinta yang menikmati orgasmenya.

" aaakkhhh... iya mass... bentar lagi selesaii..." pintanya..

" nnnggghhhh... " desahku disela himpitan vagina Shinta. Kurasakan ada yang menghimpit penisku dan mengurut seluruh batang penisku.

" nngghhh....sssfffhhh..uuuuffhhh.." erangku masih terhalang vagina Shinta. Kemudian Shinta mengangkat vaginanya dan duduk disebelahku dengan lemas karena orgasmenya.

Kulihat Febby sedang memompa penisku dengan vaginanya.

" Aaahhh...ssssshhh... hhhuuuuuufffhh...mmmmhhh.... oooggghhhh..." erangnya nikmat sambil pinggulnya terus naik turun secara berirama. Lina yang sendirian dan memejamkan mata karena kupilin putingnya juga ikut mendesah..

" hhuuuuuffhhh... mmmmhh.... aaahhh.." desahnya tak karuan.

" nnggh... Liiin.. putar hadap ke Febby yah... trus jilatin susunya Febby" kataku sambil menahan nikmat yang diberi Febby.

" hm mh" jawab Lina sembari memutar tubuhnya setelah kulepaskan remasanku dan pilinan tanganku dipayudaranya. Begitu Lina sudah menjilati payudara Febby, kuremas kembali payudaranya dan kupilin lagi.

" aaaakkkkkkhh... enak banget liiin... teruuusss... mmmhh....huuuffhh..." Febby makin liar ketika Lina mengulum sisi kanan payudara Febby.

Shinta yang tenaganya sudah terkumpul juga tak tinggal diam,, ia beranjak ke sebelah kiriku dan menlumat payudara kiri Lina... Tangan kiriku meraih Vagina Shinta yang bebas dan kugesek klitnya.

: ahmmmmhhhhhhhh..." erang Shinta ketika tanganku memegan bibir kemaluannya. Ia masih memgulum payudara kiri Lina.

" mmmmhhppppfffhhhh..." desah lina yang tak kalah terangsangya dan masih mengulum payudara Febby. Karena mulutku kian bebas, kutarik pinggul Lina sedikit ke belakang dan kini Lina dalam posisi membungkuk sehingga Vaginanya terkuak dengan indahnya. Segera saja kujilati bibir vaginanya yang harum, bersih dan berwarna merah muda agak pucat itu.

"mmhh... Virgin nih.."pikirku. dan Hap..bibirku bertemu dengan bibir vagina Lina. Lina yang mengulum dan menjilati payudara Febbypun menghentikan kegiatannya dan berkonsentrasi mendesah karena seranganku dan serangan Shinta yang membuatnya terangsang hebat.

" mmmhhhh.... aaaaaakkkhhhh.... huuufff....enak banget saaat,,, teruuussshh... mmmhh... klitku saatthh... iyaaahh... ituuuhh... mmmhhh... ngggghhhhh...ooouuugghhhh..." erangnya liar.

" haaahhh... haaahh..haaaaahh..." suara desahan Febby mulai kelelahan.

" mmmlllhhhmmpp... aahh.. sayang,, kamu angkat dikit pinggulmu,, biar aku yang pompa.." kataku pada Febby. Ia kemudian berhenti memompa dan menuruti kataku. Segera saja kugerakkan pinggulku naik turun dengan kecepatan penuh dan terus menjilati Vagina Lina yang sudah basah.

" aaaaaaakkkh.... mmmmhh.... huuuufffhh... terusss sayang... mmhhh... dikit lagiiihh...nngggghh.... huuuufffhhh..." erang Febby dari balik tubuh Lina yang membelakakngiku. Tak lama, Febby menduduki penisku agar aku tak memompanya lagi dan SYUUURRR... Penisku disiram cairan Febby. Denyut vaginanya terasa sekali dalam penisku.

" oooooooggggggghhhhhhhh..... mmmmhhhh.....aawhhhh...ssshhh..." Rancau Febby menikmati sisa sisa orgasmenya dengan penisku yang menancap dalam.

" oooohh.... saaat... akuu pipiss lagiiihh....nnngghh.... aaaaaaaakkkkkkkkkkkkhhhhhhhh...." pekik Lina kemudian setelah kujilat dengan kecepatan penuh menggunakan lidahku di bagian klitnya. Kali ini langsung kulahap vaginanya untuk menghangatkan tubuhnya. Tubuh Linapun juga bergetar hebat karena sudah orgasme dua kali.

" aaaaaakhhh... nnnnngggghh..." Lina mengerang dan menggoyangkan pinggulnya untuk menggesekkan vaginanya dimulutku.

" mmmhhhpppffhh..." desahku. Cairan Lina sedikit bau,, tapi setelah kujilat asin-asin manis begitu rasanya. Baunya memang aneh, tapi rasanya mengalahkan baunya yang terhirup olehku. Lina ambruk di tubuhku dan lemas tak berdaya. Febbypun demikian, ia terjatuh dari tubuhku setelah orgasmenya dan lemas kelelahan di samping kanan kakiku.

Kubangunka Lina dan kurebahkan disampingku. Kali ini Shinta mengalah untuk beristirahat karena lelah. Karena melihat Febby dan Shinta kecapekan, kudekatkan wajahku untuk mencium Lina.

" Liiin,, gimana?? Enaakk??" tanyaku sebelum akhirnya kuciumi bibir manisnya itu.

" mmmhh.....mmmmhhhsssaaahh... enak banget saat..." katanya disela ciumanku dan kemudian melepaskan ciumanku untuk menjawab pertanyaanku.

" kamu udahan yaa?? Kasian aku liat kamu.." kataku pelan dambil meremas payudaranya. Tubuhnya masih memakai kaos dan bra, hanya saja kaosnya sedikt naik sampai melewati payudaranya dan branya sedikit turun sampai payudaranya itu menyembul keluar disela kaos dan branya.. Ia menggeleng,

" enggak...hhmmmhh... bentar lagii.. huuuuffhhh.." katanya sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.

" mau ngapain lagiii??" tanyaku keheranan.

" masih kuat aja nih anak.. padahal tubuhnya dah getar gitu.." pikirku dalam hati

" aku mau kamu masukin saaat,,, tapi pelan yaaa...huuuuffhh.. aku belum pernah gituu soalnya... hhmmmmhhh..." jawabnya polos

" Liiin,, kamu masih virgiiin... trus kamu juga aaaaggghhhhhh.." kataku terhenti. Shinta ternyata sudah kembali dan memasukkan penisku dalam vaginanya.

" Taa,, pelan doonk.. main masukin aja.." kataku sebal karena Shinta tiba tiba menjejalkan penisku kedalam vaginanya.

" uuuugggggghhh... mmmmhh.... abiiiss... mas asik ngobrol siihhh ama Linaahhh.... Mmmmmmhh..." katanya sambil terus memompa penisku naik turun. Kubiarkan saja sejenak.

" mmhh... uuuhhh... sempit banget Taa,,,hhmmmhh..." kataku pelan.

" hm mh... punya mas sihh.. mmmhh...nambah gedhe aja..uhhh..beda sama yang dulu..aaahhh..." jelasnya.

" oiya Linnn...mmmhh.. huuuffhh.. ituu... mending gak usah dehh liiinnhh.. mmmhh... kasian kamuuu...oooouugghhh... pelan Taa... huuuffhh.." kataku pada Lina kemudian menengok ke arah Shinta.

" huuuffhh... aku mau keluar lagi Taa.. oooogghhh...bentar ya Liin... uuuhhh... haaahh.." kataku disela pompaan Shinta dan pamit kepada Lina untuk segera menikmati orgasme yang akan menghampiriku..

" Ooooooggggghhh.... kellll...llluuu...warrr...Thaaaa....ooh..oohh...mm mh..." desahku ketika tak kuat lagi menahan rasa geli dan gatal yang menyerang ujung penisku. Seketika otot-ototku mengejang hebat dan ujung penisku menyemburkan cairan kenikmatanku dalam vagina Shinta.. Pruuutt...Pruuutt...Pruuutt...getaran dan denyut di penisku kurasakan berkali-kali menyemburkan spermanya.

" aaaaaaahhkkkk,.....mmmhh.... oooogghh... akuwh... jug....gaa massshh...." pekiknya. Ternyata kami berdua orgasme bersamaan. Remasan dinding vaginanya keras dan vaginanya seakan mencekik penisku sekuat-kuatnya. Setelah menikmati sisa-sisa orgasme bersamaan, Shinta melepas penisku dari vaginanya dan perlahan spermaku keluar dari vagina Shinta dan terus menuruni selangkangannya. Aku terkulai lemas dan merebahkan tubuhku kembali.

" ooohh.... Liin,, soorry tadi keputus.. mmhh.. mending gak usah yaa??" kataku ketika nafasku mulai beraturan. Ia masih menggeleng dan tiba-tiba saja saat aku masih lemas dan tak kuasa untuk bangun, Lina berdiri dan melepas celana dan kaosnya serta branya dan langsung naik diatas penisku yang masih saja menegang.

" oohhh... tidaakk.. jangan Lagiii.." pikirku.

Dipegangnya penisku dan diarahkan ke bibir vaginanya. Lina kemudian menutup mata dan akhirnya.....


PART X

PLAKKK !!!

Tanganku reflek menampar pipi kanan Lina pelan. Sejenak kami terdiam.

" M-MMAAF" kataku canggung dan merasa bersalah karena telah menamparnya.

Lina hanya terdiam kemudian tersenyum. Ia beranjak duduk dan melepaskan penisku.

Aku heran kenapa ia begitu. Semakin lama senyumnya semakin lebar saja. Aku bangun dari posisiku sebelumnya dan duduk keheranan.

" Selamat ya Sat.. Kamu Lulus.." Katanya pelan dengan senyumnya yang manis nan menawan itu.

Hah?? Luluuus??

Aku bagaikan Kuda Nil yang kehilangan otak dan dengan wajah yang amat TOLOL.

" What?? Lulus?? Maksudmu??" kataku dengan sedikit berteriak

Aku mulai keheranan dan nampaklah wajahku yang amat sangat tolol begitu mendengar kalimat Lina yang SO WEIRD itu alias SANGAT ANEH.

" Kamu udah biktiin ke aku Sat,, kalo kamu tu emang bener-bener cowok yang baik. Baiiiiiik sekali... Kamu emang yang terbaik dari semua cowok yang kukenal Sat.. You make me Proud of you... And... I Think,, I Fallin' in Love with You."

Lina berkata dengan penuh perasaan dan dengan wajah tersenyum seakan dia sedang menerima lamaran seseorang untuk menjadi istrinya. Matanya yang lembut,, bening dan sangat menyejukkan hatiku juga memberiku sinyal bahwa ia telah berkata yang sejujurnya dan bahkan dari hati yang paling dalam.. Uuuuuhhh... Speacless deh.. hihihi.. sampai-sampai aku dibuatnya melongo dan tak tau mesti ngomong apa lagi.

" oh.. eh.. Makasih deh.. Tapi jujur nih,, aku makin bingung Lin sama ucapanmu tadi.. Hehehe" kataku terkekeh

Tolol banget gue ngomong gitu didepan cewek yang uuuuhhh... Amazing ini?? Haaazzshhh.... NEVERMIND.. yang penting jelas..

Meskipun dulu dia tidak seperti yang sekarang,, tapi sikapnya tidak pernah berubah. Hanya wajahnya dan tubuhnya yang sedikit berubah dan memang,, Lina sudah layak diperhitungkan bagi para kaum adam atas Keindahan Tubuh Lina yang telah diciptakan sedemikian rupa oleh yang Kuasa untuk sang adam dan kini,, Ia sedang memperlihatkannya kepadaku. Sungguh suatu kehormatan bagiku.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tanpa menjawab apapun Lina bergerak perlahan mendekatkan wajahnya,, mencium bibirku,, mengecupnya secara perlahan dan dengan mata tertutup rapat tanpa celah sedikitpun. Tangannya memegang kedua tanganku dan menggenggamnya mesra. Kelihatannya dia sedang berusaha memberiku sesuatu. Lama sekali ia menciumku tapi tetap tak kubalas karena aku mulai berfikir tentang ucapan Lina barusan.

Aku tidak perduli dengan apa yang terjadi padaku sekarang. Aku hanya berfikir dan terus berfikir hingga aku merasa ada diduniaku sendiri dan tak ada seorangpun didalamnya.Yang kufikirkan hanyalah kalimat-kalimat Lina yang masih kukorek dalam-dalam untuk menemukan makna dari kalimat Lina yang mulai membuatku gila..

Apa artinya?? Cowok baik?? Terbaik?? Bangga?? Aaah.. apaan siih?? Apa artinya?? Kenapa aku tidak tau?? DAMN IT...Dasar begooo.... kok aku jadi lemot gini seeh?? Haaassshhtagaaa...

Kesadaranku sedikit demi sedikit mulai terkumpul kembali, kulihat Lina masih menciumku dengan mesranya dan dengan penuh perasaan yang tercampur aduk. Saat kesadaranku sudah pulih dari khayalanku, aku merasakan sesuatu mulai masuk dari bibirku. Sesuatu yang tak bisa dilihat mata telanjang,, tapi dapat kurasakan melalui hati.

Kini apa yang Lina berikan mulai bisa kupahami... Kecupan mesranya itu,, Tatapan Matanya,, dan semua yang Ia ucapkan tadi... Kurasakan dari kecupan yang Lina berikan padaku ternyata penuh akan cintaa,,, kasiih,, sayaang,, hiduup,, rasa terimakasihnya,, dan segala-galanya... Kecupan yang menandakan bahwa Ia telah jatuh hati padaku.

She's Told me everything about her feelings... OH GOD..

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DEG DEG ............!!

Jantungku serasa berhenti berdetak. Tak kusangka perasaannya padaku sejauh ini. Begitu dalam dan sangat menyentuh hatiku. Aku tak pernah di kecup seseorang semesra ini sekalipun Itu Lusi. Cinta yang benar-benar tulus kurasakan hanyalah dari Lina seorang. Cinta yang tak pernah kuharapkan kedatangannya dari seorang teman sekaligus sahabat seperti Lina.

Jadi waktu Lina menciumku waktu itu?? Oh my GOD, this is bad..

Saat Lina selesai menciumku, menarik kembali wajahnya perlahanaku dan mulai membuka matanya yang tadi sempat tertutup rapat ketika ia menciumku. Aku hanya terdiam dan tak berkata apapun. Perasaanku bercampur aduk. Kesedihan,, Kebahagiaan,, Kekecewaan,, Ketakutan,, semuanya tercampur aduk.

Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku ketika Lina tersenyum melihatku seakan Ia menungguku mengatakan sesuatu. Sesaat aku melihat Lusi ikut tersenyum melihatku dari dekat pintu kamar Febby. Jantungku serasa berdegub kembali, tetapi kali ini tidak kembali normal, justru detaknya semakin cepat dan semakin cepat saja. Sepertinya memompa sesuatu untuk naik keatas ke arah kepalaku. Aku menutup mataku dan saat kubuka,, air mataku jatuh.

Airmata yang menyatakan ketakutan,, kegelisahan,, dan kesedihan yang amat mendalam. Hatiku pedih tergores luka yang kubuat sendiri. Aku sungguh malu dengan apa yang terjadi padaku saat ini. Aku telah melukai perasaanku,, melukai hatiku,, dan melukai semua orang yang menyayangiku apa adanya. Lina yang melihatku kian bersedih mulai merasa bersalah atas apa yang terjadi.

Kulihat Lina sedang berusaha mengatakan sesuatu. Aku tak bisa mendengar Lina berkata apa karena telingaku tiba-tiba tak bisa mendengar suara apapun. Mataku hanya tertuju pada pintu kamar Febby. Yang ada dipikiranku sekarang hanya perasaan bersalah dan ketakutan yang amat sangat menyiksa batinku. Air mataku tak kunjung berhenti,, justru semakin menjadi. Aku sangat merasa bersalah kepada semua orang terutama Lusi. Aku merasa bahwa diriku adalah seseorang yang sangat Hina dan tak patut lagi untuk dicintai maupun dikasihani.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Saat,, Are You Okay??" kata Lina lembut sambil memegangi pipiku dan mengusap airmataku.

Pendengaranku sudah kembali. Suara Lina mulai terdengar namun aku masih saja terdiam.

" Sayaaang... Kamu kenapa?"

Suara Febby pun juga bisa kudengar. Kuambil nafas perlahan dan kukeluarkan melalui mulutku yang juga dengan perlahan sambil menutup mataku untuk menenangkan perasaanku. Perlahan lahan airmataku berhenti mengalir dan kubuka perlahan mataku.

" I'm Fine Baby.. I'm Fine... " Kataku

" Lin..." kataku kemudian.

Lina kembali tersenyum mendengar jawabanku dan memandangiku seolah lega karena aku ternyata baik-baik saja.

" Hmmm??" jawabnya manis

" Tinggalin aku.." kataku pelan

Sepertinya Lina masih merasa ragu dengan apa yang kukatakan barusan dan masih tetap berusaha tersenyum mendengar kalimatku yang mungkin menyayat hatinya.

" Hah?? Hahaha...Kamu bercanda kan Sat?? hahaha..." jawabnya sambil tertawa kecil

Lina kemudian melihat mataku kembali dan dalam sekejap senyumnya itu hilang entah kemana. Menghilang bagaikan terbawa hembusan angin yang tertiup dari Lubang Ventilasi kamar Febby. Lina seolah tak percaya dengan apa yang kukatakan barusan. Ia begitu merasa terpukul atas apa yang kukatakan. Ia berusaha menahan air matanya dengan menutup mulut dan menggeleng-gelengkan kepalanya,, namun tidak bisa. Air matanya mulai keluar dan menuruni pipinya kemudian jatuh tepat di tangan yang masih berusaha menutupi mulutnya itu.

Matanya yang sejuk itu hilang dalam sekejap dan kini yang ada hanyalah mata yang keruh,, penuh dengan kesedihan yang teramat sangat menyiksa batinnya. Aku merasa bersalah atas apa yang kukatakan. Kuredamkan amarahnya dengan sebuah tarikan dari tangan kananku di kepalanya dan kudekap wajahnya dengan pelukanku. Ia menangis semakin menjadi ketika kepalanya kudekap erat dengan pelukanku. Melihat Lina menangis, Aku menangis kembali dan mendekapnya dengan erat.

Febby dan Shinta hanya duduk terdiam melihat kejadian yang mereka saksikan sekarang. Mereka berusaha untuk tidak menangis melihatnya. Kedua tangan mereka masing-masing menutupi mulut dan hidung mereka dengan harapan bisa menahan air mata yang mulai mengisi sela didalam mata mereka. Mereka ikut larut dalam suasana kami dan ikut menangis kemudian.

Lina melepaskan pelukanku dan menatapku dengan penuh tanya.

" Tapi kenapa Saaat?? Hikss...Hikkss..." katanya disela tangisnya yang makin menjadi.

" Aku udah gak pantas lagi Lin.. udah gak pantas buat dicintai.. Ak....."

" PLAAAK !!" suara tamparan Lina menghentikan kalimatku.

Tamparan yang cukup keras dan pantas kudapatkan. Tamparan itu membuatku menutup mata dan membuat wajahku terdorong ke samping menghadap kanan.

" SIAPA YANG BILANG?? HAH?? SIAPA??" teriak Lina

" Dengerin penjelasanku dulu Lin.."

" GAK !! GAK MAU !! AKU GAK MAU DENGER !!"

Lina menutupi kedua telingannya dan menggelengkan kepalanya sambil terus menangis dan tertunduk.

" Liin..." kataku sambil memegangi dagunya dan berusaha mengangkat wajahnya untuk melihatku kembali.

Matanya penuh dengan kesedihan dan keputus asaan. Aku yang hanya melihatnya saja sampai ikut merasakan apa yang kini dirasakannya. Perlahan tanganku yang lain meraih tanganya dan menarik perlahan sampai terlepas dari telinganya.

" Aku bisa jelasin Lin. Dengerin aku dulu."

Ia tetap berusaha mengacuhkanku dan berusaha menutupi telinganya. Tapi kali ini kutahan sehingga Ia hanya bisa menangis.

" Aku gak bakalan bisa satu sama kamu Lin. Aku terlalu Cinta sama Lusi,, Dia adalah Pacarku,, Hidupku,, segalanya. Aku terlalu sayang padanya. Jujur. Aku Juga suka sama kamu Lin,, Cinta Juga,, tapi Cuma sebagai Sahabat.. Sahabat Lin.. GAK LEBIIH.." Jelasku perlahan

" Kamu boleh sayang sama aku,, Cinta sama aku tapi sekedar sebagai sahabatmu. Jangan Lebih. Aku takut kalo perasaanmu justru makin dalam sama aku Lin.. Aku takut kalo cintamu Cuma bertepuk sebelah tangan. Kamu harus faham akan itu Lin.." Jelasku kemudian.

Lina hanya makin menangis mendengar penjelasanku. Ia terlihat sangat sedih dan hancur. Sesaat kekuatanya melemah saat tanganku menahan kedua tangannya yang berusaha menutupi telinganya. Kulepaskan tanganku dan kubiarkan tangannya bebas. Ia terus menangis dan tanganya kini menutupi seluruh wajahnya. Mungkin karena fakta yang harus Ia terima, Lina kemudian menarik tubuhku yang masih telanjang bulat dan memelukku dengan sangat erat.

" AKU SAYANG BAGET SAT SAMA KAMU... AKU CINTAA.." Kata Lina disela tangisannya dipelukku.

Kubalas pelukan Tubuhnya dengan lembut. Kurasakan Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Tubuhnya berkeringat

" Iya Lin.. Aku tau itu.." jawabku berusaha menenangkannya.

" AKU GAK MAU JAUH DARI KAMU SAT.. AKU CUMA PENGEN KAMU.. AKU... AKU... AKU... HIKS.. HIKS.. HIKS.." kata Lina tak kuasa menahan kesedihannya.

" Udah Liin... Udaah.. Jangan ngomong lagi." Sahutku kemudian.

Febby dan Shinta cukup terharu melihat Kejadianku dengan Lina. Mereka sekarang hanya duduk terdiam membiarkan kami merampungkan masalah kami.

Karena merasa sangat bersalah kepada Lina, kucoba menenangkan suasana hatinya. Kulepaskan pelukanku dan kupegan kedua pipi Lina. Saat air matanya jatuh, segera kuseka dan terus memandang wajahnya.

" Don't worry Lin. I'll be in your side forever. You don't Need me to be your BoyFriend. You Just have to Trust me and I'll be in your Side..." kataku pelan.

Lina hanya mengangguk perlahan dan masih menangis. Kukecup keningnya untuk menenangkanya kembali. Air matanya mulai berhenti dan dalam waktu yang cukup akhirnya Ia mulai tenang.

" I Love You Too.." kataku sambil tersenyum kearahnya dan kutatap matanya dengan lembut.

Senyum Lina mulai kembali setelah mendengar kalimatku barusan. Air matanya menetes kembali dan Ia memelukku lagi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karena sudah hampir Larut malam, Lina memutuskan untuk pulang. Ia sekarang sedikit lebih lega dan rela mengubur cintanya demi kebahagiaanku. Kini ia mulai mengerti apa maksudku. Sebelum memakai pakaiannya kembali, Lina sempat menunduk dan mengulum penisku sebentar. Sekitar 30 detik Ia mengulum penisku yang masih saja tegang. Setelah berpamitan Padaku serta Febby dan Shinta,, Lina pulang dengan motor Mio yang Ia kendarai tadi Sore dan diparkir di depan rumah Febby namun masih didalam pagar. Kami hanya mengantar sampai ke pintu kamar Febby saja karena keadaan kami yang masih telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang menempel pada tubuh kami bertiga.

" Daaa Linn... Ati ati yaa....aaaaaaaaaaaahhh..."

Kehangatan menyelimuti penisku kembali. Kulirik ke bawah dan kulihat Shinta ternyata sudah mengerjaiku lagi dengan mengulum penisku sambil berjongkok. Kulihat Lina yang kaget setelah membuka pintu dan sebagian tubuhnya sudah keluar mendengar suara desahanku. Lina tertawa kecil setelah melihatku sedang dikerjai Shinta dan kemudian Ia keluar, menutup pintu dan pulang..

" Ooouuggghhh..... Taaa... Pin.Daah yuukk.. Jang..ngan.. disin..ni..." kataku ke enakan menerima lumatan Shinta di ujung penisku.

buset dah... manteb banget BJ-nya Shinta

Shinta kemudian melepaskan penisku dari cengraman mulutnya yang haus akan cairan putih kental nan asin itu dan kemudian berdiri. Setelah terlepas dari cengkraman mulut Shinta, Febby menarik lenganku dan mengajakku keatas ranjang kembali.

" Feeb,, gue duluan yah?? Kan hari ini aku terakhir ketemu Mas Satria.." kata Shinta memohon yang masih berdiri di Pintu kamar Febby sambil bersandar dan melingkarkan kedua tangannya di depan dadanya..

" Iyeee... Jangan lama-lama yaa?? Gue juga udah Horny nih liat konti cowok gue.. hahahaha..." jawab Febby Santai dan melompat keatas ranjangnya dan memposisikan tubuhnya tengkurap dengan kedua tangan menyangga kepalanya..

" Hah?? Terakhir?? Emang lo mau kemana Ta??" Tanyaku.

" Aku mau Pindah ke BALI Mas.. Bokap dapet pindah tugas kesana.." Jawab Shinta

" Lhoh. Kok gak ngomong dari tadi Ta?? Yaudah buruan kesini deh Ta.. Lo mau apa aja gue kasih.." jawabku enteng.

Shinta tersenyum mendengar jawabanku dan segera berlari kearahku dan....

BUGH !!

Shinta menabrak tubuhku hingga kami jatuh diatas ranjang. Tanpa mengatakan satu patah kata pun dari mulutnya, Shinta langsung menjilati leherku dan menciuminya. Setelah merasa cukup, Shinta kemudian mencium bibirku dengan sangat Liar. Kubiarkan saja dia. Sempat Shinta kukerjai dengan memberinya Hot Deep Kiss. Dia sempat kehabisan Nafas dan memukul dadaku pelan.

" Aahhh... Mas kok gitu sih?? Mulai Nakal ya... Awas aja ntar..hmmmhh.." katanya sedikit kesal dan langsung menyambar mulutku kembali.

Benar saja. Dia membalas HDK ku sampai aku kehabisan Nafas..

" mmhhpppp... Haaahh...Ta,, Lo mau bunuh guee?? Sialan..."

" Biarin.. Siapa juga yang mulai.. tapi enak kok mas tadi.. Bikin libidoku naik.." jawabnya polos.

" hahahahaha..." aku tertawa keras.

Kulihat Febby sedang memandangi kami berdua dengan tatapan sayu dengan kedua tangan menyangga kepalanya. Sepertinya Ia ingin ikut dalam permainan kami.

" Sabar ya sayaaaaang.. Kamu nanti juga tak kasih lebih kok." kataku pelan pada Febby.

Ia hanya tersenyum mendengar kalimatku. Ia mengangguk dan akhirnya mau bersabar menunggu kami sampai selesai bermain.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keliaran Shinta dalam permainan One by One ini membuatku benar-benar gatal ingin segera menyuntikkan sperma kedalam vaginanya yang sempit itu. Shinta terus saja mengerjaiku tanpa henti.

Awalnya Shinta biasa saja setelah ciuman kami tadi. Tapi hal itu berubah ketika Shinta menggarap seluruh batang penisku. Rasa gatal yang kurasakan muncul ketika ia mengulumnya dengan benar tapi rasa gatal itu hilang dalam sekejap ketika ia menggigit Penisku.

" oooouuuggg... Taa,,,, enaak Banget Taa.... sssshhh... Akkh.. Ta..Kok digigit siih?? Sakit gilaa.." Omelku tak karuan pada Shinta

" wekkkss... Biarin.. Ntar mas ke enakan trus muncrat lagi... hahaha..." jawabnya enteng

" Hihihihi.." Febby tertawa kecil.

Febby yang melihat reaksiku justru langsung ikut tertawa dan tersenyum lebar.

Gilaa... Dikerjain para ladies nih ceritanya?? Okeehh... liat aja.. nanti gue balasss... hahahahaha...

" Ooohhh... Jadi sekarang sayang belain Shinta nih??" kataku kesal.

" Hihihii.. Abiiis lucu siih wajah kamu.. Bikin gemes kan jadinya?? Shinta aja ikut gemess tuuhh..." Jawab Febby Enteng.

whaaat??? Lucuu?? Please deehhh... Orang keren gini dibilang lucu... Cepede....haahahaha..

" Ooouuughhh..." erangku ketika mulut sinta kembali melahap penisku.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Shinta melepas penisku dari cengkraman mulutnya dan kemudian ia menindihku. Awalnya aku biasa saja. Tapi setelah Shinta menindihku, aku merasa aneh saat Kedua kakiku dibuka lebar oleh Shinta.

" Sekarang mas Rasain jadi Cewek.. gimana kalo diginiin.." jelasnya

Mo ngapain nih anak??

Shinta memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

BLESS

Penisku menyeruak masuk kedalam vagina Shinta dan membelah bibir vaginanya yang tadi tertutup rapat. Shinta mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan tangan disamping kepalaku yang dalam posisi tertidur. Payudara Shinta begoyang-goyang seperti layaknya Buah duren yang mau jatuh dari pohonnya. Posisinya seperti Man On Top tapi kali ini yang bertindak sebagai Man adalah Shinta.

Gilaaa sempiit benerrr... nnggghh... MANTAAB...Tapi kok...kaya ada yang salah ya??

" Gak Salah nih Ta Posisi lo?? Harusnya kan gu....."

PLAAAK !!

Tamparan Shinta menghentikan kalimatku.

" DIEEEM..." Katanya sambil terus memompa penisku layaknya seorang pria.

waah wahh waaahh... bahaya nih kalo gini.. bisa kalah gue... sialan lo ta...

" ett dah... Ngapain pake nampar siii?? Sakit tau,," kataku kesal sambil mengelus bekas tamparannya

" hh...hhh...hhh....hhhh....hhh..." nafas Shinta memburu

" ganti posisi CEPEET..." kata Shinta Galak.

Ett dah... Shinta kesambet Nenek Lampir kayaknya..

" Iyee.. Iyeee... Sewot amat... Mo kayak gimana nih??" kataku kesal.

" hiaahahahaha.." Febby tertawa terbahak-bahak.

" Eh,, Sayang,,, Bantuiiin keekk,,, malah diketawain lagii...Da....."

PLAAAKK !!!

" Awwh..." erangku kesakitan karena ditampar lagi...

" JANGAN MENCARI PERHATIAN... CEPEEETTT... ANGKAT KAKIMU TERUS HADAP KE KIRI.." Teriak Shinta.

Kalo bukan permintaan lo yang terakhir dahh gue Sikat juga lo Ta...Sialan..

" Iyee iyeee... Dasar Nenek Lampirr.." kataku kesal LV 2

PLAK !!

" KAMU NGOMONG APA HAH?? " katanya juga kesal.

" Auuhh... Sakit Taa.. Iyee iyee... ampuun... buseeett dah... panas ni pipi.." aku mulai kesal LV 3

" MAKANYA JANGAN NGELAWAAAAAAN !!! DASAR BUAYA !!" jelasnya

Iyeeee nenek peyooott....

" Iyeee Bidadarikuuu..." kataku berbohong agar tidak ditampar

Kulakukan apa yang Ia suruh.

Tadi apa ya?? Oiya.. Angkat kaki,, hadap Kiri..

" BAGUS.." katanya puas.

Shinta kembali memompaku.

Mayan dah... gak capek-capek mompa.. hahahaha... bisa tiduran kayak gini.. enak juga ya jadi cewek.. hehehehe..

Aku tersenyum sendiri

PLAAK !!

" awwh..." erangku..

" NGAPAIN KAMU SENYUM SENYUM SENDIRI?? Hhh..hhh.hhh.hhh.hhhuhhh.." Katanya disela hembusan Nafas yang terkesan sudah kelelahan.

" Sakit SHINTAA.. Buset dah.. Yang kiri napa?? Kanan terus dari tadi.. orang gue lagi inget kejadian tadi sore kok.. Hee..." katakau sambil meringis.

" JANGANH...HH.. NGELESSH.. huuhh.. huuuhh... mmhhhh...aaahhh... aaahhh... nnggghhhh.... Oooouuuuuggghhhhhh.." rancaunya ketika ia menikmati sengatan orgasmenya menjalar di deluruh syaraf dan mengejangkan otot-ototnya.

Tubuh Shinta tiba-tiba mengejang tak jelas dan matanya tiba-tiba tertutup seakan mau ada badai pasir yang lewat. Kepalanya mendongak keatas, Vaginanya berdenyut-denyut dengan kerasnya dan menyemburkan cairan Hangat kepada penisku serta meremas batang penisku dengan sekuat tenaga.

" Aaahhh... Remesan vaginamu kenceng banget Ta.." desahku nikmat..

Karena melihat Payudara Shinta bebas, aku jadi ngiler. Timbul keinginan mengerjai Shinta yang sedang Orgasme,, kudekatkan wajahku dan kujilat payudaranya yang mmhhh... menggoda iman itu..

" ssssshhhh....uuuuuuuuuhhhhhh... mmmmmmhhhh.... huuuuffhh... hhaaaaaaaaaaaahh... hhaaaahhhh.." desahnya kemudian.

hahahaha... Rasaiin... Dasar Nenek Peyot...

" Udaah... udaah... nnggghh... stooph mass.... uuuhhhh.... ampuuun.." erangnya kegelian.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Karena sudah merasa cukup dipermalukan,, Kudorong tubuhnya sehingga Shinta ambruk disebelah tubuhku dan segera,, secepat kilat, kubalik posisi kami. Kini tubuh Shinta kutindih dengan penisku masih tertancap dalam..

" Hahahaha... Gue menang.." kataku terkekeh dengan ekspresi penuh kemenangan.

" mmmhh... huuuufffhh.." Mata Shinta masih terbelalak.

Sepertinya Shinta masih menikmati orgasmenya.

" Ta,, Tak nete susumu ya??" kataku pelan.

" hm mh... aaahh...nngggghhh..." katanya

Oiya.. nih anak udah orgasme berapa kali ya??

" Eh Ta,, lo tadi udah orgasme berapa kali??" tanyaku

" ini yangh kelimaa masshh... Mmmhhhh... huuufffhh..." Katanya sembari mengatur nafasnya kembali.

WHAT?? Buseeeett... Kuat Bener nih anak??

" Udahan aja deh Ta.. Tar lo pingsan lagi.." kataku seraya mencabut penisku tapi ditahan kaki Shinta yang merangkul pinggulku dari belakang.

" mmmhhh... Huuuuffffhh... Sekali lagi aja mass.... hhaaahh.." pintanya.

" bener yaa??" kataku memastikan.

" Hm mh.. hhaaahh... fuuuuhh..." desahnya masih terdengar karena penisku masih tertancap di vaginanya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku heran kenapa Febby dari tadi terdiam. Kulihat Febby sejenak untuk memastikan Ia tak kenapa-kenapa.

aje gileee... Malah main sendiri tu bocah... dah gak sabar kayaknya tuh anak ampe merem melek gitu...

Kulihat Febby sedang terlentang dengan kaki terbuka lebar dan tangan kanannya menggesek kemaluannya sendiri sedangkan tangan kirinya meremas payudaranya bergantian.

" Sayaaaang... Jangan main sendiri dooonk... gak asik ah.. bentar lagi aku juga udah kelar kok..." kataku

" nnggghhh.... hiyaah sayaaanghh... huuuufff..." katanya disela desahannya yang semakin menjadi.

ck ck ck...

Aku menggelengkan kepalaku.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Ta,, lo nungging yah,, Biar gue yang mompa,, kasian lo tuh.. dah capek.." kataku

Shinta hanya mengangguk dan menahan nikmat dari batang penisku yang masih menancap. Kutarik perlahan penisku.

PLOK

" Aaaakkkhhhh.... Huuufff..." erang Shinta ketika penisku keluar dari liang kewanitaanya.

Setelah mengumpulkan tenaga, Shinta langsung memposisikan tubuhnya seperti yang kuminta. Ia menahan tubuhnya dengan kedua tangan dan Lututnya. Kusiapkan kuda-kudaku. Kupijakkan kaki kiriku di dekat lutut kiri Shinta dan kugunakan lututku sebagai penyangga tubuhku. Kupegang pinggang Shinta dan kusiapkan target sasaran penembakan rudal.

SLEP

Satu hentakan cukup keras memaksa penisku masuk kembali menyeruak masuk kedalam sumber kenikmatan para adam.

" Aaaaaakkkkhhhhhhh.....ooooouuuggghhhhh... huuuuffff... " Pekiknya.

Kugerakkan pinggulku maju dan mundur secara perlahan dan berirama. Semakin lama, kupercepat pompaanku dengan kecepatan maksimal.

" ohhh.. oohh.. mmhhh... hhaah... haahh... huuuff... mmmhh..." Desahan Shinta cepat.

" Taa,, nggh..Udah...mau... kel..uar bel..um??" kataku yang mulai terbata-bata akibat pompaanku yang begitu cepat.

" ouugh... oughh.. mmmhh... mmhh... aaahhh... iyaa mass... mmhhh...uugghhh... uuddaah... mmmhhh... bentar lagiiihh... sssshhh... aakkhh...nngggh.." desahnya tak karuan.

Sebenarnya aku juga sudah merasa mau orgasme, tapi karena aku masih ingin menikmati remasan vagina Shinta, kuhentikan pompaanku.

" aaakkhhh... mmmmhhh.... udah mau keluar loh masshh... huuufff... kok berhentiiih?? Aaakkhhh... nnggghh.." tanyanya.

" Gantih.. posisiihh... duluhhh Taa... huuufff..." kataku sambil mengatur nafasku kembali.

" mmmhhh,,,, Apalagi mass?? Hhaaah..hhaaahh.."

" Kamu telentang duluhhh... deh Ta..hehh.. hhmmhh.." Nafasku masih terengah engah.

Kutarik penisku lagi. Shintapun mengerang lagi.

" Aaaakkhh... Sesekh banget massh... huufff.. manteb bangethh..ssshh..hhaaah.." katanya.

Shinta kemudian merbahkan tubuhnya dan sudah siap pada posisinya.

" angkat kaki lo Ta.. Taroh di pundak gue yah??" pintaku.

Tanpa menjawabnya, Shinta langsung menaruh kedia kakinya keatas bahuku.

Akupun sudah siap pada posisiku. Kali ini kubiarkan Shinta menikmati seluruh batang penisku di vaginanya secara perlahan.

" Aakkhhhhhhhhhhhhh... oohhh... huuuffhh... " desahnya perlahan. Matanya terbelalak dan kepalanya mendongak ke atas.

" oouughh.. Taaa... Sempit banget mekimu... Mmmhh... Remes Taa.." pintaku

Tanpa basa-basi, Shinta langsung meremas batang penisku dengan daging kenikmatannya.

" Ooouuggg,,, iyaahh.. enak banget Taa.. remes teruus... mmhhh..." desahku ke enakan.

Kupompa Vagina Shinta dengan kecepatan yang sama seperti tadi sambil batang penisku terus diremas vagina Shinta.

" mmmhh... oouugghh... terusss Taaa... Enaaak banget pijetan loo... nngghh... Manteb Taa... ssshhh... Ouuugghhh.." desahku mulai menikmati.

" mmhhh.. ouughh.. ough,.. ough.. mmhh.. aah.. hufh..hufh.. mmmhh... mass... akuwwhh.. mauh... kel..luarrhh... mmhhh... hhaahh..." katanya disela pompaanku yang semakin cepat.

" bentarhh... Taa... Akkuuh jugg..gga... mmmhh.. ooughh.. ouugghh... Kitahh... Kel..luar..rinh.. bar..renghh.. barenghh... yaaah... huuufffhh... mmmhh... ough.. ough.. ough.. " kataku muali tak kuat menahan rasa gatal di ujung penisku.

" Oooooooooooouugggggghhhhhhhhhhhhhhh......." Lenguh kami berdua bersamaan menikmati sengatan-sengatan surgawi yang menjalar pada tubuh kami.

Aku dan Shinta Menutup mata secara bersamaan dan segera kutubruk tubuhnya dan kukeluarkan dalam-dalam di dalam vagina Shinta..

" Aaaaaaaaaakkkkkhhhhhhhhh..... Ooooouuuugghhhh... mmmhhh.." Teriak Shinta ketika cairan kami keluar secara bersamaan..

Orgasme yang Luar biasa juga dialami Shinta. Remasan dinding vagina Shinta Kini lebih keras dan lebih kuat dari sebelumnya. Tubuhnya mengejang hebat. Kulihat, Shinta sangat menikmati orgasmenya ketika orgasmeku usai. Cairannya juga sangat banyak menyiram batangku didalam vaginanya berkali-kali.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Makasih Mas... Atas pengalamannya yang menyenangkan." Kata Shinta sambil tersenyum menatapku.

" Iya Taa.. sama-sama.. Makasih tadi pijetannya.. Enak banget...sempit.. hehehe.." kataku terkekeh.

" hehehe... iya mas... Enak yah?? Abis Lama gak main mas ama si Rendy.. Dia lagi kabur ke luar pulau. Oiya.. Tar kalo mas main Ke Bali, mas SMS yah?? Tar aku temenin." Katanya.

" Hah?? Emang si Rendy buron apaan?? Iyaa Taa.. Pasti.. Aku bakalan Minta pijet Lagi.. hehehehe..." kataku terkekeh kembali.

" Biasa mas,, Narkoba.. Aku dah putusin dia kok mas.. Beneran ya?? Siiip dah.. tar aku pijet sepuas mas deh ampe kejang-kejang.. hahaha.."

Kamipun tertawa terabahak-bahak sampai airmata kami menetes saking lucunya.

Akhirnya kami terkulai lemas pada malam itu. Setelah aku istirahat sejenak, Shinta kemudian Pamit Pulang untuk bersiap berangkat ke Bali. Permainanku bersama Febby sama seperti biasanya. Gak ada yang spesial seperti Shinta.(soalnya Febby udah sering siih) hahaha... Cuma, Febby lebih sering mencoba posisi-posisi baru yang juga membuatku kwalahan. Akhirnya akupun tertidur dirumah Febby karena sangat kelelahan mengeluarkan entah berapa kali aku cum,, akupun sudah lupa. But,, This Day is The best Day Ever I Do Although Lusi was leaving me alone.

================================================== =============

Hari ini Aku terbangun dengan sedikit bantuan aroma kopi yang menyengat di hidungku.

" mmmhhhh..." hidungku mencium aroma minuman yang kusukai itu.

" Koppiiiii..." Kataku masih dengan mata tertutup.

Perlahan kubuka mataku, dan kucari sumber aroma itu. Didepanku terpampang seorang perempuan cantik memakai baju seragam SMA sedang memegangi sebuah gelas berisi air berwarna hitam dengan sebuah .

" Pagi sayaaaang..." Sapa Febby yang langsung mencium keningku.

" Eh.. Pagi Sayang.. duh.. kepalaku pusing sayang..." kataku sambil memegangi kepalaku

" Minum kopinya dulu.. siapa tau sembuh. Hehehe..." kata Febby terkekeh.

bener juga.. pantesan aja pusing.. kemarin belum minum kopi.. haaah

Aku memang sudah terlanjur kecanduan Kopi. Mamahku dan ayahku juga demikian. Mereka akan merasa pusing ketika seharian tak menghirup dan meminum segelas kopi. Memang sih,, Keluargaku adalah yang aneeeh.. hehehe.. but. Its My Familly guys..

" kok gak pake susuuu??" kataku memelas.

" hiiih.. kamu tuh yaa.. pegang bentar.." katanya sambil memberikan gelasnya padaku.

Febby membukakan kancing bajunya dan diplorotkannya cups kanannya sehingga menyembulah keluar payudaranya kanannya yang WOW itu..

" Nih.." katanya sinis seraya memegangi payudara kanannnya

Bukan itu maksudku begoooo...tapi tak apalah... bonus mungkin.. hehehehe..

" hehehe.. sluuuuuuppp aaaahhhh..." aku terkekeh sebentar kemudian kuminum kopi yang dibuatkan Febby tadi. Kopinya masih hangat. Kutahan dalam mulutku, kudekatkan mulutku pada payudata Febby yang sudah dipegangi.

" Aahhhh..." desah Febby ketika mulutku yang berisi kopi mulai menyentuh putting payudaranya dan akhirnya, kini putting payudara kanan Febby bercampur dengan kopi hotam yang manis nan hangat.

CLEGUK CLEGUK

Suara kopi itu kutelan karena sudah mulai dingin

" Ahhh.. mmh.. Sayang kok nakal banget siih?? Hiiiiihh..." katannya sambil mencubit penisku yang masih menegang dari balik selimut...

..............................

..............................

..............................

WHAAAAAAAAAAAAAATT????? Masiiiiiih??? Gilaaaaaak.. berapa lama efeknya nih??....GASWHAT....

" Sayang, kok burungku masih tegang sih?? Emang efeknya berapa jam lo sayang??" tanyaku penasaran

" 72 jaaam... hehehe" jawabnya Enteng.

KRIIIIKK

KRIIIIIIIIIIK

KRIIIKK KRIKKK

" AAAAPPPPPPPAAAAAAAAAAAAAAA???" Teriakku kaget

Untung saja gelas kopiku tidak melayang ke muka Febby.

SHIT... OH... BISA GILA NIH... OMEGOSHH!!!

" Kenapa gak bilang sih sayang?? Haduuuuuh... " kataku lemas.

" hehehe.. sengajaa.. tar kalo kamu tau kan gak mau minum.. hahaha.." katanya yang masih tak merasa bersalah sedikitpun.

Yaelaah... gak pengertian banget jadi pacar imitasi.. sial.. kampret...

" Yeee... gak tauppun gue juga ogah sayang kalo efeknya segitu lamanya. Enak di elo gak enak di gue donk..huuh.." kataku kesal.

" hahaha... Biarin... hahaha.." jawabnya enteng.

" yaudah buruan mandi sana.. susunya udah nih?? Aku tutup ya sayang??" tanyanya

" kepaksa.. tar aja deh.. nyusu lagi di sekolah.." kataku sewot.

" huuuu... gitu aja marah... SAYANG JELEK.. hahaha.." katanya sambil menutup pakaiannya kembali

" toh kamu juga suka gitu lo.. kekekekeke.." kataku terkekeh.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Segera aku masuk Kamar mandi dan mandi secepat kereta api.(mandi bebek) hahaha.. Selesai mandi, dansaat sedang mengusap tubuhku dengan handuk, sekilas aku melihat baju polisi yang berada di keranjang cucian. Karena penasaran, kulihat Name Tagnya...

" HARSONO" gumamku.

Segera kukembalikan baju itu dan segera kutinggalkan. Aku mengingat-ngingat nama itu kembali. Aku merasa pernah mendengar nama itu. Aku begitu penasaran akan nama itu. Haaaah..

" Untuk sekarang,, mending mikirin gimana cara nyembunyiin nih tongkat deh.." gumamku pelan.

Aku terus berjalan ke arah kamar Febby dan mengenakan pakaianku kembali. Kulihat Febby sudah tidak ada.

" Aaah.. Mungkin dia udah nunggu didepan kali.." gumamku pelan lagi.
Aku sempat berfikir ketika memakai pakaianku kemarin. Ketika aku sedang memakai kaos, Febby tiba-tiba muncul dari balik lemari pakaiannya dan langsung meraih penisku dan mengulumnya.

" aaaahh...saayaaaaang.. udah dooonk... Nanti lagi doonkk.. kamu nih napsuan amat.." kataku kesal.

" ngghh.. iyaa sayang.." katanya setelah mengulum penisku selama kurang lebih 10 detik.

" Sayang,, Olahraga nanti ada penilaian Voli kan??" tanyanya

" Iyaa... Kenapa?? Kataku sambil memakai celana dalamku dan Celana � ku.

" Nanti tungguin aku ampe selesai yaaaa..." pintanya manja.

" Hmmm..."

" Yuk kerumahku bentar,, mo ganti baju sekalian ambil tas..." ajakku

Febby hanya tersenyum dan mengangguk kemudian Ia menggandeng tanganku dan menariknya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Bruuuuummm..." Suara VWku saat terakhir sebelum kumatikan mesinnya.

VWku kuparkir di pinggir jalan depan rumahku.

" sayang,, mau ikut masuk apa nunggu disini??" tanyaku.

" ikut dooonk..."

" yaudah... yuk...." ajakku.

" Lhoh... Kak.. Dari mana aja semaleman gak pulang?? Mama telfon juga gak diangkat lagi.." Sapa mamaku saat melihatku. Mamaku sedang asik memotong bantang tanaman yang sudah layu.(biasa kalo orang yang suka berkebun tuh gimana).

" Tidur di rumah Febby mah.." jawabku enteng.

" Kok dirumah Febby sih?? Gak ngapa-ngapain kan??" tanya mamaku sinis.

" ENGGAK KOK MAAH" suaraku teriak dari dalam rumah.

" Pagi tante.."

" Eh.. Pagi dek Febby.. Dek Febby,, bener Satria kemarin tidur di rumah dek Febby??"

Introgasi mamaku dimulai. Mamaku sering begitu orangnya. Gak mudah percaya sama anaknya kalo belum ada bukti. Tapi aku gak peduli.

" Iya tante..Bener.." Jawab Febby jujur.

" Kalian gak ngapa-ngapain kan??" tnaya mamaku kemudian

" Maah,, Kakak berangkat yaa?? Assalamu'alaikum.. Gak maaah... Kakak gak ngapa-ngapain kok.. percaya deh." Kataku kemudian sebelum pertanyaan mamah semakin memanjang.

Mamaku sedikit mengkerutkan dahinya seolah tak percaya, tapi begitu aku mau berpamitan dan cipika-cipiki dengan mamaku, Mama sudah tersenyum bangga.

" Wa'alaikum salaaam... ck ck ck" Kata mamaku sambil menggelengkan kepalanya.

" Permisi tante.." pamit Febby

" Iya dek Febby... Kakaak,, Ati-ati lo nyetirnya." Terus mamaku.

" Iyaaaaa...." Jawabku singkat.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di Perjalanan kesekolahku

KRIIIINGG....KRIIIINGG..

Suara HP-ku berbunyi.

" Halo??" Sapaku

" Halo.. Sat,, kemana aja Lo?? Gak pernah main kesini??"

Sejenak kujauhkan HP dari telingaku dan melihat nama si penelpon.

Dicky KUJACKAL

Segera kudekatkan kembali Hpku

" Weiitss.. Sorry broo..lagi sibuk nih ama urusan" Jawabku entang

" yeee... Urusan aja dari kemaren-kemaren. Gimana bisnis?? Lancar??"

" Bisnis apaan?? Tumbeen lo nanya kek gini,,Waah mesti ada maunya nih." Sindirku

" hehehehe.." suaranya terkekeh dari dalam telefon

" tunggu dik.. dah sampe nih gue,, Lo masuk kagak??" Tanyaku

" Ya masuk brooo... gue di kantin nih bro.. "

" Siip.. gue kesono deh." Sahutku dan langsung menutup Telfon.

"Sayang,, bukaiiiiinn..." pinta Febby manja

" Apanya sayang??

" pintunyaaaaaaaaa...." jawabnya manja.

" Yaelaaaah...hhhmmh.."

CEKGLEG

Aku menutup pintu VWku dengan perlahan. Segera aku berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Febby. Kemuidan kukunci pintu.

TUIT TUIT

Alarm Mobilku berbunyi menandakan AKTIF. Maklum biar gak ada yang se enak udelnya dudukin VW gue..apalagi ngejeng ampe masuk mobil trus bawa kabur... haaah.. jangan sampe deh... emang belon sih.. tapi kan sayang juga kalo beneran.. hehehehe..

" Yuk" ajak Febby sambil menggandeng tanganku.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi ini aku rada malas sekolah sebenarnya. Tapi karena keinget akan ada penilaian Volly, aku putuskan untuk masuk. Kususuri jalan yang biasa aku lewati sendiri,, namun hari ini berbeda dikit. Ada Febby disamping gue lagi meluk lengan kiri gue dengan tangan kanannya.

" Whei soob.. buset deh.. sejak kapan nih??" Teriak diki memanggilku. Kuhampiri Ia di kantin.

" apanya??" jawabku tak mengerti.

" Ituu.." kata Dicky sambil menunjuk tanganku yang dipeluk tangan Febby.

" Inii?? Enggak kok bro.,. Ni si Febby aja yang pengen meluk gue.. hahaha..." jawabku ngeles.

" Ceileeee.... Mesra amat.." Suara Dony dari belakangku.

" weeiii Tu kaaang....hahaha... mesra pie to?? Biasa loh.." kataku dengan logat jawaku.

" Modelmu tro.. koyok ngono kok biasa??" katanya sambil menunjuk kearah resletingku yang menyembul karena ada sesuatu yang mengganjal.

Seketika Dicky dan Dony tertawa terbahak-bahak.

ANJRIT..Lupa gue sialan.. pantesan...

" Setan lo pada.... malah ngetawain lagi..

" hihihi..." Febby juga terlihat menahan tawa dan ikit tertawa kecil

" Feb,, kok diketawain sih?? Gak lucu tau gak.." bisikku

PART XI

DUG DUG DUG !!!

" Whoi... Buruaan... Udah mulai penilaian bego..." kataku sambil menggedor pintu kamar ganti.

BUSET DAH... Ganti baju lama amat siy?cowok apa cewek sih ganti baju kok lelet banget

Kulihat kamar ganti cewek terbuka. Aku berjalan mendekati pintu dan melihat isi kamar.

Kosong.. Ganti sini aja deh.. Daripada nungguin ntar malah telat lagi..

Karena keburu waktu,, aku masuk saja. Sadar masuk kamar ganti cewek,, Pintu kamar tidak kukunci tapi hanya kututup saja karena takut kalau ada yg lihat dan takut juga dikira yg aneh2.

Kutaruh baju olah ragaku dilantai dan secepat kilat melucuti seragamku. Jantungku berdetak cepat tak karuan. Takut kalau kalau ada yg memergoki aku sedang ganti di kamar ganti cewek. Kupercepat gerakanku melepas bajuku. Saat aku sudah berhasil membuka bajuku dan menaruhnya di gantungan,, yg kemudian berusaha melepas celana,, kudengar seseorang dari luar terdengar mau masuk.

" Hei.. Iyaa... Tar kususul.. Aku ganti dulu.." kata seorang cewek dari luar pintu

SHIT... Gawat nih.. Ada yg mau masuk... Mana konti gue lagi tegang.. Anjritt... Tar gue dikira ngapa-ngapain lagi.. Ngumpet dimana nih??

CEKGLEG

Aku segera berlari ke balik pintu. Dan berdiri dengan tanpa baju dan resleting celana sudah terbuka.
Benar saja seseorang masuk dan menutup pintunya tanpa melihat ke arah belakang(ke arahku).

DUG DUG!! DUG DUG!! DUG DUG!!

Degub jantungku bertambah cepat.
Cewek itu masih belum menyadari bahwa aku didalam. Aku berusaha mengatur nafasku yg tak beraturan karena takut. Cewek itu berhenti berjalan dan melihat ke arah gantungan baju. Akupun langsung ikut melihat.

SHIT.. Lupa gue.. Seragam guee... Anjrit.. Hufh.. Pasti nengok nih.. Hufh.. Satuuu.. Duaaaa.... Tiii...

Gaa.. Lhooh... Kok??

Aku keheranan melihat cewek itu justru menaruh baju olah raganya tanpa curiga di gantungan baju.

Ia mulai melepas bajunya perlahan sambil terus menghadap gantungan.. Posisinya membelakangiku.
Keringatku berkucuran tak karuan melihat pemandangan itu. Libidoku naik drastis berkat efek obat dari Shinta dan Febby kemarin.

Hufh... Shit.. Knp jd horny gini?? Anjriit..

Seragamnya terlepas dan digantungnya tepat disebelah seragamku. Karena melihat seragam yg sama,, ia mengambil seragamku dan melihat name tagku kemudian kelasku..

--------------------------------------------------------------------------------------------

Ia sadar bahwa Ia tidak sendiri. Ia kemudian menoleh kekiri,, ke kanan.. Ia tak menemukan seorangpun. Karena merasa lega ketakutanya tidak terbukti,, ia kemudian melanjutkan kegiatannya melepas rok abu-abunya yg hanya sepaha itu perlahan sambil membungkuk.

Huuh... Gak kuat gue.. Sialan.. Pengen cepet-cepet masukin ke mekinya.. Anjritt... Gimana nih??

Roknya kini sudah terlepas. Ia hanya mengenakan celana dalam berwarna biru muda dan tali bra yang berwarna putih dengan tambahan garis berwarna biru muda dibagian pinggir atas..


" huufh.." helaan nafasku tak sengaja keluar dan sedikit keras karena keringat dan jantung yang berdegub tak kuasa menahan nafsu yg sudah diubun-ubun

Cewek itu kaget seperti mendengar sesuatu. Sambil membungkuk ia melihat ke belakang melalui sela kakinya.

OH NO... THIS IS BAD..

Secepat Kilat aku berlari ke arah cewek itu dan menarik tubuhnya. Kubungkam mulutnya sebelum ia berteriak lalu kusandarkan ia ke tembok. Posisi kami sekarang adalah Dewi menghadapku dengan tubuh menempel tembok,, tangan kananku membungkam mulut Dewi,, tubuhku menempel ke tubuh Dewi sehingga payudaranya yang masih tertutup bra putihnya menempel di dadaku sedangkan Penisku menempel pada perut Dewi.

" Wi?? Elo.." kataku kaget melihat cewek itu ternyata Dewi.

Dewi adalah anak Kelas 2 IPA 3. Dewi merupakan cewek tercantik disekolahku. Dia jadi incaran para cowok karena wajahnya yang cantik,, tubuhnya yang proporsional. Tingginya sama sepertiku,, kulitnya putih,, mulus.. Rambutnya lurus sepanjang batas tali branya,, hitam pekat dan terawat sekali. Pantatnya sangat "bahenol" dan sangat menggoda. Bibirnya yang tipis,, hidung mancung,, dan ada tanda kecil di bawah mata kanannya. Payudaranya berukuran kira-kira 34.. Gak tau huruf belakangnya.. Hehe..
She is perfect girl

Memang pada semestes ini jam olahraga Kelas kami bersamaan. Jadi kami sering bertemu di lapangan. Dewi mengenalku semenjak aku dan Dewi dinobatkan menjadi KING AND QUEEN saat ospek kelas 1...

" m..mm..mm??" katanya yang terhalang tanganku

" mmmh.. Sory wi,, gue gak ngapa-ngapain kok.. Gue cuma ganti baju aja td.. Tiba2 aja lo masuk... Jd gue ngumpet.. Sory ya.. Gue lepasin tanganku,, tp janji jgn teriak ya??"

Dewi hanya menangguk pelan dan tidak melawan.

HUFH... Untung aja si dewi...

Perlahan tanganku kulepaskan. Dewi hanya terdiam dan melongo melihatku.

" Maaf ya Wi... Aku g sengaja.. Gue ganti baju bentar ya... Abis tu gue langsung keluar deh.. Janji.." kataku pelan karena takut terdengar orang lain.

Ia tidak menjawab. Ia masih melihat tubuhku yang telanjang dada. Pandanganya turun ke arah celanaku dan melihat resleting celanaku yang terbuka. Dewi hanya melotot melihat penisku yg masih saja menegang. Kedua tanganya langsung menutupi payudara dan vaginanya yang masih tertutup kain itu ketika melihat penisku dari luar celana dalamku.

" Eh wi... Jangan berfikir yang enggak enggak ya.. Aku bukanya mau merkosa kamu.. Aku cuma mau ganti baju doank kok.." jelasku dengan suara pelan

Dewi masih saja pada tatapannya pada penisku. Tanpa basa basi kuambil kaos olahragaku yg tergeletak dilantai dan kukenakan.

" Wi,, kenapa?? Kok liatin terus??" tanyaku

" Eh.. Enggak Sat.. Gak papa... " jawabnya tersipu

Wajahnya tiba-tiba memerah dan Ia mulai salah tingkah.

" Jangan diliatin donk wi.. Aku malu nih... Sory kalo 'itu'ku tegang... Abis liat pemandangan kaya gini... Jadi tegang deh.."

HUFH... Gilaa.. Susunya... Mmmh.. Ngiler gue.. Anjrit..

" Buruan Wi,, tar telat loh..." kataku memecah tatapan dewi yg masih melihat ke arah penisku.

" Eh.. Iya.." jawabnya.

Segera kulepas celanaku dan mengambil celana 3/4 olahragaku dan segera memakainya.
Dewipun juga langsung mengenakan kaos dan celana olahraganya.

Kamipun akhirnya keluar secara bersamaan dengan perasaan malu dan juga perasaan saling nafsu ingin mencicipi tubuh kami masing2..

--------------------------------------------------------------------------------------------

Di lapangan

" Lama banget sih sayang??" tanya Febby penasaran.

" Iya sayang... Td nunggu kamar gantinya masih dipake.." jawabku ngeles.

" Ooo.." kata Febby dengan mulut membentuk lingkaran kecil

Aku masih memikirkan kejadian td dan tak bisa berkonsentrasi pada saat penilaian. Yang kuingat hanya tubuh dewi yg sangat indah dan mulus itu.

Astagaa... Kenapa gue mikir kaya gini ya?? SHIT.. Konsen sat.. Konseeen...

Akhirnya akupun bisa Lolos dan dapat nilai yang tertinggi setelah berusaha fokus pada penilaian.

Dari kejauhan,, kulihat Dewi berjalan mendekatiku.

" Sat,, nanti abis olahraga,, cari aku di kelas ya.. Ada yang mau aku bicarain.." kata Dewi.

Tanpa mendengar jawabanku,, Dewi kemudian meninggalkanku. Aku heran kenapa Dewi berkata begitu.

Dewi marah sama gue gara-gara kejadian tadi?? ANJRIT.. Gara-gara gue asal masuk nih.. Sialan,,

Penilaian olahragapun selesai. Dan kami dipersilahkan untuk istirahat.

--------------------------------------------------------------------------------------------

" Wi.. Dewi.." sapaku dari pintu kelas dewi.

Dewi kemudian pamit untuk menemuiku dari teman temannya.
Aku heran dewi membawa seragamnya dan menarik tanganku.

" Wi?? Ada apa wi?? Eh..eh.. Mau kemana wi??" kataku. Awalnya aku masih berdiri tapi kemudian Dewi menarik tanganku tanpa menjawab apapun.

" Wi?? Lo gila apa??" kataku

" Temenin aku ganti baju.." Jawabnya sambil tersenyum.


" Wi,, lo gak salah nih ngajak gue masuk??"

" Yee... Liat tuh.. Seragam yang lo pake tu seragam gue gebleg.." kata Dewi sambil menunjuk seragam yg kupakai..
Spontan kulihat name tag seragamku

DEWI MAHARANI... Oh SHIT.. Pantesan aja kaya menciut seragam gue.. Orang Ketuker..

" Astaga... Pantesan aja kekecilan..."

" Hihihi... Yuk mas Dewi,, Masuk.." ajak Dewi sambil menyindirku.

" Yeee... Yang bener aja... mas Dewi... Ogah mah gue dipanggil gitu..." jawabku kesal

" Udah deeeh... Buruan... Tar ketahuan anak lain loh.." sahut Dewi kemudian.

Kamipun masuk dan Dewi menutup pintu kemudian mendekatiku.

" Buruan lepas.. Tar robek lagi baju gue.." katanya sewot

" Yeelah.." jawabku singkat.

Akupun melepas kancing per kancing seragam Dewi yang kupakai dan melepasnya dari tubuhku.

" Nih... Mana seragam gue Wi??"

Dewi tidak menjawab pertanyaanku. Dia justru mengkerutkan dahinya melihat penisku dari luar celana abu2ku.

" Kok masih tegang sat?? Kan aku gak telanjang" tanya Dewi.

" Yaiyalah.. Orang ini efek obat...UPS!!" kataku keceplosan

" hah?? Emang lo minum gituan sat?? Buat apa??"

" Eh.. Ituu... Dikerjain ama temen.. Hehehe.. Udaaah.. Mana seragam gue??" kataku terkekeh

" hahaha..." Dewi tertawa kecil

anjrit... Diketawain lagi... Gue genjot megap-megap lo baru tau rasa..

" Sialan lo... Malah ngetawain lagi... Udah deh.. Mana seragam gue??"

" Nih... Sat,, lo td kan dah liat body gue.. Gimana komentar lo??"

Waah.. To de point banget nih cewek..

" T-O-P-B-G-T wi.." kataku sambil mengenakan seragam

" Raja mau nyobain gak??" kata Dewi pelan

Aku kaget mendengar kalimat Dewi dan berhenti mengancingkan seragamku.

" HAH??APA WI??" Kataku tak percaya

" Iyaa... RAJAKU INI MAU NYOBAIN GAK??" jelasnya.

Aku hanya melongo melihatnya. Karena aku tidak menjawab,, Dewi meraih tanganku dan menuntunya ke arah payudaranya yang montok itu dan meremaskan tanganku.

" Enak sayang??" katanya.

Jantungku berdetak dengan hebatnya. Aku seolah tersihir. Dewi meraih sabukku dan melepasnya perlahan dan menurunkan resleting celana abu-abuku.

Astaga.. Apa yg kulakukan??

" Wi,, sory wi.. Gue gak bisa.." kataku pelan.

Dewi berhasil melepas ikat pinggangku dan membuka celana dalamku. Tangannya langsung menarik dan mulai mengocok penisku.

" Gak papa sat.. Gue udah pernah gituan kok.. Gue udah gak perawan lagi... Perawan gue dah diambil mantan gue.." jelasnya

WHAT?? Udah?? Ya ampun.. Berarti bener gosip yg beredar nih...

" Gue nyicipin dikit ya sat??" katanya sambil jongkok.

Aku hanya terdiam melihat perlakuan Dewi padaku.

" aah.. Wi.. Ouh.. Udah wi.. Ough... Nanti kalo kebablasan loh wi.. Nngggh..." erangku.

" mmm... Mmh.." lenguh Dewi.

Dewi sangat pintar melakukan tugasnya layaknya Shinta. Aku dibuatnya Melayang menikmati serangannya. Setelah 5 menit,, Dewi menyudahi kulumannya dan beranjak berdiri..

" Enak sayang??" tanya Dewi

" Ouuh.. Enak bgt wi..nggh.. Udah ya??"

" Enak aja.. Gak bisa.. Gantian donk..." katanya kesal.

" Tapi Wi..."

" GAK BISA... Gantian.." katanya sambil melepas bra kemudian kaosnya.

Payudara Dewi bulat,, kencang dan padat.. Putih,, mulus dan waw.. Terawat sekali. Putingnya berwarna coklat kemerahan dengan lingkaran kecil mengelilingi putingnya yang juga cukup kecil.

" DAMN.. Inikah susu Cewek tercantik di sekolah ini?? Fiuu.." kataku kemudian bersiul

" Mau kan?? Jilat donk.." katanya

" hah?? Boleh wi??" tanyaku

" boleh rajaku... Kan gue ratumu..." jawabnya...

--------------------------------

" mmmmhhh... Auh.. Ssshh... Mmmhhh... Ouugh.. Yang kiri sayang... Ganti... Nggh..." rancaunya

Tanpa menunggu komando yang kedua,, kupindahkan jilatanku dan terus membuat Dewi terangsang. Tanganku dibimbing Dewi masuk ke dalam celana dalamnya.

Kok halus?? Dah dicukur nih keliatanya..

" Nggh.. Ouh... Aaah... Mmmhhh... Nah.. Itu sath.. Nggh,, haaah.. King,, uuh,, i love you.. Ahh.." katanya disela desahannya

" Masukin aja sayang... Ahh...mmmhh.." tambahnya.

" Apanya Wi??" tanyaku.

" iniiih.. Ngghh..." katanya sambil memegang penisku.

" jangan wi... Udahan aja ya?? Udah mau masuk nih.." kataku sambil menghentikan kegiatanku.

" bentaaar aja sat... Yah?? Uuuh..."

" ENGGAK.." kataku pelan

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara seseorang sedang mencoba membuka pintu..

CEGLEK

DEG DEG!! DEG DEG!!DEG DEG!!


PART XII 

" Wi... Lama am..... Dewiii?? Satriaa?? Kalian ngapain?? Astagaa... " kata perempuan itu terkejut melihat kegiatan kami. Didepannya ia melihat Dewi yang berhenti mengocok penisku,, dan tanganku yang masuk ke dalam celana Dewi.

Seketika wajahku merah. Malu. Malu akan kelakuanku yang tak pantas ini. Segera kutarik tanganku dan kukenakan lagi ikat pinggangku serta kupakai seragamku yang tadi sempat belum selesai mengancingkannya.

SIAPA LAGI INI... Haduuh... Sial deh gue... Panggilan ortu nih pastii.. Mampus..

" nggh.. Din.. Tutup pintunya.. " pinta Dewi sambil melepaskan tangannya kemudian menutup tubuhnya yang telanjang dada dengan seragamnya.

Seseorang yg dipanggil 'Din' oleh Dewi itu kemudian masuk dan menutup pintu.

" Nggghh,, Sory Din.. Lama... Hah... Din,, aku minta tolong yah... Please... Jangan bilang2.. Aku mohon.." Kata dewi memohon sambil mengenakan branya.

" Wi... Gue balik ke kelas ya.. Sory.. Gue khilaf tadi " kataku seraya meninggalkan Dewi yang tak mengenakan kaos itu.

" Bentar Sat.." katanya sambil meraih lenganku ketika aku hendak meninggalkannya.

" Maafin aku juga.." kata Dewi

Aku hanya tersenyum pahit dan kemudian berpamitan untuk segera keluar ruangan.

" Misi..." kataku sambil melewati perempuan itu dan keluar ruangan. Setelah menutup pintu dari luar,, aku berlari sekuat tenaga ke arah kelasku

Gila... Bisa mati gara2 malu nih... Citra gue jadi seorang King pasti abis... Anjriit... Anjriiiiiit...

----------------------------

Di kelas.

" Sayang,, dari mana?? Kok keringetan gitu??" tanya Febby dari tempat duduknya di kelas.

" hah... Hah... Dari.. Hahh... Kamar ganti.. Hah.. Hah.. Hah.." kataku dgn nafas tak beraturan karena kelelahan

" ngapain?? Kan udah ganti baju tadi.." lanjutnya

karena masih begitu ketakutan,, segera kuajak Feby keluar dan membicarakanya diluar kelas.

" Sayang,, aku tadi...............
Gitu ceritanya.. Hufh.. Aku takut nih.. Gimana sayang?? Ada ide gak??" kataku panjang menjelaskan kejadian sebenarnya.

Wajah Febby tiba tiba berubah. Wajahnya memerah. Alisnya berkerut dan matanya melotot.

" Hiih.. Kok gak ngajak aku aja sih tadi?? Huh.."

Febby mencubit pinggangku dan memalingkan wajahnya ke kanan. Febby terlihat cemburu mendengar ceritaku.

Waduh.. Pake ngambeg lagi.. Susah kalo ama si Febby nih..

" yaaah... Jangan ngambeg donk sayang... Please bantuin aku... Ya?? Nanti tak kasih hadiah deh.. Asal kamu bantuin aku.. Ya??" pintaku memelas

" Janji dulu gak bakal gitu lagi... Baru tak bantuin." Jelasnya.

" Iyaa.. Iyaaa... Janji deh..." kataku.

" Beneeeerr??" katanya tak percaya

" Iyaaa.. Bener.. Janji" kataku sambil berdiri tegap dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahku ke atas.

Febby akhirnya mau membantuku dengan cara Febby berpura-pura sakit kemudian menyuruhku mengantarnya pulang.

####

Dirumah Feby.

" Lhoh kok ada motor dirumahmu sayang??" kataku penasaran karena melihat ada sebuah motor di depan rumah Febby.

" Hah?? Mana?? Oooh... Itu Om Harso sayang.." jawabnya santai.

HARSO?? KAYA PERNAH DENGER DEH... Siapa ya??

BRUUUMMM JEGEGEG

Suara VW ku berhenti tepat di depan pagar dewi. Dari dalam rumah keluar bapak2 dengan seragam polisinya.

SHIT... Baru inget gue... Itu kan polisi yang ngintrogasi gue pas di sekolah itu?? Jadi itu??? Oh god..

" itu Om mu sayang??" tanyaku

" hm mh.. Yuk??" jawabnya

Kamipun keluar dari dalam mobil dan menyapa om Harso. Kami sempat ditanyai kenapa pulang cepet dan Febby menjawab sama seperti alasannya saat disekolah tadi. Om Harso hanya menggelengkan kepala mendengar alasan keponakannya.

Om Har juga sempat melirik wajahku dan mengerutkan dahinya seperti mengingat siapa aku.

" Kamu siapa dek??" kata Om har dengan suara yang hmm,, menakutkan

" Satria Om.. Temen sekelas Febby. Om dulu pernah ngintrogasi saya di sekolah." jelasku mengingatkannya.

Seketika suasana langsung cair dan Om Har sudah mengingatku. Kami berbincang2 sampai kemudian Om Har pamit untuk pulang. Ternyata Om har hanya mau mengambil seragamnya yang tertinggal di kamar mandi.

Hari itu Febby mengerjaiku lagi. Kali ini aku dikerjai habis-habisan sampai aku orgasme 3x dalam satu jam. Febby juga sama. Ia juga orgasme 3x. Akupun akhirnya pulang dengan keadaan lemas.

--------------------------------

6 Hari kemudian

Hari ini Lusi genap seminggu meninggalkanku tanpa sms atau telfon. Bahkan smskupun tak dibalasnya. Aku hanya menggelengkan kepala mengingatnya. Kucoba menenangkan diri dengan datang ke rumah om arta. Pada saat sedang duduk di teras rumah om arta,, tiba2 mataku gelap, seseorang menutup mataku dengan kedua telapak tangannya.

" Eeh... Siapa nih??" tanyaku. Ia tidak menjawab.

" Le.. Pas... Sii..n" kataku terputus karena lemas dibius

" Mmmh..."

Aku mulai terbangun dari pingsanku. Suasana dirumah om arta saat itu sepi. Tak ada seorangpun didalam. Kesadarankupun mulai pulih 100%. Tubuhku terikat dengan tangan yang juga terikat tali di belakang dan masih mengenakan pakaian lengkap. Mulutku di lakban dan kakikupun juga ikut di tali. Posisiku berdiri menempel tiang penyangga dan di ikat memutari lemari kaca.

Astaga.. Siapa yang?? DAMN IT.. Pasti rampok nih..

Aku berusaha sekuat tenagaku mencoba melepaskan ikatan tapi gagal. Tak lama berselang muncul Lusi yang sambil menangis dan seseorang yang cukup tua memaksanya berjalan dari arah tangga lantai 2 dengan sebuah pisau di tangan kanan.

SAYANG?... TIDAK.. Jangan dia.. Jangan...

Kulihat Lusi telanjang tanpa busana dan dengan tangan terikat di belakang selain itu mulutnya juga di lakban. Di belakangnya Om Arta dan Istrinya juga dalam keadaan yang sama namun tidak telanjang digiring seorang berbadan kekar dengan membawa sebuah pisau lipat yang ditodongkan dari belakang.

" Tom.. Gue ambil barang2 dulu.. Lo jagain mereka ber empat.. " seseorang yang menggiring orang tua lusi itu berbicara dengan seseorang yang bernama Tom yang menggiring lusi.

" Beres bos... Serahin sama saya.." Jawab Tom yang ternyata anak buahnya.

Kemudian Om Arta diikat dengan istrinya dengan posisi saling berhadapan didepanku dengan mata di tutup kain gelap dan Bosnya pergi menjarah barang2 di lantai 2.

" Hmm... Tubuhmu asoy juga neng... Abang nyicipin dikit ya." Kata Tom sambil meremas payudara Lusi.

" Mmmm...mmm..mm.." kata Lusi tak jelas karena mulutnya masih tertutup lakban. Lusi berusaha meronta dan menolak tangan Tom dengan menggerakkan tubuhnya dan berusaha lari. Namun posisi tangan Tom dari belakang sehingga Lusi hanya bisa meronta saja.

" Dasar pecun lo... Cobain dulu Kontol gue... Baru komentar.." kata Tom geram karena Lusi terus menolak.

Lusi menatapku dan menangis seakan dia berusaha mengatakan sesuatu padaku..

" Mm,, mm.. Mm mm mm mm mm mm??" kataku
HEH BANGSAT.. LEPASIN LUSI GAK??

Tom melihat tatapan Lusi mengarah padaku. Ia menoleh dan kemudian tersenyum licik ke arahku.

" Dia cowok lo neng?? Aduuh.. So sweat ya?? Kebetulan banget... Dia bisa lihat abang merkosa lo.. HAHAHAHA.." Kata Tom setelah itu tertawa terbahak bahak.

Tom kemudian melepas ikatan Lusi dan mengikat tangan Lusi di kursi. Ia mulai menggerayangi tubuh Lusi dan mulai menjilati payudaranya. Tangannya meremas sisi lain payudara Lusi dengan kasarnya dan tangan yang lain menggesek vagina Lusi dan memasukkan jarinya kedalam vagina Lusi. Lusi menangis kesakitan dan air matanya makin deras menerima perlakuan kasar Tom.

" Mmmmm... Mm mm... Mm mm mm mm mmm..." kata Lusi tak jelas sambil terisak

" DIEM PECUN... Ato gue bunuh orangtua lo.." gertak Tom. Lusi kemudian terdiam dan masih menangis.

Serangan demi serangan dilancarkan oleh Tom kepada payudara dan vagina Lusi. Saat Tom hendak memasukkan penisnya kedalam vagina Lusi,, Tiba-tiba seseorang muncul dari arah Pintu depan dan kemudian mendekatiku tanpa diketahui oleh Tom yang sibuk memerkosa Lusi.

" KAKAAK.. BANGUN.. Kok tidur di lantai sih?? BANGUN BANGUN..." Kata mamaku sambil menampar pipiku.

Aku kaget mendengar mama berkata seperti itu. Tamparanya semakin keras dan
Akupun terbangun dari tidurku. Sontak aku langsung meraba mulutku.

Mimpi??? HUUFH... Astagaaa... Untung aja cuma mimpi...

" Haaah.." aku menghela nafas panjang setelah sadar kalau kejadian tadi cuma mimpi.

" Kenapa kak?? Kok diraba2 mulutnya?? Mimpi ya?? Hahaha.. Yaudah... Buruan mandi... Udah sore.." sindir mamaku sambil tertawa melihat tingkah anehku.

" Hahaha... Iya mah.. Mimpi tadi... " jawabku lega

Akhirnya aku beranjak mandi dan Setelah mandi,, aku berjalan keluar pagar untuk melihat rumah om arta.

" Masih belum pulang ya??" gumamku perlahan.

Tak lama berselang,, HPku mendadak berbunyi.

Ting ting ting ting tiiing

1 New Messages from
<3 Lusi Sayang <3

View

Sayang,, aku dah mau nyampe rumah.. Tungguin aku didepan yaaa..


Balas

Iya.. Aku dah didepan..

Dua Puluh Lima menit kemudian sebuah mobil avanza berhenti tepat didepan rumahku. Lusi turun dari mobil dan kemudian mobil itu jalan kembali.

LHOH...

" Kok sendiri sayang?? Orang tuamu mana??" kataku penasaran.

Lusi kemudian menarik tanganku dan mengajakku ke rumahnya.

" Nanti tak jelasin... Anterin aku pulang yuk.." pintanya

" Yaudah..." jawabku singkat.

Setelah membuka pintu rumah,, Lusi kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia seolah tak percaya dengan apa yang kami lihat. Ia menutupi mulut dan hidungnya dengan kedua tangannya dan kemudian Ia menangis. Kuraih kedua tangannya dan kudekap tubuhnya. 


" Happy Birthday ya sayang..." Kataku pelan.

Ia masih menangis dipelukanku. Tangannya mulai membalas pelukanku dan memelukku dengan eratnya.

" Makasih ya sayang.... Hiks.. Makasih atas ... Hiks.. Semuanya." Katanya sambil terisak lirih.

Ia mulai melepas pelukanku. Kini kami melihat pemandangan yang sangat meluluhkan hatinya. Kelopak bunga mawar bertebaran disana sini, lilin-lilin kecil yang membentuk sebuah jalan menuju kejutan yang lain dan setangkai demi setangkai berjumlah 16 buah bunga mawar merah kususun sampai kejutan selanjutnya yang tergeletak ditengah antara lilin-lilin kecil yang masih menyala. Selain itu ada secarik kertas bertuliskan sebuah kalimat yang menempel pada semua tangkai bunga mawar itu.

" Sekarang kamu jalan pelan-pelan,, ambil semua mawar dan baca tulisan di dalam kertas itu.. ya??" pintaku sambil mencoba meyeka air matanya yang jatuh disela tangisannya yang mulai mereda.

" Iya sayang.. kamu kok bisa masuk sih?? Kapan kamu siapin ini??" tanyanya penasaran.

" RAHASIA... hahaha... udahlah.. sekarang kamu jalan duluan.. ambil semua mawarnya.. ya??" jelasku.

" Tapi abis ini kamu cerita ya??"

" Iya sayaaaaaang.." jawabku singkat.

Lusi mulai berjalan dan mengambil satu persatu mawar yang tergeletak dilantai. Dibacanya secarik kertas itu.setelah membacanya ia tersenyum dan melihat ke arahku. Diciumnya bibirku yang pada saat itu juga ikut tersenyum melihatnya.

Potongan pertama bertuliskan Do You remember our First kiss??

Kedua It’s the most beautiful Kiss that I’d ever got from someone

Ketiga Why did you kiss me like that??

Kalimat ke empat dan seterusnya juga demikian. Mengandung kalimat kalimat romanyis yang kami alami. Ia tersenyum semakin lebar dan bahkan tertawa kecil saat membaca potongan ke delapan yang benrbunyi [/i]Makasih ya sayang atas blow jobnya.. hihihi..[i]. ia tertawa kecil dan kemudian menyentil penisku.

“ Awwwhh.. kok malah nyentil ini sih??”

“ hihihi… abis sayang nakal sih.. Dari pertama sampe ketujuh tuh kalimatnya romantis semua.. eeh… kertas ke delapan malah kayak gini… huuuh… NAKAL..” katanya kesal tapi menggemaskan.

“ Hehehe..” aku hanya terkekeh mendengarnya.

Kemudian Lusi melanjutkan berjalan dan mengambil setangkai demi setangkai dan membaca kertasnya, dan kamipun sampai pada potongan ke enam belas yang terletak dikamarnya. Ia tersenyum maniiis sekali, ia sempat terharu membaca secarik kertas terakhir. Ia berbalik dan kemudian memelukku dengan eratnya. Setelah memelukku Lusi kemudian mendekatkan mulutnya yang tipis dan sangat lembut itu kemulutku. Sebuah Indonesian Kiss mendarat tepat di bibirku.

“ mmmmwwcch… Makasih ya sayang… Makasih banget.. “ Katanya lirih

“ mmm… lllzzzt… Iya sayang… Buat kamu,, apa sih yang enggak??.. hehehe.. Sekarang,, ambil kadonya dooonk.. ” Jawabku sambil menjilat sisa ciumannya dimulutku.

“ Kenapa kok dijilat?? Ahahaha…” katanya sambil tertawa.

“ udaah deeh… bururan…” kataku malu dan kemudian menyuruhnya untuk mengambil kado itu.

“ Iyaa… Kok banyak banget sih surprisenya??” katanya

“ Udah deh… buruan ambil kadonya trus buka..”

“ Iyaa iyaa….” Jawabnya sambil meraih kado yang sudah kupersiapkan sebelumnya.

“ Emang apaan sih isinya?? Kok kayanya gede banget.. Berat lagi.. uuh..” Katanya memprediksi.

##########################################

Dua hari yang Lalu.

Di kamarku.

Kuambil HP-ku dan kukirimkan SMS pada Lusi.

[i] Sayaaang,, Kamu pulang kapan?? Aku kangeen nih… Bales yaa… Pleeease… aku udah kangen banget.. sekali ini aja.. Bales yaaa… Love you..”[i]

Tak lama berselang, HP-ku berbunyi. Nada SMS ala N*kia berdering.

Ting ting ting ting tiiiiiiiinng

1 New Messages From “♥ Lusi Sayang ♥”

View

Dua hari lagi sayang.. Maaf yaa..


“ Yess…” Kataku kegirangan.

Haduuuuhh… Oiyaa.. Kado… Lusa besok kan sayang ultah.. Ngado apa yaa enaknya??aduuh..

“ mmm… Masa ngado boneka?? Ah itu mah biasaa….” gumamku sendirian.

[i]AHAAAA…./[i]

Segera aku mengenakan celana jeans ¾ milikku yang tergantung di belakang pintu dan berlari kearah VW-ku yang terparkir di depan rumah.

BRUUUMMM

“ Let’s Goooo…!!” Kataku

Aku bergegas memacu VW-ku ke arah toko bunga terdekat. Sesampainya disana, kupesan sekeranjang penuh bunga kemudian pergi ke toko selanjutnya. Lima menit kemudian aku sampai dan masuk di super market kemudian keluar dalam waktu 10 menit tepat dengan belanjaan yang WAW. Kemudian kutancap gas lagi untuk mencari toko selanjutnya. Setelah berkeliling kota sekitar satu jam, akhirnya kutemukan kado untuk Lusi. Kubeli kadonya dan kembali pulang. Pada saat perjalanan pulang, aku sempat mampir ke rumah kado untuk membeli pernik-pernik yang kubutuhkan untuk membuat kejutan. Sesampainya dirumah, segera kubungkus kadonya dan kuhiasi dengan pernak-pernik tadi. Setelah selesai dengan kado, aku sempat memandangi kado itu sejenak.

“ Kayak ada yang kurang niih… mmmm apa yaa?? Oiyaa… ” kataku teringat sesuatu

Kuambil kunci VW-ku kembali dan meluncur secepat kilat menuju sebuah toko buku dan sebuah restoran kemudian kembali pulang. Dan melanjutkan kegiatanku tadi.

Esoknya pada saat Sore menjelang malam, aku mengambil pesanan bunga mawar kemarin. Ku petik satu persatu kelopaknya sampai merasa cukup dan kutaruh di dalam keranjang kecil. Menjelang ulang tahun Lusi, pada malam hari tepatnya pukul 11 malam, aku masuk ke rumah Om arta melalui pintu khusus yang langsung mengakses rumah om arta. Orang tuaku memiliki kunci cadangan yang memang di persiapkan kalo ada sesuatu terjadi. Begitu masuk,, segera kutebar kelopak mawar yang sudah kupetik tadi sore. Setelah menyebar semuanya sampai menuju kamar Lusi, aku sempat terganggu dengan sedikit masalah kecil.

“ Oh Shit.. Kunci kamar Lusi lupa lagi… Duuuhh…”

Kucoba memegangi handle pintu kamar Lusi secara perlahan. Saat memegangi handle pintunya, aku terus berdoa. Berharap bahwa kamar Lusi tidak terkunci. Perlahan kuputar tanganku kekanan dan kudorong perlahan.

CEKLEK

NGIIEEEKK

“ALHAMDULILLAAAAH….” Teriakku

“ ups.. huuuufhh… Dewi Fortuna masih berpihak padaku… asiik.. hhaaah…” gumamku

Tanpa menunggu lagi segera kusebar sisa-sisa kelopak bunga mawar tadi ke dalam kamar Lusi serta diatas ranjangnya. Dan kutaruh kado yang sudah kupersiapkan tepat ditangan Boneka Panda yang perutnya bertuliskan “ Happy Birthday”.

Setelah selesai dengan kejutan utama, kuambil Lilin yang kubeli di super market tadi dan meletakkannya dilantai. Kususun agar terlihat seperti jalan yang mengarahkan kekamar Lusi. 200 Lilin kecil telah siap pada posisinya.

“ Haaah… Akhirnyaa… Capek juga…”

Setelah merapikan segala sesuatunya, aku kemudian pulang dan duduk diteras rumahku ditemani sebotol Bir yang sempat kubeli di Supermarket. Karena terlalu capek dan dibantu kondisi mataku yang mulai mengantuk, akhirnya aku tertidur di teras rumah dengan hanya beralaskan Lantai sampai akhirnya aku dibangunkan oleh mamaku.

##########################################

“ JENG JENG JENGG !!!!” Aku memainkan musik mulut.

“ Bagus gak sayang??” kataku kemudian.

“ Kok Laptop Siih?? Ini kan Mahal Sayang?? GAK…Aku gak mau… Balikin ke penjualnya… SEKARANG..” Katanya dengan nada kesal.

“ Lhoh.. Kamu gak suka?? Gak papa sayang.. itu pake uang tabunganku kok… bukan dari orang tuaku..” jelasku.

“ Tapi kaaan..”

“ Sssttt… Udaaah… Kamu kan katanya pengen laptoop.. makanya aku beliin aja… gak papa sayang.. yang penting kan itu dari aku…” kataku menghentikan kalimat Lusi.

“ Kamu tau dari mana kalo aku pengen Laptop??”

“ Tau laaah… kan aku pacarmu.. hehehe… Awwh.. sayang.. sakiitt..”

“ buruan ngakuu..” katanya sambil mencubit adikku

“ iyaa iyaa.. dari adekmu noh.. aku suap pake jajan dia mau ngasih tau apa yang kamu pengen…” jelasku.

“ Hiiiiiiiiiih…” gerutunya sambil memukul ‘adikku’ kembali.

“ Awwwh… kok malah mukul sih?? Kan udah aku jelasin…” kataku.

“ Abiiiss… hiihhh… kamu nih.. Balikin…. Pokoknya balikin…huh !!” Ia masih menggerutu sambil menyodorkan Laptopnya padaku.

“ Udah tutup Sayang....” Kataku ngeles dan menolak laptopnya

“ Ya Besok..” jawabnya sambil menyodorkan lagi.

“ Besok tokonya Bangkrut loh…” kataku kemudian.

“ Aaaaaaaaaaa.. Sayang niiiii…..Alesan aja deeeh..” katanya kesal.

“ Jadi kamu nolak?? Yaudah deh.. tak buang aja…” kataku sambil meraih laptop dari tangannya dan mengangkatnya seolah akan membanting ke lantai.

“ Eh eh… ehh.. kok malah dibuang sih??” katanya sambil meraih laptopnya dari tanganku.

“ Lhoh.. kan kamu gak mauu.. jadi yaa… Awwwhh.. Sakit sayaang.. kok dipukul aja sih dari tadi?? Di elus gitu kek.. masa depan niih.. buat kamu juga loh..” kataku kesal karena ‘adikku’ dipukul lagi

“ Huuuuh.. Kamu ni.. paling bisa kalo bikin aku kaya gini.. oke-oke.. aku ngaku kalah.. aku terima laptopnya. Tapi awas kalo lain kali kaya gini..” katanya panjang setelah memukul ‘adikku’.

“ Naah.. gitu kan enak.. aku kan jadi ngerasa dihargai…” jelasku.

Ia mulai tersenyum melihatku. Matanya menunjukkan Cintanya yang sangat tulus dan sangat besar kepadaku. Lusi menaruh Laptopnya diatas tempat tidurnya kemudian meraih tanganku dan menaruhya di pinggangnya. Ia memelukku lagi. Kami berpelukan cukup lama sambil menikmati cinta kami yang mulai bertambah setiap detiknya.

“ Sayang…” Kata Lusi yang masih sambil memelukku.

“ Hmm??”

“ Makasih yaa..” Katanya

“ Atas apa sayang??” tanyaku.

“ Semuanya…” Jawabnya singkat.

Aku hanya tersenyum mendengarnya kemudian keper-erat pelukkanku padanya. Jantungnya berdegub kencang sekali. Kurasakan setiap aku menghela nafas, dadaku seperti meremas payudaranya. Begitu pula Lusi.

“ Sayang,,, sekarang kamu mandi ya?? Trus abis itu dandan yang cantik.. Kita makan diluar ya..” jelasku disela pelukaku yang mulai berubah menjadi Nafsu karena peyudara Lusi yang masih menempel ditubuhku.

“ Iyaaa..” katanya.

Pelukan kamipun berakhir. Pelukan yang tadinya penuh cinta sudah berubah menjadi nafsu dan membuat ‘adikku’ memanjang dan membengkak. Lusi pun tersenyum melihat kearah celanaku. Dan memegang penisku yang sudah tegang secara perlahan kemudian mengocoknya dari luar.

“ Sayang pengen yaaa??” godanya sambil terus mengocok penisku dari luar.

“ ah… Sayang nih… godain aja… udah deh.. Mandi aja duluu…” kataku malu.

Ya iyalaaah sayang… orang kena susu tadi.. jadi berdiri nih… mau yaa?? Mauuuu… jangan mandi dulu doooonnk….

“ Gak ah… Aku bikin Pacarku ini lemes dulu.. hihihi” katanya sambil tertawa kemudian beranjak jongkok.

YESSSS… ASIIIK

“ Eh.. eh… kok jawabnya gitu sih??” kataku heran yang sebenranya juga udah nafsu.

“ Hahaha… Biarin..” katanya.

Lusi mulai membuka kancing celana Jeans ¾ ku dan melepaskannya. Seketika Celanaku langsung roboh jatuh dilantai karena celana ¾ yang kukenakan longgar. Didepan wajah lusi kini terpampang kain berbentuk segitiga menhadap kebawah berwarna hijau cerah dan menyembul seperti terisi penuh akan sesuatu. Dibukanya celana dalamku dan diturunkan sampai telapak kakiku. Tangannya yang lembut dan halus itu mulai memegang penisku yang mengacung kewajahnya seakan menantangnya berkelahi.

Lusi melihatku sambil tersenyum kemudian mendekatkan mulutnya yang mulai terbuka seperti akan memakan sesuatu. Begitu mulutnya mulai menyentuh kepala penisku, Ia berhenti sejenak kemudian melihatku lagi. Aku hanya terdiam melihatnya. Kusunggingkan senyumku padanya untuk memberi isyarat agar Lusi meneruskan kegiatannya.

Matanya menandakan seakan dia seperti membalas senyumku. Lusi kembali fokus pada kepala penisku yang perlahan lahan mulai memenuhi ruang pada mulutnya. Ia mulai memajukan wajahnya ke arah pangkal penisku hingga akhirnya penisku pun memenuhi mulunya. Lusi memang tidak bisa melahap semuanya, namun kulumannya begitu nikmat. Ia cepat belajar dan kini kulumannya mendekati angka 100.

“ ssshh.. uuhh…” Desahku pelan.

Kepalanya kini mulai dimundurkan perlahan kemudian maju lagi. Kali ini semakin cepat dan semakin cepat. 3 menit ia mengocok penisku menggunakan mulutnya, Ia kelelahan dan menghentikan kulumannya. Tangannya tetap bekerja mengocok penisku dan Ia mulai menjilati buah zakar yang tergantung layaknya 2 buah bola yang tergantung ditembok. Jilatannyapun tak kalah nikmat.

“ uuuhh… sssshhh… enak banget sayang..” kataku sambil terus mendesah.

Sepertinya ia tak menggubris kata-kataku. Ia tetap ada tugasnya mengerjai penisku. Kali ini tenaganya sudah kembali. Ia mulai membenamkan penisku kembali ke mulutnya yang kecil dan sempit itu dan kemudian mengocoknya kembali. Temponya lebih cepat dari sebelumnya. Hal ini membuar ujung penisku terasa sangat gatal seakan menahan sesuatu.

“ Aaaahh… Sayaaang… aku mau keluahh… sssshh… ooohh…” desahku menikmati kocokan mulut Lusi pada penisku.

Mendengar hal itu Lusi semakin liar saja. Ia menghentikan kulumannya dan mulai mengocok penisku dengan kepala penisku masih terbenam di mulut Lusi. Kocokan tangan Lusi lebih cepat dari kocokan mulut Lusi membuat aku tak bisa menahan lebih lama lagi. Kutarik tangannya dan segera kusodokkan penisku kemulutnya dalam-dalam. Seketika otot-otot kakiku mengejang dan penisku berdenyut-denyut sambil menembakkan cairan yang amat kental berwarna putih dan memiliki rasa asin yang sering dikenali dengan sebutan Sperma kedalam tenggorokannya. Ia hanya menutup matanya menerima seranganku yang tiba-tiba itu..

CRUT…CRUT…CRUT…CRUUT…

“ Ahh.. ahh.. ahh.. aaaahhhh…” Desahku menikmati Surga sesaat.

“ mmhh…clegug.. Haah.. Kok malah disodok sih?? Gak bisa nafas sayang..” Katanya sambil menelan seluruh spermaku.

“ Kamu telen sayang??” tanyaku kaget

“ Terpaksa… abiss.. mau gimana lagi??” Jawabnya

“ Enak??” kataku sambil mulai tersenyum

“ ENGGAK..!!” jawabnya sinis.

Seketika raut wajahku berubah drastis.

“ Iyaa iyaa sayaaang… uuuhh… enaak kokk.. Yaudaah.. aku mandi dulu yaa.. mainnya nanti lagi aja.. kan dirumah seppi..” Jelasnya sambil merayuku dan mulai berdiri.

“ Emang kamu mau main lagi??” tanyaku

“ Mauu sayaaaang.. tapi nanti ya??” katanya manja.

Aku hanya mengangguk kegirangan mendengar jawabannya. Lusi mencium pipiku dan bibirku sebelum akhirnya ia beranjak menuju Lemari pakaiannya. Segera kupakai kembali celana dalam dan Jeans ¾ ku yang tadi dilepas Lusi.

###########################################

Setelah menunggu sekitar setengah jam, Lusipun keluar dari kamar mandi dan kugendong menuju kamarnya. Dikamar kami sempat berciuman kembali dan aku juga sempat menjilati payudaranya. Kuputuskan untuk menunggu diluar sambil menyiapkan VW-ku dan memarkirnya didepan rumah Lusi. Lima menit kemudian Lusi keluar dari rumah Om Arta

“ Wow.. Seorang bidadari tanpa sayap..” gumamku lirih melihat Lusi keluar dari rumahnya.

Lusi mengenakan sebuah Dress selutut berwarna Hijau muda dengan sabuk hitam diperutnya belengan kecil dan sedikit naik serta bagian belahan dadanya sedikit kelihatan berkat bantuan lingkaran lehernya yang agak turun kebawah.

“ Ngomong apaan hayoo…” godanya sambil berjalan mendekatiku.

“ hehehe… Enggak… Kamu cantik banget sayang..” pujiku.

“ Emang… Baru tau??” jawabnya ketus

“ Yeeh.. kok gitu sih jawabnya??”

“ iyaaa iyaaa… Makasih ya saayang..” jawabnya kemudian.

Kamipun berangkat dan bergegas menuju Restoran yang sudah aku Booking tempatnya untuk dua jam kedepan.

Setibanya di Restoran, kami disambut oleh para pegawainya yang ramah karena sudah kubayar kemarin hahahaha. Saat itu kami duduk di tempat yang Tepat berada ditengah-tengah kolam. Malam itu Lusi sempat bercerita panjang pada waktu ia di Madura. Ia bercerita dari awal datang sampai akhir pulang. Satu jam kemudian kami pulang dengan perasaan yang amat senang. Lusi sempat mencium bibirku saat kami mengobrol didalam mobil pada saat akan pulang.

Sesampainya dirumah Lusi dan masuk kedalam rumah, Kuangkat tubuhnya dan kugendong seperti halnya seseorang yang baru saja menikah menggendong istrinya menuju kamar. Tubuhnya harum sekali berkat aroma parfum yang dikenankannya. Ia merangkul kepalaku dan kadang mencium pipiku. Sampai dikamar Lusi, kubaringkan ia di tempat tidurnya yang masih penuh akan kelopak bunga mawar. Namun sedikit agak layu.

“ Sayang,, Kita main bentar yah??” pintaku.

“ hm mh..” jawabnya singkat.

“ Bajunya dilepas dulu dooonk,,berdiri dulu gih..”

“ Iyaaa…” jawabnya singkat lagi.

Lusi kemudian berdiri dan berbalik badan.

“ Lepasin…” pintanya

Tanpa menunggu komando kedua, Kuturunkan perlahan resleting Dressnya yang berada dibelakang punggungnya dan dalam sekejap, Lusi hanya memakai Bra dan celana dalam berwarna krem. Aku menelan ludah.

ssshh… udah lama gak gini sama sayang.. uuhh.. pengen cepet-cepet…

Lusi kemudian berbalik ketika Dressnya sudah terjatuh di lantai dan mencium bibirku.

Selama kami berciuman, Lusi mulai melepas kacing jeansku kembali dan melepaskannya seperti sore tadi. Celana dalamkupun juga ikut diturunkan sedikit sampai ke paha agar ia bisa memegangi penisku yang mulai marah karena terganggu tidurnya. Lusi mengocok penisku menggunakan tangan kanannya. Akupun tak kalah beringas. Kulepas kaitan Bra-nya dari belakang pada saat masih berciuman dengan Lusi. Setelah terlepas, kurogoh payudaranya dari balik Branya yang kini sudah tidak terkait. Tanganku yang lain mulai menurunkan sedikit demi sedikit celana dalam lusi hingga sebatas paha dan HAP !! vaginannya kini menempel pada 4 jariku.

Kok udah basah??Hmmm...

Karena vagina lusi sudah basah, kumainkan saja klitorisnya dengan bantuan jari tengahku. Seketika tubuhnya menggeliat seperti ular kobra yang akan menyerang lawannya.

" mmmhhpaaahh... nnggghh... ssshh... uuuhh...ouuughh... iya sayanghh... terusshh... mmmhhh.." Ia melepas ciuman kami agar bisa mendesah.

Mulutku kini bebas. Kucoba melepaskan Branya yang tergantung di bahunya dan Lusi pun ikut membantu sambil melepas kocokannya pada penisku kemudian dengan mata tertutup melepaskan bra nya seakan ia tak mau kehilangan sensasi nikmat yang ia rasakan akibat gesekan pada klitorosnya. Setelah terlepas dan dibuang entah kemana, mulutku langsung menyambar payudaranya yang berukuran sedang itu.

" aahllmmmppphh.... mmmmmaallppphmm.." suaraku ketika melumat seluruh sisi payudara kanan Lusi

" Aahhh... ssshhh.. uuuhhh...nngghh... oouugghh..." Tangannya mendekap kepalaku seakan menyuruhku untuk jangan berhenti.

Karena posisi kami sedang berdiri, kuhentikan sejenak lumatanku dan gesekan tanganku untuk berpindah posisi. Lusi yang sudah terbakar Nafsu kini melucuti pakaianku yang masih menempel pada tubuhku. Akupun demikian. Kubantu ia melepaskan celana dalamnya yang masih menempel di pahanya.

" Sayang.. kita sambil tiduran aja yaa??" pintaku setelah berhasil melepaskan celana dalam Lusi.

" ahh... hm mh..." jawabnya sambil mengatur nafasnya kembali.

Kurebahkan tubuh Lusi di ranjangnya yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah. Ia kini sudah telanjang bulat, begitu pula aku. Penisku mengacung ke atas pada 75 derajat yang menunjukkan tingkat maksimum. Kutindih tubuh Lusi dan kembali kami berciuman. Tanganku meremas kedua buah dadanya dengan lembut. Sikuku menahan tubuhku agar tidak terlalu menindih tubuh Lusi karena berat badanku yang cukup berat untuk seorang perempuan.

" mmmmhh... mmmhhhhh..." rancaunya ketika tanganku mulai meremas kedua buah dadnya yang hampir terhimpit oleh tubuhku. Karena ingin mendengar Lusi mendesah, kualihkan mulutku ke arah lehernya. Lusi membantuku dengan menyibakkan rambutnya keatas. Kujilat lehernya yang putih serta halus dan terawat itu dengan lembut dan mesra.

" Aahhh... hssshhh... uuuhh... mmmhhh.... aakkhh..." Desahnya semakin keras karena dirumah tak ada seorangpun selain kami berdua.

Kulihat Lusi memejamkan matanya kembali dan tubuhnya menggelinjang kegelian menerima sengatan kenikmatan melalui lidahku di lehernya.

" mmhlllpphmmm... lllzztt... aahllmmpp..." suara jilatanku serta hembusan nafasku di leher Lusi membuatnya semakin kegelian dan menggelinjang cukup keras sampai aku harus mengikuti gerakan tubuhnya yang mencoba menjauhkan lidahku dari lehernya.

" AAAHHH... SSSHHHH.. MMMMHH... SAAYAANNGGHH... OOOUUGHH... TETE SUSUKUU... SSSHHHH... AAAAKKHH..." pintanya dengan sedikit berteriak disela desahannya dan nafasnya yang semakin menggebu.

Kuturuti permintaan Lusi dan kini jilatanku perlahan-lahan turun kedaerah dadanya. Kuciumi payudaranya dengan hidungku dan kuhembuskan nafasku di tempat-tempat yang menurutku membuat Lusi semakin kegelian.

" AAAHHHH... NNGGHHH... OOUUGGHHH... JILAT SAYANGH...MMMHHHHH... SSSHHHH...HAAAHHHH..." Pintanya disela Desahannya yang cukup keras.

Secara perlahan kujulurkan lidahku dan kujilatkan tepat pada lingkaran putting payudara kanannya. Tangan kiriku masih meremas lembut payudara kirinya. Saat jilatanku berputar-putar mengelilingi putting payudara kanannya, Lusi semakin tak tahan dengan perlakuanku. Dipegannya payudara kanannya dan dituntunnya menuju lidahku yang dari tadi terus berputar-putar di sisi putingnya.

" Akkkhhhhh...nnngghhh... Ouuuugghhhh..." Erangnya menikmati lumatan lidahku di putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.

" mmmhhh.... aahlmphhmmmm.." suaraku kuperdengarkan agar Lusi semakin kegelian.

" nngghh.... ssshhh... uuuhhh.... yang kiri sayanngghh... mmmhhh..." katanya sambil menggiring kepalaku untuk berpindah ke payudara kirinya.

Kuturuti kembali permintaanya dan segera kulepaskan remasanku di payudara kirinya. Tanganku kini membuka kaki Lusi untuk memberikan akses ke vaginanya dan kupegang perlahan kemudian kugesek-gesek bibir vaginannya.

Gilaaa... Udah basah banget.. ssshh... pengen cepet-cepet masukin nih kontie.. biar gak ngacung sia-sia..

" Aakkkhhh... oouuugghh... nnggghhhh...ssshhh.. huuufffhhh... ganti lagi sayanghh... aaakkhh.." pintanya menyuruhku mengulum payudara kanannya lagi karena sudah sangat geli.

Lagi-lagi kuturuti permintaannya. Entah kenapa aku terus saja menuruti permintaannya. Sepertinya aku merasa puas sekali kalo Lusi meminta aku melakukan sesuatu untuk membuatnya terangsang. Kujilati lagi payudara kanannya yang masih lembab bekas jilatan dan kuluman lidahku tadi.

" AAKKKHHHH...." Desahnya tak tertahan dan sedikit lebih keras saat lidahku menggigit kecil puting payudaranya.

" Akhh.. mmmhhh... ssshhh.. oouuhhgg,. Hhhaaaahhhh" Rancaunya semakin cepat ketika tanganku mulai menggesek klitorisnya.

Gesekanku kupercepat agar Lusi segera mencapai orgasmenya yang pertama.

" Akh... akhh.. akhhh.,, aakkhh.. sayaanghh... aku mau pipisshh... aakkkh.. aaakkh... akkhh..."
Katanya disela Desahnya yang semakin cepat.

Desahannya memberiku isyarat untuk mempercepat gesekanku pada klitorisnya dan terus mengulum putingnya yang juga ikut mengejang. Benar saja. Berapa detik kemudian Lusi menggelingnjang hebat dan tubuhnya mengejang. Tangannya menjambak rambutku dengan kerasnya dan meremas sprei sampai spreinya pun mengkerut. Kedua kakinya menghimpit tanganku dengan himpitan yang amat kuat sampai tanganku tak bisa bergerak sedikitpun. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terbelalak menikmati deburan ombak yang menyapu Vaginannya yang disertai Desahan yang amat keras.

" AAAKKKKHHHH..... hhhaaaaahh.... ssshhh.. mmmhhh... ssshh... hhaaaahh... sshh...hhuuuufffhhhhh..."

Seketika kuhentikan kegiatanku. Dan melihat Lusi yang sedang menikmati orgasme pertamanya sambil menikmati kesakitan di ujung kepalaku karena masih terjambak.

ouuuuhhh... Manisnya kalo lagi orgasmee... hihihihi...

Aku tersenyum sambil terus memperhatikan Lusi menikmati orgasmenya. Kurasakan himpitan kakinya mulai melemah dan jambakannya pada rambutku juga mulai terlepas. Kini aku bebas lagi. Kutunggu sampai tenaga Lusi pulih dari orgasme pertamannya.

################################################## ###################

" hhaaaahh... hhhhaaaaahh... hhhaaaahhh...mmmhh.. aaaahhhhhhhh..." Nafasnya masih tak beraturan akibat sengatan surgawi yang Ia rasakan.

" Sayaang... kita 69 ya?? Aku pengen jilatin punyamu.." kataku perlahan saat tenaganya sudah mulai kembali.

" 69 gimana sayang?? Huuuffhh..." katanya polos seperti anak SD yang bertanya pada gurunya.

Aku tersenyum kearahnya kemudian berdiri dan memposisikan tubuhku hingga menyerupai posisi 69 tapi dari samping(bukan atas bawah). Ia-pun akhirnya mengerti akan tugasnya dan memegangi penisku yang dari tadi haus akan lubang. Dimasukkannya Penisku kedalam mulutnya dan ia mulai memaju mundurkan kepalanya.

" sshhh.. oouuugghh.... enak banget sayang... tak terusin yaa??.. ssshh.. oouuugghh..." rancauku menerima kuluman Lusi.

Tanpa basa-basi lagi, kubentuk lidahku menyerupai tombak dan kubenamkan lidahku kedalam vaginanya.

BLESS

Lidahku kini terbenam kedalam vagina Lusi. Kehangatan lidahku memberikan sensasi tersendiri bagi Lusi. Saat lidahku mulai memasuki liang kenikmatan para adam milik Lusi, Ia sedikit mengejang dan berusaha mendesah dengan penisku yang masih berada di dalam mulutnya.

" MMMHHHH.....mmmhhh... nngggghhhhmpppaaaahh... sssshhh... aahhh.... sayanghh.. oouuugh.. ammmmhhpp mmmnnggghh.. nnggg.." Lusi melepas kulumannya agar bisa mendesah dan mengatakan sesuatu tapi kemudian langsung mengulum lagi namun sekarang lebih liar lagi. Ia kadang menggigit penisku saat lidahku mulai maju dan mundur seperti halnya penisku jika didalam vaginanya. Tapi hal itu hanya pada saat lidahku kugerakkan didalam vaginanya Lusi melepas penisku dan mendesah sekencang-kencangnya.

" AAAKKKHHH... OOUUGGHH... MMMHHHHH.... HUUUUFFHHH... AHLLMPPHHMM.." Ia mendesah kemudian mengulum peniku kembali.

Kutarik lidahku dan kusibak bibir vaginanya dengan lidahku dan kadang juga kusedot dan kugigit-gigit kecil klitorisnya. Lusi hanya mengerang dan mendesah kegelian menerima perlakuanku. Tak lama, dilepaskannya penisku dari mulutnya.

" Sayanghh.. huuuffhh... Sini aku masukinhh.. nnggghh... uugghhh..." katanya memintaku berhenti mengerjai Vaginannya.

" Kamu mau posisi gimana??" kataku setelah permainan lidahku kuhentikan.

" Huuuffhh... mmmhh.... kamu tiduraanhh... ajaahh... oogghh..." katanya sambil mengatur nafas dan tenaganya yang sempat hilang berkat permainan kami pada posisi 69.

Tanpa menunggu perintah kedua,, Segera kurebahkan tubuhku menghadap ke langit-langit. Lusi yang masih mengatur nafasnya merangkak dan mendekatkan vaginanya ke arah penisku yang menantang dan basah akibat kuluman Lusi. Kaki kanannya melangkahi tubuhku dan posisinya mengangkangi penisku. Ia berada di atasku kalau dalam kamus bisa disebut Women On Top. Lusi meraih peniskun dan dipegangnya dengan tangan kanannya kemudian diarahkan menuju bibir vaginanya yang juga sudah basah.

Ia menggesek-gesekkan kepala penisku tepat di bibir vaginanya dan memposisikan penisku agar tidak salah masuk. Setelah penisku sudah pada posisinya, pinggulnya turun perlahan-lahan.

" Akhhhh....sssshhh... Ouuuggghhh..." Desahnya ketita ujung penisku mulai menyeruak masuk kedalam sarangnya.

Seperempat batang peniskupun sudah berada didalam menikmati himpitan surga yang konon katanya bisa membuat kontie para adam mabuk dan muntah-muntah hahahaha... Lusi memejamkan matanya untuk bisa berkonsentrasi menerima penisku yang mulai memenuhi ruang kewanitaannya.

" Aaahhh... Sempit banget sayang.. Pelan aja kalo sakit.. uuuh... " kataku.

" Ahhhh... kok beda sayanghh?? Jadi gedee bagethh.. ouuuggghh... gak muat kayaknyaa... nggghh.... huuuffhh..." katanya sambil menghentikan pinggulnya dan memegangi penisku seakan mau mencabut kembali.

" Enggak kok.. kita kan jarang maiin.. jadi ya kamu ngerasa jadi agak gede... padahal enggak kok.. makanya pelan-pelan aja ya sayang.." jelasku.

" hm mh... ssshh... aaahhh... mmmhh...." jawabnya singkat sambil mendesah.

Akhirnya Lusi melepaskan tangannya pada penisku dan mengambil nafas mempersiapkan mental dan tenaga yang cukup untuk memasukkan penisku lebih dalam lagi. Karena terlalu lama, kubantu dengan mengangkat pinggulku perlahan-lahan.

" Aku bantu aja yaa??" kataku.

" Ahhh... aaahhh.... ssshhh... huuuuffhhh..."

Lusi tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mendesah dan menganggukkan kepalanya.

Kuangakat pinggulku secara perlahan sekali dan kupegangi pinggul Lusi dengan kedua tanganku. Perlahan-lahan penisku mulai masuk kedalam vaginanya. Kini setengah penisku sudah berada didalam. Kulihat Lusi seakan menahan sakit dan mulutnya terbuka namun tidak ada suara. Matanya masih tertutup rapat dan sedikit berkerut menandakan ia menahan sakit. Kuhentikan sejenak pinggulku yang tadi sempat kuangkat.

" Aakhhhh....huuuufffhh... Kok berhenhhhtiihhh sayangghh??... huuuuffhh..." katanya sambil bertanya dan terus memejamkan matanya.

" Enggak sayang.. abis kamu kaya kesakitan gitu,, aku kasian aja..." jelasku.

" Nggghhhhh.... ghak papahh... huuuffhh... lanjuthhin aajja lagiihh... nnnggghh... ssshhh... fuuuhhh..." katnya dengan nafas yang mulai tak beraturan.

Karena mendengar jawabannya barusan, Kuturuti saja lagi permintaannya untuk melanjutkan. Kuangkat pinggulku lagi kali ini tidak terlalu pelan juga tidak terlalu cepat seperti menghentak. Namun sedikit lebih cepat dari yang tadi. Begitu kuangkat pinggulku, kutari pinggul Lusi kebawah perlahan untuk membantuku menyelesaikkan tugasku.

Dalam lima detik, kini seluruh penisku sudah terbenam dalam vagina Lusi. Sangat sempit dan berkedut-kedut seakan memijat seluruh batang penisku.

" Aahhhh.... Huuuff... Sempit banget sayang... enaak... mmmhh.." kataku sambil menikmati pijatan dinding vaginanya pada penisku.

" AKKHHH....." Erangnya ketika penisku sudah memenuhi vaginanya.

" ouuggh... huuuffhh... mmmhhhh.. sshhh... aahhh..." desahnya sambil mengatur nafasnya.

Sambil menunggu Lusi mulai memompa, kumainkan putting Lusi yang juga mengacung menantang tanganku untuk memainkannya. Kumainkan putting payudaranya dan kupilin-pilin. Kadang aku bangun untuk menjilat sebentar kemudian merebahkan tubuhku kembali. Setelah menunggu beberapa menit, Lusi akhirnya mulai menggerakkan tubuhnya naik turun secara perlahan.

" Aahhh... aahhhh... ahhhh... nnggghhh... ssshhh... huuuffhh... aaahhh... aahhh..." desahnya sambil memompa perlahan.

Lusi membungkukkan tubuhnya untuk memelukku. Vaginanya masih saja terus memompa batang penisku dengan lembut dan ber-irama. Karena Lusi kini berada di hadapanku, Kucium bibirnya untuk membuatnya semakin terbang jauh ke atas surga. Ia mulai membalas ciumanku ketika aku mulai memainkan lidahku didalam mulutnya. Tanganku yang sedang bebas, meremas dengan lembut kedua buah dadanya dan kadang juga memilin-milin putting ayudaranya.

" hhmmmhhh...hhmmmmppaaahh... ssshh... uuuhh...." desahnya disela ciuman kami kemudian Lusi melepaskan ciumannya dan berkonsentrasi untuk mendesah dan bangkit dari pelukannya. Pompaannya kini bertambah cepat setelah permaian lidah dan tanganku. Tubuhnya berkeringat seperti habis berolahraga. Ia semakin mempercepat pompaannya dengan tempo yang juga ber-irama.

" ahhh.. haah... ahhh... haahh... ahhh... haaahh..." Nafasnya semakin cepat mengikuti pompaannya yang juga semakin cepat memompa penisku.

Tangannya kini Ia letakkan di dadaku dan terus memompa dengan kecepatan maksimumnya.

" ahhh... haaahh... mmmhhhh... ssshh... huuuuff... fuuuhhh..huuuuff.. sayangg... aku mau pipisshhh lagiiihh... nngghh.. aahhh.. haaah... ahhh.. haaah... oouuugghh.. mmggghh.... AAKKKHHHHHH......" Erangnya mencapai kenikmatan dunia dan terbang jauh kelangit ketujuh. Seketika vaginanya meremas penisku dengan kuatnya.
Tubuhnya mengejang kembali, matanya tertutup rapat dan sedikit mengkerut. Kepalanya mendongak ke langit-langit kamar dan tangannya meremas dadaku sekuat tenaganya. Vaginanyapun juga ikut meremas dengan kuat-kuat.

Yang kurasakan saat itu penisku seperti diremas dengan sangat amat kuat sampai akupun ikut memejamkan mataku ketika vaginanya meremas dan menyiram cairan hangat disela remasan vaginanya. Dadaku juga di remasnya seakan ia gemas melihat dadaku. Remasanya pada dadaku memang sedikit sakit, tapi entah kenapa aku tak menghiraukannya dan membuka mataku kembali untuk terus memandangi Lusi dengan tersenyum bangga.

Senengnyaaaa kalo liat sayang lagi Orgasmee... uuuuhhh... gimanaaaaaa gitu...


PART XIV

Lusi yang baru saja Orgasme kini terkulai lemas dan ambruk diatas tubuhku dengan penisku yang masih menegang bahkan masih menancap didalam vaginanya yang remasannya mulai mengendur namun masih terasa sempit sekali seperti baru pertama kali.ini satu kalimat tapi panjang banget ye gan?? Hehehehe..

Kusibakkan poni yang menutupi keningnya dan kucium keningnya dengan miliyaran cinta yang kuberikan melalui mulutku. Ia masih memejamkan matanya sembari mengatur nafasnya yang masih tak beraturan dan menerima sengatan cinta yang kusalurkan melalui kecupanku di keningnya.

" Sayang,, kamu capek ya?? Masih bisa lanjut apa enggak??" tanyaku sambil melepas penisku dari liang senggamanya.

" ngghh... fuuuhh... bentar ya sayang.. istirahat dulu.. hhaaahh..." jawabnya dengan nafas yang masih memburu.

Karena merasa kasihan melihat Lusi yang masih lemas akibat orgasme yang membuatnya melayang jauh tinggi ke atas awan sesaat itu, aku beranjak pergi kedapur untuk mengambilkannya minuman. Berharap menemukan sesuatu di lemari es dirumah Lusi, aku segera berjalan kearah dapur namun Lusi menyadari kepergianku.

" Mau kemana sayang?? Kamu marah ya?? Aku Cuma mau istirahat bentar koook… Bentaaar aja.. aku istirahat duluu.. aku capeeeek.. abis ini kita lanjutin lagi deeeh.. janji.." katanya menghentikan langkahku sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf ‘V’. Seketika aku berbalik badan dan tersenyum. Kudekati tubuhnya yang terkapar lemas di tempat tidur yang bertabur kelopak bunga mawar itu dan kudekatkan wajahku ke wajahnya dan berkata.

" Aku mau ambilin minum kamu sayaaaaang... Aku tauu.. kamu capek.. makanya aku mau ambilin minum dulu.."

" ohhh... kirain mau kemana.. hehehe.." katanya sambil cengengesan.

" enggaak kok.. bentar yaaa... aku ambilin minum dulu.." kataku pelan kemudian kucium bibirnya mesra.

" tcupss.. mmhh.. jangan lama-lama yaa sayaaaang..."

Tak kujawab pertanyaannya, namun kusunggingkan senyum termanisku kearahnya. Sebelum pergi, kuambil remote AC yang tergeletak di meja belajar Lusi dan kuhidupkan dengan suhu 20 derajat karena malam ini sudah cukup dingin. Setelah menghidupkan AC, aku bergegas menuju dapur dan mengambil beberapa kaleng minuman dan beberapa makanan ringan. Setelah kembali kulihat Lusi sedang tengkurap sambil menonton tivi. Saat itu acaranya adalah acara Favoritku [I]Extrav*ganza[I].

" Waa… Waahhh... yaaaahhhh….aku ketinggalan ya sayang?? Yaah... gak seru nih.." gerutuku.
" Enggak sayang.. baru mulai kok.." Jelasnya sambil tersenyum manis.

Kuberikan minuman itu pada Lusi dan diminumnya sampai habis. Aku hanya ternganga melihat Lusi seperti orang yang tidak minum selama berhari-hari dan kelihatannya sangat kehausan. Kusodorkan minuman kedua, tapi ia menolaknya.

“ Buset… ampe kayak gitu minumnya…”

“ Hahahaha… abiiiis haus banget sayang,,” kuacak-acak rambut Lusi yang terurai karena saking gemesnya. Akhirnya akupun ikut menonton acara televisi itu hingga usai dan kadang kami saling bercanda disela jeda iklan. Selama kurang lebih 30 menit kami istirahat sambil menonton tivi, Lusi sepertinya sudah kembali bertenaga. Ia menaruh kepalanya di pahaku pada saat aku duduk dengan kaki lurus ke depan menghadap televisi.

" Sayang.. kok pas lagi bobok, ‘itunya’ kecil ya?? tapi pas udah berdiri kok gede banget sih??"

" Eh.. kok nanya gitu?? Hayooo... hahaha.. enggak tau sayang.. tanya sama yang nyiptain dong..."

" kalo lagi bobok gini lucuu... hihihi... gemesin..." katanya sambil memegangi 'adikku' yang sedang terkulai lemas tak berdaya.

" emang kalo lagi berdiri gak gemesin ya??"

" bukan nggemesin lagi sayang... tapi muasin... hahaha.." jawabnya sambil tertawa.

Tiba-tiba saat aku tertawa mendengar jawabannya, Lusi mulai membenamkan 'adikku' kedalam mulutnya.

" hahahaahhhhh... anget banget sayang..." kataku kaget menerima kehangatan pada pangkal pahaku yang tiba-tiba mulai menghangatkan tubuhku yang sejak tadi kedinginan akibat suhu AC yang cukup rendah.

" kamu mau main lagi??"

" mmmm... bentar lagi aja ya.. " katanya sambil bangun dari pahaku kemudian menyambar makanan kecil dan dan memakannya sambil kepalanya tetap diatas pahaku.

" loh.. loh… kok gak diterusin?? trus kenapa tadi di emut??" tanyaku penasaran sambil mengacak-acak rambutnya.

" hihihi.. Cuma pengen bangunin aja.. hahaha" katanya sambil tertawa keras kemudian merapikan rambutnya yang kuacak-acak.

" yeeee... dasar.." gerutuku karena jawabanya yang kurang memuaskan.

Setelah selesai makan, Lusi bangun kembali dan mengambil air utuk diminumnya dan kemudian duduk disebelahku dan membungkukkan tubuhnya.

" Mau ngapain lagii?? hmm??" sindirku

" Mau diemut gak??"

" YA MAU LAAAHH..!!!" Kataku senang sambil tersenyum.

Tanpa menunggu perintah dariku, Lusi langsung melakukan tugasnya mencabik-cabik dan menyiksa penisku secara mental dan secara fisik. Pertempuran kami tadi yang sempat terhenti pun kami mulai kembali. Lusi memulainya dengan melahap habis seluruh batang penisku yang masih dalam keadaan setengah tegang. Kuluman dan hisapan lembut bibrnya membuat penisku mulai memanjang mencapai ukuran maksimumnya.

Tubuhku serasa hangat kembali berkat hisapan dan kulumanya pada penisku. Lusi terlihat seperti seseorang yang amat profesional dalam mengerjakan tugasnya yaitu blow job. Lima menit Lusi melakukan tugasnya, Ia menyudahi tugasnya dan memintaku utuk merangsangnya terlebih dahulu.

Karena aku sudah sangat bernafsu, kurebahkan kembali tubuhnya diranjangnya dan kumulai serangan demi serangan dengan harapan Lusi cepat terangsang. Kujilati leher jenjangnya dan kuremas lembut buah dadanya. Lusi menggeliat seperti cacing yang kepanasan. Ia cepat sekali tesulut rangsanganku dan kini ia mulai mendesis-desis menikmati serangan lidahku pada lehernya.

" ssshhhh.... mmmhhh... hhaah… mmmhhh.... aaaaahhhhh.. aaahh.."

Desisannya kini berubah menjadi desahan yang menandakan ia mulai terangsang. Kuturunkan target operasiku sedikit demi sedikit dan mencapai kedua buah dadanya yang ranum dan membuatku ingin memetiknya untuk kubawa pulang dan kujadikan bahan coli seumur hidup. hahahahahaha... ya enggak laaah... gue bukan kanibal kaleee..

Kuhembuskan nafasku di daerah lingkaran putiingnya dan kucium dengan bibirku secara bergantian, kanan kemudian kiri dan begitu seterusnya. Karena sudah membuatku ngiler, segera kulumat payudaranya dengan mulutku.

" Aahhh.... mmmmhhhh… enak banget sayaanghh... huuuffhh.. angeett,,, mmmhhhh..."

Kujilati terus putingnya dan kugigit mesra. Ia mendesah tak karuan ketika kugigit mesra putingnya. Sekitar 10 menit aku merangsang Lusi, Ia menghentikan aksiku dan mendorong kepalaku menjauhi payudaranya.

" nnggghhh.. aahhh… Sayanghh.. 69 yuukk?? Huuuffhh… Kasian `adikmu' gak ada yang ngurusin.."

" hehehe... ngerti aja sayang nih.." kataku sambil meringis malu.

Kamipun merubah posisi kami dengan posisi 69. Kali ini Lusi berada diatas tubuhku agar dia bisa leluasa memainkan penisku sesukanya. Peperangan nafsu kamipun kami mulai kembali. Kumulai seranganku dengan meniupkan angin kearah bibir kedua Lusi yang kini berada tepat didepan wajahku dengan menggunakan mulutku.

" mmmmmhhh..." erangnya.

Kusibakkan bibir vagina Lusi menggunakan lidahku dan kujilat, kuhisap bahkan kugigit kecil klitorisnya yang bersembunyi dibalik bibir atas vaginanya.

" Nnnggghhhhh....hnggghhh...mmmhhhppaaahhh... ouuuhhh.... mmmhh... aahhh... jilat terus sayaaanghh... nngghh... nnah... bener... gituu... nngghhh... aaahhhh...aahhmphhhh.... mmmhh..."
Setelah puas mengerjai klitorisnya, Kubentuk lidahku kembali menjadi sebuah tombak kecil dan kubenamkan dalam liang senggamanya yang sudah basah akibat cairannya sendiri.

" NNGGHMMPAAAAHHH... OUUGGHH... MMHHH..SSSHHH.... AAHHH.... " erangnya keras setelah melepas penisku dari mulutnya ketika lidahku mulai memasuki daerah kenikmatanya dan bergeliat layaknya cacing didalam.

" Aaahhh.... sayaaaangghh... mmhhh.. ouughh... aahhh... aku mau keluarr... mmmmhh... aahhh..."

Kupercepat gerakan lidahku didalam vaginanya dan kugerakkah naik turun layaknya penisku jika berada didalam. Begitu Lusi sampai pada orgasme ketiganya setelah beristirahat tadi, lidahku tiba-tiba terdorong keluar akibat himpitannya yang kuat sehingga lidahku harus keluar dari sarang penisku. Tubuhnya mengejang, penisku digenggamnya sangat kuat dengan tangannya dan dari vaginanya keluar sebuah cairan hangat yang baunya sangat khas dan mencerminkan kewanitaan seseorang itu. Segera kulahap sebelum berjatuhan.

" Aakkhhh..." erangnya ketika mulutku melahap vaginanya kembali. Ia sedikit kaget dan menancapkan vaginanya kearah wajahku agar aku tidak bergerak.

hmmmm... baunyaaa... enak banget... ssshhh... rasanya juga gak terlalu aneh...

Setelah mencapai orgasmenya ia terkulai lemas kembali diatas tubuhku. Kali ini kutunggu tenaganya pulih kembali. Setelah menunggu beberapa menit, kubaringkan tubuhnya kembali dan kubuka selangkangannya untuk memberikan akses agar mulutku bisa melanjutkan pergelutan akbar yang sempat terhenti tadi karena Lusi Orgasme.

" aahh..." desahnya pelan. Kumainkan lidahku sejenak untuk membuatnya terangsang kembali. Kujilati klitorisnya dan kuhisap lembut seperti saat sedang menghisap rokok.

" Akkh... mmmhhh... ouugghh... enak banget sayang.. kamu apain sih?? Nngghh... huuuffhh.." tanyanya disela desahanya yang semakin menjadi kembali.

" Cuma tak jilat dikit sama tadi tak isep aja sayang.." jelasku sambil menghentikan aksiku unutk merangsangnya.

Karena sudah merasa cukup membuat vaginanya basah kembali, aku bangun dari kegiatanku dan menyiapkan posisi. Kubiarkan Lusi berbaring, namun kuangkat kedua kakinya. Kaki kirinya kumasukkan diantara kedua kakiku, sedangkan kaki kanannya kuletakkan di atas kaki kananku. Tubuhku berada di sebelah kanan Lusi yang masih terbaring sambil mengumpulkan tenaganya kembali.

Kali ini Lusi membantuku dengan cara membimbing miniatur monasku ke arah liang senggamanya yang sudah mulai basah kembali. Setelah penisku siap pada posisi, kuhentakkan punggulku kedepan dengan sekali hentakan dan BLESS... Burung yang kehilangan rumah telah menemukan sarangnya kembali.

" Akkhh... mmmmhh.." pekiknya pelan ketika penisku menyeruak masuk kedalam vaginanya.

Sambil mulai memompa, kudekatkan mulutku menuju payudaranya yang seiring pompaanku payudaranya bergoyang-goyang naik dan turun. Kulumat habis payudara kirinya dengan satu hisapan.

" oouughh... mmmhhh... haaahh... sssshhhh... ooohhh... mmmhhhh... cepetin sayanggh... nnggghh... huuuffhh..." pintanya sambil terus mengerang ke-enakan.

Tanpa menghentikan kegiatanku, kupercepat pompaanku. Himpitan vagina Lusi yang cukup kuat dan terasa sangat sempit membuatku kwalahan memompa dan mulai merasakan gatal pada ujung penisku. Karena merasa belum saatnya, kuperlambat pompaanku untuk menghindari ejakulasiku.

" Mmmmnngghh... haah... sshhh.." erangku menahan orgasme yang akan menyengat tubuhku. Dalam 5 detik, gatal itu hilang entah kemana.

" Ahhh... aahhh.. aahhh... ougghh.. mmmhhh... huuuffhh... ahh.. ahhhh... ahhhhh... aaahhhhh.... aahhhhhhh... sayaaaanggghh... aku mau keluar lagiii... mmmhh... aaahhhh.. aahhh.." erangnya.

" Ahhh.. ahhh.. aku.. jugga sayangghh... aahhh.. aahhh... aahhh.. dikeluarin dimanaahh?? Aahh.. ahhhh..." tanyaku sambil terus memompa dan mempercepat ritme pompaanku.

" Dalem aja sayanghh... oouugghh... ouugghh.. huuuffhh... aaahhh... aahhh.." erangnya saat akan mencapai orgasme.

Tiba-tiba rasa gatal di penisku yang tadi sempat menyerang datang kembali. Seketika kupercepat pompaanku dan memejamkan mataku untuk bersiap menikmati surga yang sudah sejak tadi ingin kurasakan.

Aku sudah mencapai batasku. Penisku sudah tak kuasa menahan cairan yang akan menyembur dengan tenaganya didalam vagina Lusi. Lusi yang tadi sempat memberitahuku bahwa ia juga akan orgasme sudah mengerang terlebih dahulu yang menandakan bahwa Ia telah orgasme.

" AAAAAAAAKKHHH...!!!" Erangnya panjang menikmati sengatan kenikmatan surgawinya yang keempat.

Aku tak bisa melihat wajah lusi yang sedang orgasme karena aku juga akan mencapai puncak kenikmatanku. Otot-otot vaginanya mengejang dan berdenyut-denyut seraya menyemburkan cairan hangatnya dan menyiram seluruh batang penisku. Remasan vaginanya juga sangat terasa pada batang penisku dan cairannya yang hangat yang ikut menyiram penisku juga membantuku memuntahkan dan menyemburkan cairan kental penisku kedalam vagina Lusi yang masih terserang orgasme keempatnya.

" Aaaaaaaaaaaaaakkkhhhh..." Lenguh kami berdua panjang sambil menikmati orgasme kami yang hapir bersamaan.

Seketika tubuh kami terkulai lemas tak berdaya. Kulihat tangan Lusi masih mencengkram sprei dengan kuatnya sampai-sampai spreinya kusut. Ia terlihat sangat kelelahan. Tubuhnya bergetar kembali.

" Sayaaaaaaang... kamu capek yaa?? Uuhhh... Sayaaaaang.." kataku pelan kemudian kupeluk kembali tubuhnya yang sudah mulai bergetar dan penuh dengan keringat akan kenikmatan yang juga menandakan bahwa Ia sudah tidak kuat untuk melanjutkan pemainan lagi.

" Mmmmhhh... ssshhh... hhahhh... iyaa sayaanghh... huuufffhh... maaf yaa....aaahh... mmmmhh.. ssshh.. aku capeekhh...aaahh.." katanya disela nafasnya yang masih saja tak beraturan.

Nafsuku sebenarnya masih ingin melanjutkan permainan kami lagi. Tapi entah kenapa, aku berhasil menolaknya dan tersenyum kearahnya. Aku pun juga heran, kenapa aku selalu tersenyum mendengar jawabannya. Sungguh aneh tapi nyata..Kaya lagu aja.. hihihi

Kulepaskan penisku yang masih menancap di vaginanya. Nafas Lusi masih tersengal-sengal ketika kutarik penisku dari vaginanya. Kubelai lembut pipi dan poni-nya yang juga ikut basah karena keringat di keningnya. Kukecup bibirnya perlahan dan dengan sangat mesra. Lusi merespon ciumanku.

" mmhhhtcupss.. ahh.. maaf ya sayaaangh.. huuufffh.." katanya setelah menerima ciumanku.

Nafasnya kini perlahan kembali normal. Aku tersenyum kembali kearahnya. Kulihat spermaku mulai keluar dari sela vaginanya yang basah dan berdenyut-denyut. Segera ku tadah dan kuusapkan pada seluruh sisi vaginanya dan sisanya kuusapkan di selangkangannya.

" Aahh.." lenguhnya ketika tanganku menyentuh klitorisnya.

Aku tersenyum kearahnya dan mendekatkan wajahku di wajahnya. Kucium perlahan pipinya.

" iya sayaaang.. gak pa pa... sekali lagi,, Happy birthday yaa..." kataku pelan sambil tersenyum manis kearahnya.

" M-makasiiiihh.. mmmhh.. sayaang,,, aku sayaaaaaaaang banget sama kamuu.. makasih ya kejutannya,, panda-nyaa,,, trus laptopnya jugaa... makasiih udah cinta sama aku.. Makasss..." katanya sambil memelukku kemudian langsung kupotong.

" sssttt... iyaa sayaaaang... udaahh... kamu istirahat aja ya?? Nanti kalo kamu udah tiduur,, aku pulang ya??.." kataku sambil melepas pelukannya.

" kok pulang siiih?? Tidur sini aja ya sayang ya?? Sama akuu... temenin akuu... mau ya sayaaaang?? Pleeeassee.." pintanya manja.

" hmmm... gimaaanaa yaa??" godaku

" aaaaaaa.... sayaaaaang... mau dooonkk.. masa kamu tega sih ninggalin aku sendirian??" pintanya memelas.

DEG !!

Ninggalin....?? kamu.....?? Sendiri.....?? NEVER..

" iyaa iyaa.. yaudah.. pake baju dulu gih... abis itu kita bobok.." kataku sambil beranjak untuk mengambilkannya baju.

" Ehh.. ehh... Mau kemana sayang?? Aku gak mauuuu... gini aja... aku lagi males pake baju.." Ia meraih lenganku dan menghentikan gerakanku dan menjawabnya sambil meringis

" heeh.. kok males sih?? Ntar kalo masuk angin loh.." kataku sambil kembali duduk didekatnya dan mengambil Laptop yang kuberikan kepadanya sebagai hadiah.

" biarin.. kan ada sayaang yang angetin badanku.." jawabnya sambil meraih leherku dan mendekap tubuhku.

" Iyaa... Bentar aku hidupin lagu dulu.." Kataku sambil melepas dekapan tubuhnya kemudian menghidupkan laptop.

Setelah menunggu pintu wind*ws tertutup, kubuka sebuah folder yang pada saat membelinya sudah kuisi dengan lagu-lagu kesukaanku yang juga Lusi sukai. Kumainkan dalam Wid*ws media Player dengan volume 50%. Segera kuletakkan Laptop di meja dekat tempat tidurnya dan segera mendekat dan duduk didekat Lusi yang terbaring lemas. Kuraih selimutnya dan kutarik menutupi bagian bawah tubuhku dan tubuh lusi sampai menutupi buah dadanya. Lusi yang tenaganya sudah kembali mulai memelukku sambil memiringkan tubuhnya.

Dari Laptop terdengar sayup-sayup alunan nada romantis yang terdengar begitu menyentuh hatiny dibarengi dengan suara vokalis yang bernama Glenn medeiros itu.


If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long

With you I see forever oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

Our dream are young and we both know
They’ll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I Don't want to live without you

Nothing's Gonna change's My Love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love

Nothing's gonna change's my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But NOTHING'S GONNA CHANGE'S MY LOVE FOR YOU


Lagu yang berjudul `Nothing's gonna Change's My Love For You' itu terdengar disela pelukan Lusi pada tubuhku. Seketika Ia memper-erat pelukannya pada tubuhku. Sepertinya Lusi sangat sayang sekali denganku. Ia juga cinta sekali kepadaku seakan tak mau lepas dariku. Kucium pipinya dengan lembut dan mesra kemudian kulepaskan pelukannya dan merebahkan tubuhku disebelah kanan Lusi. Ia tersenyum memandangiku yang tergeletak disampingnya.

Kemudian Lusi membangunkan sejenak tubuhnya untuk mengangkat kepalanya. Tangannya meraih pinggangku dan kepalanya diletakkan diatas bahuku menghadap kearah wajahku. Ia mendekapku dengan uuuhh.. mesraaa sekali. Kakinya memeluk pinggul dan penisku yang mulai mengecil karena pertempuran kami tadi. Ia menutup matanya sambil terus menikmati moment-moment terindah dihidupnya. Kubelai rambutnya perlahan sampai ia akhirnya terlelap di bahuku.

Aku yang melihat sendiri saat-saat Lusi mulai terlelap hanya bisa memandangi wajahnya yang manis dan sayu itu. Ia cantiiiik sekali pada saat tertidur.

Kulihat jam di pergelangan tanganku yang ternyata masih menunjukkan pukul 10 malam. Karena sudah merasa capek, akupun memejamkan mataku sambil menikmati alunan musik yang terdengar dari laptop yang kubelikan untuk hadiah Lusi. Karena alunan musiknya yang romantis membuatku tak sadar yang akhirnya juga membuatku ikut tertidur. Kami berdua tertidur dengan keadaan telanjang dengan Lusi yang tidur di bahuku sambil memelukku dari samping dan tubuh kami hanya tertutup selimut saja. Kedamaian dan ketenangan juga menyelimuti setiap detik nafas kami yang terhembus.


###

" Aahh.. " gumamku saat terbangun dari tidur.

Tubuhku terasa sangat berat seperti tertindih sesuatu dan setelah kulihat ternyata Lusi masih terlelap namun kali ini diatas dadaku. Tiba-tiba aku tersenyum. Kupindahkan kembali kepalanya yang berada diatas dadaku perlahan ke atas bantalnya agar Ia tidak terbangun dari tidurnya.

Kulihat jam lagi di pergelangan tanganku, menunjukkan pukul 5 pagi. Berarti hari ini aku terbangun lebih awal dari biasanya. Aku yang biasa terbangun jam 6.30 pagi, kali ini terbangun jam 5 pagi.

Dengan mataku yang masih sayup-sayup aku melihat sekeliling kamar. Televisi masih menyala, AC yang mendesis meniupkan kesejukan dalam kamar dan Laptop yang masih mengalunkan musik-musik romantis. Kulihat Lusi yang masih tertidur pulas. Kubuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Sayang kok gak kedinginan ya??

Karena mataku melihat tubuh telanjang Lusi yang sedang tertidur pulas, 'adikku' mulai berdiri dengan sendirinya dan timbul ide-ide jahil dalam pikiranku.

ckckck.. bikin nafsu aja sayang nih..

Aku menggelengkan kepala saat timbul ide jahil di kepalaku, tanganku mulai meraih penisku yang kini sudah menegang dan mengurutnya perlahan.

ckckck.. lllzzzttt… jadi pengen lagi… main bentar aaaah... hihihihi.. Sleep assault.. aseeekk... hahahaha..

Aku tersenyum licik kearah Lusi yang masih tertidur pulas. Aku beranjak ke dekat kakinya dan kemudian kubungkukkan tubuhku sampai wajahku berhadapan dengan payudaranya. Kudekatkan mulutku mendekati puting payudaranya dan kujulurkan lidahku perlahan. Dengan amat hati-hati, perlahan namun pasti, juluran lidahku mulai mengenai puting payudara lusi yang mmhh.. cukup menantang untuk dinikmati. Kugerakkan lidahku naik turun tepat pada puting payudaranya.

" Nnggghhh.." Desahnya yang masih tertidur dengan mata tertutup.

Kubuka kedua kaki Lusi ke arah berlawanan dengan amat sangat hati-hati dan perlahan, kemudian kuposisikan kepalaku agar bisa menjilat vaginanya yang harumnya sangat Khas itu. Setelah aku pada posisiku, kuhembuskan helaan nafasku pada bibir vaginanya dan kulirik Lusi untuk memastikan ia tidak terbangun.

belum bangun... hihihi.. asiiik...

Karena saking semangatnya, segera kujulurkan lidahku dan kutempelkan tepat vaginanya yang berwarna merah muda dan agak pucat itu.

" elllhhhh.." desahku sambil lidahku menjilati vaginanya.

Kulihat lagi wajah Lusi. Ia masih saja tertidur pulas. Karena sudah sangat bernafsu, kubenamkan lidahku kedalam vaginanya untuk membuatnya basah dan segera memasukkan penisku yang sudah menegang.

" nngghh..." desah Lusi yang masih tertidur.

Karena takut ia terbangun, kutarik kembali lidahku yang tadi sudah sempat masuk ke dalam
vaginanya. Jantungku berdegub kencang sekali.

" Huufffhh... hampiirr..." gumamku lirih.

Aku segera bangun dan memposisikan tubuhku pada posisi Missionary. Kuposisikan penisku untuk siap menghangatkan seluruh batang penisku pada vagina Lusi. Saat sudah siap menghentakkan pinggulku, kudekatkan wajahku dan siap-siap untuk menciumnya dan PUK !!.. sekali hentakan, Penisku sudah terbenam dalam sarangnya. Lusi yang tersentak kaget langsung terbangun karena ada sesuatu yang masuk di dalam vaginanya. Ia meronta-ronta dan seperti akan berteriak. Segera mulutku melakukan tugasnya yaitu membungkam mulut lusi dengan ciumanku.

" mmmmmmhh..." Ia meronta-ronta sambil memukulku.

Ketika Ia mulai sadar bahwa yang memerkosanya adalah pacarnya, Perlawanannya padam. Ciumankupun langsung dilepaskan.

" mmmtcupss... Sayang ih... Nakal banget sih.. hiiih.. orang lagi enak-enak tidur main masukin aja.. kaget tauu... kiraiin.. huuuuh.." katanya kesal.

" hihihi... abiiiss... udah gak nahan sayang... pengen masukin lagi.. hehehe.."

" nngghh... sshhh... sayaaaaang... udaah ah... nanti kalo kamu keluar lagi loo.." katanya dengan nada yang mulai terangsang.

" gak papa sayang... bentar aja ya??.. ini masih jam 5 loh.. " kataku sambil meringis.

" yaudah.. nngghhh... uuhh.. buruan pompa giih... mmmhhh..." pintanya.

" aaah.. udahan aja aaah... kan kamu gak mau main kan tadi??" aku memancingnya dan pelan-pelan kutarik penisku dari vaginanya..

" eh.. ehh.. kok dicabut sih?? Majuin gak?? Awas aja kalo dilepas.. huh.." gerutunya.

ahahahahahahahahahaha... Jawaban yang tepat... hahahaha...

Wajahku ku usahakan untuk tidak terlihat menahan tawa dan terlihat seperti biasa saja.

" yaaaah... yaudah deh... di pompa nih??" pancingku kembali.

" Hiiih... cepetan ah... bawel..." katanya semakin kesal.

" Sekarang??" pancingku lagi.

" ssshhh... hiiiiiiihhh.. nakal banget siih?? Kalo mau dicabut,, cabut aja... awas aja nanti kalo minta main lagi.. huh.." katanya sambil memalingkan wajahnya kesamping.

" hihihihi... bercanda sayaaaaang... iyaa iyaaa... aku mulai yaa??" tanyaku.

Ia tidak menjawab. Bahkan menengokpun tidak. Karena merasa risih dengan pemandangan tersebut, segera kupompa perlahan dan kujilati payudaranya yang menantang langit itu.

" nnggghh.." Lusi sepertinya menahan suaranya agar tidak mendesah. Ia tetap tidak mau memandangi wajahku.

Karena melihat Lusi yang masih ngambeg, kugigit kecil saja putingnya agar ia merespon.

" Akkkhh..." Erangnya.

" kok malah nggigit sih?? Hiiiih... Sakit sayang... yang mesra doonk... " lanjutnya sambil memasang wajah cemberut.

" Abiiiss... Sayang gak ngrespon siih.. " jelasku sambil terus memompa.

" nnggghhh... aahh.. siapa juga yang nyuruh godain??... uuh.. dari tadi disuruh.. mhhh.. mompa gak mauu... aahhh.." katanya yang mulai terangsang akibat gesekan-gesekan yang menyerang dinding vaginanya.

" hahaha... kan cuma bercanda sayaaaang... tuuh kan... sekarang aja ndesah-ndesah gitu... kalo enak tu dinikmatin ajaaa... hihihi.." sindirku.

" nngghh... aaaaaaaaaa... hiiiih... Nakal banget sih kamu?? Nngggh... yaudah.. ouugh...terussinnnh.. mmhh.. dulu deh.. oouhh.. mmhh... ntar aja... aahhh.. aku marahnya... nngghh... sssshhh... cepetin lagi sayang... mmmhhh.." erangnya.

" hehehe... gitu kan enaaak... iyaa.. " jawabku singkat dan kemudian kupercepat ritme pompaanku hingga dalam satu detik terdapat 3-5 nada yang terdengar merdu akibat perpaduan kedua pinggul kami yang saling berbenturan.

PUK PUK PUK

" Aakkhhh... huuuffhhh... aahhh…ssshhh…mmhhh... tete’ susuku sayang... nnggghhh... AAKKHH...." Erangnya saat menyuruhku mengulum payudaranya dan langsung kukerjakan.

" nngghh.. huuuufffhh... aahhhhh.... hhhh... aaahhhh.... nngghhh... sshhuuufffhh... fuuuhhh... mmmhhh... ahh.. ahhh... ahhhh.. aahhhh... aahhhhhh... sayangh... aahh... akuu mau pipish... nngghh... aahhh.. aaahhhhhh... AAAKKHHHHHH !!!!" Erangnya panjang saat surga sesaatnya datang mengampiri tubuhnya.

Lusi mengalami Oragasme pertamanya hari ini. Kuhentikan pompaanku dan jilatanku kemudian melihat Lusi yang sedang Orgasme lagi.

Lusi terlihat menikmati orgasmenya dengan kepalanya sedikit mendongak keatas dan matanya terpenjam menikmati deburan ombak yang kini menyembur dari dalam vaginanya. Tangannya meremas sprei yang masih ada potongan kelopak bunga mawar merah kemarin dengan eratnya. Tubuhnya sempat mengejang dan himpitan vaginanya meremas dengan sekuat tenaga seluruh batang penisku dan menyiramnya dengan cairan surganya.

" Ahhhhh....hhh... huuuuuffffhhh... oouuugghhh... enak banget sayang rasanya... nngghh.. apa namanya?? Uuhhh..." katanya

" hmm?? Orgasme maskudmu??"

" Iyaaahh... ituh... mmmhhh.. serasa terbang tinggiiiiiii banget... huuufffh..." katanya polos.

" hahahaha... Enak kan?? Ya iyalah enak.. sekarang ganti posisi ya??" pintaku.

" hm mh.. huuuffhh.. mau posisi gimana lagi?? 69 bukan??" tanyanya

" bukaan.. kali ini kita cobain mmmm.. Doggy aja yuk??" ajakku.

" gimana lagi tuh sayanghh?? Nngghh... huuuufffhh.." katanya sambil mengatur nafasnya.

" sekarang kamu bangun dulu deh.. Aku ajarin..."

Lusi kemudian bangun dan kuposisikan tubuhnya menyerupai doggy style. setelah selesai mengatur posisi Lusi, aku berdiri di tempat tidurnya menggunakan kedua lututku dan kemudian kupasang kuda-kuda layaknya seekor anjing yang sudah sangat bernafsu. Kubungkukkan tubuhku dan menindih tubuh Lusi dari atas kemudian kudorong pinggulku dan BLESS... penisku masuk lagi kedalam vagina Lusi.

" Aakkhh..." Pekiknya nikmat ketika penisku mulai memenuhi vaginanya kembali.

Kupercepat pompaanku dengan kecepatan penuh sambil meremas kedua buah payudaranya yang masih kencang dan bergetar kedepan dan kebelakang akibat gerakan pinggulku yang mendorong pantatnya setiap aku memompa. Tak lama berselang, Lusi kemudian mengikuti ritme pompaanku dengan ikut menggerakkan pinggulnya kedepan dan kebelakang seolah ia juga ingin mempercepat pompaanku.

" aahh... aahh... ahh.. ahhh…sayaang... masih sempit banget... uuuh.... enak banget sayang... sambil pijetin ya sayang... nngghh...uuuhhh... ougghh... yesss..." desahku menikmati remasan dinding vagina Lusi sambil terus memompa dengan tempo yang naik turun.

" aahh... aahh.... mmmmh.... hhh... aahhhh... hhh... nngghh... sshh... huuufffhh..." Ia hanya mendesah tak karuan dan terus ikut membantuku dengan menggerakkan pinggulnya dan menerima sodokanku yang sudah pada kecepatan maksimum.

Kuangkat sedikit tubuhnya sehingga kini Ia sama sepertiku. Hanya berdiri dengan lutut kami yang menyangga tuguh kami. Kuciumi lehernya dan terus kuremas lembut parudaranya. Tanganya meraih kepalaku dan kepalanya mendongak keatas menikmati setiap hentakan penisku di vaginanya. Desahannya kini telah menjadi erangan nikmat.

" AAAHHHKK... Akkhh... ahhhkkk.... mmmhhhhh... sssshhhh..ougghh... oougghh..." rancaunya sambil membelai rambut dan pipiku yang terus menjilati leher dan telinga belakangnya.

Himpitan dan remasan vagina lusi yang mmmhh... sempit dan enak sekali membuatku tak kuasa menahan rasa gatal pada ujung penisku.

" Sayang... nggh... huuufh.. aku mau keluarhh.. ooughh... oough.. ough... ough.. dikeluarinhh.. dimanah?? Ouggh.. ough..." rancauku berbisik saat akan mencapai orgasme pertamaku.

" nngghh... aahhh.. aahh.... didalem aja sayangh... nngghh... tapi jangan dalem-dalem yaaah... huuuffhh... aku juggah... mau kelhuarhh... lagiiihh.. nngghh.. aahh.. ahh.. ahhh.. aaahhh.." desahannya semakin cepat.

Beberapa puluh detik kemudian Lusi tiba-tiba berteriak dengan kerasnya disertai jambakan dirambutku dan tangannya cengkraman tangan kirinya di pahaku.

" AAKKKU KELUAAR SAYAANGGHHH.... AAAAAKKKHHHHH....."

Seketika tubuhnya mengejang bagaikan terkena setrum. Vaginanya meremas batangku dengan kuatnya. Akupun juga tak bisa menahan lagi. Remasan vaginanya dan semburan cairan hangatnya membuatku memuntahkan laharku dengan derasnya didalam vagina Lusi. Penisku berkedut-kedut seakan terkena alat pemicu jantung berkali-kali.

" AKU JUG-GGAA... AAKKHHHHH....AKH.. AKHH.. AKHH.." pekikku bersamaan dengan kedutan nikmat dari pangkal penisku.

" Aaahhhh..." Lusi terkulai lemas dan ambruk diatas ranjang.

Spermaku perlahan-lahan mulai keluar dari sela vagina Lusi. Karena takut membasahi ranjang, segera kutadah dan kuusapkan ke seluruh bibir vaginanya dan di payudaranya.

" Akkkh... hhaaaahh... aaahhh.." erangnya ketika tanganku tidak sengaja menyentuh klitorisnya.

" huuuuffhh.... gimana sayang?? Enak??" tanyaku.

Ia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku dan berfokus untuk mengembalikan tenaganya serta mengatur nafasnya yang menggebu-gebu.

Tiba-tiba Lusi terbangun dan langsung melahap kembali penisku yang masih tegang dan menjilati sisa-sia spermaku yang menempel di penisku sampai bersih tak bersisa.

" Aaahhhh..... uuhhhh..." Erangku kegelian.

Setelah selesai menjilati penisku yang kini mulai mengerut dan mengecil, Lusi kembali menjatuhkan tubuhnya dan mengisi kembali tenaganya. Kudekatkan wajahku di wajahnya lagi dan kukecup mulutnya mesra.

###

Selesai bermain, kami sempat bermesraan sebentar sambil menonton televisi yang masih saja menyala sejak kemarin malam. Kulihat jam di pergelangan tanganku.

Jam 05.48. Ah.. masih lama...

Kamipun melanjutkan kegiatan kami dan bermesraan kembali. Lusi tidur di pangkuanku sedangkan aku duduk di tepi ranjangnya yang masih harum aroma bunga mawar.

" Kita kaya udah nikah aja ya sayang.. ada banyak kelopak mawar bertebaran disana-sini." Katanya pelan sambil terenyum melihat kelopak bunga mawar yang kutebar kemarin.

" Eh.. Iya ya.. aku gak sadar... hehehe... berarti udah sah doonk??" godaku.

" hihihi... maunyaaa.. Dasar.. Nakal.. huh.." katanya sambil memalingkan wajahnya.

" jadi ngambengnya yang tadi diterusin??" godaku lagi.

" hiiiih... kamu tu yaa... kok nakal banget sih?? hiiihhh.." katanya sambil menyentil 'adikku' yang sedang tertidur pulas.

" Aawwhhh.. Sakit sayang... kok disentil sih??" kataku kesakitan sambil mengelus-elus 'adikku'

" Biarin.. abis kamu nakal tadi... weekkss.." katanya senang karena sudah merasa membalasku sambil menjulurkan lidahnya.

" hiiiih..." kataku gemas dan kucubit hidungnya mesra.

" hihihihi..." Ia terkekeh dan kemudian bangun sejenak dilanjutkan mengecup bibirku dan kembali lagi ke posisi semula. Ia tersenyum.

[I]Senyummu manis sekali sayang.. Maniiiiiiss sekali..[I]

Akupun membalas senyumnya. Aku begitu menyayanginya walaupun hanya sebulan lebih kami berpacaran. Begitu besarnya cintaku padanya sampai aku sendiripun tak bisa mengungkapkannya dalam cerita ini. Aku hanya bisa memberitahu bahwa aku pasti akan mencintainya di setiap detik hidupku dan di setiap hembusan nafasku.That’s It

" Sayaaaaaang.. yuk mandi yuk??" ajaknya

" Aku mandi dirumah aja deh sayaang.. Maaf yaa.." jawabku pelan.

" Yaaaaah...." Katanya lesu.

" Gini aja deh... Aku mau nemenin kamu mandi.. tapi gak ikut mandi.. aku nanti mandi dirumah aja... gimanaa??" kataku mencoba membutanya senang.

" Gak mau... aku mandi dirumahmu ajah...hiihii... boleh kan??" katanya sambil meringis

" ckckck... sayaang,, sayaang.. hmmh... bikin gemes aja kamu ni.." kataku sambil mencubit hidungnya kembali.

" yaudah cepet pake baju sana.." Lanjutku dan menyuruhnya bangun dari pangkuanku

" Iyaa.. tapi gak usah pake bra ya?? Aku maleeeeesss..." katanya manja.

" yaudah.. tapi pake jaket ya... disiapin juga tas ama sepatunya... seragamnya juga.."

" iyaaa.. hihihihi.. ciuum duluuu..." katanya sambil memancungkan mulutnya kepadaku.

" hhmmh.. manjaa... mmmwwwchhh.. dah.. buruan bangun.." kataku setelah menundukkan kepalaku dan menciumnya.

" Kok gak mesra siiih?? Gak mauu ah... yang mesra dulu donk sayaaang..." pintanya manja.

" hmmmmh... iyaaa iyaaa... " gumamku yang kemudian munundukkan kepalaku lagi. Kali ini kucium bibirnya dengan Miliaran perasaan cinta yang kutransfer melalui mulutku dengan mesra dan lembut. Ia sangat menikmati French kiss yang kuberikan terlihat dari matanya yang juga ikut tertutup dan sangat menikmati setiap detik yang berlalu saat kukecup bibirnya. Segera kusudahi kecupanku sebelum Ia meminta yang aneh-aneh lagi.

" hmmmh... Ahhh.. sayaaang,,, Mesra banget kecupanmu barusan.. aku kaya ngerasa uuuuhhh... gimanaaaaa gitu... seneeeeeeeng banget rasanya.. perasaan tu kaya nyamaaaan banget.. tuluuuuuussss banget" katanya panjang setelah membuka matanya dan tersenyum puas seakan menang lotre.

" Hehe.. Iyaaa.. udah ah.. sekarang buruan banguuun bebeeb.. trus ambil kaos apa apalaah yang mau kamu pake.. cepetan.. udah jam 6 lo.." kataku sambil mengingatkannya.

" Iyaa sayaaang..." jawabnya singkat sambil tersenyum manis kearahku.

Lusi kemudian beranjak mengambil kaos yang agak longgar untuk menyamarkan payudaranya yang tidak memakai bra dan sungguh sangat menggoda kontie para adam hehehehe... Sambil menunggu Lusi, Akupun juga ikut mengenakan pakaianku yang masih tergeletak dilantai karena pertarungan kemarin.

Setelah kami berbenah dan merapikan pakaian kami, Aku dan Lusi bergegas kembali kerumahku untuk bersiap mandi dengan berjalan kaki. Ia mengenakan jaket berwarna ungu dan celana pendek selutut dan membawa seragam serta tas,, sepatu,, dan yang paling penting adalah alat-alat kosmetiknya.

Cuaca hari ini sangat sejuk. Awan menutupi matahari pagi yang bersinar dengan hangat. Embun pagi yang mulai menempel di kulit kami dan angin yang berhembus meniup setiap helai rambut-rambut halus di tangan dan kaki kami. Kicauan burung yang sedang bermain di langit-langit seolah mengiringi langkah kami menuju rumahku. Dalam perjalanan, kami bergandengan tangan dengan sangat mesra dan kadang saling memandang sejenak untuk sekedar tersenyum. Setelah sampai dirumahku, Orang tuaku ternyata sudah bangun. Dari suaranya, Ayahku sedang mandi di kamarnya, sedangkan mamaku sedang memasak didapur.

" Maaah... Kakak pulang.." sapaku dari pintu rumah dan berjalan menemui mamaku yang sibuk didapur.

" Iyaa.. Kamu semalem tidur dirumah Pak Arta ya??" tanya mama tanpa menoleh kearahku yang berdiri menyandar di pintu tepat 2 meter dibelakangnya.

" Iya mah.. kok tau??" tanyaku.

" Ya tau lah.. mobilmu kan didepan rumah Pak Arta.." jawab mamaku

" oiyaa.. hehehe.. Eh mah,, Lusi mau numpang mandi disini. Kamar mandi dirumahnya kotor" kataku berbohong sambil merangkul Lusi.

" Iya kaak.. gak papa.." kata mamaku sambil menengok kemudian melanjutkan memasak.

" Dek Lusi,, bapaknya kapan pulang??"

" Besok siang tante.." Jawab Lusi singkat.

" yaudah mah,, kakak mau siap-siap dulu.. masak yang enak ya mah.."

" Kamu tuh.. bantuin mama kek.. malah nyuruh-nyuruh mama.. Dasar.." Gerutu mamaku.

" hehehe.." aku hanya terkekeh mendengar sindiran mamaku.

Akupun langsung masuk kamar dan menyiapkan seragamku dan Lusipun beranjak ke kamar mandi. Aku sempat ditariknya masuk ke kamar mandi yang tepat di sebelah kamarku namun aku segera keluar lagi. Takut kalau ayahku selesai dan keluar untuk sarapan. Lusipun akhirnya mandi sendirian. Tiba-tiba adekku nongol di pintu kamarku dan membuatku kaget.

" Eh Kak.. loe kemaren tuh kemana sih?? Kok gak balik??" tanya adekku dari arah kamarnya yang tepat disebelah kamarku.

" Eh.. ANJRIT... Bikin kaget aja loe.. Sialan… huuffhh… ketiduran di rumah Om arta Dek.."

" hahahaha.... Oiya Kak.. besok ajarin gue matematika ya.. gue ada ujian nih.." pinta Adekku dengan memasang wajah memelas.

Aku memang suka dengan matematika. Sejak kelas 2 SMP aku sudah suka dengan matematika. Tak heran kalau nilai matematikaku tidak pernah kurang dari 90. Adekku lebih mahir dalam mata pelajaran seperti Kimia dan Fisika tapi tidak bisa sama sekali kalau masalah matematika sehingga Ia sering meminta bantuanku jika akan ada ujian.

" Iyaa... KEBIASAAN... Buruan berangkat sonoh.. ganggu aja lo.."

" Hahaha.. OKE !!" katanya sambil tertawa kecil

" gue berangkat dolo ya kak.. MAA... ADEK BERANGKAT DULU..." katak adekku kemudian dilanjutkan teriakannya pada mamaku

" Eh.. loe gila ya?? Teriak-teriak.. udah suara cempreng.. teriak lagi.." kataku kesal.

" IYA DEEK... ENGGAK SARAPAN DULU SAYANG??" teriak mamaku dari dapur.

" ENGGAK MAA... DI KANTIN AJA... hahaha... loe tuh yang gila kak.. tidur dirumah orang.. hahahaha.." katanya sambil tertawa kemudian pergi dan berangkat.

" SIALAN LO..." Gerutuku.

Minggu depan kami sudah Ujian semester atau Ujian kenaikan kelas. Hari ini aku berangkat dengan hati riang bersama kekasihku Lusi ditemani VW-ku yang setia mengantar kami kemanapun kami pergi dan pulang sekolah yang juga dengan perasaan yang berbunga-bunga. Selama kami disekolah, kami sering berpacaran pada waktu istirahat. Begitu pula hari hari berikutnya sampai Ujian Selesai.


###

1 Tahun kemudian

" Makasih Buk. Permisi.." kataku seraya keluar dari kantor Bimbingan Konseling.

" Waaah... Selamat ya sayaang.." Kata Febby yang tadi ikut bersamaku menanyakan hasil seleksi PMDK.

" Iya Feebb.. Makasih yaa.." Jawabku lemas.

" Kok Febb?? Trus kenapa jawabnya lemes gitu??" katanya penuh tanya.

" Kan itu namamu. Lagian gak enak Feb.. ada guru tuh.." jelasku sambil menunjuk guru BK yang mengantar kami keluar

" oke kalo maslah itu.. yang satunya tadi kenapa Sat??"

" Ah.. enggak.. aku lagi gak enak badan Febb.. " jawabku ngeles.

" Ah gak mungkin.. kamu kan pengen banget masuk kesana?? Harusnya kan seneeng Saaat??"

" Iyaa.. aku seneng kok.. udah ah.. yuk ke kantin yuk.. Laper nih.." kataku sambil mengelus perutku.

Febby pun akhirnya mengiyakan ajakanku dan kami berjalan melalui kelas-kelas 2 dan kelas 3 untuk sampai ke kantin. Dalam ujian Nasional aku dinyatakan Lulus dengan predikat yang cukup memuaskan. Dari 6 Mata pelajaran yang diujikan, Aku mendapat NEM yang lumayan membanggakan yaitu 56.40.

NEM-ku adalah NEM tertinggi untuk Program IPS se-kabupaten. Orang tuaku sangat bangga padaku karena bisa menjadi peraih tertinggi PERTAMA untuk IPS se-kabupaten. Aku mengikuti PMDK di Universitas Negeri yang sedari dulu kuimpi-impikan. YUP... It's Universitas Negeri yang ada di Denpasar. Universitas disana menjadi salah satu universitas yang kupilih untuk menjadi tempatku bersaing di dunia pendidikan selanjutnya. Selain di Universitas Di denpasar, aku juga mengambil jurusan hubungan internasional di UB Malang. Namun setelah mengikuti beberapa tes, yang berhasil kumasuki hanya di Denpasar saja (Spesifiknya di cerita selanjutnya).

Dengan diterimanya Aku di Denpasar membuatku berfikir dua kali. Aku jadi merasa bersalah dan merasa kasihan dengan Lusi. Pengumuman itu tersebar dengan sangat cepat melalui mulut ke mulut.

KRIIING...KRIIIING..

Suara HP-ku membuyarkan lamunanku.

♥ Lusi Sayang ♥ Memanggil…

TIK

Kutekan tombol hijau dan kudekatkan HP ke telingaku.

" Halo sayang??" Sapaku

" Kita harus bicara pulang sekolah nanti.." Katanya dari jauh.

" Eh.. kam..."

TUUT... TUUT... TUUUTT...

mu...

" preeeet..." kataku kesal karena keburu ditutup.

Kabar itupun juga sampai ditelinga teman-temanku. Mereka memberiku ucapan selamat. Ada sebagian yang meminta untuk ditraktir atas masuknya aku di Denpasar. Kuturuti saja apa kemauan mereka. Febby yang sempat ikut mendaftar tetapi tidak lolos hanya bisa tersenyum pahit karena belum dapat satu kampus denganku. Namun ia tetap berusaha masuk ke kampus yang sama denganku.

" Sayang... Tungguin aku disana yaaa..." kata Febby sambil memegang bahu kiriku.

" Ah.. iya... Kamu jadi ikut SNMPTN??" tanyaku

" Ya jadi dooonkk... kan aku pengen sekampus sama kamuu..." jawabnya manja.

" haha.." aku tertawa dengan raut wajah datar.

###

Jam pulang sekolah sudah terdengar. Kuperhatikan satu-persatu setiap orang yang keluar dari kelas Lusi. Aku kini duduk di sebuah bangku didepan perpustakaan karena kelas Lusi berada di samping perpustakaan. Lusi tak kunjung terlihat dari tempatku duduk. Mungkin karena tempatku duduk berlawanan dengan jalan pulang sehingga yang terlihat hanya punggung-punggung teman-temannya. Sepertinya ia sudah pulang sebelum aku datang ke perpustakaan.

" Kok gak ada??"

" Jangan-jangan dia tau lagi soal……..?? SHITT..!!!" gumamku

Segera aku menuju VW-ku yang terparkir di dekat pos satpam. Kutancap gas dan bergegas menemui Lusi dirumahnya.

Apa aku harus mundur?? Ataukah aku harus terus maju?? Ahhhh...Aku harus gimana niiih... Sial

###

Dalam perjalanan Pulang.

Lhoh... Lhoh..

Kulihat Lusi sedang berjalan santai sekali di trotoar.

" Sayaang??" gumamku.

Kupinggirkan VW-ku di tepi jalan tepat 3 meter didepannya. aku segera turun dan menemui Lusi yang sadar bahwa mobilku berhenti didepannya.

" Sayaang?? Kok jalan kaki?? Yuk masuk yuk.."

Lusi tidak merespon kata-kataku. Ia hanya terdiam melihat wajahku. Sepertinya Ia sedang memikirkan sesuatu. Jalanan hari ini sangat ramai. Kebisingan yang terdengar cukup keras membuat kami harus berteriak jika mau mengatakan sesuatu.

Kudekati Lusi untuk mengajaknya masuk kedalam mobil karena arus jalan yang mulai macet karena aku parkir mobil di pinggir jalan raya. Lusi pun akhirnya memutuskan untuk ikut denganku dan masuk kedalam mobil. Segera kujalankan mobilku namun dengan kecepatan dibawah 30 Km/jam. Kupandangi wajahnya yang daritadi hanya diam saja dan tidak mengatakan sepatah katapun dari mulutnya.

" Sayaaaang... kamu kenapa sih?? Kok diem aja dari tadi??"

Ia masih saja tidak menghiraukan ocehanku dan tetap saja diam tanpa kata.

" Sayaaaaang... Jangan buat aku khawatir doonk... ada apa sih?? Cerita ajaa.. ada apa??" tanyaku lagi

Kali ini Lusi merespon. Ia masih tidak menjawab, namun kini Ia mulai menoleh kearahku. Sambil terus melihat kedepan atau ke arah jalan dan beralih memandangi wajahnya, aku bertanya lagi.

" Ada apa sih sayaaaaang??

" SELAMAT ATAS DITERIMANYA DI DENPASAR.." Katanya pelan.

[i]DEG DEG !!![i]

" M-Mmakasih.. Kk-kok kamu tau Sayang??" kataku terbata-bata

Lusi masih saja terdiam dan tidak merespon. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan dan mengacuhkanku.

" M-Mmaaff ya sayaaang.. " kataku pelan yang masih terbata

Lusi masih terdiam. Saat kulihat wajahnya kembali, Air matanya jatuh perlahan melalui pipinya yang lembut.

" Jadi kamu lebih milih pergi daripada nemenin aku disini??" katanya sambil terisak lirih.

Seketika langsung kuhentikan mobilku di tepi jalan lagi.

" Maaaaf" kataku pelan sambil melepas seat beltku kemudian langsung menghadap ke samping dan menatap wajah Lusi.

" Maaaaaaaaaf... bukannya aku mau ninggalin kamu.." kataku sambil meraih tangan kanannya.

" Sayang tau sendiri kan?? Aku dari dulu pengen masuk kesan.. Ini satu-satunya kesempatanku..." kataku sambil memegangi tangannya.

" Mana Janjimu?? Manaa??? Katamu, kamu gak akan pernah ninggalin aku??That was a bulshit.." katanya yang kini mulai menangis dan memandangi wajahku.

“ Sayaaang... dengerin aku dulu.."

“ Aku cuma pengen nge-bahagiain orang tuaku.. aku pengen buat mereka bangga.. begitu pula kamu.. aku yakin.. kamu gak akan mau kalo aku gak nglanjutin sekolah lagi.. satu-satunya kesempatanku yang udah didepan mata ya cuma disana sayang… Maaf,,, aku emang salah gak ngasih tau kamu… tapi,,, biarin aku memilih.. akupun juga bingung mesti gimana.. keputusan bukan ada ditanganku. Tapi…….” Kataku kuhentikan sejenak

“ TAPI APA??” katanya dengan nada tinggi dan masih saja menangis.

“ Tapi ada ditanganmu sayang…” kataku pelan sambil menutup mataku. Air mataku jatuh.
Untuk menenangkannya, kupeluk tubuhnya dan kugosok punggung belakangnya perlahan. Ia membalas pelukanku dengan erat dan susah untuk dilepaskan.

“ Tapi kenapa… Aku??” katanya tak percaya

“ Karena….tanpa restumu, aku gak akan…. Gak akan pernah mau pergi dari sini….”

Kami berdua menangis sambil berpelukan. Lama kami menghabiskan waktu dengan berpelukan dan menangis. Lusi mulai tenang dan akupun begitu. Ia melepaskan pelukannya dan memegangi kedua tanganku.

" Kamu jangan pernah tinggalin aku ya sayang.." katanya pelan.

" Iyaa sayang.. Kamu masih ingat janji kita sewaktu habis ulang tahunmu gak??" tanyaku

" Mmmm… Masih.."

" SAYAAANG,,, AKU BERJANJI,, AKU AKAN BUKTIKAN BAHWA AKU AKAN TETAP SETIA DENGANMU, TAK AKAN PERNAH BERPALING DARIMU, DAN AKAN TETAP SELALU MENYAYANGIMU,, MENCINTAIMU,, SUTUHNYA ,, SELAMANYA,, SAMPAI AKHIR HAYATKU.. AKU AKAN BUKTIKAN ITU.." Kata kami berdua bersamaan. Lusi menitikan air matanya kembali. Ia memelukku kembali.

" I Love You sayaang.." katanya sambil terisak lirih

" I Love you too Lusi..." jawabku sambil menahan air mataku yang sepertinya juga akan jatuh.

###

Sejak hari itu sampai aku hendak berangkat, Ia selalu mencariku untuk menghabiskan waktu yang tersisa bersamaku. Selama lebih dari sebula, Ia terus mengikutiku kemanapun aku pergi. Sampai pada hari terakhir sebelum aku berangkat, Ia menghilang entah kemana perginya. Aku hendak berpamitan dengannya sebelum aku berangkat. Kucari dirumahnya namun tidak ada. Kutelfon tidak diangkat, dan SMS pun juga tidak ada balasan sama sekali.

Kuambil HP-ku dan kukirim SMS ke Lusi sebelum aku berangkat ke Terminal.

Sayang… Aku mau berangkat. Kalo kamu mau cari aku, aku tunggu di terminal. Tepat di pintu keluar Bis.
SEND

Message delivered to ♥ Lusi Sayang ♥


Dengan perasaan bersalah, aku berangkat menuju bandara di surabaya tapi sebelumnya aku menuju terminal untuk mencari Bis jurusan surabaya. Aku menunggu di tepat di Luar terminal. Sudah banyak Bis jurusan surabaya yang berangkat namun aku masih menunggu kehadirannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 Siang. Tandanya aku harus berangkat karena takut ketinggalan pesawat. Hatiku pedih. Sebenarnya aku tak tega jika tidak berpamitan dengannya. Aku merasa sangat bersalah. Mengingat hal itu, Air mataku jatuh. Aku memejamkan mataku.

“HIKS…HIKS…”

Kenapa sih suara tangisan Lusi ini?? Nggak… GUE NGGAK MAU KAYA GINI TERUS... GUE HARUS SEMANGAT…

Kubuka pelan mataku. Di depanku Lusi terdiam sambil menangis kemudian memelukku dengan eratnya. Ia makin menangis setelah memelukku.

" Sayang… HIKS… Jangan... Hiks… Hiks... Jangan tinggalin aku... Hiks hiks.. Aku... Aku g-gak bisa kalo gak.. Hiks hiks.. sama kamuuu..." katanya sambil menangis tersedu

Aku terdiam mendengarnya. Hatiku pediih. Air mataku jatuh dengan sendirinya dan dengan derasnya. Kubalas pelukan Lusi. Kami berpelukan dengan sangat Erat.

" Gak akan sayang.. Aku gak akan Ninggalin kamu.. aku bakal tetep sayang sama kamu. Gak akan pernah berubah sedikitpun. Kita masih bisa kontak.. bisa telfon.. bisa sms.. bisa ketemu juga kalo libur. Aku janji... Kalo Libur,, aku bakal pulang jenguk kamu.. okey??" kataku sambil terus menitikan air mataku.

" Janjiii???" katanya lirih

" Janji.."

Kutarik tubuhku dan kupegang kedua pipinya. Kuseka air matanya yang berjatuhan sambil tersenyum kearahnya.

" Kamu jangan nakal ya disini.. Jaga diri baik-baik.. belajar yang rajin biar cepet lulus.. Inget janji kita... Aku yakin kita bisa jalani ini.." kataku pelan.

Ia memelukku kembali mengingatkanku kejadian pada saat First kissku seperti terulang kembali. Pelukannya sangat erat dan membuat kami menikmati setiap detiknya. Setelah cukup lama, Lusi pun mulai melonggarkan pelukannya kemudian mengangkat wajahnya dan menatapku seperti kejadian di Kantor polisi.

“ Jangan tinggalin Aku ya sayang...” katanya sambil menangis.

Kk-Kata ini?? Sama… Kata-katanyapun sama. Yang berbeda Cuma panggilannya kepadaku..

“ Jangan pernah….” Lanjutnya kemudian.

“ Jangan tinggalin Aku ya Mas...” katanya sambil menangis.
Aku masih ingat kalimat itu terlontar dari mulutnya pada saat di kantor polisi itu…


Air mataku kembali menetes. Aku sangat terharu sekaligus sedih yang teramat sangat. Rasa bersalahpun juga semakin menjadi.

“ Pasti... Aku akan jagain kamu selama Aku masih hidup sayang.” Kataku sambil menangis mengingat kejadian masa lalu.

Entah Lusi ingat atau tidak kejadian di kantor polisi waktu itu. Kejadiannya sama persis dengan sekarang. Hanya saja, sekarang aku merasa sangat bersalah. Mendadak Lusi menciumku dengan sedikit mengangkat tubuhnya seperti saat First Kissku bersamanya sehingga ia berdiri hanya dengan jari kakinya. Saat bibirnya bertemu dengan bibirku, aku merasakan sesuatu.

I-Iniiii...... ini dia... This is My First Kiss...Tapi… Tapi kenapa?? Kenapa perasaannya seperti ini??…

Aku semakin tak tahan dengan rasa bersalahku meninggalkannya. Kali ini kubalas kecupannya dengan hati yang penuh akan rasa bersalahku padanya. Kami berdua menangis saat berciuman. Tak ada seorangpun yang berani mengganggu kami. Saat ciuman kami usai, Lusi memejamkan matanya dan membukanya perlahan.

" Hati hati ya sayang... Kamu boleh pergi sekarang.." katanya pelan sambil menyeka air matanya sendiri.

Lusi kemudian berlari mendekati ayahnya yang ternyata mengantarnya dan menunggu di seberang jalan dari tadi dan pergi meninggalkanku dengan perasaan bersalah padanya. Aku masih menangis melihat Lusi pergi hingga aku dipanggil oleh kenek Bus yang menyuruhku naik ke Busnya dan memintaku untuk segera naik karena Bus akan segera berangkat. Sambil berjalan aku berkata dalam hati.

Aku akan selalu ingat ini sayang.. Pasti..

Gak akan pernah kulupakan saat-saat pertama kita bertemu,,

Saat-saat kau menciumku..

Dan saat- saat yang telah kita lalui bersama.

Aku akan tetap sayang sama kamu.. tetap cinta sama kamu..

Gak akan pernah ada yang lain..

Walaupun Kita jauh,, Cintaku tetap Abdi untukmu...

Selamanya...

SELAMANYA...


Akupun masuk dan berangkat menuju surabaya dan naik pesawat tujuan Denpasar dan melanjutkan kuliah disana. Selama aku kuliah banyak yang tertarik denganku bahkan menembakku tanpa rasa malu. Tapi kutolak karena saat ini hatiku masih miliknya...

Yaa... AKU MASIH MILIK LUSI...

TAMAT




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar