Minggu, 06 Desember 2015

Carpe Diem

Cast #1


sore hari.
...matahari masih malu malu tertutup awan yg memang seharian tak beri kesempatan untuk bersinar. Yah...ini adalah hari pertamaku di kota ini, setelah dua hari lalu dikontak seorang klien untuk redesign sebuah rumah lama.

Bangunan ini sebenarnya masih tampak gagah, secara struktur masih bagus. Si empunya, seorang tua, melihat peluang bisnis baru dengan merubahnya menjadi wisma atau guest house.

Setelah melewati beberapa perbincangan via telepon dan tukar menukar informasi lewat email, akhirnya sampailah aku di sini.

Aku freelance, bukan sarjana, tapi aku sering dibanggakan sebagai arsitek yg jeli. Memang banyak karya interior maupun eksterior bangunan yg kudesain dan hampir semua diapresiasi bagus oleh klien. Kenapa freelance? Well...selembar kertas tanda kelulusan memang tak kupunyai akibat berbagai persoalanku di kampus dahulu. dan selembar kertas itulah yg merubah arah hidupku.

'kriiing...kriiiiiinggg.....'" di layar hp tertulis nama klienku
"sore pak..." kataku
"sore mas, gimana kamarnya? cukup?"
"cukup pak, biasa di jalan ini...."
" ya mas, kalau butuh apa apa bilang saja sama Pak Sarmin di pos depan..........."

Yap...rumah tua itu memang terbagi jadi beberapa bangunan; gerbang depan dan pos satpam kecil tempat Pak Sarmin si tukang kebun mangkal; bangunan induk 3 kamar, salah satunya sdh dibersihkan utk kupakai selama bekerja disini; di belakang ada sederet kamar yang cukup terawat meski kesan kuno masih kental. Kamar-kamar tersebut sementara disewakan pertahun, sampai nanti guest house resmi dibuka utk umum. Terlihat masih ada satu keluarga yang menempati kamar no 3.

Seperti biasa, sebelum tim kerja lapangan bergerak, aku selalu mempersiapkan rancangan secara matang. tapi karena posisi pekerjaan di luar kota, terpaksa aku berangkat dulu untuk mengatur segala hal.

"cklek...." telpun sang klien tertutup. aku memilih untuk istirahat barang sebentar, kamar yang nyaman, dilengkapi degan ac, tv serta dvdplayer. sementara di bangunan induk itu pula, kebutuhan hidup sehari2 sdh disiapkan.

Hari menganjak petang, ketika kulihat Pak Sarmin mulai keliling menghidupkan lampu2 luar. tampak pula, seorang lelaki penghuni kamar kos menyapa beliau.
Aku beranjak ke kamar mandi, sekedar membasuh muka. Tak lama pintu teras belakang diketuk...
"mas...mas andi....kopinya mas....." terdengar suara berat Pak Sarmin.
"iya pak makasih...taruh teras saja..." sahutku.

Aku mengambil tas di kamar, lalu mempersiapkan colokan listrik, laptop, printer dan segala peralatan kerjaku di meja makan. sudah kuputuskan, meja ukuran 1 x 2 meter ini kupakai sebagai meja kerja sementara.

Semenit kemudian, aku sudah duduk di teras belakang, sambil menghirup rokok kretekku, tentunya ditemani kopi bikinan Pak Sarmin dan sepiring kecil gorengan.

....srek....tampak pintu kamar kos yang ada di seberang teras belakang terbuka... Seorang laki2 muda dengan pakaian seragam satpam keluar diikuti seorang wanita muda. Tidak begitu kelihatan karena memang semakin gelap. Lantas, lelaki itu tampak berpamitan dan si wanita menutup pintunya.

"malem mas...." ujarnya begitu melihatku.
"malem pak...mau beragkat dinas nih?" tanyaku berbasa basi.
"iya mas, anda yg mau renov ini ya?
"iya........." saya bercerita sedikit soal rencana2 si klien ttg rumah ini... Dijawab dgn anggukan2 yg menyatakan kalau dia sdh dibertahu sebelumnya mengenai rencana si empunya rumah.
Tak lama kemudian, dia pamit juga sambil menyarankan utk mampir ke tempatnya, sang istri sdh dititipi pesan untuk menyiapkan makan malam

Melihatku agak bingung, dia lantas menambahkan, kalau dia juga diminta tolong untuk bantu2 menuhi kebutuhan sehari2 termasuk makanan, cuci pakaian dll.

Jam 7 malam, kuketuk pintu kamar berwarna putih itu. Tak lama terdengar di baliknya suara orang berjalan.
"ya pak...sebentar...." suara merdu seorang wanita....hmmm...
"cantik..."desisku spontan ketika pintu terbuka dan tampak wajah wanita itu...
"maaf mas....?" dia menyahut
"eh....maaf bu....saya andi...."untung saja tak terdengar....

Malam itu, si istri yg menyalamiku, ternyata bernama nina, memang nampak cantik. dengan memakai kerudung putih dan gaun terusan polos warna biru tua. Wanita yang setinggi hidungku itu berkata,
"ndak usah manggil bu....panggil saja mbak nina...mari mas...makan dulu..sudah disiapkan...tadi rencana saya antar ke rumah depan...ternyata mas nya keduluan kesini..."
mbak nina ternyata supel sekali, langsung hilang canggungku.

Sejenak kemudian, aku duduk di depan meja makan. Mbak nina menyiapkan piring dan mengambilkan aku makanan.
Aku dorong kursi sebelahku untuknya, mbak nina memang cantik sekali.

"ayo mbak...sekalian..." ajakku
"nina sudah makan kok...mas andi saja.."
"yaaa...temenilaaah.." aku mulai berani.
Sambil tersenyum mbak nina duduk di sebelahku.."tapi nina ndak makan lo..."katanya.

Secepat mungkin kuhabiskan makanan di piring itu, sambil mendegarkan mbak nina cerita tentang pak dahlan si pemilik rumah. Kulihat bibir mbak nina yg seksi, tipis tapi manis sekali.
Sejenak dia terdiam, ups.....aku ketahuan memandang bibir mbak nina lama. Langsung kualihkan pandanganku. Mbak nina tersenyum lagi, terlihat kalau dia mahfum.
Sekali lagi aku terpana memandang mbak nina....sayang sekali....kali ini agak fatal.. Karena bukan lagi bibirnya yg kupandang....tapi dadanya yg terlihat membusung meski memakai gaun besar.....bergerak gerak seksi di mataku...
Mbak nina terdiam....aduh...ketauan lagi nih...batinku...
Aku menundukkan wajah, pura pura mencari kretek di kantong celana.
Tapi...entah mengapa...mbak nina terus saja tak beranjak pergi...malah menyodorkan tangannya yang membuatku kaget...

"mas...sudah selesai makannya? mau nambah?"
"eh...uh...sudah mbak...cukup...enak banget sayurnya.."
Diambilnya pirigku seraya dia berdiri di sebelahku...
Sejenak mbak nina berdiri di sebelahku, mengambil piring di hadapanku... Saat itulah tanganku bergerak mengambil kretek dari kantonganku...persis mengenai lengan mbak nina yg tertutup gaun.

Hmm..sepertinyaa.ini bukan lengan.....empuk...kenyal...
Mbak nina juga kaget... Segera menarik tangannya menutupi dada, melepas piring kembali ke meja hingga bergelimpangan... Refleks kutangkap piring itu supaya tdk jatuh ke lantai.

"eh...maaf mas..." mbak nina menyahut kaget begitu smelihat tangan kiriku menggenggam kretek....sadar dia salah paham
" oh mbak...aku yang maaf...ndak sengaja...."
Mbak nina tersenyum lagi...lebih manis...
Diambilnya lagi pirig dari tanganku...dibawanya ke dapur, seraya bilang..."maaf mas...mas andi ke rumah depan dulu saja....istirahat...nanti saya antarkan minuman...."

Duh...diusir nih...batinku....
segera aku beranjak...lantas segera menyeberang kembali ke rumah utama.

08.30 pm

Aku duduk di sofa ruang tengah..tv kusetel pelan, sambil tangan memegang pensil utk mulai sketsa2...

...sreek....
Terdegar pintu teras belakan terbuka... Mbak nina masuk membawa nampan berisi 2 gelas teh...
Aku deg deg an... Marahkah mbak nina gara gara insiden tadi?
Kutunggu mbak nina bersuara....
"minumnya maass...udah mulai gambar yaa..." kata mbak nina sambil menempatkan gelas tadi di meja.
"eh..mbak nina...iya mbak..."agak terbata bata aku menjawab...deg dg an...apalagi mbak nina sudah berganti pakaian..memakai daster...meski kerudung putih tetap dipakai..
Daster itu daster biasa...tak ada yg spesial... Bukan daster seksi macam lingerie yang dipakai untuk menggoda lelaki...meski begitu..namanya saja daster...lutut mbak nina tetep terlihat...dan dengan belahan atas yg cukup lebar...sebagian masih tertutup kerudung putih... Tapi ketika mbak nina menunduk, untuk pelan2 meletakkan gelas di meja di depanku...
Terlihatlah mereka...dua gundukan putih....tidak semua...cuma terlihat menggunung dengan belahan yang dalam...
Aku lagi lagi terpana...dan kali ini..aku benar benar melongo....
Sedetik kemudian, mbak nina nampaknya sadar... Langsung menarik tangannya menutupi dengan ujung kerudungnya...sambil bergumam...."maaaasss....awaaass...nakal yaaa..."
Aku lagi lagi cuma bisa menunduk...malu setengah mati...
Tapi entah kenapa...mungkin karena merasa nyaman...mbak nina sama sekali tidak marah..malah dia duduk di sofa sebelah...

Aku kembali mencoret2 di kertas sketsaku..sambil mbak nina cerita soal suaminya yang kerja shift sampai pagi...namun kesimpulanku, mbak nina sama sekali tak ada niat menggodaku..mungkin memang butuh sekedar teman ngobrol.

"mas...capek ya....apa saya tinggal dulu supaya bisa istirahat..."kata mbak nina setelah melihat aku menguap.
"ndak papa mbak...enak kok ditemenin...capek sih...tp ndak papa..."
Kali ini mbak nina mulai bersandar santai di sofa.. Saat itulah makin nampak dada mbak nina makin membusung. Ditambah dengan pahanya yang pelan2 mulai terlihat karena dasternya tertekuk...

Pelan pelan....terasa ada yang membengkak dibalik celana pendekku...dan sekali lagi....tak mampu kutahan lagi...aku melongo melihat mbak nina... Tangan kanan memegang pensil...tangan kiri yg tadinya memegang buku sketsa di pangkuan....secara tak sadar buku sketsaku terjatuh...mbak nina juga melongo....
Bagaimana tidak...! Gara gara buku sketsa jatuh tanpa sadar...tangan kiriku jadi seakan akan memegang selangkangan, dengan mata memandang dada mbak nina...

Aku segera tersadar...tapi terlanjur.... Mbak nina sudah melihat tanganku diatas selangkangan yg mulai terasa semakin sesak.. Lagi2 aku salah tingkah...bingung mencari alasan....
tak ambil pusing...aku akhirnya tengkurap tiduran di sofa...
Aku sudah siap kalau mbak nina pamit...aku sudah kurang ajar kali ini....
Tapi...mbak nina malah tersenyum....
"mas...capek yaa...."
Aku cuma bisa tersenyum membalas.

"mau dipijat..?"
"tadi nyopir sendiri kan?" kata mbak nina sambil berdiri berjalan kearahku
"hmm..." aku tak mampu berkata..
Mbak nina mulai duduk di bawah sofa, menghadapku, sambil memegang punggungku....
"ehmmm....."aku cuma menggeliat keenakan.....
Mbak nina mulai memijat punggungku, dengan posisi agak berdiri...
"mas....mas andi udah nikah belum?"
"belum mbak..."jawabku..
"hihi.....ndak usah grogi mas..." ujar mbak nina...
"aku diminta pak dahlan ngurusi mas andi di sini...ndak usah grogi mas....santai saja..."

Mbak nina mulai memijat punggung dengan tangan masuk ke dalam kaos...mengurut pelan tp cukup kuat, memang berniat mijit bener nih mbak nina....
Tapi apa daya...di bawah celana semakin sesak...jadi agak sakit dengan posisi ini....
Sepuluh menit, aku semakin tak nyaman....
"gimana mas...ndak enak?" mbak nina bertanya agak risau...
Aku memberanikan diri, berbalik meghadap atas, agak lega di bawah....
" eh....mas andiii...." nampaknya memang mbak nina baru sadar kalau si junior sudah tegang dari tadi...hihi..
"duh...gimana ini.....mas....mas andi...maaf lo....
ini gara2 aku yaa....aduh...gimana mas...."
Mbak nina tampak bingung...bener juga kesimpulanku...mbak nina ini orangnya supel, luwes tapi sebenernya lugu...
"ndak papa mbak...ngggg..nggg....nan...nanti tak selesaikan sendiri...hehe..." aku agak bingung jawabnya...
"duh...gimana dong mas....duh...mas andi sih...dari tadi nakal....liatin punya nina terus terusan...gimana dooongg....aduhh..." mbak nina masih keliatan bingung...
Tak sengaja..tangan mbak nina terjatuh persis di selangkanganku....
Aku berteriak kecil.....aduh....
Mbak nina tambah kaget.."aduh...kenapa maaass...sakit....?...."

Secara reflek...tangan mbak nina malah mengelus juniorku, meski sekejap kemudian dia tersadar dan secepatnya menarik tangannya kembali.

"aduh mbak...dah terlanjur nih...."
secepat itu pula...aku menarik celanaku kebawah...aku sudah hilang akal...nafsu sudah naik....
.....brengggg......menjulang juniorku terlepas dari celana....

"ahhhhhh...." aku menghela napas lega merasakan juniorku terbebas.
Kulihat mbak nina malah gantian melongo melihat kenekatanku...
Terlihat butiran keringat di keningnya....
Mata lentik mbak nina masih melihat ke juniorku yang tegak menjulang...meski ukuran standar...tapi bisa kutebak, kalau mbak nina pasti belum pernah melihat punya selain suaminya sendiri...

"mas....gimana ini...." mbak nina bertanya....
"ngg..mbak....mbak nina....nggg....."aku mulai mengelus penisku sendiri sambil terbata bata..."mbak maaf...kalo mbak nina ndak mau...saya selesaikan sendiri saja....mbak nina pulang ndak papa..."
Mbak nina terdiam...terlihat berpikir...
Tak lama, tangan mbak nina mulai terangkat...
Dipegangnya perutku...lalu turun ke bawah....
"mas...mas andi jangan bilang siapa siapa yah...."
"ssssttt..." melihat reaksinya....aku mengangkat badanku...mendekatkan wajahku ke mbak nina....
Mbak nina mulai menyentuh pelan batangku....sambil memejamkan mata....
Kuberanikan diri....mengangkat dagunya..pelan sekali....kusentuhkan bibirku ke bibir mbak nina....
"maaass..." mbak nina bergumam...merasa tak ada perlawanan, kupegang kepala belakang mbak nina, kutekan kearahku...mbak nina memagut bibirku dengan ganas....tangan kananku bergerak ke dadanya yang montok..
sssssssshhhhhhhhhhhhhhjh...........mbak nina mendesis...

Tangan mbak nina semakin kencang memegang batang penisku. Semakin ganas pagutan mbak nina....sampai dia gelagapan tak bisa napas...
Aku mengangkat badanku sampai terduduk di sofa, sementara mbak nina duduk di bawah...
Dari atas, ciuman kami tak berhenti, sekali behenti mengambil napas, seketika itu juga, gantian saling serang mencium. Lidahku mulai merangsek ke dalam mulutnya. Mbak nina semakin menggigil....desisannya bertambah keras...

sssssshhjhhhhhhhh......masss....
Sesaat kemudian, aku mulai megangkat wajahku, dari ciuman mautnya, kutarik keatas kerudung putih mbak nina.
Terburai sudah rambut ikal sepunggung mbak nina....Dditambah dengan kerlingan mata mbak nina yang menyembunyikan birahi....mbak nina tampak cantik sekali.
Tangan mbak nina masih di pangkal penisku...mencengkeram meski tak sampai sakit, tapi tak bergerak juga. Kupegang dagunya..kucium dengan lembut bibir tipis itu....mata mbak nina mulai terpejam...kulepas pelan pelan tangannya dari penisku.
Aku bergerak sedikit lebih maju... Tanganku mulai menarik daster mbak nina ke atas...sampai terasa beha mbak nina.....ctik....kulepas kaitannya....
Mbak nina sedikit kaget...tapi kubalas dengan ciuman yg lebih ganas....mbak nina memainkan lidahnya di lidahku yang sudah sebgian masuk ke mulutnya..
Tangan ku mulai bergerak ke depan...Mencari puncak gunung kembar mbak nina yang sekal...benar dugaanku...dada mbak nina cukup besar...
Kumainkan putingnya...kutekan tekan dan kucubit pelan...
Mbak nina sampai merem....."aaaahhhh...maaaasss anndiiiii......uuuhhhhhhh.........."tak kuasa mbak nina menahan suaranya.

Kulepas ciumanku dari bibirnya....mbak nina masih melenguh menikmati permainanku di dadanya....
Pelan pelan...karena posisiku duduk diatas, mbak nina masih di bawah...kudekatkan ujung penisku di bibirnya...
Diciumnya ujung penisku...tiba tiba mbak nina terbelalak....rupanya dia kaget bukan bibirku di depannya...tapi tak kuberi kesempatan berpikir...kudorong penisku ke dalam mulutnya...pelan pelan...
Mbak nina sedikit kaget..sempat sedikit meronta...tapi karena aku berlaku lembut...mbak nina memasrahkan mulutnya...agak dibuka...

Ku keluar masukkan pelan pelan...sambil membugkuk, tanganku masih bermain di dada mbak nina
Semakin lama, tanganku semakin tak beraturan, karena nikmatnya mulut mbak nina menghisap penisku...

"mbaaakk...terus mbak...enaaakk....ssssshhhhhh....." mbak nina semakin berani....dikulum, dijilat....smpai mbak nina terengah engah....
Kumasukkan penisku kedalam....sampai dalam.....mbak nina nampak agak kesulitan...tapi...dengan cepat mbak nina menyesuaikan diri...
Kutarik lagi..lalu aku melesak ke sofa kembali....kuberi mbak nina waktu unuk mengambil napas...
Belum sempat aku bergerak setelah merebah di sofa lagi, mbak nina malah mendahului, kepala mbak nina maju memasukkan penisku ke dalam mulutnya....dikulum dengan cepat....naik turun...disedot dengan lidah di main mainkan....
"ssshhhhh...mbaaaakkk....enaaaaakk....sssshhhh.... ." aku tak berani bersuara keras....mbak nina semakin cepat bermain di penisku...
sampai terasa puncak mulai mendekat....
"sshhh....mbaaakk...aku hampir......"
Dan mbak nina malah semakin cepat...harus kuhentikan dulu...

Kupegang kepala mbak nina....dengan mulut masih mengulum penisku.....
Mbak nina melihatku degan mata bertanya.....
sssssshhhh...mbaaaakkk.....
Aku tak mampu berpikir lagi...
Kupegang rambut mbak nina...Kutekan kedalam...pelan pelan penisku semakin dalam...kutarik keluar pelan pelan juga...kumasukkan lagi...
Kutarik lagi...diamkan sebentar...Mbak nina memainkan lidahnya di batangku....tak terlukiskan rasanya.... Sampai kurasa mbak nina sudah siap...kutekan lagi dalam dalam, tarik, tekan lagi...lalu kutekan sampai mentok....
"aaaaaaaaarrrrrrggggghhhhhh.......mbaaakk...ninaaa aaa............"
Kusemprotkan cairan kenikmatanku ke dalam tenggorokannya sampai 7 kali semprotan panjang.....
Mbak nina nampak agak kepayahan...mungkin terlalu dalam...sampai berair kedua mata mbak nina....
Tapi..mbak nina tidak berusaha mengeluarkan penisku....
Sampai...mbak nina menelan semua spermaku....
Aku kembali terduduk lemas, sambil menikmati rasa ejakulasiku di mulut wanita cantik itu.
"maaasss.....mas andiiiii....."
Mbak nina terlihat sangat cantik sekali....melihatku masih dengam birahi dimatanya.
"mbak ninaa.....enak sekali mbak...."
Mbak nina berdiri...membetulkan kancingan behanya yang kulepas tadi...menurunkan kembali dasternya...
Seretak kupeluk pinggul didepanku ini...kunaikkan kembali daster mbak nina...ingin kuberikan kenikmatan untuk mbak nina..

"sssshhhttt....maaasss...mas andiiii...mas andi istirahat dulu saja"
"mbaak...mbak kan belum?...ayo mbaakk...."
"ssssttttt....mas andi kan capek tadi di jalan...besok masih ada waktu..."
"tapi...."
Belum sempat aku menjawab....mbak nina sudah mencium kembali penisku...sambil berkata....
"deek....istirahat dulu yaaa...besok lagi mau kaan...."
Diciumnya kembali penisku...lalu....dipakaikan celana....sementara aku masih terduduk lemas....
Setelah, menghabiskan tehnya, mbak nina berdiri lalu mencium bibirku dengan lembut....

"bobok dulu ya mas andi sayangg...."



Episode 2


Kukerjapkan mataku berulang kali, terasa nyenyak sekali tidurku semalam. Aku mengingat ingat kejadian semalam...hmmm....seperti mimpi saja...mbak nina beneran bukan ya semalam, batinku..sambil tersenyum senyum.

Setelah cuci muka, kubuka semua jendela dan pintu rumah utama ini supaya udara segar mengalir. Kuhidupkan laptop di ruang makan, ku mulai menyusun beberapa sketsaku semalam.

08.00 am.

Tok tok tok.....
“mas andiii.....” suara merdu menyapaku dari arah teras belakang.
Aku pun menoleh ke arah suara, dengan senyum lebar kusapa mbak nina, “pagi mbak ninaa....bawa apa itu...”
Diletakkannya nampan, berisi nasi goreng telur, kerupuk udang dan teh manis yang masih mengepul, di atas meja makan.
“sarapan maas....” mbak nina terlihat agak manja, dalam hati aku berpikir, berarti semalam memang mbak nina beneran.
“kenapa mas senyum senyum sendiri ?” tanya mbak nina
“gak kok mbak...hihi....”
“aahh...mas andii....pasti mikir jorok yaaa.....”
Senyumku semakin melebar, “eh...makasih sarapannya mbak....mbak nina ndak sekalian?”
“nina udah tadi maass....sama mas rafi (suaminya) tadii...”

Baru kuperhatikan, mbak nina pagi ini memang kelihatan bersinar sekali wajahnya. Mungkin karena kejadian semalam, pagi ini mbak nina tak lagi memakai kerudung. Kaos gombrong bertuliskan nama satu pantai di dekat kota, dan celana tanggung se lutut. Sekali lagi, mbak nina bukan tipe wanita penggoda. Justru sederhana dan apa yaa....cantik...kesimpulanku.
Tampak rambutnya yang masih agak basah, mbak nina pun duduk di beranjak dari meja makan, dan mulai duduk di sofa.
“eh...mas andi belum mandi yaa....”
“he....iya...lupa...keasyikan ngurusi kerjaan ini...tau ya mbak....”
“iya laah...itu celananya masih yang kemarin....hihi...” sahut mbak nina sambil ketawa kecil.

Suara penyiar tv di stasiun berita mulai terdengar. Mbak nina duduk di sofa, menghadap ke tv di belakangku. Ruang tengah ini memang cukup luas, 4 x 6 meter , dengan meja makan di satu sisi, dan televisi di sisi lain yang menghadap ke teras belakang.

Tok tok tok....
“pagi mas andi....”terdengar suara lelaki....
DEG....kutengok, mas rafi ada di pintu....
“masuk mas....”deg deg an, kira2 ketauan gak ya...
Mas rafi, suami mbak nina duduk di sofa, di sebelah istrinya. Segera aku sudahi pekerjaanku untuk mandi. Setelah pamit ke kamar mandi, aku masuk ke kamar.
Ya...kamar tidur yang disiapkan untukku memang ada kamar mandi di dalam. Meski di seberang ruang tv juga ada kamar mandi, tapi aku merasa rikuh untuk mandi di sana, sementara ada tamu.

Terbiasa dengan kamar mandi di dalam kamar tidur, aku selesaikan mandiku dengan hanya berbelit handuk sepanjang perut ke bawah saja. Kubuka kamar mandi untuk mengambil pakaian bersih yang masih tersimpan di dalam koper.
...ckrek...krieeet.....tiba tiba pintu kamar terbuka....
“mas andi...baju kotornya saya ambil sekalian....sehabis ini saya mau nyuci....”mbak nina melangkah masuk ke kamar tanpa rikuh.
“ aduh mbak...aku gak pake baju ini......aduh....”
“halaaahh...kenapa malu mas...semalemkan udah dapet, sekarang masih malu....” tukas mbak nina sambil tersenyum.
“tapi kan ada mas rafi di luar mbak...” aku sedikit berbisik.
“ndak papa mass...tenang saja...mas rafi baik kok orangnya....”
Mbak nina mulai mengambil baju kotor di kamar mandi, kulirik terlihat pantat mbak nina yang montok saat membungkuk. Aduh.....berontaklah junior di balik handuk yang kupakai.
Secepat mungkin aku pakai celana, bagaimanapun ada suami mbak nina di ruang sebelah. Mbak nina sempat melihatku memakai celana sambil berujar, “mas...tadi pagi jatah si dedek dah diminta mas rafii...mas andi sabar yaa....” senyum polos mbak nina yang cantik menambah rasa deg degan. Aku yakin, wajahku memerah. Tak mampu berkata kata, kuteruskan memakai t-shirt, kulihat mbak nina juga keluar dari kamar.
Hedeh....berat juga nih tantangannya...pikirku....bukan tantangan desain atau pekerjaan, seperti biasanya, tapi tantangan birahi...hihi...

Kuhabiskan sarapanku sambil ngobrol dengan mas rafi di ruang tv. Dari soal pekerjaan, sampai soal politik, mas rafi terlihat nyambung ngobrol denganku. Setelah teh hangatku habis, mas rafi mulai duduk agak maju. Deg...mau ngobrol serius ini kayaknya.

“mas andi....”kata mas rafi dengan nada yang berbeda
“gimana mas rafi...” sahutku pelan..yah mungkin secara psikologis aku sudah ketahuan. Posisiku kalah.
“mas andi, anda dipanggil ke sini sama pak dahlan. Padahal pak dahlan orang yang sangat hati hati. Jadi, tidak mungkin mas andi orang yang tak bertanggung jawab. Begini mas, nina tadi pagi cerita sama saya soal tadi malam.”

Gulp....aku hampir tersedak...yah...aku menunduk...
“maaf mas......” ucapku lirih.

“gak gitu mas, nina itu memang begitu. Mas andi santai saja, saya ndak marah kok. Kenapa? Karena saya tahu mas andi orang pilihan pak dahlan. bahkan saya bisa dapet nina juga karena pak dahlan. saya tinggal di sini sudah 10an tahun juga karena pak dahlan.”
He?...aku sedikit terkejut....ada yang aneh ini kayaknya...
“ bukan mas...nina bukan simpanannya pak dahlan...nina memang orangnya lugu, tapi dia punya nafsu besar. Saya kadang ndak mampu ngimbangi. Makanya tadi pagi nina minta ke aku supaya ngomong ke mas andi. Supaya ndak rikuh. Sama sama tahu saja. Saya yakin kok, mas andi orang nya baik. Tapi, nina juga bilang, supaya ngomong ke mas andi, kalau mas andi punya cewek, gak perlu rikuh juga sama nina, diajak ke sini juga gak papa, biar bisa kenal sama kita. Oiya satu lagi mas...kalau mau sama nina....ngg....coba deh....soalnya...ngg...keluarga besar udah pengen cucu, tapi...ngg...kayaknya aku ndak bisa kata dokter....musti terapi jutaan habisnya.....nggg.....coba ya mas.....”

....deg.....aku terdiam....
“ udah ah mas....intinya begitu, saya mau istirahat dulu. Kalo kebeneran shift malam, memang gitu mas, jam 10 begini bawaannya pengen tidur terus..”
Aku masih terdiam....
“mas andi...ndak usah dipikir dalem daleem..tuh nina baru nyuci di belakang...samperin dulu...”
...”eh...ya mas..” sahutku terbata bata.
Mas rafi pun beranjak, lalu tak lama pintu kamarnya tertutup.

Aku ambil napas panjang....huffftt....legaa....
Kerja kerja kerjaa....!! pikirku. Aku ambil kamera digital di koper, cek batre, cek memori, ambil hape, ambil rokok...terus jalan kebelakang.
Yah...lingkungan rumah ini memang besar, kurang lebih 4000m2. Dengan tiga bangunan di depan, sementara dibelakang masih berupa kebun dengan pepohonan tampak rimbun. Foto foto sana sini, kuambil data data penting, beberapa kali aku berhenti untuk mengambil buku sketsa corat coret. Sampai matahari agak panas, aku mulai jalan kembali ke depan.

Sambil berjalan, hpku berdering tanda sms masuk. Ternyata pak dahlan, si empunya rumah, belum bisa mampir sampai nanti sore atau malam. Yah..lumayanlah ada waktu untuk istirahat.
Melewati deretan kamar2 di belakang, aku tertegun melihat bayangan seseorang dibelakang jemuran yang nampaknya kain sprei.
Wow...pikirku....siluetnya tertimpa sinar matahari terlihat eksotis sekali. Kuambil kamera, ambil posisi, mulai cekrak cekrek.
Mendengar ada suara aneh, mbak nina yang ternyata sedang menjemur itu menyingkap sprei di depannya, dan teriak....”maaasss....ngagetin ajaaa.a.....”
“hihi...” aku senyum lebar sekali....
“mbak ninaa...terusin ajaa...”
“ndak mauuuuu.....maluuu.....” teriaknya disambut tawaku.

Aku berdiri mendekat ke arah mbak nina, di belakangnya ada bangku dari bambu, kududukan pantatku. Kutaruh semua perlengkapan tadi di samping, terus rebahan miring menghadap mbak nina dari belakang.
“mas andi...udah laper beluum...nina belum sempet masak...nanti jajan aja yuk....pak dahlan ke sini sore katanya ya...” cerocos mbak nina
“tar mbaak...masih kenyang nasi goreng tadi...dibikinin sama bini orang.....cantik sih...tapi pedes....”jawabku menggoda.
“hayaahh....yang cantik nasi gorengnya apa bininyaa....yang pedes ? “ sambil tertawa tawa mbak nina membalas.
“iya kok mbak....” aku agak memelankan suaraku.
“bininya memang cantik...seksi lagi....tapi habis makannya ngobrol bikin pedes....” aku memancing mbak nina.
Mbak nina langsung menengok ke arahku. Dengan tatapan yang aneh.
“gimana mas pedesnya?”
“hihi...tuh kan cantiknya keliataaaann...”aku masih menggoda.
“mas andiii....tadi gimana.....sama mas rafi ya....” mbak nina keliatan serius...
“gak kok mbaak...mas rafi kemana ni? Tidur ya ?” aku masih ketawa ketawa

“..mas andiiii.....godain mulu siiih....” rengek mbak nina geregetan. Diletakkannya ember yang sudah kosong ke bawah, tiba tiba, tak terduga, mbak nina langsung meloncat ke arahku.
Akibatnya, bercampur kaget, aku terjatuh bersama mbak nina di atasku. Persis, selangkanganku ditimpa hangatnya paha mbak nina.
“mmmmhhhhhh.......mas andi nakaall.....”mbak nina menciumku yang masih telentang dirumput.
Kupegang pantat mbak nina yang membulat, kumain mainkan, sampai kugelitik pinggangnya yang ramping. Mbak nina menggeliat kegelian, tentu saja dada montoknya semakin menekan dadaku.
“Dah yuk mbak...katanya mau makan....kayaknya malah mbak nina yang laper nih...tadi pagi sarapan mas rafi ya....”aku kembali menggodanya.
“eh...iyaa...hihi...habisnya....semalem nanggung...begitu mas rafi pulang...langsung hajar sajah...” ujarnya menggoda, dengan kerlingan nakal mata indahnya.

Kudorong wanita montok itu kesamping, lantas ku berdiri dan meraih tangan mbak nina untuk berdiri. “ayuk ah...sambil anterin puter puter kota...”ajak ku.
“okeee mas andi sayaaangg.....” diraihnya tanganku sambil sekali lagi tersenyum manis sekali.

Kumengikuti mbak nina berjalan menyusuri selasar memanjang, tak lepas mataku melihat bokong mbak nina bergoyang ke sana sini. Tak tahan, kupeluk mbak nina dari belakang, sambil kedua tanganku tak lupa meremas kedua gunung kembarnya. Mbak nina menghentikan langkahnya.
“sshhhhhttt....mas andiii....”mbak nina mengerang sambil mendongakkan kepalanya kebelakang.
“mmmmhh.h.....”kucium bibir mbak nina dari samping, sementara tanganku masih asyik menggerayangi dada mbak nina. Perlahan lahan, tanganku turun ke pangkal tshirtnya, kusentuh pelan perut mbak nina.
“Ssshhh....” mbak nina menggelinjang masih dengan posisi tegak berdiri.
Kugerayangi leher mbak nina dengan bibirku, terasa tubuh montok itu semakin bergetar. Kudorong sampai punggung mbak nina menyentuh dinding selasar, aku berjongkok didepannya, sembari pelan pelan kucium pusar di depanku. Kusingkap tshirt itu keatas, tangan mbak nina menyambut telapak tanganku yang mulai meremas dada montok yang masih terbalut bra itu. Tak lama, mbak nina mulai tak sabar, kulihat mbak nina melakukan sesuatu di punggungnya, sampai terasa bra itu terasa longgar. Kutarik pelan cup bra itu keatas, kusentuh perlahan puting mbak nina yang masih terbungkus tshirt longgar itu.
Mbak nina mendongak keatas, menggelinjang keras, ketika dengan agak gemas kupuntir puncak gunung yang indah itu.

“sssshhh...maaaasssss.......”
Kucoba turunkan celana mbak nina kebawah, kutarik sampai terlihat paha mulus didepanku. Tak kusia siakan, cumbuanku langsung beralih turun.
“aaahhh...maaaasss.....gelii....” tangan mbak nina memegang kepalaku.
Tak peduli remasan tangannya ke rambutku, kujilati pangkal paha yang mulai lembab itu.
‘aarrrrrhhhhhhhh...........”lenguhan mbak nina semakin keras, menggelinjang tak karuan.
Tak ingin berlama lama, kuturunkan tanganku ke bawah, memainkan tonjolan kecil yang mencuat diantara lipatan vagina yang membusung itu.

Mbak nina menceracau tak karuan.
Intensitas jilatanku semakin cepat. Asin....ya...asin....rasanya...
Kulesakkan telunjukku pelan pelan kedalam liang kenikmatan itu. Perlahan aku mulai berdiri, menyingkap tshirt biru itu, kucium puting kiri kanan bergantian, sambil tangan kiri memegang pinggang sekal yang mulai bergetar tak karuan, sementara tangan kanan, semakin intens mengobok obok liang mbak nina.

“masss....aaahh....ssssshhhhtttt......hhhhhh...... .....”tak jelas kata apa yang keluar dari mulut cantik wanita itu. Tanganku semakin cepat mengait keatas dan kesamping di dalam lubang kenikmatan itu. Sampai akhirnya, mbak nina seperti tercekik, tubuhnya kaku melengkung kebelakang.
“aaaaaaaaarrrgggghhhhh...............”
Selama beberapa detik, kubiarkan tubuh itu menggeliat di pelukan, dengan telunjukku yang masih menekan kedalam vagina becek itu.
‘maas andiiii...hhhhhhh........lemes niiiihhh......”
Tampak badannya masih menggelinjang, merasakan orgasme yang bertahan selama beberapa detik.
Sedetik berikutnya, tubuh montok itu merosot kebawah.
“maaasss....lemes bangeett....hhhhhh.....”
Kubiarkan mbak nina menikmati puncak kenikmatan itu. Aku ikut duduk berselonjor di sebelah mbak nina yang masih jongkok lemas.
Perlahan, kuelus paha yang terbuka itu. Kutelusuri kulit paha hingga ke pangkalnya, terasa hangat, lembab di sana. Kugosok pelan pelan bibir vagina mbak nina.
“maass...masih lemes niiiii” rengek mbak nina masih memejamkan mata.
“Ssshhh.......nakaaaaallll.....hhhh........”
Tangan mungil mbak nina perlahan mulai bergerak ke arahku. Sementara, jemariku masih nakal menekan nekan ujung bibir vaginanya.
“maassssss...lemes niiiiihh......sampai banjir.....”mata itu mulai terbuka, melirikku dengan manis. Mmmmmhhhhhhh.....mmmmmmmhhh.....kusambut bibir tipis itu dengan pagutan yang lembut. Lidah bertemu lidah kembali.
Aku bangkit, berdiri persis di depan mbak nina yang masih berjongkok. Mbak nina melihat ke arah wajahku, tak lama, tanganya mulai menurunkan celanaku.
...srreeekkk.....mencuatlah juniorku persis di hidung mancung mbak nina.
“eeeehhh.....dedek ketemu lagi....udaah ndaak sabaa....bbbbbhhhhhhhh...........sss......” belum selesai mbak nina bicara, kudorong penisku memasuki mulut mungil mbak nina.
Lidah mbak nina memainkan peran, goyang kiri kanan, sementara bibirnya masih penuh terisi juniorku yang tak bisa dibilang kecil.
“sssllllrrppppp.....ssshh.......” mbak nina mendesis...kulirik, ternyata tangan kanan mbak nina menggosok sendiri klit-nya.
Tak mau terulang kejadian semalam, segera setelah merasa cukup, kutarik badan mbak nina keatas, kudorong punggungnya menempel dinding. Kuangkat sedikit paha kirinya, kugesekkan penisku dibibir vagina mbak nina...
“aaahhh....maaasss.....cepeeet...maaass...masukiii innn....” mbak nina mengerang tak karuan, merasakan gatal di dalam rongga kenikmatanya.
Tak mau berlama lama, kudorong penisku di deket lubang. Tampak mbak nina meringis sambil mencoba meraih batang penisku yang tak juga masuk. “maaasss....ayooooo...ssshhh.....”rengeknya.
Kuangkat kedua pahanya, sehingga ujung penisku sekarang persis ada di pintu kenikmatan itu.
Sebelum kudorong, kuberbisik di telinga mbak nina yang anggun itu. “may i ?”
Mbak nina tak menjawab, tapi menciumku dengan ganas, sementara kakinya yang terangkat mencoba mendorong pinggulku ke depan.
“mmmmhhhhhh..........” bersamaan dengan itu, dengan tekanan yang agak kuat, kudorong pinggulku kedepan. “aaarrrggghhh....”mbak nina mendelik kaget, tapi sedetik kemudian bola matanya mulai naik keatas, menahan nikmat di sekujur tubuhnya.
Kupompa terus pinggulku dengan tusukan yang agak keras dan dalam, terkadang terlalu dalam, sampai mbak nina bolak balik menyeringai. Bukan tanda kesakitan, melainkan merasakan sensasi unik.
Tangan mbak nina memeluk leherku, pinggulnya bahkan mulai bergoyang sendiri dengan kedua kaki yang menjepitku.
Sampai kemudian mbak nina kembali menekan pinggulnya erat ke dalam, lalu pelukannya melemas.
“maasss annnnnn....diiii.....aaaaaahh..........”lenguhan mbak nina ketika sampai lagi di puncak kenikmatan.
Kupegang erat tubuh montok mbak nina itu, melihat sekeliling tak ada kursi atau bangku, tak ada cara lain, harus kupaksa sedikit, biar tuntas pikirku. Kuturunkan mbak nina dari pelukanku, kubalikkan menghadap ke dinding, ku dorong sedikit punggungnya hingga mbak nina sedikit nungging. Langsung kuselipkan penisku diantara pahanya, mencari cari jalan masuk yang pas.
Mbak nina tak tinggal diam, dibimbingnya juniorku ke lubang yang tepat. “aaarrrrgghhhh....” terdongak kepala mbak nina, ketika kudorong pinggulku dengan kasar.
“maas...nakaaaallll......”
Terdengar kecipak suara cairan berbentur kulit di pinggul kami berdua. Kupompa sampai rasa itu semakin mendekat.
“mbaaakk......”
Mbak nina merasakan gerakanku semakin kacau, kasar. Kutarik rambut indah itu kebelakang, hingga punggungnya agak lurus, kupeluk leher jenjang itu. Kupompa pinggulku semakin kasar.
Mbak nina menikmatinya sampai tak bisa bersuara. Mulutnya terbuka, napas bersahut sahutan, keringat bercucuran.

“aaaaahhhhh....mbaaakkk...aku sampaaaaiiii.....”kutekan dalam dalam penisku ke dalam vaginanya dari belakang. Mbak nina terbelalak merasakan kenikmatan yang memuncak pula.
Kurasakan semprotanku begitu kencang didalam. Tubuh mbak nina tak lagi kaku, melainkan bergetar getar hebat selama beberapa detik.
....mulut mbak nina terbuka tapi tak bersuara.....
Kami mencapai surga itu bersama sama.
Dengan posisi berdiri, rambut mbak nina sebagian menutupi punggungku.
Sebelum ambrug, kutahan tubuh mulus itu dengan lenganku.
Kucium dengan lembut pipi dan bibirnya dari samping.
Penisku masih menancap, meski mulai mengecil, hingga akhirnya terlepas. Bersamaan dengan menetesnya sebagian mani ku dari vagina sempit itu.

“maasss.....hhhhhhhhhhh......”akhirnya mbak nina bersuara.
“mas andiii.......”
Kutatap mata beningnya tak bersuara.
“chhhaaapeeeekkkk.........”
Ku tersenyum dibalas dengan senyumnya yang tampak dipaksakan, karena kecapekan tentunya.

Pelan pelan kulepas pelukanku. Kusandarkan mbak nina di dinding.
Secepat mungkin kulepas kaos hitamku, kuletakkan di bawah. Sebelum tubuh mbak nina merosot ke lantai, kupegang lengannya dengan lembut, kududukkan di pangkuanku.

“Mmmmhhhh........makasih mas andi sayaangg.....”
“itu dedeknya nakal bener....ganas....sampai gak kuat berdiri....”ujarnya sambil melirik ke bawah.
“eh..mbak...ini kita masih di taman lo....gak papa ni?”
“haaaalllaaaaahh.....mau gimana lagi mas...di genteng pun kalau disodoki kayak tadi tetep tak panjat mass......hihihi....” mbak nina menggoda.
“mas andi ini semalem kayaknya sopan, halus gitu...eeee....kalau kontolnya...ups....dedeknya dah keluar, ternyata galak juga...”mbak nina meneruskan

Aku tersenyum sambil menyahut,” salah sendiri mbak memek, eh mbak nina montok gini...”
Kita tertawa bareng.

Tiba tiba aku teringat,“mbaak...jadi makan ndak? “


Episode 3

11.35 am.
Kuhidupkan mesin honda freed warna merahku, sambil mencoba mencari stasiun radio di kota ini. Tak lama, dari pintu samping rumah terlihat berjalan mendekat, seorang wanita cantik.
Jaket tipis warna putih, menutupi tshirt biru yang terlihat tak mampu menyembunyikan kemontokan dadanya didalamnya, dipadu dengan rok panjang warna putih. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai. Mbak nina nampak anggun siang itu.

“mbak nina...udah pamit mas rafi tadi ?’tanyaku begitu keluar dari gerbang rumah.
“udah mas, tau ndak mas rafi bilang apa ?”
“Hmmmm ?”
“mas rafi bilang, gak usah beliin makan siang buat dia, aku disuruh nemenin mas andi kemana sajaa...”kata mbak nina sambil memeluk tangan kiriku.

“eh..mbak...awas....empuk empuk nya bisa bikin keras loooo....”sambil tertawa aku menjawab setelah mbak nina tambah kenceng meluk tangan kiriku.
“aaa...mas andiiii....”mbak nina melepas pelukannya.
“e e eeee......mbaaakk..aku gak tau arah...kita kemana niiii...”aku sedikit protes ke mbak nina.
Mbak nina tertawa lepas, lalu menunjukan arah ke sebuah restoran. Siang itu, waktu kita habiskan dengan jalan jalan ke pusat kota.

3.15 pm
Mobilku kembali memasuki pelataran rumah. Segera mbak nina pamit ke belakang untuk istirahat.
Aku masih tak percaya dengan semua kejadian ini. Sambil bersantai di depan tv ruang tengah, aku mempersiapkan materi presentasi dari sketsa sketsa ku tadi pagi.
Tak terasa, gerimis berjatuhan. Butiran air semakin lama jatuh semakin besar, dengan disertai angin yg lumayan kencang. Segera kututup semua jendela, kusisakan barang sedikit, lalu tak lama kemudian, aku sudah memasuki alam mimpi ditengah suara deru hujan di luar.

5.00 pm
Aku sudah bersiap di ruang tengah, sambil menunggu datangnya pak dahlan. Laptop sudah kucolokkan di tv, sketsa sketsa 3 dimensi sudah kusiapkan semua.
Tak lama berselang, terdengar bunyi klakson dari depan gerbang. Sebuah alphard warna putih meluncur ke dalam pekarangan. Kusambut beliau di teras depan, tiba-tiba kusadari dibelakangku sudah berdiri mbak nina dan suaminya yang sudah siap berseragam.

“selamat sore pak dahlan.”sambil menjabat tangan berperawakan tinggi besar itu.
“sore mas, ini istri saya michele, dan ini anak saya lisa.”kata pak dahlan memperkenalkan.
Kusambut uluran tangan kedua wanita itu. Kutaksir lisa ini sepantaran denganku. Sementara bu Michele, adalah seorang wanita asal Inggris Raya. Kutahu itu dari mbak nina sebelumnya, pak dahlan semasa muda sudah melanglang buana ke seluruh dunia dengan bekerja di sebuah cruise wisata, hingga akhirnya hatinya tertambat pada seorang wanita cantik asal london.
Lisa, wanita langsing berambut brunnete sama seperti mamanya, lahir di london 25 tahun yang lalu. Menghabiskan masa kecilnya di london, bersama papa mamanya, sampai sma, mereka memutuskan untuk kembali ke tanah air. Lulus kuliah dari kampus ternama di negeri ini, dengan gelar dokter umum. Kecantikan lisa tak kalah dari mamanya, dengan kaca mata kecil bertengger di hidungnya, justru menambah kesan smart. Rambut brunnette dipotong pendek menampakkan leher jenjangnya yang putih. Dada? Hmm....kayaknya untuk ukuran tubuhnya yang tinggi, dada lisa tidak “luar biasa”, tapi terlihat sangat proporsional. Jika dibandingkan, akan terlihat jauh lebih besar mbak nina daripada lisa.

07.00pm
Setelah berbasa basi dengan keluarga pak dahlan, akhirnya saya mulai presentasi desain. Dilanjutkan dengan perhitungan budget yang justru jauh lebih cepat dibahas. Pada malam itu juga, saya menyusun semacam draft sementara kontrak dengan beliau, dan dengan senyum lebar, pak dahlan menandatanganinya.

Fiuh.....miting selesai sekitar pukul 10.00pm.
Mereka bertiga memaksa saya untuk ikut mereka ke rumah yang mereka tinggali di pinggir pantai. Dengan sangat hormat, aku tolak, karena rencana besok pagi pagi sekali berniat untuk pulang kampung, sekaligus mempersiapkan tim kerja.
Dan satu hal lagi, karena desain yang disetujui berarti membongkar bangunan kamar termasuk kediaman mbak nina, terpaksa sementara mereka berdua dipindah dulu ke rumah induk. Memakai satu dari tiga kamar yang ada.

10.30pm
Rumah kembali sepi, dari mulai miting sampai keluarga pak dahlan pulang, mbak nina tak terlihat sama sekali. Karena saking bersemangatnya proses miting tadi, baru sadar, kalau dari siang tadi perut belum terisi. Dengan perut keroncongan, aku mengetuk pintu kamar mbak nina.
“mbaakk...mbaaakk....”
Mbak nina, meski aku memanggil dengan panggilan mbak, sebenarnya cuma terpaut setahun diatasku. Namun karena bagaimanapun dia istri mas rafi, saya memilih untuk menghormati mereka tetap memanggil mbak.
Tak ada balasan, maupun suara sama sekali dari dalam kamar.
Kuketuk sekali lagi agak keras, tetap tak ada sahutan.
Aku memberanikan diri untuk membuka handle pintu, ternyata tak terkunci.

...sreeeekkk....pelan pelan kubuka pintu itu ke dalam.
Tampak ruang berukuran 3 x 3 yang tertata rapi, memang satu unit kamar itu terdiri dari satu ruang umum, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. Disamping seperangkat tv, pintu kamar tampak agak terbuka, dengan lampu yang masih menyala.
Kumendekat, kutengok ke dalam.
Terlihat mbak nina yang tertidur pulas dengan rambut digerai keatas, tampak habis dikeringkan. Yang menarik adalah pakaian mbak nina yang cuma memakai daster tipis. Dua tonjolan di dadanya nampak lebih menarik lagi untuk dipandang.
Fiuh....mbak nina tampak sangat menggoda sekali. Dasternyapun sudah tersingkap sampai pangkal paha, terlihat kain putih melapisi gundukan liangnya yang tembem.
Kududuk di sampingnya, kuelus perlahan rambutnya. Rasa lapar perut sekejap menghilang, berganti ke bawah.
Terbersit ide nakal, langsung kulepas celanaku, kuarahkan ujung penisku di bibir tipisnya yang menggoda. Kugesek gesekkan secara perlahan lahan.
Tak berhasil. Mbak nina mungkin terlalu capek untuk sekedar membuka kelopak mata yang lentik itu.
Tak kurang akal, kugerayangi pelan pelan kedua belah paha yang putih itu.
Mbak nina bergerak gerak, sedikit menggeliat. Geli ...
Kuulang lagi, namun kali ini lidahku yang bekerja.
Sampai pangkal paha, sedikit kutiup pelan ke arah ujung bibir letak klitoris mbak nina berada.
“...aaaahh....”terdengar mbak nina agak melenguh.
Ku ulang lagi tiupanku beberapa kali, sampai mbak nina semakin keras mendesah.
“....ssssssssssssssssshhhhhhhhhhh.............”den gan mata tetap terpejam, namun kali ini pahanya malah membuka.
Tak mau menyia nyiakan kesempatan, aku langsung berpindah menghadap paha mbak nina dari sisi bawah.
Kucium bibir vagina yang masih tertutup celana dalam putih itu.
Dengan lidah, kusingkap kain itu kesamping...tanpa menunggu lama, langsung kucium, lidah kusapukan dari bawah naik keatas.
Sampai klitoris, kukulum daging kecil itu.
“aaaaaahhhh....ssssshhhh..............”akhirnya mbak nina terbelalak kaget.
Begitu melihat aku dibawahnya, mbak nina langsung tersenyum.
“aaaassshhhhh.....maaaasss.............”
Mbak nina menekuk kakinya, mengangkat posisi bibir bawahnya agak keatas.
Ciumanku semakin ganas. Lidah bermain main di antara labia mayoranya.
Mbak nina semakin mengangkat pantatnya. Cairan pelicin tanda wanita terangsang mulai membasahi gundukan itu, bercampur dengan ludahku.
Kumasukkan lidahku ke dalam liang wanita mbak nina.
Nampaknya, mbak nina sudah semakin terangsang, dipegangnya kepalaku, ditekannya dalam dalam, pinggulnya bergerak naik turun.
Tak berapa lama, inilah yang mungkin membuat suaminya kewalahan, mbak nina tak pernah berhenti sekali orgasme.
“aaaaarrrrrhhh.................................... ............................”tubuh melengkung kebelakang, mengangkat punggungnya bersamaan dengan membanjirnya cairan wanita mbak nina.
Berkedut kedut otot perut mbak nina merasakan orgasme yang cukup intens itu.
Kutunggu sampai selesai, mbak nina mulai membuka kedua matanya.
“sssshhh...maaasss andiiii.....hhhhhhh............”
Mbak nina mengangkat kepalanya, rambut bergelombangnya berjatuhan.
Wanita cantik, orgasme, rambut panjang tak beraturan...kombinasi yang tak mungkin membuat junior diam saja.
Tak lama, aku merebahkan badan di kasur. Mbak nina miring ke kiri menghadapku.
Tangan kirinya menowel gemas hidungku.
“mas andiiii.....tar kalo nina minta terus, harus tanggung jawab loo...” ujarnya sambil mendekatkan wajahnya.
Kutak menjawab, melainkan dengan lembut kucium bibir mbak nina yang masih tak beraturan nafasnya. “mmmmmmmmmhhhhhh.......”tanganku mulai meraba dada mbak nina.
Dengan sedikit keras, kuremas payudara montok itu.
Mbak nina agak menggeliat, namun segera menarik dasternya keatas.
Tampak tubuh polosnya berbaring menantang.
Kembali kuremas remas, kugerayangi puting yang menjulang itu. Mbak nina membusungkan dadanya, kemudian mengangkat badan agak keatas, dan mendorong punggungnya, hingga puting itu persis ada di bibirku. Lidahku menjilat sekeliling puting pink itu, sampai mbak nina semakin bergetar, dan semakin mendorong ke bawah.
Kukulum puting sebelah kanan, sementara tangan kiriku meremas remas dada kirinya.
“assshhhhh.......aaaarrrrr..........hisaap maaasss.........”

Mbak nina semakin mengangkat badannya, hingga pangkal paha ada di depan wajahku. Kutiup tiup lagi sampai mbak nina kegelian, lalu menurunkan badannya ke bawah.
Tangan mbak nina meremas remas payudaranya yang sekal itu, sementara bibirku tertelan ke dalam himpitan gundukan tembem bibir vagina.
Lidah kukeluarkan sedikit, mbak nina mulai melenguh lagi.
“aaaahhh.sss.s......” pinggulnya bergerak maju mundur, memaksa lidahku merangsang klitoris mbak nina.
Yap...kali ini mbak nina memegang kendali, bergerak kesana kesini, mencari cari getaran getaran syarafnya. Semakin lama semakin menekan ke bawah. Belum sampai aku sesak napas, terdengar lenguhan panjang mbak nina.
“aaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrhhhhhhhhhhhhhhhh........... .sssssssss................aaaaaaaaaaaahsssssssssss sss..........”lubang sempit itu nampak mengeluarkan cairan yang lumayan banyak, meski tak sampai muncrat muncrat.
Beberapa detik kemudian, tubuh mbak nina menggelosor ke samping.
Mata mbak nina terlihat tinggal separuh, dengan sekali lagi, perut rata yang tampak berkedut kedut. “sss...maasss andiiii....ssshhhh.......maasss......bissaaa pingsan iniiiihh......sssssshhhh.....”lenguh mbak nina setelah nafasnya sedikit turun.
Kucium kening mbak nina, lalu kuberanjak ingin berdiri.
Tapi, belum sampai aku berdiri, tangan mbak nina menggapai lenganku.
“tunggu mass....sebentaarr.....”katanya lirih, dengan mata masih agak terpejam.

“hihi....”ku tertawa kecil melihat itu.
Mbak nina berangsur mulai sadar, tangannya langsung menggapai celanaku. Tanpa permisi, telapak tangan lentik itu langsung masuk ke sela sela celana, menggenggam juniorku.
“eeeehhhh.....”ujarku.
Mbak nina dengan tubuh bugilnya menaikiku, dengan tangan masih erat menggenggam penisku yang sudah bangkit dari tadi.
“nakal....hehh......!” mbak nina menggoda dengan agak gemas.
Ditariknya celanaku lagi sampai lutut, langsung dikulumlah ujung batang nikmat itu.
Kurapikan sedikit rambutnya kebelakang, sehingga bisa jelas terlihat bagaimana penisku memasuki mulut itu.
“hhhh....”nikmat sekali gerakan mulut mbak nina.
Dilepasnya kuluman mbak nina, lantas dijilat dari bawah, seperti menjilat es krim.
‘’’ssshhh....ini kontol nakaaalll.......”
Mbak nina mencium bibirku, lalu turun lagi, hingga payudaranya persis di depan penisku. Dihimpitnya kedalam lipatan payudara, dengan mulut mbak nina terbuka menghadap kebawah.
“aaarrhhh....mbaaakkk.......”
Cuma sepuluhan kali kocokan, daripada keduluan muncrat, kutarik badan mbak nina keatas. Dengan kerlingan menggoda dan senyum manis, mbak nina mulai menempatkan pangkal pahanya diatas penisku.
Pelan pelan, mbak nina menurunkan pinggulnya, hingga penisku ditelan liang kenikmatan itu.
Tak sampai kebawah, mbak nina menaikkan pinggul lagi. Pelan pelan, tapi terasa betul sempitnya liang itu. Apalagi ditambah dengan otot otot didalamnya yang seakan akan mengocok lembut batang penisku.
“ssshhh....”mbak nina mendesis.
Kuraih payudara mbak nina, kuremas remas.
Mbak nina menurunkan pinggulnya mentok ke bawah, matanya terlihat melihat keatas, sedikit terpejam. Digoyangnya pinggul itu maju mundur, remasan remasan otot memeknya bener bener nikmat.
“mbaaaaakkkk....ini diapaiiin....”
“kontol nakal dimakan memek nakall........sssssshshhhh...”mbak nina menyahut dengan kata kata vulgar. Beberapa kali secara mendadak kuturunkan pinggulku lantas dorong keatas, membuat mbak nina terpekik pekik.
“aaahhh....”
“nakalan mana mbaakk..kontolku apa memekmuuuhhh...”ujarku dengan tak kalah vulgar.
“sssshhhhhhh............”mbak nina tak menyahut, gerakan maju mundurnya pun semakin melemah, berkebalikan dengan gerakan menusukku keatas yang semakin keras dan intens.

‘”aaaahhh...masss...annnndiiiiiihh.....”mbak nina menggelinjang hebat sembari memelukku kencang.
“ssshhh...maass......bentaaarr.......”protes mbak nina, ketika ku masih menusuk-nusuk.
Tanpa melepasnya, kugulingkan tubuhku kekanan, membuat mbak nina merebah kesamping.
Kuangkat kaki mbak nina hingga keatas. Mata mbak nina nampak membeliak.
“aaahh...massssssshhhhhhh.....shhhhhhhhhhhhhhhhh.. ...”tak jelas ceracaunya.
Kutarik penisku separuh, lalu kutusukkan lagi penuh ke dalam.
Mbak nina memegang sendiri pahanya yang membuka, memberi jalan pinggulku memompa disana. Tangan kanan kupakai untuk menopang, tangan kiri kupakai untuk bermain main di dadanya. Nampaknya, rasa di dada mbak nina sudah tak begitu berarti baginya dibandingkan dengan rojokan penisku di vaginanya.
Tangan kiriku kupindahkan ke leher mbak nina yang kerap kali terangkat ketika merasakan nikmat. Sedikit kuremas leher itu, tak sampai menyakiti tentunya. Leher itu memerah, merasakan rangsangan baru yang unik baginya. Sementara itu pompaanku semakin lama semakin keras.
“ooohhh..aaahhh....uuuuuuhhh.....”hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut seksi itu.
“mbaakk...aku mau sampaaiii...”desisku
Seakan tak peduli, bibir mbak nina mengumpul membentuk hurup o dengan mata yang membeliak, tapi tak ada suara lagi yang bisa dikeluarkannya.
Kutekan dengan keras....srreeett....
“aaaaaaaaaaarrrrrrrhhhhhhhhhhhh.........”teriaku ketika menyemprot didalam rahim wanita cantik itu.
Mbak nina juga kembali bergetar getar tak beraturan. Kali ini agak lama getaran itu.
Bahkan sampai penis kukeluarkan dari sumur nikmat itu, mbak nina masih bergelinjang sambil mata tertutup, dan tangan meremas remas payudaranya.
Kupeluk badan rapuh itu, kucium leher sampingnya.
Mulailah mbak nina mendesis....”ssssshhhhhhhhhhh.........”

“mas andiiii......”setelah napas terkumpul dan energi mulai muncul, mbak nina berbisik lirih.
Mata sayu itu sangat menggairahkan sekali. Kalau tak teringat besok harus pulang kampung pagi pagi, ingin rasanya kuulang kembali pergumulan itu.
“haduuuuhh...mas andiiiiiiiii.....”setelah lebih rileks, mbak nina agak mengernyit.

“kenapa mbaak ninaaa....mau lagiii?...”

“haduh haduh haduuuuh.....”
“baru kenal semalam kemarin...mosok hari ini...hedehhh....mosok hari ini aku udah harus kramas tiga kaliiii....haduuuuhhh....ini juga belum kering dari keramas tadiii....hedeeeehhh.....” kata mbak nina dengan manja.

“mbak nina...pak dahlan udah pulang tuu....” setelah mbak nina duduk, meski masih telanjang, kuceritakan perihal miting yang berbuah kontrak resmi tadi.
“hihi...jelas laah....nina dari tadi sudah di sms sama lisa kok, tanya-tanya soal mas andi....”jelas mbak nina.
“he ? tanya tanya apa an?”
“hihi...lisa tertarik dengan gaya bicara dan wawasan mas andi...makanya ndak mungkinlah proyeknya lepas...kalo perlu lisa nya sekalian diborong juga paling pak dahlan juga mau...hihi”

Aku sedikit terdiam, tapi tak lama aku menjawab. “yang penting setelah itu, mbak juga pindah ke dalem sana...haha...tar tiap malem bisa diisi terus ininya...”godaku sambil menowel bibir vagina mbak nina.

...krucuk...krucuk...krucuk....
Perutku berbunyi, dibalas tawa kami berdua.
“laaa...itu perut minta di isi, kok malah ngisi memek ninaa....”tawa mbak nina

Hihi.....mbak nina berdiri mengambil daster sambil berkata, “mau makan apa mas? Tak bikinin nasi goreng kayak tadi pagi mau ?”
“boleh...” jawabku, dengan memegangi daster mbak nina.
Ketika ditarik lagi daster itu, kubilang, “emang masak harus pakai baju mbak?”
“mas andiiiiiii.......waaaahhhh......bakalan mateng nih memekku.....”kata mbak nina, akhirnya dia menyerah.
Dengan bertutupkan celemek saja, mbak nina mulai memasak di dapur dekat kamar mandi.

Aku berjalan ke kamar mandi untuk cuci cuci, sambil cerita soal rencana pulang besok pagi. Dan seperti yang sudah diperkirakan, begitu keluar kamar mandi, melihat bokong mbak nina yang bebas dari belakang.
Sekali lagi akhirnya kuhajar juga di dapur sempit itu.
Mbak nina bahkan sampai harus mematikan kompor untuk menyelesaikan gairah itu.



episode 4


06.00am
Pagi itu aku terbangun dengan agak kaget, karena di sisi kiriku mbak nina masih tidur dengan memelukku, hanya memakai celemek yang dipakai semalam.
“aduh, sudah jam segini...suami mbak nina pasti sudah pulang dari tadi, gimana ini?”pikirku.
Aku masih ingat, semalam baru tidur sekitar pukul 2 pagi...hssshhh...what a night. Tapi bagaimana dengan mas rafi?

Aku bangun, berusaha sepelan mungkin, tanpa membangunkan mbak nina yang terlihat masih nyenyak. Kucium keningnya pelan, lantas kucari celanaku yang ternyata terlempar sampai ke bawah kasur. Aku melihat lampu selasar diluar kamar sudah dipadamkan, jadi memang mas rafi sudah pulang. Aduh, bagaimana ini.

Kututup pelan pelan pintu luar kamar mbak nina, aku berjalan menuju ke rumah utama. Disana kulihat mas rafi tertidur di sofa. Dengan sepelan mungkin, aku masuk ke kamarku, packing perlengkapan kerja, sementara baju-baju sudah ditata rapi di almari oleh mbak nina kemarin sore. Setelah kurasa komplit, aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Air hangat di pagi yang sejuk ini sangat membuat segar di badan.
Selesai mandi, aku keluar dari kamar, kulihat mas rafi sudah terbangun, dan duduk di sofa.

“mas andi...sudah bangun?”
“iya mas, nggg...maaf mas...semalem...ngg...”
“ndak papa mas andi...saya kan sudah bilang, ndak perlu sungkan. Mas andi ini satu satunya orang yang saya percaya untuk menemani istri saya, jadi santai saja lah...lah ini mas andi kok udah rapi...mau kemana?’
“saya mau pulang dulu mas.” Kataku sambil duduk di sofa seberang mas rafi.
Kuceritakan hasil miting semalam, juga mengenai rencanaku pulang untuk mempersiapkan tim kerja.
“balik ke sini kapan mas? Kira-kira pekerjaan dimulai kapan?”
“paling tidak dua tiga hari saya sudah sampai sini lagi mas, pekerjaan dimulai sekitar semingguan lagi lah, saya musti persiapkan beberapa supplier material dulu di sini.”
“ya sudahlah, nanti sore, saya mulai pindahan ke kamar depan mas.”
“ya mas.”

Kira kira seperempat jam kami ngobrol, mbak nina muncul dari teras belakang.
“maas rafii...tadi tidur dimana. Mas andi nakal tuh...”
Wajahku langsung memerah, sementara mas rafi cuma tertawa tawa.

Karena kesiangan bangun, atau kepagian tidurnya?, mbak nina belum sempat masak buat sarapan. Lagipula, sebelum terlalu siang, aku mendingan pamit dulu.

07.00 am
Akhirnya aku sudah di jalan. Selama perjalanan pulang ke rumah, yang membutuhkan waktu paling tidak 3 jam itu, aku berpikir. Gila, baru sehari udah dapet cewek cantik macam mbak nina. Aku teringat mantan pacar di kota asalku. Yah, akhirnya aku memutuskan dia setelah 3 tahun berpacaran. Bagaimanapun, debby, cewekku itu, yang pertama kali mengajakku untuk bersetubuh. Kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan, karena gairah itu semakin menghilang. Bukan aku tak berusaha memperbaiki, tapi nampaknya, memang kita tak berjodoh.
Yah...pisah baik baik lebih bagus daripada musti sampai ketahuan soal skandalku dengan adiknya. Memang aku merasa dijebak waktu itu, tapi sudahlah...itu sudah masa lalu.
Yang jelas sekarang aku bebas.

11.45 am
Aku sampai di pintu gerbang rumahku. Yap, meski kecil, aku sudah tinggal sendiri sejak masih kuliah dulu. Sementara aku pergi, rumah kutitipkan untuk dirawat ke tetangga. Seorang pensiunan tentara yang memang baik dan jujur.
Kuminta kunci ke sebelah, lalu memasukkan mobilku ke garasi.

Kubuka pintu rumah, tampak bersih, cuma, sepi. Memang, setelah papaku meninggal, mama diajak untuk tinggal di kota besar, bersama kakak pertamaku. Sementara itu, rumah peninggalan papa, dirawat oleh kakak keduaku yang sudah bersuami dan mempunyai 3 anak.
Capek, laper....segera kubuka makanan yang memang kubeli sebelum sampai rumah tadi. Kuhabiskan sembari menonton berita di tv.

Tak lama, lagi lagi nampaknya aku tertidur. Terbangun lagi ketika terdengar suara ringtone hapeku, tertulis disana nama debby.
“aduh....kenapa ini...”
Agak malas, kupencet tombol hijau.
“haloo..”kataku
“haloo aaaan...dimana ini...”debby bertanya, memang aku masih jaga komunikasi dengan dia, karena bagaimanapun kita pisah baik baik, dan kita sebelumnya memang dekat sebagai teman sebelum kunyatakan keinginanku untuk berpacaran dengan dia.
“baru san sampai rumah. Ada apa debb..”
“gak papaa...Cuma kangeen...kapan ya bisa ketemu..”
“aku dua hari lagi mesti balik ke sana debb....nanti malem aja yuk, ajak temen temen sekalian.”
“boleh...tar tunggu smsku ya....aku coba calling mereka dulu”
“ok, bye”
Kututup pembicaraan itu dengan helaan nafas. Bukan apa apa, rasa itu memang sudah hilang, tapi memori masih ada. Bagaimana debby yang dulu begitu hangat, lucu dan imut.
Debby yang kuingat memang imut, tinggi badan sekitar 155an, yg artinya dia tak sampe sepundak ku. Bodi sih lumayan berbentuk. meski cenderug kurus. Rambut lurus hitam panjang sebahu. Kulit putih mata agak sipit, tapi tak sesipit adiknya yg memang terlihat 'panda' banget...hihi...

03.40 pm
Aku masih malas malasan, sambil mulai berpikir mengenai beberapa pekerjaan yang tertunda. Yah, masih ada beberapa pekerjaan interior ruang kantor yang kebetulan belum sempat kukerjakan.
Ku sms salah satu tim freelance ku, untuk bagi kerjaan. Entah kenapa, filingku soal kerjaan pak dahlan ini kayaknya bisa membawaku ke puncak karir. Meski banyak pekerjaan lain yang nilainya masih diatas kontrak Pak Dahlan, tapi aku merasa prospekku cukup bagus. Ataukah sekedar teringat sehari di rumah itu bersama mbak nina? Entahlah...yang jelas, aku jadi senyum senyum sendiri...hihi
Yah, sudah kuputuskan, kupilih untuk membagi beberapa pekerjaan lain ke temen temen lalu fokus ke wisma pak dahlan, atau dalam miting kemarin dipilih nama 'paradise"....

04.45 pm
"tar malem, jam 7, di kafe domiso" pesan singkat kuterima beruntun dari debby, dan beberapa kawan2 lain. (mohon maaf kalau ada kesamaan nama)
Tak ada yg kujawab, seperti biasa, palig mereka kirim pesan broadcast ke semua kontak..haha.
Hmm...hujan...tapi kalo undangan ke kafe itu, berarti nanti pasti ada acara nge band nih..Lumayan, dah cukup lama gak jamming sama temen temen. Kafe domiso itu memang tempat kongkow kongkow temen temen lama. saking seringnya, kita serig disuruh bantu bantu nutup kafe kalo gak pulang pulang....haha..yaa..lagian di kafe iu pula, aku sama tiga temenku sering dipaksa main. Bandku waktu masih kuliah dulu memang termasuk lumayan ngetop di kota ini, apalagi aku yang nyanyi plus main bass....hahahaha...
Dulu sih awalnya gara2 band kafe itu mangkir dari kontrak, trus iseng2 gitarisku nyoba satu tune musik...eeehhh...si owner denger...langsung deh dipaksa naik stage semua...tapi lucunya, dari kita berempat, ndak ada sama sekali yang mau dikontrak buat ngisi reguler di kafe itu. Tiap oran punya alasannya sendiri, aku?, waktu itu aku masih sama debby, jelas pilih pacaran timbang main lagu top fortian semalam suntuk. Mana lagunya rikues lagi....dan rikues kan tak pernah lepas dari lagu2 pop melintir macem estehtujuhbelas atau apa lagi yag lain..maleeeeessss.......we love music too much....hahahaha
rendi drummerku bilang, "my music worth a cup of your coffee...not your money...entah maksudnya apa....hahahahaha

06.50 pm.
Aku memakai baju kaos lengan panjang warna hitam dengan logo besar dilarang masuk berwarna merah. Celana jin item, sebungkus rokok filter dan kretek ditanganku. Kukendarai freedku memecah lalu lintas minggu malam yang lumayan padat itu.
Seperempat jam kemudian aku sudah duduk di sofa kafe domiso, di pojok favoritku. disana sudah berkumpul tiga cowok, rendi, alin dan rama. Masing masing dijejeri cewek ceweknya. tak ada yg kukenal, apa lagi si rendi, tiap hari selalu ganti ganti...hahahaha....
kita ngobrol seru tentang apa saja. sampai mataku tertegun melihat ke pintu masuk

Debby...bisikku lirih
Ya....debby berjalan sendiri memasuki kafe itu. dengan gaun terusan pendek, kalung emas teruntai di lehernya yg putih. Rambut pendek. rambut pendek? ouhh...dia kelihatan manis sekali, tambah imut dengan rambut pendeknya yg di cet agak kebiru biruan.

Aku berdiri, temen temen lain juga menyambut uluran tangan debby. mendekat ke aku, bukannya tangan yang diulurin, tapi pipi....duhhh...halusnya kulit itu.
sekejap kemudian, kita semua duduk lagi, debby duduk persis disebelahku, bahkan pahanya menepel erat ke pahaku.
debby memandangku lekat. Berbisik, "an...aku kangen kamu"
Bisikan itu memang tak akan terdengar temen yg lain, selain karena riuhnya musik band kafe, mereka memang tak begitu peduli, hubunganmu urusanmu..kira2 begitulah prinsip kita. Tak perlu ledek2an antar temen seperti anak2 sma yang masih cinta monyet.

09.15pm
Sudah dua jam kita nongkrong di kafe itu, tak lama kemudian, tergopoh gopoh seorang pelayan cewek mendekat ke meja. "mas...ada pesan dari bapak, ini lagu terakhir dari band yg di depan, habis ini diminta pak tomo untuk siap2 tampil."
Yah..pak tomo adalah owner kafe ini....kita ketahuan....baragkali karena denger tawa temenku alin yang khas. khas seperti apa? di ruang yan hingar bingar seperti itu, tak ada yang kebih khas dari suara tawa yang kerasnya bisa mengalahkan soundsystem di sana. hahahaha...
Akhirnya kita naik stage...diskusi sebentar soal repertoar lagunya.
Seperti biasa, lagu pertama sekedar jamming, pemanasan.
Aku petik bass musicman yang ada dengan berbagai teknik, bukan pamer, cuma sekedar pemanasan teknik, maklum lama ndak main alat. Begitu pula temen2 yang lain. jadi? memang agak semrawut kalo didegerin orang awam, karena intronya nge-funk, lalu beatnya berubah rock n roll, lalu berubah lagi agak ngepunk, trus gitarisku sedikit memaksa ngeblues...diakhiri dengan rock nroll lagi. Rumit memang....hahahaha
"selamat malam, temen temen semua, maaf, untuk sementar ndak ada song riquest dulu..."aku ambil mike dan mulai berbicara.
Tanpa perlu perkenalan, aku langsug memainkan satu intro lagu dari band indonesia /rif...disusul dengan lagu lagu lama queen, rolling stones, aerosmith...khusus untuk aerosmith, aku memilih untuk membagi mike ke debby, ya...dia memang sering kita ajak main bareng. lagian, vokal si dower steven tyler itu kagak bakal bisa keraih sama suaraku yg agak berat.
...."its amaziing...with a blink of an eye, you finally see the light...." merdunya suara debby membuat penonton terpana, apalagi sambil nyanyi dia menarik kepalaku mendekat ke dia, seakan akan nyanyi bareng satu mike, tp bibirnya hampir nempel di bibirku.
selesai satu lagu itu, debby turun. hehe...debby memang bisa nyanyi, tapi tak pernah mau 2 lagu berurutan. capek katanya.
satu lagu penutup, kunyanyikan pelan, sebuah lagu lama dari queen. Las Parabras de Amore.

....
And all for fear, and all for greed
Speak any tongue but for God 's sake
we
need
Las palabras de amor
Let me hear the words of love
Despacito mi amor
Let me know , this night and evermore
This room is bare
This night is cold
We're apart and I 'm growing old
But while we live , we 'll meet again
So then my love we may whisper once
more
It 's you I adore
Las palabras de amor
Let me hear the words of love
Despacito mi amor
Touch me now
Las palabras de amor
Let us share the words of love
For evermore
For evermore
...


Fiuh....keringat tak karu karuan...panas bener di stage...lampu sorot paling tidak ada lima sebesar 200an watt, digantung cuma setengah meter dari kepalaku.
Brug...kuhempaskan pantatku di sebelah debby.
Langsung debby ambil tissue, seka keringat dari kepalaku.
Kupandang dia lekat lekat. kembali lagi teringat masa masa pacaran dulu.
hhhhhhhh...ku menghela nafasku panjang...
Nampaknya debby sadar...terus menarik tangan dia dari dahiku.
Sambil menunduk, dia berbisik..."maaf an..."
Kubilang..."hey..its ok...cuma capek...lama ndak main...."
Tapi debby terlanjur bete...kutenggak capuccino bonus pak tomo...lalu aku pamit pulang sambil menggandeng tangan debby...
Well, malam ini aku ingin menikmati luapan memori masa lalu...mungkin, entah mengapa aku merasa, lain waku tak bisa sesederhana ini lagi.
Debby yang berangkat dengan naik taksi, kuajak bareng keluar dari kafe itu.
"debb...how are you....hows life?" kutanyakan itu setelah kita duduk di kabin mobil.
Meski kita sudah resmi putus, tp kedekatan kita rasanya tak bakal gampan hilang. 5 tahun kita berteman baik, bahkan setelah kita jadian, orang2 baru tahu kalo selama ini kita berdua cuma teman baik.
...."aann...i miss you....aku tau kayaknya kita gak bisa jalan bareng lagi...tapi masih bolehkah aku kangen?" kata dia lirih
" debb...i miss you too...santai saja debb...no matter what, you must know, i always love you...."
Bukan gombal...bukan rayuan....aku merasa apa adanya....mungkin susah diterima orang lain...tapi kenyataanya seperti itu.
"you seeing anyone?" tanya debby dengan hati hati.
"nope...."aku tak berbohong..."you ..?" balik aku bertanya.
"ada cowok an...entah mengapa aku selalu membandinkan dia denganmu...hhhhh...."debby menghela napas tanda kegalauannya.
"ssstt...debb...we must move on...,aku yakin...masih banyak orang yg lebih baik dr aku..."
Mobil memasuki gerbang kawasan perumahan elit tempat debby tinggal bersama keluarganya.
Debby memegang lengan kiriku..."ann...aku ndak mau pulang....aku masih mau sama kamu"
Kuhentikan mobilku...."debb...yakin? kemana kita? lebih baik kau telpun dulu mama atau cecile adikmu, supaya gak kawatir..."
"aku sdh pamit kok dari tadi beragkat, kubilang mau ketemu andi..belum tau pulang jam berapa...papah mamah dah paham, kayaknya asal ada nama andi, pulang mabok pun gak bakal dimarahi..hahahaha" debby tertawa memperlihatkan giginya yang kecil kecil rapi....
Aku tersenyum mendengarnya, yah..memag aku sudah kenal baik dgn keluarga debby, gurauannya pun aku rasa ada benarnya. haha....
"trus kemana kita nih?"
"naik yuh? tar aku telpun mama dari sana.." debby mengajak ke villa keluarganya yag ada di pegunungan sebelah barat kota ini.
"ok. boleh...tapi mampir beli rokok dulu"

11.20 pm
Sepanjang perjalanan tadi, debby dengan nyenyak tertidur di kursi samping. mobil kupacu secepat mungkin, untung aku bukan peminum alkohol, bukannya ndak pernah, Cuman entah mengapa aku merasa, whats the point of being drunk or wasted anyway? sementara banyak hal yang lebih nikmat untuk dinikmati secara sadar. Angin segar di pegunungan, deru ombak pantai, jamming dengan kawan kawan, kuliner macem2 yang kadang unik...Berbagai pengalaman itu ndak bakal terasa di indra kita kalau kita wasted gara gara alkohol maupun narkoba toh?
Butuh mabuk untuk cari inspirasi? itu pernyataan goblok.
Well, akhirnya mobil sdh memasuki carport. kumatikan mesin, debby pun terbangun.
"aann...dah sampai toh? aku tidur lama ya....hihi..."
"hehe...mana molornya gak punya aturan kayak ini..."ujarku bersungut sungut
"hahahaha............."tawa debby dengan renyah
"la inii..." aku nunjuk ke paha debby yang tersingkap naik sampai hampir terlihat pantatnya.
"ehh....."tukas debby
"belum lagi dari sini keliatan semua tu isinya..." ujarku sambil menunjuk ke belahan atas gaun debi yang memang sedikit terbuka dari posisinya tiduran.
"ooooohhh....."jawab debby, alih alih menutup sela sela gaun di dadanya, dia malah mengatupkan lengannya ke depan jadi semakin lebar jarak diantara gaun dengan kulit putih di bawah lehernya. Alhasil, bukit putih itu semakin terlihat meski cahaya remang remang. Kututup mataku dengan telapak tangan yang membuka, lantas pura pura mendelik mengintip. Debby rertawa terbahak bahak melihat ulahku.
"dasaaar cowooookkk....itu mata ada di kepala atas, tapi yang mikir malah kepala yang bawaaah..."debby tertawa lepas.

"yuk ah..." kubuka pintu mobil, lantas keluar.
brrrrr...hawa dingin membuatku agak mengigil.
"deb..jangan keluar dulu...dinginnya mintak ampun.."
terlanjur...
di balik mobil, kulihat debby menggigil juga.
langsung berlari ke teras villa keluarga dia.
dicari cari kuncinya dari tas jinjing puih di tangannya, ckrek ckrek
skreeek.....didoronglah pintu depan villa itu.
sekejap lampu dalam sudah menyala.
aku masih diluar, membakar kretekku dan menghisapnya dalam dalam.
ssssshhhhhh......nikmat sekali.

tak lama, debby keluar lagi, masih memakai gaun yang sama, namun tertutup jaket besar warna hijau.
"ke belakang aja yuk..aku telpun mama tadi, bilang kalo ke villa sama andi..paling bentar lagi mama telpun kamu an...ngecek beneran sama kamu ndak." ujar debby.

bener juga, tak lama hapeku berdering, terbaca "mama debby".
"haloo..."
"haloo ann...ini mama....debby sama andi kan?" suara wanita diseberang line telpon. Yah, saking deketnya aku, memang aku juga memangilnya mama, bukan tante.
"iya maa...la ini di sini baru mabok mabokan"
"wahahahahahahahaaa.....andiiii andiii....anak kok gak jelas kayak ginih...."
Mama debby tentu tau kalo aku ndak mungkin berbuat seperti itu.
"hahahahaha...ya sudaah...jangan lupa dikasih makan yaa..."balas mama debby becanda pula.
"iya maam...good nite"
cklek telpun ditutup. Debby senyum senyum mendengar pembicaraanku tadi.

Di belakang villa ini ada tanah kurang lebih seluas 50 m yang ditanami rumput. lembah membentang tepat di depannya. view kerlap kerlip lampu kota dibawah terlihat sangat jelas di sini. Jeli sekali papa debby waktu nyari lokasi buat villa ini.
Kududuk di ayunan panjang dari kayu yan memang menghadap ke lembah tersebut. debby langsung mengikuti di sebelahku dengan mengatupkan paha yang agak terbuka, dan kedua belah tangan yang saling digosok gosokkan tanda kedinginan.

"dingin debb...."
"iyaaa ann...jadi laper nih....jam berapa sih ini.."
"hampir tengah malem sih...panteess..."sahutnya sendiri.

Kuikuti langkah debby masuk ke ruang tengah. Ruang duduk ini pun tak kalah menarik, jendela kaca besar besar menghadap ke taman belakang, panggung kecil terpasang di pojokan, dulu dirancang papa debby begitu tau anak itu suka nyanyi.

Aku duduk di deket panggung yg persis di dpn jendela, sambil ngutak utik pemanas ruangan. Debby menuju ke pantry, nyari apa apa yg bisa dimakan. Lumayan, ada mi instan, dan sekaleng kecil kornet. Meski vila ini jarang dipakai, tp bu minah, penjaga vila yg tinggal di kampung seberang, selalu memeriksa stok harian, sesuai pesan papa debby.

Tak lama sdh mengepul dua piring mi instan di meja pantry. Aku ambil bed cover dari kamar, kugelar di panggung, lengkap dengan bantal dan selimut kuletakkan di samping.
Setelah mi instan ludes berpindah ke perut, kita berdua duduk di panggung itu.
Debby cerita mengenai seorang lelaki yg sedang mendekatinya. bernama sonny, seorang pegusaha rental mobil di kota itu. mereka kenal ketika sonny sedang mengajikan kredit ke bank tempat debby bekerja, kebeulan dia lah account officernya.

Kuceritakan semua tentang proyek paradise. termasuk mengenai pak dahlan, istrinya, lisa, tak lupa kecantikan ala timur tengah mbak nina.
Tapi demi kebaikan, tak semua tentang mbak nina kuceritakan.
Tentang rencanaku untuk pindah sementara ke kota mereka, debby mendengarkan sambil terdiam.

"ann...jadi kira kira setahun, kita ndak bisa ketemu?"
aku tersenyum.
debby agak murung.
"sudahlah debb, pasti debby juga bisa kok. aku yakin itu"
debby tiba tiba memelukku kenceng sekali...sambil bergetar pelan badannya.
"debb...."tanyaku
Debby cuma membalas dengan sesenggukan.
Kubalas erat pelukannya. bener bener pelukan sayang, meski bukit indah itu menempel erat lengan dan dadaku. debby larut dalam tangisnya. sambil kuelus elus rambutnya pendeknya. semakin lama semakin lemah. debby tertidur di pelukanku.
Waktu menunjukkan hampir jam 4 pagi. aku akhirnya ikut memejamkan mata juga.

06.30 am.
Aku terbangun kedinginan. Kulihat debi sdh tdk di pelukanku. Diluar hujan deras nampaknya jatuh sdh agak lama. Kutengok ke pantry, ada 2 gelas kopi yg sdh dingin, tapi tak kudapati sosok debi.
masuk ke kamar, kudengar gemericik air, pasti dari shower pikirku.
"deeebbb....."panggilku
"aannn...aku baru mandi...bentar yaa...."
Kutinggalkan kamar tidur, kukembali ke pantry, kubikinkan sarapan mi rebus dan kutaruh kopi tadi kembali ke heaternya.

Debby keluar darinkamar mandi, memakai kaos gombrong yang pastinya memang sdh disiapkan untuk baju ganti kalo bermalam di sini. Rambut basah, wajah segar, kaos itu memang kelihatan betul kegedean. Sampai pundak debby sebelah kanan selalu saja terlihat.
"wow debb.....seksiiii....."komentarku menggoda.
Dia cuma tersenyum dan mendekat, "sini ann, kuteruskan masaknya, kamu mandi dulu sana...itu ada baju papa di almari, pakai saja."

Tak sampai lima menit, aku sdh selesaikan mandiku, dan duduk berhadap hadapan dengan wanita oriental di depanku.
"hmmm....kalo tiap hari makannya mi....kayaknya ndak bakal jadi gizi nih...."kataku.
"aku punya yang bergizi..." sambil mengerling manja, debby menatapku.
"waduh....."spontan kujawab sambil senyum lebar.
Lalu kami berdua tertawa bersama sama.

"debb, masih hujan nih, kayaknya kalo turun sekarang agak males juga yah.."sahutku setelah selesai makan.
"iya an...tar aja yah...sorean, kamu berangkat kapan..? masih besok kan?"tanya debby.
Kujawab dgn anggukan dan senyum.
"tapi kita ngapain nih...mana dingin lagi..."kataku menggoda.
Debby tak menjawab, tapi berdiri mendekat lalu duduk di pangkuan menghadapku. kakinya dikangkangkan dipankuanku.
."..ann....mmmmmmmmhhhhhhhh...mmmmmmhhhhhhhhh..... ." bibir debby hangat menempel di bibirku.
Kubalas ciuman debby, kuimbangi permainan lidahnya.
.....mmmmmmmhhhhhhhh.....mmmmmhhhhh.....

Seperti yang kuperkirakan, dibalik kaos gombrong debby, hanya ada g-string hitamm ketat menempel di bulatan indah pantatnya. Memang, debby tak punya dada yang super, cenderung agak tipis malah, tapi bulatan bokongnyalah yang selalu membuat decak kagum orang yang melihat.
Kuremas pelan pelan, terasa kenyal daging montok yang terbalut kulit halus itu. Debby semerta mengerang....eeerrrrrggghhhh.....
Kuelus belahan pantatnya mengikui alur g-string dari belakang.
Ciuman debby semakin ganas ketika jemariku semakin turun mendekat ke lubang kenikmatannya.
Tanganku menyusup ke balik kaos gombrong itu, kuelus punggu halusnya, debby mrespon dengan semakin mempererat pelukannya hingga terasa dadanya semakin menempel di dadaku.

Deborah, yang sampai 6 bulan lalu masih jadi pacarku, kini duduk pasrah dipangkuanku. Masih teringat jelas di ingatanku, sekitar 2 tahun lalu, ketika debby menyerahkan mahkotanya pertama kali kepadaku. Saat itu jugalah pertama kali aku merasakan nikmatnya bercinta. Masih jelas dimataku, dia menangis setelah mahkotanya sobek oleh juniorku. bingung ! itu adalah reaksi pertamaku waktu itu.
bingung kenapa debby menangis, bingung musti bagaimana. "i love you and will always be...".kubisikkan itu ditelinganya, lantas senyum manis menghilangkan tangisannya.

Masih kupangku di kursi makan, debby mulai mengangkat tshirnya keatas. Ketika tangannya berusaha melolosi lengan kaos itu, kupegang kain kaos itu, kupuntir sehingga tangan debby terikat diatas.kupegag dengan tangan kananku, sehingga kedua tangan debby terangkat keatas, memperlihatkan kulit halus kuningnya. Kugerayangi leher debby dengan lidahku, turun ke lipatan lengannya yang halus, lalu dengan gerakan tiba tiba, kukulum habis payudaran kirinya.

Mata sipit debby semakin terlihat sayu, desahan tak berhenti keluar dari mulutnya.
"aaann.....ssssssshhhhhhhh....sssshhhhhh...... ."
Tangan debby mulai kelu, ditekuknya kebelakang, membuatnya semakin terikat kedalam kuasaku. ciuman dan kulumanku berganti ganti dari dada kiri ke kanan.
Sementara tangan kiriku semakin nakal menggerayangi bagian bawah debby.
."...aaannnn...do me babe...im yours.....sssssshhhhhhh......." desahan debby terpatah patah.

Belahan memek debby sudah basah tak karuan, pinggul juga terus digoyang goyangnya, erat menempel di juniorku yg masih tertutup celana pendek.
Jemari kiriku masih bermain main searah dengan tali g'string nya, kususuri belahan pantat montok debby sampai ke bawah, lalu naik lagi.
segitiga diujung tali g string itu sudah kuyub kebasahan.
Kudorong badan debby kearah meja makan.
Kuturunkan tangannya, kulepas tshirt yg tadi mengikat tangannya.
Kuangkat pantat debby, kuletakkan di meja makan itu, serentak badan debby merebah meski kepala tak tertopang oleh meja.
Kuangkat kedua pahanya ke samping, terpampang didepan mataku, kain g-string yang sudah basah tak karuan. kucium sekeliling paha dalamnya. kulirik debby mata sayunya terdongak, melihat apa yang aku lakukan.
Kucium bibir vagina itu, debby menggelinjang hebat. meski masih berbatas secarin kain itu, aku yakin lidahku dirasakannya sampai oleh saraf paling lemah sekalipun.
tampak dari getaran badannya yang seakan menuntut untuk diperlakukan lebih.

Rambut pendek berpotongan bob itu mulai basah oleh keringat. mulutnya menceracau tak keruan, yaa...debby memang tipe berisik saat bercinta. dan satu hal yang pernah mengejutkanku saat awal awal dahulu, saat mencapai puncaknya, debby squirt..!!
Seperti sekarang ini, lidahku yang menggapai gapai lubang kenikmatan itu, ditambah dengan permainan jariku di klitorisnya, membuatnya mengejang hebat, lalu....sreeeeetttt.....sreeeeett.......keluarlah cairan bening dari mulut kecil vagina debby.

Serentak kuberdiri, memegang kepala debby yang menjuntai dari meja makan itu, mengantisipasi kejang kejang orgasmenya yg kadang berlebihan. Sementara itu, tangan kiriku semakin mempercepat gesekannya di ujung bibir vagina debby.
."..oooohhh...auuuuuuhhhh....aaaarrrgggghhhhj....a aaaanrrddddnnnnnnddddiiiiiiiii.....aaaaaaarrrggghh hh........."teriaknya tak peduli kalo ada yg mendengar.
Celana pendekku basah terkena semprotan cairan vagina itu, debby masih kejang kejang ketika kukulum bibirnya untuk mengurango keberisikan cewek oriental itu.
Kira kira semenit, kejang kejang debby baru mereda. Bibirku dipagutnya dengan ganas. "mmmmmmhhh...brrrrr...mmmmmhhh......"diantara ciumannya itu, debby masih menggigil, bukan kedinginan tentunya.
Setelah mereda, tampak debby tergolek lemas setengah duduk dengan lengan kananku menahannya di punggung. Tangan kiriku yg tadinya masih bermain main di selangkangannya ditahan oleh tangannya, orgasmenya selalu hebat seperti itu.

Kuletakkan kembali pelan pelan badannya di meja, aku juga berkeringat, hawa dingin pegunungan itu tak mampu menurunkan gairahku. Kulepas celanaku yg basah, kubergerak ke sisi lain meja, mendekatkan peniskunke kepala debby.
Matanya masih terpejam, sambil menikmati turunnya puncak asmara tadi. Penisku yang menempel di bibirnya disambut dengan kecupan kecil. Lalu dikeluarkan lidahnya, menjilat ujung kemaluanku. Tak lama, dia mendorong badannya sedikit naik, sehingga kepalanya terjuntai ke bawah meja..
"uughhhhh...."aku mendesah geli, ketika lidahnya menyusuri bola lelakiku yang sekarang tepat berada di depan wajahnya secara terbalik. Satu tangannya memberikan kocokan lembut di batang penisku.
Pelan pelan dikelamutnya bola bolaku bergantian, geli dan kelu rasanya.
Aku tak mau tinggal diam, tanganku menggapai perutnya, menggerayang kebawah.
Kembali memainkan miliknya.
Birahinya kembali naik, desahannya mulai terdengar, bola bolaku dilepasnya. sebagai gantinya, ditariknya perlahan batang ku dan dijejalkan dengan cepat ke dalam mulutnya.
"aaaaaarrrgggghhh...." ku mengerang kaget.
Segera memek debby mulai membasah kembali.
Tak mau lama lama, kutarik penisku dari bibirnya, kuangkat kepalanya, lantas kuputar badannya menghadapku. Kembali kududukkan dia, dengan agak kasar, penisku kujejalkan ke dalam liangnya.
...cpak...cpak....suara pompaan yang langsung kupercepat. mata kecil debby membelalak, desahannya semakin keras ketika kunaikkan tempo secara bertahap.
"sssshhhjj.a..aaaaaaarrggg....harderrr...haaarrrdd deeeeerrrrr....ffuuuuucckkkk.........sssshhhhh.... "
Tiba tiba dia terdiam, aku tau itu tanda tanda debby akan mencapai puncaknya lagi.
Kuperkeras tekananku ke dalam memeknya sedikit kuhadapkan ke atas, tepat di g spotnya.
"ooouuuwwwhhhhj..sshhhiiiiiiitttt.....iimmmcummmmi iiinggggg......."lolong debby.
Cairan squirt kembali muncrat, tak sebanyak tadi karena masih terjejal penisku. Tapi batang penisku merasakan remasan remasan yang kuat disertai sensasi muncratnya cairan nikmat itu.

"udaaahhj...udaaahhhh...stooooppp....aaaannnn..... sttoooooppp...."rengek debby diantara kejang kejang badannya. Kupelankan gerakan pinggulku hingga berhenti. Kutarik keluar penisku, tampakmengkilat kilatnbasah.
"tunggu........ssshhhhh...."
Kucium debby dengan lembut. dia tak membalas, masih belum balik dari puncak orgasme nya.
Tangan debi yang tadi mencengkeram erat punggungku, mulai melemah, sementara tangan kanannya turun memegang batangku, dikocoknya perlahan.

"ssssshhhhjj......aaannn...masih kuat....?"tanyanya yg kujawan dengan senyum.
"aan....mau ndak....ngggg...."kata debby dengan nada menggantung
"he..."kujawab dengan nada tanya pula

Debby tak menjawab, melainkan turum dari meja, lalu membelakangiku.
"annn....nggg...coba di sini yaa...."debby berkata dengan membuka kedua pantatnya.
"debb...yakin? ndak sakit?"tanyaku
"ssttttt....aku udah kasih perawanku ke kamu andi...masih satu lagi yang belum..."jawabnya
Kugesekkan penisku diluar bibir vaginanya.
Pelan pelan, kuangkat penisku, ujung penisku bertemu dengan lubang rapat anus debby. kutekan pelan pelan, lubang itu melesak masuk, tapi tetap tertutup rapat.
"ssshhhhh...sayaangg.....pelan pelaan" tukas debby.
Kugesekkan lagi penisku ke memeknya, kumasukkannke dalam vaginanya, supaya debby juga rileks, sekalius membasahi batangku.
Kupegang kedua belah pantatnya berlawanan. Kukekuarkan penisku dari memek debby yang hangat. lLalu pelan pelan sunhole debby mukai terkuak, segera kujejalkan ujung penisku ke dalam.
"aaarrggghhhhh...sempiitt..." desahku
debby tampak diam saja, sedikit meringis.
"sakit deb?" tanyaku
"sshhh..."debby tersenyum menghadapku.
"do it please...aaaarrggghhhhhhhh...."seketika mata debby membeliak ketika kutusukkan penisku ke dalam anusnya.
"uuurggggggghhhhhh......"kurasakan sempit sekali, dan lain rasanya.
kering..bukan....peret sekali anus debby..
kudiamkan sejenak, sambil tanganku memainkan klitorisnya.
debby kembali mendesah, nampaknya rasa sakit di duburnya sudah bergami dengan nikmat. mulai kukeluarkan penisku setengahnya, lalu kumasukkan lagi pelan pelan.
desahan debby berubah semakin jelas...."yessss....aaannn...fuck mee.....asshhhhh...r.rgggggggghhhhhhh....."
kupercepat pompaanku.
"ssshhh...."tak kuasa aku ikut mendesah.
Kurasakan aku tak akan bertahan lebih lama lagi...
"debb...aku mau nyampee.."bisikku
"aarrrggghhhh...fuck meeee hardeeeerr..ssshhhhh...."
Kupercepat lagi pompaanku di analnya. Tiga tekanannke dalam kemudian, "aaaarrgggghhhhhh....." kusemprotkan maniku di dalam anusnya.
"waaaiiitt....im cummingntoooo...aaaaaarrrgghhhhhhh...."nampaknya semprotanku di dalam begitu keras hingga memberikan sensasi baru ke debby, hingga dia squirt dari lubang memeknya. Debby menggelepar gelepar seperti ikan tertangkap di jaring, sementara pantatnya terpaku oleh penisku yang masih tertanam dalam dalam.
"i love youuu annnnn....."bisik debby
"love you too debb...."sekali lagi bukan gombal, memang rasa hati ini ke debby nampaknya tak akan pernah hilang.
Kukeluarkan penisku dari lubang pantat debby. lalu kugendong dia, kubawanke dalam kamar.
"aann...thank you soo much...."desisnya ketika kuletakkan dia di kasur.
Kucium lembut bibirnya. Kubersihkan wajahnya dari poninya yang basah menempel di pipi.
Debby tersenyum cantik sekali sambil memejamkan mata.
Kuselimuti badannya, hawa dingin mulai kembali menyerang setelah hampir dua jam tak terasa sama sekali.
Kurebahkan badan di sebelah tubuh mugil itu, debby langsun memelukku.
"be mine ann, at least for a while......"dia mendesah sebelum jatuh tertidur.
Kukecup keningnya, lalu menarik selimut, tak kuasa pula aku menahan kantuk yang menyerang.
"part of me always yours debb..."bisikku meski aku yakin dia sdh tak mendengarnya.

12.15pm
Aku terbangun karena lapar, kulirik debby masih di posisi semula. Wajahnya tampak tenang. Aku menggeliat, membuat debby juga terbangun.
"ann...jam berapa ini.."tanya debby kawatir.
"ndak tau deb...yg jelas laper bgt nii..."
Debby duduk, lalu tiba tiba..."aduhh..."
Aku tertawa melihat itu, "sakit deb?"tanyaku
"hihi..tadi kok ndak terasa yaa..."debby menjawab
Kubantu debby berdiri..
"yuk ahh....mandi terus turun....tar nyari makan di jalan saja yah..."
Debby mengangguk sambil masih menahan rasa aneh di pantatnya.

Selesai gantian mandi, kita berdua sudah duduk di kabin mobil.
Debby masih saja menggelayut di lengan kiriku. untung mobil ini matik, pikirku.
"gimana debb...masih sakit?"
"ndak kok, cuman tadi doang sakitnya, mau lagi?" goda debby sambil pura pura nugging. kita berdua tertawa bersama.

Sebelum turun, mobil kuarahkan ke sebuah restauran favoritku di sana.
Sambil ngobrol, kita makan dengan lahap. setelah itu, kita meneruskan perjalanan pulang.
Dalam perjalanan pulang, kita berdua terdiam. sibuk dengan pikiran masing masing.
Sampai memasuki gerbang keluar kawasan pegunungan itu, debby yg kukira tertidur, tiba tiba berkata,"ann, aku ikut kamu ya.."
"eh, kukira tidur...besok kan senin? ndak kerja?" jawabku.
"besok aku berangkat dr rumahmu ya" 


sebelum turun, mobil kuarahkan ke sebuah restauran favoritku di sana.
sambil ngobrol, kita makan dengan lahap. setelah itu, kita meneruskam perjalanan pulang.
dalam perjalanan pulang, kita berdua terdiam. sibuk dengan pikiran masing masing.
sampai memasuki gerbang keluar kawasan pegunungan itu, debby yg kukira tertidur, tiba tiba berkata,"ann, aku ikut kamu ya.."
"eh, kukira tidur...besok kan senin? ndak kerja?" jawabku.
"besok aku berangkat dr rumahmu ya"
"hmmm..."aku tak menjawab.
"tapi mampir rumah dulu dong, pamit sama papah mamahmu duluu.."jawabku
"yaaa...sekaligus mampir beli oleh2 ya" jawab debby.
aku mengangguk.
"sekalian beli mahar yaa...tar bilang papah mamah sekalian"kata debby menggoda.
"waduh..." aku tertawa, meski aku tahu debby cuma becanda, tp hatiku merasa candaan itu datang dari dalam.

03.35pm
aku sudah duduk di ruang tamu kediaman bpk toni, ayah debby.
"ndik, katanya dapet kerjaan gede ya" tukas mama debby yg menemaniku.
lalu aku ceritakan mengenai proyek itu. kebetulan papa debby, sesama pengusaha, pernah ktmu dgn pak dahlan, meski tak begitu kenal.
"mamaaa, aku ikut andi yaa" debby keluar membawa satu ransel dan tas jinjing kecil warna biru.
"eee....bagemana ceritanya ini?" mama bertanya menggoda.
"tar kalo sonny datang bagemanaaa..."
"bilang aja aku diculik andi, biar dia nebus ke aku, tar tak pake bulan madu sama andi" jawab debby.
"aduh aduh aduuuh..."mama debby pura pura pusing sambil pegang kepalanya.
aku cuma tertawa mendengar itu. papa mama debby memang saling terbuka, jadi candaan model apapun pasti akan diterimanya.
tak lama, aku pamit orang tua debby.
saat debby memasukkan brg bawaan ke mobil, mama debby memanggilku.
agak berbisik, beliau berkata,"andik, tolong jaga in debby ya, kalau kalian memang sdh tak bisa bersama, plg tidak temani dia, papa sama mama merasa kasihan, krn kelakuan cecile, debby sering harus mengalah. " aku mengangguk, lantas cipika cipiki dgn beliau. papa debby juga ngomong kurang lebih sama.
debby yg melihat itu, ktika di mobil bertanya"mamah bilang apa tadi an?"
"apaan?"aku tak mau jawab
debby mencubit pahaku,"apaaaaa..."

aku meringis sambil ketawa, "ituu, mamah bilang, kalo andi masuk lewat pintu belakang, pake lotion aja biar licin..." aku menggoda
alhasil, sukses kepalaku dilempar bantal.


--EPISODE 5---


08.00am, the next day.

Semalam (lagi) bersama debby sudah berhasil kulewati. Jujur saja, selama dua malam menghabiskan waktu bersamanya, membuat desir desir hati ini kembali menguat. Tak lagi teringat sebab sebab dulu kita memutuskan untuk berpisah. Yaa, barangkali memang bisa dikatakan tidak ada alasan untuk berpisah, selain butuh istirahat dari hubungan itu.

Meski kata cinta, love, sayang, malam itu terlepas dari mulut kita berdua, namun tak ada satupun ikatan resmi yang malam itu ingin kita ikrarkan. Entahlah...waktu yang nanti pasti akan menjawab.
Pagi ini, kuantarkan debby ke kantornya, di sebuah bank swasta cukup terkenal. Well, sebenarnya, malam itu debby bersikeras untuk mengajukan ijin kepada atasannya, pengen ikut aku keluar kota. Memang malam itu kita ngobrol banyak. Akhirnya terucap jugalah dari mulutku cerita tentang hubunganku dengan mbak nina. Barangkali itulah yang membuat debby begitu keras keinnginannya untuk ikut. Tapi, nampaknya, atasan debby tak mengijinkan karena ada beberapa transaksi khusus yang harus ditangani secara personal.
Dengan wajah kecewa, debby menciumku di dalam mobil, ciuman perpisahan. Yah...paling tidak untuk beberapa bulan kedepan. Lambaian tangan debby tak juga diturunkan sampai mobil yang kukendarai menghilang di tingkungan.
Fiuh....what a girl...

12.30 pm
Akhirnya aku sampai di paradise. Kondisi rumah kosong, tapi nampak banyak sekali kardus kardus ditata di beberapa tempat, yang sebelum kutinggalkan kemarin belum ada.
Tak banyak berpikir, aku segera membuka pintu kamar, menghidupkan ac, cuci muka, tangan dan kaki, lalu tidur. Capek sekali rasanya, semalam aku hanya tidur kurang dari 3 jam, itupun setelah debby kubikin sampai hampir pingsan.

06.30 pm
Pintu kamarku diketok dengan agak keras, nampaknya karena sudah beberapa waktu tak ada jawaban dari dalam.
“Yaa..masuk..”sahutku dengan kesadaran masih separuh.
Mbak Nina muncul dari balik pintu, dengan gaun panjang putih-pink, kerudung putih, dan bermake-up. “Mas andii...”kata mbak nina.
“eh...mbak...sori...capek banget nii...”
“iya...aku sama mas rafi mau kondangan dulu ya...itu makan malam sudah disiapkan di pantry.”

Aku beranjak untuk menemui mas rafi di ruang tengah.
Mereka berpamitan, dengan naik motor berboncengan.
Aku segera unpack segala perlengkapan, menata meja makan yang kupakai sebagai meja kerja.

Selama beberapa hari ke depan, aku sangat fokus untuk mempersiapkan pekerjaan di sini. Karena dana awal sudah dikirim ke rekening, semakin memberikan tekanan padaku untuk segera memulai. Meski tinggal serumah dengan mbak nina dan mas rafi, namun karena mas rafi selama 2 minggu ini dijadwal kerja siang, berbarengan dengan waktu kerjaku mempersiapkan supplier keliling kota, maka hampir pasti interaksiku dengan mbak nina semakin sedikit.

Yang jelas, ketika sedang santai pada suatu sore, mereka berdua sempat menyindir kalau aku bekerja terlalu keras. Pantas sampai sekarang belum juga punya istri. Aku Cuma tertawa menanggapinya. Di sisi lain, nampaknya mereka juga ingin mengatakan kalau “pekerjaan sampingan”ku belum membuahkan hasil.

Yah...mbak nina masih belum hamil juga. “jangan jangan dulu salah lubang ya mbak?” gurauanku. Dijawab dengan tawa keras mereka berdua, sementara aku cuma senyum senyum saja teringat akan debby.

Many days later,
07.15 am
Hadir pada saat itu, pak dahlan, michele dan tentu saja Lisa. Lima belas menit yang lalu, Pak dahlan mengambil sekop untuk sekedar simbol dimulainya proyek itu.
Kulihat mbak nina dan lisa duduk berdua di ruang tv, sementara aku, pak dahlan, michele dan mas rafi duduk di teras sambil ngobrol soal pekerjaan.

Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, yang jelas beberapa kali aku bolak balik ruang makan untuk mengambil gambar di meja makan, terdengar tawa kecil dari lisa dan mbak nina yang memang sedang memandangku.

“Hmm ... ? “ aku angkat bicara mencoba mencari tahu
Tapi mereka berdua malah semakin keras tertawa.
“yeee......” aku melengos lagi dan kembali ke teras depan.

Malam itu, beliau beliau berencana untuk menginap di sana. Pak dahlan dan bu michele memakai satu kamar tidur tamu, sementara lisa kutawari untuk tidur di kamarku. Tentu saja, aku tidur di sofa depan tv.

10.50 pm
Semua sudah masuk ke kamar masing masing. Bahkan mbak nina pun sudah masuk ke kamar bersama mas rafi. Aku sendirian di ruang tv. Tiba tiba teringat, charger hp masih tertinggal di kamar.
Dengan memberanikan diri, kuketuk pintu kamarku. Tak ada jawaban. Kuulang beberapa kali, tetap tak ada jawaban. Akhirnya kubulatkan tekad untuk membuka handle pintu, dan tidak terkunci.
Dengan mengendap endap, aku berjalan di gelapnya kamar yang memang lampunya dimatikan oleh lisa. Karena gelap, kakiku tak sengaja menendang meja tv. “Aduhhh....” teriakku agak keras.
Sedetik kemudian, lampu menyala. Aku mengerjap ngerjapkan mataku, sementara dikasur terlihat Lisa terduduk dengan menutupi dadanya memakai selimut. Pundaknya polos. Aku langsung berpikir, lisa tidur telanjang ?

“sorry liz, im looking for my charger.”
“ouww...its ok...did you knock the door before?” jawabnya dalam bahasa inggris. Percakapan sehari hari lisa memang masih banyak memakai bahasa inggris.
“ i did liz...” aku menundukkan kepala, tak berani mengintip.
“its ok...”
Segera kuambil chargerku, dan ketika kutengok untuk melangkah menuju pintu, kulihat Liza berdiri di samping tempat tidur, hanya memakai celana dalam saja, sementara payudaranya terlihat bebas menggantung. Bulat, menantang, dengan puting pink kecil yang menggoda.
“ups...sorry” tukasku begitu melihat dia.
Diapun kelabakan, “nggg......”
“i better leave you now...”jawabku sambil melangkah ke pintu.
“sorry for the inconvinient”

Deg deg an. Bagaimana tidak, tubuh liza ternyata begitu sekal. Hampir sama dengan mbak nina, hanya karena perawakannya yang cenderung tinggi membuatnya terkesan lebih langsing.
Fiuhh...satu lagi godaan....bisakah aku menyelesaikan pekerjaan ini tanpa membuat masalah...?....heeeehhh...begitu pikirku

Suatu saat, kami cuma berdua di dalam rumah. Suatu sore yang gelap, karena hujan begitu derasnya. Aku sedang nonton tv, tiba tiba mbak nina mendekapku dari belakang.
“eeh...mbak.....bikin kaget aja” kataku
“hihi...nonton apaan mas...” mbak nina segera duduk disebelahku. Sore itu, mbak nina memakai daster tanpa lengan, hanya ada tali kecil yang menahan baju itu dari melorot.

Aku duduk menyender di sofa, “berita mbak....hujannya deres banget yah...sampai tadi terpaksa pekerjaan berhenti...” kataku.
“iya mas....jadi dingin sekali....”kata mbak nina sambil melihat kertas yang kucoret coret.
Inilah satu kebiasaanku, sering sambil ngelamun atau berpikir, dimana ada kertas dan pensil, tangan ini tak pernah diam. Bukannya sok seniman, bikin sketsa sketsa artistik, tapi seringnya malah coretan coretan kata yang muncul di benak.
“eh..debby siapa mas....”kata mbak nina tiba tiba yang membuatku kaget.
“ha ? mbak nina kok tau debby ?”
Sambil tersenyum, dia menunjuk tulisan besar yang ada di kertasku.
Lalu aku tertawa.
“hehe...debby itu mantanku mbak...”kataku
“ouuww....kangen yaa...hujan hujan begini...”goda mbak nina.
“hehe....kita temen deket mbak, sebelum dan sesudah kita pacaran, kita tetep temenan kok. Kayaknya sekarang sudah punya pacar baru malahan.” Aku berkata.

Kuperhatikan mbak nina, sambil berdecak kagum.
“mbak nina ini...katanya dingin, pakaiannya malah bikin dingin...”kataku
“hihi...habisnya, tadi di kamar gerah banget rasanya.”
Mbak nina mengalihkan pandangan ke tv di depan. Berkomentar mengenai berita-berita politik yang tak pernah ada ujung pangkalnya.
Aku cuma mengiyakan. Mbak nina duduk di sebelahku, dengan tangan menumpu pada pahanya. Otomatis punggungnya terlihat jelas dari sisiku. Rambutnya yang panjang bergelombang digulung ke atas dengan memakai semacam konde, sehingga menampakkan pula lehernya yang putih.

“eh mbak nina...”panggilku minta perhatian.
“hmmm? Kenapa mas?”sambil menengok ke arahku
“kalo orang orang pacaran dulu biasanya pura pura begini yah...”
“hoooaaaaahhhhaahhheeeemmmm.....”aku berpura pura menguap, dengan tangan menggeliat, lantas seakan akan tak sengaja memeluk pinggangnya.
“wuahahahahahahaaa......trik kacangaaann...”tawa mbak nina.
“hihi....” aku tertawa kecil, sambil melanjutkan, “kalau yang begini? Udah pernah lihat belum ?”
Kali ini aku kembali pura pura menguap, tapi bukan tangan yang kuangkat melainkan kaki, kuangkat tinggi, lantas kulewatkan ke belakang punggung mbak nina, sehingga sekarang aku jadi duduk dibelakangnya.
“e eh....”tukas mbak nina.
Langsung kupeluk dia dari belakang, dan kucium lembut pangkal leher bagian belakang.
Gantian mbak nina yang menggeliat kegelian. Tapi diteruskan dengan tertawa.
“hahaha...dasar mas andi nakaalll....”
"salah sendiri tadi ngagetin, trus dah gitu ininya keliatan tuuhh...." bisikku sambil meremas payudaranya.
"eeeeeehhhh....."protes mbak nina.
"tar dulu maas...gimana ni urusan debby...."

kukembalikan kakiku ke posisi semula, lalu beranjak ke pantry untuk bikin minum. "apanya yang gimana...debby ya debby.."jawabku
"ndaaak, maksudnya kenapa kok putus, aku liat fotonya dong...ada ndak mas?"tanyanya.
"ada sih mbak" jawabku sambil mengaduk gelas.."mau yang pake baju apa ndak...hihii"
"eeeeee....nakal yaaaaaaa........" mbak nina berdiri mendekatiku di pantry.
"mana mas...liat doong...pengen tahu selera mas andi.."
"sssrrrppptttt......waduh...kalo seleraku banyak mbak..."kataku sambil menyeruput kopi anget.
"yang oriental mau, yang timur tengah mau, yang bule mau, semua mau.."kataku sambil menowel hidung mbak nina.
"dasaaaarrr......eh...emang yang bule mau? noh ada lisa...mau?"kata mbak nina.
"waduh..kalo lisa...hnggggg....berat di babenya mbak...hahaha"jawabku. aku mendorong kursi makan yg biasa kupakai kerja menghadap mbak nina yang bersandar di punggung sofa.
"eh...mau kopi mbak? sori lupa nawarin.."
"hihi....lisa tu bener bener tertarik sama mas andi lo...tiap ketemu selalu nanya in lo..."terang mbak nina, "eh tapi katanya udah punya pacar...tapi gak tau juga sih, gak pernah cerita cerita juga..."
"yeee...orang udah punya pacar ditawarin....eh tapi...nyatanya udah jadi bini orang juga masih suka gangguin brondong ya.."goda ku.
"brondong apanyaaaa...umur cuma selisih setaun bilang brondoong..."jawab mbak nina tak mau kalah.
"wuahahahahahaha...berarti bener dong...pake baju buka bukaan gitu pengen godain kaan..."godaku terus
"waaaaaaah.......ni anak kagak pernah mau kalah.."kata mbak nina pura pura marah.

"fakta sudah membuktikan mbak...aku kalah cuma sekali...mbak nina tiga kali kan?"godaku lebih keras..
"yeeeeee.....masih diterusiiiinn...jadi malu niiihhhh..."mbak nina senyum senyum memperlihatkan lesung pipitnya.
"hahahahaha....."

"mas....aku tanya beneran nih...debby emang kayak apa sih..liat doong..."kata mbak nina.
kubuka laptopku, buka facebook, kulihatkan page debby, kurahkan ke fotonya.
"eeehh...cakep juga ya...duuuhh...bisa cemburu niihh...."goda mbak nina.
"eh tapi kok banyak bener foto foto sama kamu ya mas..."
aku hanya mengangkat bahu, diam diam baru menyadari, kalo hampir di tiap foto yang di upload debby hampir pasti ada aku.
hmmmm.....ah sudahlah...pikirku...kalo memang berjodoh, pasti ada jalan untuk bersama lagi.

mbak nina masih asyik membuka buka foto itu.
tiba tiba berkata pelan, "kalo yang gak pakai pakaian mana mas..?"
"eeeeeeehhhh.....kenapa mbak? pengen?"tukasku cepat.
"hihi....seksi nih debby kayaknya...pantesan mas andi ku sampai kebayang bayang terus..." cerocos mbak nina.
"mas andi ku?" kubertanya dalam hati. "ini bisa awal dari sebuah certa indah, atau awal dari sebuah malapetaka..."

"udah ahh...liatin terus ntar kepingin looo..."kataku sambil meninggalkan mbak nina ke depan tv.
"yeee...kalo jeruk makan jeruk sama kayak gini sih mau mau aja....hahahahaha..."kata mbak nina menggoda.
"eh..mbak emangnya ngobrol sama lisa, ngomongin apa sih.."tanyaku
"hmmm..."mbak nina duduk di dekatku,"aku kenal lisa begitu dia pindah dari london mas" kata mbak nina sambil membusungkan dada.
dan tentu saja mataku tak lepas dari situ...indahnya belahan itu.
"mas...mas andi....aku disini...."mbak nina memegang dahuku, lalu dinaikkan sebatas matanya.
"hihi...habisnyaa...mbak ndak pake bra yaa..."goda ku
"yeeeee...dicritain malah nanya braa...dasar laki laki........terusin ndak niiii...."protes mbak nina pura pura marah.
"iyaa...iyaaaa...gimana mbak nina mont...eh...cantiiiiikkk...."godaku..
tak lagi berkata...tapi tangannya maju mencubit pahaku ..."aduuuuuuhh...sakiiiittt...iya iyaaaaa...ampuuunnm...gimana tadiiii....miss ninaaa?"
"sini ah....mas andi duduk dibawah ajah...."perintah mbak nina sambil mendorong pundakku ke bawah.
sambil tertawa, kuikuti kemauannya. aku duduk di karpet depan sofa menghadap tv.
"lisa itu dulu kurus sekali, waktu itu aku instruktur senam di sanggar sana mas, deket alun alun. kurusnya kayak orang sakit gitu, kayaknya memang banyak oran bule yang tergila gila sama kurusnya badan. naaa...aku jadi instrukturnya...terus dikenalin ke keluarganya, sama michelle mamanya, akhirnya aku dikenalkan sama mas rafi yang dulu kerja di perusahaannya pak dahlan. terus aku nikah sama mas rafi, habis itu aku milih keluar saja dari sanggar itu. lama lama banyak yang aneh aneh mas." kata mbak nina
"la terus lisa nya manaaaaa.....kok malah cerita soal mbak nina sih?....waaaa...penonton kecewaaaa..."godaku...dan.....sekali lagi aku dicubitnya
"hihi...iyaa..karena itu aku dulu jadi tempat curhatnya si lisa...cerita soal kuliahnya, temen temenya, pacarnyaa..."
"naaah...makanya kalo ngobrol sama lisa ya crita apa saja...termasuk cerita soal mas andi.."
"eh...cerita soal aku?"
"iya.."
"mbak cerita apa saja soal aku?" tanyaku
"yaaa...nina cerita kalo mas andi ini available kok, lagian selain pinter, itu...nggg....senjatanya juga pinter looo....bisa bikin tiga kali nyampe..." kata mbak nina sambil jemari kakinya mulai menjelajahi pangkal pahaku.
"mana besar lagi....ndak bakal boseennn..."kata mbak nina
"halah mbaaaakkkk...didengerin serius kok..." protesku sambil memegang telapak kakinya.
"yeeee...itu tadi seriuuuusss....aku cerita semua kok sama lisa...."
"aduuuhhh...habis ni daya jualku..."kataku sambil menepuk dahiku.
"mbak beneran cerita sama lisa soal kemarin itu?" tanyaku memastikan.
"iya mas...santai saja...lisa orangnya terbuka kok...dia ndak masalah kok...malah jadi tanya tanya, enak ndak mas andi ...hihi..."
pantesan mereka cekikikan waktu itu.
"terus, pacar lisa sekarang orang mana mbak?"
"ndak tau, kemarin belum sempet cerita. kenapa mas? pengen?"tanyanya
"lisa juga montok lo mas..."
" iya sih...eh" jawabku spontan,
"hiyaaaaaaaa......mas andi udah ngintip lisa yaaa..."tanya mbak nina
"hahahahaha..."aku tertawa, lalu kuceritakan soal insiden kemarin itu.
sambil cerita, masih menghadap tv, aku merebahkan kepalaku di antara kedua kakinya. mbak nina mengelus elus perlahan rambutku yang mulai gondrong lagi.

kupegang betisnya dengan tanganku, kuelus perlahan dari bawah sampai ke lutut. kaki mbak nina semakin dilebarkan. kedua tangan kunaikkan hinggajemariku menyelusup ke dalam daster bagian bawah. masih kuelus perlahan, terasa remasan tangan mbak nina di rambutku. aku masih menghadap ke depan, sementara kedua tanganku sudah sampai ke pinggir paha sebelah luar, terasa dagin kenyal pantat mbak nina dari sisi samping.
mbak nina mendesis, "ssssssshhhhh.....massss......"
mbak nina membungkuk untuk meraih wajahku yang ditariknya hingga menengadah. kita berciuman dengan pelan. kedua tangan mbak nina menyusuri dadaku. karena posisi ini agak sulit, mbak nina tiba tiba berdiri, lalu duduk di pangkuanku.
ciuman demi ciuman, pagutan demi pagutan, mbak nina mulai menggerakkan pinggulnya. dia merasakan juniorku yang mulai membesar di bawah sana.
mata indah mbak nina sedikit terpejam, sayu.
"ssshhhh........"mbak nina memandangku dengan menggigt bibir bawahnya.
tangannya merogoh ke bawah, mencari kedudukan juniorku yang masih terbungkus celana. dikeluarkannya dari celana kolorku, sebatas batang penisnya. dikocok lembut batang penis itu dengan memakai tangan kanannya, sementsra tangan kiri mbak nina bermain di selangkangan dia yang juga masih tertutup daster.
mbak nina semakin mendesah. kugeser tali penahan daster ke samping, hingga tersembullah dada kirinya yang membulat. kuremas remas, sambil mencium lehernya. mbak nina semakin bernafsu, goyangannya semakin tak menentu.
"sssshhhh...mass annndiii...aku ssssshhhhhh...." mbak nina menghentikan gerakan tangannya, nampak kalau dia belum puas, ingin lebih.
mbak nina berdiri, hingga dasternya melorot ke bawah. lalu dia mengangkat kaki kirinya ke sofa untuk mendekatkan selangkangannya ke wajahku.
...mmmmmmmhhhhhhhh.....
kujilat sekeliling labia mayora yang membukit, mbak nina serta merta menggelinjang. kulirik, kedua tangan mbak nina menarik narik putingnya sendiri ke atas....kuraih bulatan pantat mbak nina, kudorong semakin dalam ke arahku. lidahku bermain dari ujung klitoris, sampai turunnke anusnya, kulakukan berulang ulang, mbak nina semakin tak terkendali...
"aasshhhhhh...masssss...aaaaassshhh.......maaassss s......aaaaaaaarrrrggghhhhhhhhhhh......"mbak nina mengejang kejang tanda orgasmenya melanda. kakinya tiba tiba melemas, mbak nina kembali jatuh di pangkuanku. dipagutnya bibirku dengan ganas, sementara orgasme itu belum hilang.
"ssshhhh......enak sekali mas....ssshhhh"kata mbak nina.
sementara juniorku masih tegak, terselip dibelahan pantatnya.
kurengkuh pantat bulat itu, kuangkat untuk memberi ruang, ketika kurasa sudah pas, kuturunkan pelan pelan.
"mmmmmhhhhh..."sambil kucium bibir itu, perlahan lahan mbak nina menurunkan pantatnya, hingga batang penisku masuk sempurna dalam liang vagina dia. perlahan dia bergerak, naik turun, makin lama makin cepat, sampai peluh kerigat bertetesan dari wajahnya.
lalu ditekannya ke bawah dalam dalam, lalu pingguknya mulai bergerak maju mundur nyamping.
"aaarrghhhh...mbaaakkkk ninaaa...memekmuuu enak sekaliii....."bisikku vulgar di depan hidungnya.
mbak nina kembali memagut bibirku, dan menggoyangkan pingulnya lebih intens. sampai tak lama kemudian, aku hampir mendekati puncak.
"aaaarrrgghhh......ssshhhhh....."pingul mbak nina kutahan dengan kencang. "aaaarrgggghhhhh........."kuisi rahim mbak nina dengan spermaku. mbak nina tampak masih berusaha menggoyangkan pinggulnya, hanya beberapa detik, mbak nina menyusul mengejang dengan keras. gerakan pinggulnyan jadi patah patah.
"sssssshhhhh......maaaassss annnnnnndiiiiii....sssshhhhhh......"
senyum manis dengan lesung pipit yang menggoda menghiasi wajah cantik mbak nina.
perlahan, penisku mulai terlepas dari liang kenikmatan itu.

08.00pm
aku masih duduk lemas di sofa itu. mbak nina juga masih tiduran di pangkuanku. bedanya, kita berdua tak lagi tertutup apapun. telapak tangan kiriku dipeluknya persis di dada kirinya. rambut mbak nina sebagian terlepas dari ikatannya, tampak natural sekali.
"mandi yuk mas..." ajaknya
tanganku ditariknya ke dalam kamar mandi sebelah ruang tv. sebentar saja, air hangat sudah mengucur dari shower itu. mbak nina melepas ikatan rambutnya, sehingga terjuntailah rambut bergelombang itu.
kuambil sabun cair, kuletakkan di telapan tanganku. kupeluk mbak nina dari belakang, lalu kuusapkan sabun itu ke tubuh bagian depan. tangan mbak nina keatas, mencoba meraih kepalaku, seakan memberikan jalan kepada telapak tanganku unuk menggerayangi bukit indahnya. kugosok gosok, bahkan sampai sabunnya larut ke dalam kucuran shower, tanganku masih asyik bermain di payudara sekal itu.
kala mbak nina menyender ke belakang, aku semakin melekatkan tubuhku ke punggungnya. sementara tanganku mulai turun, sampai ke bawah, kurasakan tembemnya bibir memek dia. kugosok gosok, mbak nina mulai mendesah.
desahannya kali ini agak keras, atau mungkin karena efek kamar mandi.
kugesek gesekkan tanganku di bibir bawahnya, mbak nina semakin menjadi.
sekali lagi, sampai hampir melorot, mbak nina mengejang nikmat. bibirnya membentuk huruf o, tanpa ada suara yg keluar. getarannya semakin lama aemakin hebat, sampai membuat kakinya merosot ke lantai kamar mandi.
"sssshhhhh......ssshhhhh...."sementara aku berdiri menunggu. aku membungkuk untuk kencium bibir tipis seksi itu.
mbak nina pun segera sadar, memperbaiki duduknya, kemudian menghadap ke selangkanganku.
masih dengan shower yang membasahi, mbak nina mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. kepala mbak nina maju mundur, sampai mungkin terasa capek. lantas dilepasnya penisku, lalu berdiri.
mbak nina melangkah menuju meja wastafel, lalu mengangkat pantatnya hingga posisi duduk, lantas satu persatu diangkatnya kedua kaki melebar diatas meja, membentuk hurud M dengan lembah nikmat di tengah. aku masih terdiam melihat, sementara tangan mbak nina mulai bermain sendiri di bibir memeknya. wajah dan tatapannya yang menggoda, membuatku mendekat dan langsung menancapkan ujung penisku di pintu surga kenikmatan itu. kudorong pelan pelan, posisi ini nampaknya membuat ujung penisku tepat menyentuh g-spotnya, tak sampai sepuluh tusukam, mbak nina sudah menggelinjang lagi. punggunnya bergerak gerak. perutnya nampak berkedut kedut. tanda orgasme sedang melanda wanita cantik itu.
namun, di ronde dua ini, aku lebih tahan lama. kudiamkan dulu mbak nina yang sedang menikmati, lalu kupapah turun dari meja, kuputar dia menghadap cermin didepannya. kuangkat satu kakinya ke meja, sehingga bibir memeknya langsung merekah di bawah sana. kutekan penisku ke dalam, lianf itu tetap sempit.
kupompa pelan pelan, semakin lama semakin kencang. mbak nina sampai terguncang guncang. segera kuraih rambut panjannya yang masih basah, kurenggut lalu sedikit kutarik, sehingga wajah mbak nina persis terlihat di depan cermin.
desahan mbak nina semakin menjadi, pompaanku semakin keras dan kasar.
....plak...kucoba spanking pantatnya yang montok
mbak nina sedikit mengernyit tanpa protes..
kuulang lagi, sedikit keras...mbak nina mendesah...
sssshhhh.....maassss andiiiii....sssshhhhhh....
lalu dengan tiba tiba kuhentikan gerakanku dengan posisi penis separuh di dalam. mbak nina mulai menggoyangkan pingulnya, maju mundur, kiri kanan. aku hanya menusuk dengan tempo tak beraturan. di tusukan mendadak yang ketiga, mbak nina menekan pantarnya mundur sambil melenguh tanpa suara....
"huffffffttt.t..........."hanya itu yang terdengar.
kembali, mbak nina kejang kejang merasakan orgasme. kali ini, aku tak membiarkan mbak nina menikmati, kupacu dengan lebih keras dan intens, sehingga mata mbak nina membeliak. orgasme yang belum juga turun, dipaksa lagi menanjak. semakinkeras, hingga kutekan dalam dalam dan aku melenguh keras..."aaaarrrgggghhhhhhhh........"kusemprotkan lagi cairan cintaku ke dalam lian itu. mbak nina nampak tak percaya dengan rasa yang terjadi, matamya masih membeliak, akan tetapi dibarengi dengan kejang kejang tak beraturan. tangannya memegang erat kran dan pinggiran mejanya.
"mas andiii nakaaallllhhhhhhhh.......sssshhhhhh.....arrrrrgggg hhhhhh.........dikit lagi bisa pingsaaaan niiiiii...hhhhhhhg.......ssssshhhhhhh....."
kubiarkan sebentar tubuh mbak nina yg masih berkelojotan.
lalu kubopong tubuhnya keluar dari kamar mandi, masih telanjang bulat dan basah. bahkan bekas maniku masih terlihat putih di ujung lubang kenikmatanya

...tapi....
begitu keluar dari kamar mandi. aku terkaget, sampai hampir menjatuhkan tubuh molek mbak nina.
karena didepan sofa itu, lisa sedang berdiri sambil menutup mulutnya yang melongo.


--EPISODE 6 A—

“liz...sorry...”kataku sambil kuturunkan mbak nina.
Lisa masih melongo, tapi nampak matanya sembab. Menangis ?
Lisa menatap mbak nina, “niiin...he did it again....” sambil sesenggukan.

“what happen liz ?” mbak nina masih telanjang memeluk lisa, yang disambut dengan tangisan dia.
Aku merasa rikuh, berjalan menuju ke kamar untuk berpakaian. Kubuka almari pakaian, kuambil kaos berlogo harley davidson besar di depan. Kubawa keluar untuk kuberikan ke mbak nina.
Mbak nina menyambutnya, masih dengan lisa yang sesenggukan dan bicara tak jelas.
Aku merasa tak enak, kutinggal mereka berdua ke teras depan, sambil merokok dan mengutak atik tablet androidku.


09.55 pm
“maass...mas andiii....”kudengar mbak nina memanggilku
“ikut yuk...”ajak mbak nina
“kemana malam malam begini ?”tanyaku
Kulihat mbak nina sudah memakai gaun pendek terusan, dengan rambut yang sudah dikeringkan dan lagi lagi diikat keatas, menampakkan lehernya yang mulus.
“nemenin lisaa...ayo ah...cepetan ganti baju..”kata mbak nina lagi.

“is it ok?”lisa bertanya padaku.
“wait, let me change clothes for a sec.”kataku

Tak lama, kita bertiga sudah membelah jalanan kota itu yang belum begitu sepi. Mazda rx8 milik lisa, kukendarai dengan pelan pelan. Lisa duduk disamping, sementara mbak nina di belakang.
"where to, liz?
"beach house.."jawabnya singkat
"rumah lisa mas, ini papa mamanya lisa pulang ke london. dia minta ditemeni pulang, tadi kusuruh nginep di paradise ndak mau."imbuh mbak nina
"oh jadi kita nginep di sana? apa pulang?"
"ntar lah lihat dulu..."jawab mbak nina.
"ok...tapi...."kataku menggantung
"tapi what, ann ?"lisa angkat bicara dengan bahasa indonesia yg logatnya aneh.
"beach house dimana ya.........'jawabku nyengir
.....gabruk.....kepalaku dilempar bantal dari belakang, sementara lisa cekikikan.
"tuuuuhhh....dah ketawa mbak....dah manis tuuu...."sindirku
"eeehhh....dah berani godaiiiiinnn....wahahahahaha....."tawa mbak nina, sementara lisa tersipu sipu.

mobil memasuki sebuah carport yang menanjak, didepannya pintu garasi sudah terbuka memakai remote yg ada di mobil.

hmmm.....dari luar, tak begitu terlihat bentuk bangunan, karena memang ada pohon besar besar di sekitar pagar depan. sampai di teras, terlihat kalau bangunan ini berdiri diatas batu atau karang yg menjorok ke laut. sebelah kiri teras, terlihat pantai umum yang memang jadi tempat wisata di kota ini. sementara sebelah kanan teras, masih asri, konon, menurut cerita mbak nina kemudian, tak ada investor yg berani membuka kawasan itu karena akses yg kurang dan karena adanya jalur bebatuan yg cukup padat. pantai yang memanjan itu memang seakan akan terpisah oleh beach house milik pak dahlan itu. dan itu artinya, kalau kita turun dari beach house ke arah kanan, kita akan dapati garis pantai sekitar hampir dua kilometer yg masih asri, dan privat, seperti pantai milik sendiri.
sebuah kebetulan yang menyenangkan. nampaknya, pak dahlan sekalioun, tidak sadar pada saat membeli tanah ini.

desain bangunan inipun unik, dari teras yang cukup lebar di depan, ada pintu menuju ke ruang dalam, yang seakan akan menyatu dengan kolam renang yang ada persis dibelakangnya. view dari kolam renang itu, akan membuat seseorang seakan akan berenang di atas laut. huffffttrr....aku cuma membatin....bangunan yang sebenarnya tak terlalu besar ini pasti banyak memakan biaya, karena selain pemakaian material yg mewah, secara struktur memang membtuhkan kekuatan yg tdk sedikit.

dua kamar tidur semua terletak di lantai atas, dengan selasar di depannya. praktis semua aktivitas akan dilakukan di ruang bawah.
yah. budaya eropa memang berbeda, dan tu mempengaruhi susunan ruangan ini.

11.15pm
aku masih duduk di ruang tengah sambil membolak balik majalah di meja, ketika mbak nina turun dari lantai atas bersama lisa.
aku terpana memandang mereka berdua. bagaimana tidak, mbak nina yang rambutnya digerai, memakai terusan semacam babydoll setinggi lutut. sementara lisa, memakai hem putih gombrong dan celana super pendek.
bukan itu yg membuatku terpana, namun tangga yang ada di sebelah kiriku membuat aku melihat proses mereka berdua turun dari lantai atas. terlihat dengan jelas, bagaimana dada mereka bergerak memantul saat mereka melangkah turun.
mbak nina, meskipun nampak lebih membulat, namun gerakannya agak tertahan, tanda bahwa wanita turunan arab itu memakai bra yg cukup ketat. sementara lisa, meski hem gombrong itu tak begitu memperlihatkan lekuk tubuhnya, justru tercetak sebuah tonjolan kecil yang bergerak gerak.
aduuhhh......celanaku menjadi sesak.
langsung kualihkan pandanganku ke majalah yang sedang kubuka.

mbak nina duduk disebelahku, menyamping, sambil memeluk lengan kiriku. sementara lisa duduk di sofa seberangku, berbatasan dengan coffe table kecil.
"andi, nina...kalau mau minum, silakan ambil sendiri...you two are sooo....hnggg...apa ya...mesra?" tukas lisa melihat tingkah laku mbak nina.
"hihi...biarin...biar cemburu...."jawab mbak nina seenaknya.

"liz....you ok?" tanyaku mencoba mengalihkan perhatian.
"nina...you can tell andi whats going on...im too tired...."jawab lisa
"hmmm....yaaaa.....tapiii....cium dulu..."kata mbak nina menggoda.
"ngggg....."kulirik lisa yang memperhatikan kita berdua, lalu kuangkat bantal yang sedari tadi kupakai untuk menutupi selangkanganku yg pasri terlihat agak menonjol..mmmmmmmhhhhhhaaaahhh...kuciumnbibir mbak nina, sengaja dengan suara yg agak keras untuk balik menggoda.
"wahahahahahahaaa....mas andi ikut ikutan nakaaaalll..."mbak nina rertawa, sementara lisa juga ikut tersenyum manis.

"ada cowok, namanya rommy, anak pejabat lumayan tinggi di kota ini. sebenernya sih, lumayan cakep orangnya. aku pernah ketemu di acara kondangan temen. kata lisa, si rommy itu cukup sering mengirimi lisa aneh aneh, bunga lah, coklat lah, kado lah. naa, intinya, rommy ini tergila gila sama lisa.
tapi, lisa ndak begitu suka, karena rommy ini selalu berlindun di balik tameng bapaknya. dia pemborong juga mas, proyek proyek pemerintah gitu. tapi sayangnya, main dia kasar. yah, namanya anak pejabat, ndak ada yg berani ganggu.
suatu ketika, rommy nembak lisa. naa, lisa nya ndak mau...terus dia marah marah ndak jelas, sampe konon nyebarin berita kemana mana kalo lisa ini, ehm....perek, bisa dibawa om om, bahkan ngaku ke temen temennya, kalo pernah main sama lisa, dikasih limaratus ribu.
lisa sih ndak begitu peduli, asal ndak frontal, ndak ganggu dia secara langsung, lisa cuek cuek saja. tapi, kayaknya si rommy ini memang agak kurang waras, udah dicuekin kayak gitu, malah semakin menjadi jadi.
naahh...masalah muncul akhir akhir ini, ada beberapa paket dikirim ke kantor, kepada-nya lisa di rumah sakit sana. isinya foto foto porno, ada yang jepang, ada yang bule, macem macem lah pokoknya. diselidiki lisa, kayknya yang ngirim orang suruhan rommy.
yang agak mengkawatirkan, makanya lisa sampe nangis nangis tadi. eh mas, ternyata tadi lisa nelpun aku bolak balik...hihi...ndak denger kan....(sambil kedip kedip)....
yang agak mengkawatirkan, tadi siang ada paket lagi, baru dibuka malam tadi, ternyata isinya foto foto lisa diambil diam diam, candid begitu. ada sekitar 50an lembar lebih, beberapa diambil ndak sopan mas...misalnya pakai hidden kamera, motret lisa pas ganti baju di rumah sakit, ada juga yang si zoom, lihatin dada lisa...macem macem mas. makanya dia takut, ndak berani tidur di paradise. kawatir kalo di ikuti ke sana. aku udah bilang, kan di depan ada pak sarmin, di belakan malah ada pegawainya mas andi puluhan orang. ndak bakal lah..tapi lisa nya agak parno...jadi ttp maunya pulang ke sini...gitu mass...."nina mengakhiri ceritanya, lalu kembali memeluk lengan kiriku, sambil menyandarkan kepala di pundak.

"wooh...mulai nekat ya....habis liza cantik sih...dokter cantik wajarlah banyak fans..."aku menggoda lisa.
"eeeehhhh...."mbak nina mencubitku

"liz, so what youre gonna do about it?" tanyaku.
"i dont know ann. i got no prove it was rommy. i cant do anything."
"perhaps you need bodyguard liz" usulku.

lisa cuma mengangkat bahu. tampak guratan kekawatiran di wajahnya yang cantik itu.

"mbak nina, gimana ni...."tanyaku.
"bukan bodyguard kali mas, lisa harus dicariin cowok. mas andi aja.....ya...yaa?"
aku membeliakkan mata tanda protes, tapi tak berani bilang iya atau tidak.

"liz...i think mas andi will be the perfect boyfriend for you..."kata mbak nina sambil memper erat pelukannya di lenganku, sehingga terasa gundukan bukit di dadanya.
"ninn...you offer me your man, but you dont let him go, you hold him so tight..."goda lisa.
"hahahaha...biarin....kan bisa dipake bareng bareng...eh....hihihihi..."mbak nina menyadari kata katanya agak aneh untuk didengar. lalu dua cewek cantik itu tertawa.

"ann...ninn...kalian berdua, nginap di sini yah..."kata lisa
"you could do anything you want here...you can continue your last session i interrupted earlier this evening..."katanya sambil cekikikan.

"hihihi....maass....yuk...."goda mbak nina
"husshhhh.....malu tauuu...."jawabku.
"eh mbak, udah pamit mas rafi tadi?"kataku mengigatkan.
"udah mas, tadi aku sms pas di atas, mas rafi udah tahu kok masalah lisa, asal sama mas andi kata mas rafi nginap saja sekalian ndak papa. kasian lisa gitu." kata mbak nina.

kita lanjutkan ngobrol ngobrol sampai hampir pagi. mbak nina menawari wine, champagne, bahkan red label, tapi aku sama mbak nina ndak mau. lisa juga bilang kalo dia juga gak begitu suka minum, cuma kadang kadang saja nemani papa mama nya.

04.05 am
mbak nina sdh tertidur berbantalkan pangkuanku, sementara aku masih ngobrol dengan lisa. tak lama, lisa juga menguap, lalu pamit naik untuk tidur.
lisa menawarkan kamar tidur tamu untuk aku dan mbak nina, tapi kutolak. saya memilih tidur di sofa ini saja. tapi mbak nina kugendong supaya tidur di kamar.

lisa menyarankan untuk tidurkan mbak nina di kamarnya saja, sekalian nemeni lisa.

setelah kuletakkan di kasur queen size di kamar lisa, kututupi dia dengan selimut. tiba tiba, lisa bertanya, "ann...you love her? please be honest.."
"i dont know liz....i dont know....i care about her a lot....if love means trying to give her the best...i guess i do...but...its always complicated isnt it."
lisa tersenyum sambil menambahkan, "i wish i could taste and experience your complication ann...i would be the luckiest women...thank you" kata terakhir diucapkannya sambil mejam.

pelan pelan kumatikan lampu kamar, toh sebentar lagi matahari terbit. lalu kutinggalkan kamar lisa, turun, lalu tidur di sofa.



08.00am
aku duduk di sofa, baru saja terbangun. terdengar deburan suara ombak dari pantai. aku berdiri dan menggeliat melemaskan otot. lalu berjalan ke toilet yang ada di balik tangga.

keluar dari toilet, kulihat mbak nina duduk di sofa yang semalam aku pakai tidur, sambil melamun menghadap keluar. rambutnya tampak acak acakan, masih dengan baju yang semalam.

"eh..mas andii...."
kubuka pintu teras belakang, segar sekali udara pagi ini. kusulut rokok kretekku sambil berdiri di pelataran pinggir kolam renang. tak lama, mbak nina sudah menyejajariku, lagi lagi dengan bergelayut manja di lengan kiriku.
iseng kutanya, "ehm...mbaak...kok sekarang manja bener sih....hihi"
"hihi....mas...aku tau mungkin kesannya gimana, tapi rasanya kok aku jadi tambah sayang sama mas andi...."jawab mbak nina
"eeeeee........mas rafi terus gimana doooong....."kataku
"lain maaass.....awalnya, kupikir pikir, cuma gara gara ini aja dekat sama mas andi.."kata mbak nina sambil memegang selangkanganku.
"waduh.....awas mbak...tegangan tinggi nii...."godaku
"hihi...tapi lama kelamaan, kok ngggg...jadi lain rasanya...."kutatap mata mbak nina.
kukecup lembut bibirnya...tapi tak lama, mbak nina segera melepasnya..."mas andi bau ! bau rokok ! bekum sikat gigi..."protesnya.
"hihi...biarin ah...."jawabku sambil menyedot lagi kretekku dalam dalam.

"eh...tapi mas....aku tahu lo...bagaimanapun, mas andi masih bebas. mau debby, mau lisa, mau siapa kek. ndak papa. toh bagaimanapun, aku juga masih istri mas rafi."tambahnya.

"hmmmm...."aku cuma mendehem, sambil mengepulkan asap rokok, kubentuk huruf O. view dari pelataran ini ke laut memang sangat indah.
"trus lisa bagaimana mbak.."tanyaku agak serius.
"naah, itu mas...semalam pas masih di paradise, aku sarankan ke lisa, cari cowok biar rommy tahu kalo lisa udah ada yg punya. kalau memang gak ada, mas andi aja. lisa senyum senyum lo mas pas aku bilang gitu. hihi...siapa tahu nanti dari pura pura trus beneran. hihi...."jelas mbak nina.

"hmmmm....."aku cuma mendehem lagi.
"aaaahh...mas ini cuma ham hem ham hem...."protes mbak nina, kujawab dengan rangkulan tangan kiriku dipundaknya, segera mbak nina menyenderkan kalanya di dadaku.

"eh...eehhhmmmm......wow...soo romantiiicccc......" tiba tiba ada suara dari belakang. mbak nina dan aku menoleh hampir bersamaan. di dekat pintu terlihat, lisa yang cuma memakai bikini two pieces. lekuk tubuhnya jelas terlihat, bahkan bulatan payudaranya juga tak mampu tertutup kain itu.
"wow..."spontan aku bilang.
"tuh...pacarmu seksi begitu mosok ndak mau..."goda mbak nina.

"come on niiinn.."ajak lisa ketika dia sudah masuk ke kolam.
"waaa...aku ndak bawa baju renang..."jawab mbak nina.
"its safe here....just take off your clothes and join me here...."lisa menjawab.
"waaaa...ndak ah...tar aja..." mbak nina tetap tak mau.

aku minggir, di pelataran itu ada 3 kursi pantai dari rotan, kumendekat ke salah satunya, lalu rebahan menghadap ke atas. sementara mbak nina masih di pingir kolam, dibujuk lisa untuk menemaninya berenang.

terdengar di telingaku, betapa mbak nina menolak, dengan alasan macem macem. tapi tak kurang akal, lisa memangilnya mendekat, pura pura membisiki sesuatu.
lalu...byurrrr.....mbak nina dipeluk lisa dan terdorong ke kolam.
cipratannya sampai ke celana jins ku. aku melihat mereka berdua sambil ikut tertawa.

tak lama, aku kutinggal mereka berdua untuk sikar gigi dan cuci muka sekedarnya. sekembaliku, di pinggir kolam sudah tergeletak baju yg tadi dipakai mbak nina, dan ....sepasang pakaian dalamnya. mbak nina telanjang !!!
aku sudah mencopot jeansku, tapi masih memakai boxer. kumelangkah menuju whirpool yang ada dipojok kolam. whirpool ini berbentuk oval, kurang lebih 2,5 meter memanjang..bersisian sisi lebar kolam renang yang membentang sepanjanf kuran lebih 10 meter.

kunyalakan pompa whirpool itu, lalu masuk ke dalamnya,mbak nina segera mendekat dari kolam. terlihat jelas badan telanjang mbak nina, karena satu sisi pemisah whirpool dengan kolam ini adalah kaca.
kepalaku ditariknya mendekat, lalu memagut bibirku dengan ganas.
"mmmmmmhhhhh.....maaasss.....mmmmhhhhhhh"
"oii...you two lover...no sex in the pool....use the whirpool instead...ninaaaa......"teriak lisa dari ujung kolam yang lain.
"stop me if you can...."goda mbak nina. 


--EPISODE 6 B --

segera lisa mendekat ke arah kita dengan berenang. "dasaaaaaarrr...."kata lisa begtu sudah dekat. diangkatnya tubuh mbak nina dari belakang, hingga dua bukit ranum itu terangkat dari air. aku cuma ketawa melihat tingkah mereka berdua.
tapi mbak nina tak juga melangkah ke dalam whirpool, meski aku sudah geser memberinya ruang. yang terjadi malah, mbak nina melorot lagi pas didepan lisa. dan tanpa memberi kesempatan lisa bereaksi, mbak nina memegang kepala lisa dan menciumnya penuh nafsu.

...mmmmmhhhhmmmmmmmmmmmhhhhhh.......
lisa tampak terbengong bengong, yah...mbak nina dalam beberapa hal memang lugu, tapi kalau sudah berurusan dengan birahi...dia adalah monster.
"ouuwwhhh....shit nin...im not a lesboo...."protes lisa
"me neither lizz...."mbak nina mengerling nakal padaku.
"come...join me....lets eat him.."kata mbak nina

mbak nina segera naik ke atas, menarik tangan lisa bersamanya. dan segera memasuki whirpool dari sisi jauh ku.
lisa tampak masih ragu ragu. "lizz...he'll be your boyfriend from now on...jangan malu malu.."kata mbak nina.
aku masih belum bisa berkata apa apa, tapi kurasakan wajahku memerah.

rambut mbak nina yang basah memang membuat penampilannya menjadi berbeda. gelombang yang biasanya membuat rambutnya nampak agak mengembang, sekarang nampak tipis menempel di punggungnya.
'mass.....ikut aja yah..."mbak nina berbisik sambil memegang batang penisku yang mau tak mau mulai menggeliat.
lisa masih malu malu di pojok whirpool. mbak nina segera meregkuh tubuh lisa, lalu menempatkan diri di belakangnya dengan sedikit mendorong tubuh rampin itu ke arahku. persis kira kira 30an cm dariku yang duduk bersila, tiba tiba kain penutup dada lisa terangkat, ternyata mbak nina pelan pelan menarik ikatannya di punggung. "aaahhh..."pekik lisa kaget.
tak mau lama lama, juga untuk menghilangkan kerikuhan situasi, aku mendekat ke lisa, kucium pelan bibirnya. dan lisa membalas dengan gigitan di bibir bawahku dengan lembut. tak ayal, segera kupagut ganas bibir sexy itu.
lisa membalas dengan permainan lidah. sementara mbak nina, kurasakan menggerayangi tubuh kami berdua.

"should we do this?" desah lisa saat mengambil napas.
"if you wont, i will..." kata mbak nina, lantas segera mbak nina memagut kasar bibir lisa.
mereka berpelukan, salah satu tangan dari mereka mencoba memasuki celanaku. kupegang, ternyata lisa. kutak mau kalah, segera aku berdiri, bermiat melepas celanaku, sekaligus memberikan pameran ke cewek cewek itu betapa gagahnya juniorku...hahaha...
baru berdiri, lisa memegang celana kaki kiriku, mbak nina juga memeganf sisi kanan. ...sreeggg....jreegggggg........mencuatlah penis kerasku ke depan wajah mereka berdua.

lisa sedikit terbelalak kaget. yah, tentu saja jangan harap bule seumuran dgnku, besar di london untuk masih perawan kan, kekagetan lisa mungkin karena sebagai orang asia, bentuk maupun ukuran penisku cukup besar, mungkin juga karena pada waktu celanaku ketarik, penisku mencuat mengenai pipinya, mungkin juga karena pada saat yang bersamaan, jemari mbak nina menggerayani bagian terakhir tubuh lisa yang masih tertutup, barangkali juga, lisa cuma pura pura kaget...haha...

lisa yang mulai menatapku sayu dari bawah, segera meraih batang penisku. dikocoknya perlahan sambil mendesah, ternyata jemari mbak nina sudah menelisip sampai kebawah kain segitiga itu.

aku kembali duduk, kurengkuh pundak lisa untuk kudekatkan padaku, tak mau kalah mbak nina juga ikut mendekat. lisa duduk selonjor ditengah tengah antara aku dan mbak nina. kudapati di punggungnya ada tato kecil bergambar bunga kira kira sejengkal dari pangkal leher.

kugeser kakiku hingga selonjor, didepanku lisa duduk dgn cara yang sama, sementara mbak nina berselonjor menaikkan kedua kakinya melewati kaki kami berdua. lisa maaih disibukkan dengan bibir mbak nina yang seakan tak mau las darinya, sementara aku tak mau kalah memilih leher jenjangnya untuk kucumbu. tanganku bermain di ke empat payudara yang salon berhimpitan. batang penisku dipegang mbak nina sambil diurut perlahan. rumit memang, sampai beberapa waktu saya tak tau ini tangan milik siapa kemana. yang jelas, penisku tak pernah terlepas dari jari jari lentik mereka.

lisa, dengan rambut brunnette nya yang sekarang sudah mulai memanjang hampir sebahu nampak begitu pasrah ditengah kita berdua. desahan desahan erotis bersahut sahutan.

...ssshhhh...niiiinnn...youre so naughtyyyy....sshhhh......desahan lisa.
.....yesss...over there......mbak nina mencium leher lisa dibawah teliga, sambil tangannya mengobel isi dalam vagina bule itu.

lama lama, mereka berdua lah yang bermain lebih dominan. aku pelan pelan mundur, lalu mengangkat badanku dari whirpool itu, dan melangkah keluar. kuambil handuk yg tadi dibawa lisa, kupakai sebagai alas untuk duduk di dekat mereka.

permainan mereka berdua begitu panas, terutama mbak nina. entah kenapa, mbak nina seakan akan ingin membuat lisa duluan sampai ke puncak.
aku cuma melihat, sambil mengamati wajah lisa yg sangat cantik ketika terangsang.
tersadar kalo kehilangan satu personilnya, mbak nina menoleh ke arahku.
"massss...ayooo siniii...."
"ntar ah..."aku senyum senyum saja.
merasa perhatian padanya hilang, tiba tiba lisa ikut duduk diluar whirpool, di sisi sampingku, lalu memegang kepala mbak nina dan menariknya menuju selankangannya. tentu saja, dengan cepat mbak nina bereaksi dengan permainan lidahnya di sana.

"ooiuuuhhhhh...shhhiiiittttt...niiinnaaaa....youuu u...fuck me....yes..fuck meee......"teriak lisa sambil badannya melengkung ke belakang...."holyy shitt..,you make me cum...."lisa mendesis tak karuan.
wajah lisa yang sedang menikmati puncak kenikmatan mendorongku untuk mendekat. kukulum bibirnya yang sedang agak terbuka, dibalas dengan lumatan yang dalam, bahkan aku tak menyangka lisa tiba tiba seganas itu.

melihat lisa yang sudah mencapai puncak, mbak nina segera mengalihkan bibirnya ke batang penisku.
"uuugggghhhhh...."kupegang kepala mbak nina yang naik turun. sampai kurasa juniorku sudah kembali menantang, mbak nina mengangkat kepalanya. lalu segera menaikiku. yah....mbak nina seakan sudah sangat bernafsu, diletakkannya ujung penisku di bibir kemakuannya, lalu sedetik kemudian, mbak nina menghujamkan sendiri pinggulnya ke bawah. disertai dengan desahan panjang, penisku masuk sampai mentok.
“aahhhsss..........enak mass.....hhhsssshhhh......”
Mbak nina menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Kuangkat sedikit pantatnya, kutahan dengan kedua tanganku, lalu kudorong pinggulku keatas secara tiba tiba. Hanya tiga kali sodokan, mbak nina melolong. “uuwwwwaaaaahhhhhh.......haaaahhhssssssss........m assss.....haaahhh.......” bergetar seluruh tubuh mbak nina, mata yang tadinya nampak memejam pun kini melotot dengan bola mata membalik ke atas.
Tubuh mbak nina melemas, ambrug di pelukanku.
“ssshhhh....enak maass....”
Kali ini, mbak nina tak hanya lebih cepat dari biasanya mencapai puncak, tapi juga terlihat badannya sangat melemas. Mungkin orgasme kali ini dirasakannya sangat intens dengan kehadiran lisa di sana.
Kudorong mbak nina ke samping, lalu kuangkat untuk kugendong ke kursi pantai yang terletak dua meter dibelakangku.
Kuletakkan badan sintal itu di sana, mbak nina tampak masih lemas. Lisa bangkit menyusul kita berdua, diambilnya posisi di bawah kaki mbak nina, nampaknya bule itu ingin membalas kelakuan mbak nina sebelumnya. Dibukanya kedua kaki mbak nina ke samping, sehingga bukit tembem itu terlihat, kepala lisa merasuk ke dalam. Aku yang berdiri di samping mbak nina melihat dengan jelas, betapa pantat lisa sangat menggoda.
Lisa agak menungging, sementara mbak nina mulai menceracau tak jelas.
Aku tak mau kehilangan kesempatan. Kuangkat sedikit kepala mbak nina, kujejalkan penisku yang masih berkilat kilat karena cairan cintanya tadi. Mbak nina tak lagi mampu bergerak banyak, selain karena masih lemas, juga karena rangsangan lisa di memeknya membuatnya tak bisa berkonsentrasi. Alhasil, aku yang memaju mundurkan sendiri penisku di mulutnya.

Kutengok ke samping kanan, kuraba punggung lisa yang masih sibuk dengan kemaluan mbak nina. Sampai rabaanku sampai pada pangkal belahan pantatnya. Lisa sedikit menggoyang pinggulnya, entah tanda geli atau apa. Yang jelas tak nampak ada penolakan.
Kulepas penisku dari mulut mbak nina, kuambil posisi di belakang lisa.
Pantat yang tak kalah dengan mbak nina. Membulat, padat, halus, dan bergerak gerak menantang, dengan bukit kecil di sela sela bagian bawahnya. Nampak ada yang aneh, terlihat sedikit bulu pubisnya tipis yang berwarna lebih terang dari rambut brunnette lisa. Blonde ?
Pelan pelan, kudekatkan kepalaku di antara belahan pantat lisa. Kutiup tiup, gerakan pinggul lisa tiba tiba berhenti, dan berganti gerakan mundur. Yah, mundur seakan menyongsong sesuatu untuk menyesaki liangnya.
Kumasukkan lidahku, asin...kukorek korek dengan gerakan melingkar di sekeliling bibir tembem itu. Kudengar pekikan kecil mbak nina, nampaknya lisa mulai menggunakan dua jarinya memasuki liang wanita turunan arab itu. Sementara, lisa mulai menengok seakan bingung. Memang, kujilat sekeliling bukit kecil lisa itu dengan gerakan memutar yang membuat lisa semakin tak sabar untuk segera dimasuki.

“aannn...pleeaseee......fuck me noooww....”desisnya
Kuposisikan badanku, kugesekkan ujung penisku di pintu gerbang kenikmatan itu.
Kudorong pelan pelan, kurasakan lisa sedikit menahan.
Fiuuuhhh.....liang cewek bule ini sempit sekali.
“ssshhhhhh.....yeesssss.....s.sssshhhh....”desisny a.

Kumaju mundurkan pinggulku dengan ritmis, lisa semakin bersemangat pula merojoki liang mbak nina yang membuat wanita itu sampai terpekik pekik. Kuraih buah dada lisa yang menggantung indah. Kuremas remas, kupilin pilin, sementara gerakan pinggul kuhentikan.
Seperti yang kurasa akan terjadi, lisa menyusul segera menggoyangkan pantatnya, menuntutku menggaruk liangnya.
Mbak nina tiba tiba memegang tangan lisa dengan kencang, dan membantunya memaju mundurkan tangan itu. segera disusul dengan lenguhan keras mbak nina yang tak tertahankan lagi.

“aaaarrrhhhh....lissaaaaaaaa....aarrrhhh......”
Ditariknya lepas tangan lisa dari selangkangannya. Mbak nina memperbaiki duduknya hingga tak lagi melorot di kursi pantai itu, lalu menarik badan lisa. Lisa didudukan di depannya, menghadapku.
Aku dengan penis yang masih tegak menantang, berdiri di depan mereka. Mbak nina segera menjelajahi tubuh lisa, lalu diangkatnya kedua paha lisa berjauhan, seakan memberi tempat bagiku.
Lisa menatapku dengan sayu. Kududuk di depan lisa dengan kaki di bawah. Lagi, penisku merasakan sempitnya liang kewanitaan itu. Kudorong pinggulku ke depan, lisa ikut sedikit memajukan pinggulnya.
“uuugghhh....soo gooodd.....”desahnya
Kucium bibir itu, tampak lisa memejamkan mata. Kugoyang pelan pelan dengan ritme semakin cepat. Mbak nina tak mau sekedar jadi penonton, tangannya asyik bergerilya di dada lisa.
“hufffftt....lizzz...youre pussy so tight...huuuff..ttt.....”
“yess...right theree...right theree...harderrr.....”

Kepalaku mendekat ke belakang lisa, bibir mbak nina segera menyongsong.
“maass.....aaaahhh”mbak nina memeluk lisa sambil memainkan klitorisnya sendiri.
Lisa semakin merosot duduknya, dengan kedua kaki yang semakin naik. Artinya, penisku semakin dalam menusuk ke dalam memek itu.
“ouuuwwwhh...shiiiitt...shiiiitt.....fuck meee......ouuwww...im cummiiiiiiiinggg........”lisa mengerang keras. Kutekan dalam dalam penisku, lalu kuhentikan di sana. Lisa tampak berkelojotan merasakan puncak asmara itu. Basah kedua tubuh karena air kolam sudah mengering, berganti dengan keringat yang semakin membanjir.

Lisa tampak mengernyit merasakan penisku masih diam tegak di dalam kewanitaannya. Sementara mbak nina juga hampir mencapai lagi orgasme dengan tangannya sendiri.

Aku memompa lisa dengan keras dan cepat. Berharap segera menuntaskan persetubuhan ini, lisa pun tak mampu lagi bergerak. Kuputar kaki kanannya ke kiri, sehingga badan lisa agak miring ke samping, kupompa sampai rasa itu mulai mendekat.

“lizz....im cumming...”
“cum inside mee...arrhhh......”jawab lisa cepat..
“do it...do it...doooo ittt....aaarrrgggghhhh......”lisa akhirnya menyerah mendahuluiku. Sekitar sepuluh tusukan kemudian, penisku berkedut keras.
“aarhhhh.............” tubuh lisa lagi lagi bergetar hebat.
Kudiamkan agak lama, bahkan badankupun ikut bergetar. Orgasme kali ini memang luar biasa, didepan dua wanita yang kini memandangiku dengan senyum lemas mereka.
Kutarik handuk yang ada di dekat whirpool tadi, lalu kutaruh di sebelah kursi pantai itu. Kurebahkan badanku beristirahat disana.

10.15 am
Sinar matahari mulai terasa agak panas. aku berdiri dan memberi kode mereka untuk masuk ke dalam rumah. segera mereka mengikutiku dari belakang. kuhempaskan badanku di sofa empuk ruang tengah, dua wanita itu masing masing duduk di kiri kananku.

"hihi...lizz...lihat ini" kata mbak nina sambil memegang penisku yg sudah menurun tensinya. "even in his standby mode, this cock is still this hard. hihi...."

"ssstttt....mbak nina nakal juga yah...."godaku.
lisa tak lagi malu malu, dia memeluk lengan kananku sambil menggelayut manja. "ciiieeeee...tuh liat mas.....cewek bulemu dah nempeeelll....."goda mbak nina. lisa mencibirnya lalu menyembunyikan wajahnya di lenganku.

Tak lama, kami bertiga mandi di kamar mandi lantai atas. Sekali lagi, lisa berteriak teriak tak terkontrol, mbak nina segera mengikuti setelah lisa terduduk lemas di kloset. Mbak nina kupepetkan di kaca pembatas shower, sambil agak mengangkang. Penisku tak kasih ampun mbak nina, hingga dia berkelojotan dan merosot lagi ke lantai shower setelah sperma kusemprotkan ke dalamnya.

12.00 am
Kita sudah rapi kembali, aku meminjam t shirt lisa yang agak kekecilan di badanku. Lisa sudah menawari untuk meminjam kepunyaan pak dahlan, papanya, tapi aku tolak dengan alasan rikuh.
Perut keroncongan, itulah hasilnya. Olah raga pagi bersama dua wanita ini bener bener menguras tenaga.
Mereka memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran jepang yang terkenal di kota itu.

Aku memasuki restoran itu dengan diapit oleh dua cewek cantik di sebelahku. Tampak pandangan pandangan iri dari beberapa pengunjung yang ada. Mbak nina yang kala itu juga meminjam baju lisa, memakai terusan jeans sampai ke lutut. Rambut bergelombangnya digerai bebas ke belakang punggung. Sementara lisa dengan rambut tanggung yang terlihat masih agak basah, memakai tshirt ketat polos warna putih dan rok mini span warna coklat.
Aku baru sadar, ada yang aneh dengan mbak nina.
“mbak....ngg...gak pake daleman ya?”tanyaku pelan, dibalas dengan cubitan di pinggangku.
“hihi...keliatan banget gak sih? Habis punyaku basah semua.”jawabnya.

Kita duduk di kursi agak pojok, mbak nina duduk di depanku, sementara lisa di sebelahku. Sekitar tiga atau empat suapan, lisa memberi kode ke kita berdua.
“its him..”katanya cepat.

Aku yang tak begitu sadar, namanya juga lapar, akhirnya kaget ketika datang seorang laki-laki ke meja kita.
“haloo...cewek cewek...”kata lelaki itu.
Aku mendongak, melihat lisa berkata agak malas, “rommy....”

Tanpa disuruh, rommy duduk di kursi sebelah mbak nina. Segera mbak nina sedikit menggeser kursinya menjauh, risih. Rommy berusaha ngobrol dengan lisa, namun selalu ditanggapi dingin.
Sampai akhirnya, lisa tampak kaget, “sorry...lupa...kenalkan ini....andi...my fioncee..”katanya sambil menggamit lenganku.
Aku menoleh ke rommy, “halo mas...saya andi...”
Tampak sekali perubahan wajah dia, kira kira sekitar 5 detik tanganku dibiarkan mengambang. Lalu diraihnya jabatan tanganku, dengan agak ragu ragu dan pandangan aneh.
“sorry mas...saya makan dulu...”jawabku cuek juga.
Tak lama, rommy tampak agak aneh, lalu tanpa pamit dia berdiri dan melangkah menjauh, menuju meja bersama teman temannya.
Tampak dari mejaku, rommy mengawasi setiap tingkah lakuku. Selesai makan, menghabiskan minum sambil merokok, kulihat tangan kiri lisa tak pernah lepas dari lenganku. Mbak nina yang duduk di seberangku cuma senyum senyum.
Sementara kulihat rommy bercakap cakap dengan teman temannya tanpa melepaskan pandangan dari meja kita.
Selesai makan, kita berdiri untuk keluar. Yang menambah rommy kaget sampai hampir tersedak, dua cewek yang tadi datang bersamaku, lisa dan nina, dua duanya menggamit tanganku kiri dan kanan.
“mari mas, duluan...” kataku sambil tersenyum datar ketika melewati meja mereka. Nampak sekali wajahnya merah hitam.

Kubawa mazda itu ke arah paradise.

02.00pm
Mas rafi sedang duduk duduk di teras belakang, ketika kami datang. Mbak nina langsung mencium pipinya, lalu cerita mengenai kejadian di restoran tadi. Ditanggapi mas rafi dengan antusias, lalu bilang, “mas andi, kalau romyy sampai macam macam, bilang saja sama aku.”

Yah, mas rafi ini memang mantan preman, dia dulu pernah menjadi bos kecil di suatu pasar dekat kota ini. Sampai akhirnya dia ketemu dengan pak dahlan, diwejangi banyak, lalu diangkat jadi pegawainya.

Aku sendiri meskipun jarang berurusan dengan preman, namun kemampuanku untuk membela diri tidak bisa dientengkan. Tinggi badanku 185 cm, berat badan 85 kg. Meski tak sampai otot berkotak kotak, tapi memang tak banyak yang berani macam macam denganku. Pernah suatu ketika, di kotaku, dua orang preman kambuhan memalakku ketika baru jalan santai di taman kota bareng debby. Tak sampai lima menit, orang itu tolong tolong minta ampun, dengan muka lebam. Yaa..hasilnya memang kepalan tanganku bengkak selama beberapa hari, dan itu menggangguku ketika ada jadwal main band di kampus.

“ya mas, nanti lah kalo saya gak sanggup, saya pasti minta tolong mas rafi. Lagian, itu di belakang ada lima puluh orang tenaga kerja, saya tinggal ngomong saja mereka pasti gerak. Haha...” kataku sambil becanda.

Meski mbak nina masih manja kepadaku, dengan adanya mas rafi, tampak kalau dia agak menjaga diri. Daripada rikuh, aku pilih untuk pamit sebentar ke belakang. Ngecek pekerjaan alasanku.

“ikuut...”kata lisa.
Sepanjang berjalan ke belakang, lisa tak pernah melepaskan tanganku, sekedar bergandengan maupun memeluk lengan kiriku. Dan dari jauh, seperti biasanya, bersuit suitlah para tenaga kerja sambil tertawa tawa menggodaku. “pak aandiiii....tinggal nunggu undangaaan niii....ndak usah lama lamaaa...ntar lepas lagiii...”teriak mereka diiringi tawa.
Lisa tersenyum menggoda juga.

Begitulah enaknya kerja banyak orang, sama sama tahu, sama sama saling menjaga.

Kukembali ke dalam rumah, tak terlihat mbak nina maupun mas rafi.
“lizz...ndak ke rumah sakit? “tanyaku.
“nope...i called sick this morning.”lisa menjawab sambil tersenyum.
“it was nina who told me to...she insist i spend at least one day with you...and...she’s damn right.”
Kita duduk berdua di sofa depan tv.
“eh iya lizz....nggg.....may i asked you something?”kataku sambil mengelus rambutnya.
“sure, what?”
“nggg.....this morning...nggg...i found something bit strange...about you”tanyaku agak pelan
“what ?...tattoo? its beautiful isnt it?”
“yes...but not that...”
“what then ?”
“nggg....are you actually blonde?”
“how do you know that?” sambil meraba rambutnya sendiri.
“hihi....rambut boleh menipu liss...but not your pubic hair...”godaku
“ups....hihihi....”kata lisa sambil nyengir lucu.

“you know an...being blonde in indonesia is not safe...too many eyes starring at me...it was mom who actually come up with that idea...”jelas lisa.
“i bet you look gorgeous blonde....after all, you look gorgeous too in brunette....hey...you are gorgeous in any way...”godaku...
“here we gooo....dasar lelaki...” dengan aksen agak aneh, lisa meniru ungkapan yang sering diucapkan mbak nina.
Tapi, justru nina malah semakin menyender ke dadaku.
Tak lama, kudengar nafasnya yang teratur.
Kukecup rambutnya yang wangi. Lalu kuberanikan diri untuk menggendongnya masuk ke kamarku.
Kuhidupkan ac kamar, lalu aku ikut tidur disebelah lisa.


---EPISODE 7---

Menyerah begitu saja bukan tipikal orang gila macam rommy. Apalagi, dia merasa mempunyai kuasa dan uang untuk membeli apa saja. Itulah yang membuat saya agak kawatir. Berhadapan dengan preman untuk adu fisik jelas lebih mudah. Persoalannya hanya menang atau mati, itu saja. Akan tetapi, dengan orang macam rommy seperti ini, apa saja bisa terjadi.

Demikian pula laporan lisa sore itu, ketika pulang dari kantornya di RSUD kota itu. Lisa tampak kawatir sekali, di tangannya ada amplop coklat tanpa nama.
Mbak nina membuatkan minuman hangat kepada lisa. Belum sempat minum, lisa langsung memelukku menangis.

“aannn....he did it again...”sesengguknya.
Mbak nina yang tadinya ingin ikut membesarkan hati lisa jadi rikuh.
“nina ke kamar saja, mas andi bantu lisa dulu ya...”bisik mbak nina
Tanpa menunggu jawabanku, dia segera menghilang di balik pintu kayu itu.

“what happened liz..”tanyaku
Lisa menyerahkan amplop coklat di tangannya, kubuka dan kulihat beberapa foto.
Paling tidak ada lima foto wanita telanjang, dengan muka yang sudah diganti dengan wajah lisa. Sotosop, istilah gaul anak anak IT. Tapi, sebuah pekerjaan yang sangat memalukan. Jangankan mengatur jatuhnya bayangan, ukuran pixelnya saja jauh berbeda.
Foto di tubuh itu beresolusi besar, tipikal foto dari fotografer porno, sementara wajah lisa adalah hasil foto candid, tentunya dengan zoom yang tinggi, alhasil tingkal pixel yang sangat rendah.
Satu foto yang agak besar menunjukkan posisi seorang wanita sedang bercinta dengan lelaki, ditulis besar dibawahnya.

Dr. Elizabeth Sukoco*, buking ke 081-xxx-xxx, cuma 300 ribu permalam.

(*mohon maaf atas kesamaan nama.)

Aku geram sekali melihatnya.

“ssshhhh......liss..you can cry now...let loose yourself, but never cry in front of him...never show any anger or something....he’s not worthed....”bisikku.
“I’ll get down to this. Saya akan selesaikan ini. Lisa honey, just hold on...i’ll settle this for once and for all”
Lisa mengangguk angguk dalam pelukanku. Pelan pelan kuelus halus rambutnya.

“from now on, everywhere you go, i go...ok ? everywhere i go, you go...”kataku tegas.
Kembali lisa mengangguk angguk sambil menyeka air mata.
“ssshhh....you are safe here...you are safe with me...i’ll make sure that..”
Memang, ingin rasanya aku melabrak rommy sekarang juga dan membuat perhitungan dengannya. Akan tetapi tanpa bukti, hanya akan mempermalukan aku dan lisa.

Malam itu, lisa menginap di paradise.
Sudah bisa tertawa ketika digoda mbak nina membuatku sedikit lega.
“mas rafii...duluuu...kalo habis putus sama cowoknya. Apa diketawain temen temen gara gara salah ngomong bahasa indonesia, nangisnya ke aku loooo....”goda mbak nina waktu kita berempat ngumpul di ruang tv.
“eeehh...tadi soreee.....aku dikacangin...sekarang apa apa ke mas andi...hedeeehhh....”mbak nina melirik lisa dibalas dengan cibiran lidah.
“jangan jangan nanti ke kamar mandi minta ditemeni mas andi juga...”timpal mas rafi.
“huahahahahaha...”mbak nina dan mas rafi tertawa keras.
Aku ikut tertawa, meski tak sekeras mereka.
“biariiiiinnn....”kata lisa sambil sembunyi dibalik lenganku.

“serius sekarang...mas rafi bisa minta tolong ?” kataku
Mas rafi langsung menghentikan tawanya. “ya mas, gimana...”
Karena mas rafi punya banyak kenalan orang lokal, aku minta tolong dia untuk mencari informasi apapun mengenai rommy. Dari tempat nongkrong, sampai siapa teman temannya, kalau perlu, bahkan merek rokok diapun perlu diselidiki.
“siap mas andi...”
“tapi tolong mas rafi, ingat...jangan ambil keputusan untuk bertindak dulu. Atur strategi bareng aku ya...”jelasku.
“yang penting sekarang, tolong pak sarmin dikasih tahu untuk lebih hati hati. Kalau perlu minta tolong mandor di belakang untuk ngecek seluruh rumah.”
“ok”jawabnya serius.

Malam itu, kita habiskan dengan menyantap pizza yang saya pesan lewat telepon. Sambil menonton film yang tayang di tv satelit.
Nampak segala kekawatiran lisa sudah menghilang, berganti dengan gelak tawa ketika rowan atkinson terkena tumbukan persis di pelernya dalam film jhonny english reborn.

09.40 pm
Mbak nina sudah tertidur di sofa, mas rafi sudah berangkat untuk bekerja lagi. Lisa masih menonton tv, tapi aku tahu sebenernya dia masih kepikiran hal itu.
Kuangkat tubuh montok mbak nina, pelan pelan kugendong, kubawa ke dalam kamarnya. Kuselimuti, lalu tak lupa cium keningnya. Semua itu disaksikan lisa, tanpa ada rasa cemburu sama sekali. Karena kita bertiga memang sudah saling mengerti.

Lisa kembali duduk di sofa menantiku. Aku mengambil handphone di kamar, lalu berjalan ke teras belakang. Kutelepon seorang teman lama. Seorang mantan anggota pasukan elit yang sekarang ditugaskan menjadi pencari informasi, alias intelijen dan kebetulan area tugasnya termasuk kota ini.
Kusebutkan nama lengkap rommy, termasuk nama ayahnya yang konon pejabat pemerintah. Tak berapa lama kemudian, supri, temanku itu, menjawab maksimal 2 x 24 jam informasi sudah terkumpul.
Yah..supri memang teman lamaku, teman sd tepatnya, dan dia banyak sekali dibantu oleh keluargaku. Sekolah militerpun dulu dibiayai oleh orang tuaku, hingga karirnya seperti sekarang ini.
“tenang broo...mau operasi kapan, saya dikabari paling tidak sehari sebelumnya. Nanti pasukan saya siapkan. Mau baret merah, atau oranye bisa saya siapkan. Gak usah kawatir biaya, sama sama tahu broo...”jelasnya sebelum kututup telefon itu.

Yah tentunya, aku tak berharap sampai “operasi”. Karena itu artinya bisa fatal untuk rommy. Aku hanya ingin membuatnya jera, dan berhenti mengganggu lisa selamanya.

10.00pm
Aku duduk di sebelah lisa ,yang malam itu memakai piyama putih garis garis vertikal biru, beberapa potong pakaian lisa memang ditinggal di paradise. Sebuah keputusan yang diambilnya, ketika beberapa kali kita bertiga terlibat permainan ranjang yang sangat panas, sehingga lisa tak kuat lagi untuk pulang ke beach house.

Seketika aku duduk, seketika itu pulalah lisa seperti biasa langsung rebah di pangkuanku. Rambut brunnettenya yang halus kupuntir puntir.
“an...what do you think of us ?” kata lisa
“hmmm ?”
“i mean...we’re together since what? A month ?” kata lisa
“nggg....are we really together ann? Sorry...”imbuh lisa.

“lizz....i know mbak nina set us up. I know that we’re together at first only for security reason. But you know me lizz...and this complicated situation between us three...has make me realize something...that i will do anything for you two...”
“i know an...hope this will lasts...”jawab lisa kemudian.

“is that love liz?” tanyaku.
“ngg...if its not love...then i dont know what love is, hon...”jawab lisa.
“but hey....i hardly know you an..do you have psycho girlfriend or something..”kata lisa tiba tiba sambil mendongakkan wajah kearahku.
“hihi....yes lizz...back home i have seven wife, six mistress...and all of them are in the army, and not so kind for people....and jealousy too....”godaku
“aaaahhh....” aku berteriak geli, karena sedetik kemudian, lisa menggelitik perutku dengan gemas.
“seriouuuss annnn.....” lisa duduk menyamping, menghadapku.
“tell me...do you have a girlfriend?”

“ i did, of course, lizz....” lalu aku mulai bercerita tentang debby, semua yang kuingat tentang cewek oriental itu kuceritakan. Bahkan sampai kubukakan foto fotonya di facebook. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian.

“hihi...ann...you know what?” kata lisa kemudian
“what?” tanyaku.
“she’s actually still in love with you....and i can see that you do too...”kata lisa.
“hmmmm?”
“first thing...your picture is still in her profile. Not only in her mobile upload or any folder else.
Second..look at her marital status, says its complicated....and i am a woman too, i know how they feel around a man like you...?"jelas lisa.
"hmmm? what do you feel around me lizz? horny?" kugoda dia.

........brug....bantal hijau sofa dipukulkam ke kepalaku....

tapi lantas dipeluknya lenganku dalam dekapannya yg hangat.

"i guess...i really am in love with you liz..."setelah beberapa saat aku berkata.
"well...i dont.....i dont guess ann...I KNOW i am in love with you..."katanya sambil kembali menatap layar tv.

"soo...seriously... you ok with mbak nina and all complicaed things about me?" tanyaku sesaat kemudian.
"its not complicated for me...i love you and thats period..you in love with mbak nina, or debby...it doesnt really matter much to me..."jawaban yang agak aneh pikirku.
"youre not jealous even a bit?"tanyaku
"says who being jealous makes you less loving someone?"
"hmmm...you got a point there..."

"look ann...people sometimes try too hard looking forward, and mising a lot in the present. carpe diem annn...carpe diem....do what you like to do...eventhough sometimes it look ridiculuous in the future. at least we got the guts to really do something.." kata lisa panjan lebar.

"see...besides your awesome body, your round-ass, and your beautiful boobs....that thing in your head is the one that amazed me....hihi..."jawabku sambil sedikit menggoda.
"you mean....my pussy is not good for you?"balas lisa.
"he?"

" you said, besides your awesome body, your round-ass, and your beautiful boobs..soo...youre not interested in this pussy ...?" lisa berkata sambil tangannya berpura pura menggosok selangkangannya sendiri.
"eeehhhhh......"protesku...
"hahahahahahahaha.....i love you in any way annn....."balasnya.

mmmmmmhhhhhhh........aku membungkuk untuk mencium bibirnya dengan lembut.
"tidur yuk....."ajakku...

"wait...one more....tell me everything about debby...i want to know her...i need to know her..."
"ok...but not now ya?"
"why?"
"talk about debby also makes me horny...."jawabku seenaknya

...gabruk...sekali lagi bantal hijau itu melayang ke kepalaku...

"yuk ah tidur" katanya.....
Malam itu, aku tidur dengan dipeluk lisa semalaman. Yah, bagaimanapun dia seorang cewek. Sekuat apapun, dengan teror si gila rommy, pasti tetap ada was was di hatinya.

Sekitar 04.30 am

“Sslllrrrrpppp......sslllrrrrpppp.....” aku terbangun merasakan ada yang aneh di kemaluanku. Kuhidupkan lampu tidur, lalu terlihat jelas, bayangan lisa sedang mengulum batang penisku.
“aahshssss....lissss.....ouuuuwww........ssshhhhh. ....”
Melihatku terbangun....”guuk moo neeegg....ssllllrrrpppp.....” lisa menyapaku masih dengan kemaluanku di mulutnya.

“lizzz....youre so naughty....stop lizz...stoooppp...youre gonna make me cuuumm....ssshhhh....”kataku pelan.
Dilepasnya kemaluanku, lidahknya menyusuri turun ke bawah...dua bola lelakiku menjadi sasaran berikutnya. Dikulumnya satu persatu, sementara jemari lentik itu tak pernah lepas mengocok batangnya.
“sssshhh......lizzzz........its cummingg.....”
Lisa dengan cepat memasukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Lalu dengan bantuan tangannya, mengurut pelan tapi agak kencang di batangnya.
....ssreeeettt....sreeettt...sreeettt......
Sekitar enam atau tujuh semprotan tak ayal segera muncrat di dalam mulutnya, disusul dengan beberapa kedutan pada penisku.
“ouuwwww.....sssshhhh........”aku mendesah panjang, membuang nafas yang tadi kutahan untuk mencapai puncak.

Sesaat kemudian, kuangkat lisa ke atasku. Tapi ditepisnya tanganku.
“weits....not now honeyy.....”kata lisa.
“come ooonnn....”kataku
“nope...not now....its my period....hihihihi...”katanya

Aduuuhhh.......juniorku bakal libur dulu....ah, masih ada mbak nina, nanti masih bisa pikirku....
Tampaknya lisa membaca pikiranku, “nina is not here...she and rafi went to their parents just now. You know that right? “ katanya sambil sedikit menggoda.
Ups...aku lupa, mas rafi dan mbak nina memang kemarin mengatakan kalo 2 hari ini mereka pulang kampung ke rumah mbak nina di kota lain.

“oh noooo...oh nooooo....”aku pura pura histeris, sementara lisa tertawa tawa mengejek.
“come honey...its almost five, take me to hospital. “kata lisa kemudian.
“yeeee......oookeeeeeee....”aku bangun kemudian segera bersiap.


---EPISODE 8---

05.15 am
Kumulai aktifitas pagi ini dengan menunggui si cantik lisa di ruangan kantornya. Lisa pergi keliling untuk mengecek beberapa pasiennya, sementara aku bekerja juga di kantornya. Kucari-cari adakah kemungkinan dipasang hidden kamera di ruangan ini.
Kayaknya tidak, karena aku yakin si rommy gila itu pasti kaki tangannya tak lebih dari para preman pasar yang jelas sesuai perawakannya tak bakalan bisa memasuki ruangan yang melewati beberapa tingkat keamanan.

Kubuka komputer di meja lisa, aku browsing internet. Sebelumnya memang lisa sudah memberikan akses penuh ke semua barang barang personalnya.
Sambil menunggu lisa, aku mengerjakan beberapa pekerjaan yang sempet tertunda beberapa waktu. Aku menelepon beberapa supplier dan beberapa klien dari kantor itu juga. Praktis, sebenarnya yang aku lakukan adalah bekerja. Tidak ada yang terganggu sama sekali.

Karena senyapnya ruangan lisa itu, aku lebih gampang untuk berkonsentrasi mengerjakan tanpa terganggu. Beberapa waktu kemudian, sekitar satu setengah jam, telah aku kerjakan beberapa proposal desain untuk seorang klien, yang biasanya di paradise membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam karena kusambi dengan mengawasi jalannya pekerjaan lapangan.

08.30 am
Sekitar setengah jam aku berhasil terlelap di sofa setelah menyelesaikan pekerjaanku. Aku keluar dari ruangan kantor lisa dan menuju ke sebuah ruangan yang memang dipakai sebagai smoking area.
Kusulut rokokku, tak lupa sambil membawa sekaleng kopi dingin.
Aku bertemu beberapa kolega lisa. Kuperkenalkan diri sebagai tunangan lisa, membuat mereka menjadi cepat akrab. Yah, memang meski cantik, lisa sangat akrab dan baik terhadap siapapun. Sehingga mereka pun gampang menerimaku di lingkungan itu.
Beberapa dokter ikut merokok di ruangan itu, sambil becanda mengenai banyak hal. Terkadang mereka tertawa karena suatu hal yang aku sama sekali tak paham. Tapi mereka kemudian mencoba menjelaskan kepadaku, dan akhirnya kita tertawa bersama.
Penyelidikan kecilku disana mengatakan kalau lisa sama sekali tak punya musuh di kantor. Lagipula, lisa tak pernah berambisi untuk mencari jabatan tertentu di sana.

Hmm...kantor, dicoret dari daftar. Paling tidak separo lebih, bahkan sampai ke OB dan perawat perawat kulihat tak ada yang mempunyai masalah dengan lisa.
Masih ada beberapa daftar lagi yang harus kuperhatikan.

10.00am
Lisa kutinggalkan di kantor, ketika kulihat jadwalnya cukup padat hari itu. Kubawa mobilku menuju ke sebuah mall di kota itu, sebelumnya ada informasi kalau di salah satu kafe mall itulah rommy sering nongkrong.

Keadaan kafe itu masih sepi. Sebuah kafe yang cukup mewah sebenarnya, kayaknya kalo rommy tak punya bapak seorang pejabat, akan agak susah untuk bisa menikmati kafe ini. Kuperhatikan logonya, samar samar kuingat, logo ini mirip dengan logo kafe langgananku di kota asal.
Segera kutelefon ownernya, yang kebetulan aku kenal betul karena sering mengacak acak panggungnya saat jamming dengan temen temen.
“ooouww...mas andi sekarang tinggal di sana yaa...bilang saja ke pak rudi, manager saya di sana, kalau mas andi mau ketemu.”

Kumasuki ruangan kecil di dekat dapur, kantor pak rudi. Aku cerita soal kedekatanku dengan pak tono si owner yang merangkap general manager di kotaku. Lalu, pak rudi mempersilakanku untuk sewaktu waktu bermain di panggung dia.
Yess...satu tempat lagi sudah kujelajahi. Tinggal tunggu waktu sampai semua jaringan rommy terlacak.

11.00 am
Aku kembali ke paradise untuk mengecek beberapa pekerjaan di sana, termasuk soal stok material yang tadi pagi kupesan. Setelah semua lancar, kupasrahkan lagi kepada pak sarmin dan mandor lapangan, lalu kutinggalkan lagi paradise untuk menjemput lisa.

Aku mengganti mobilku dengan memakai mazda lisa, lalu bergegas kembali ke RS. Dalam perjalanan, kulihat sebuah mobil pickup hitam yang sejak beberapa waktu selalu mengikuti.
Pickup itu sedemikian kotor, sehingga kukira awalnya adalah mobil material dari toko besi.
Tapi anehnya, muatannya kosong, dan setiap kali aku berbelok, dia segera mengejar aku.

Aku melakukan sedikit manuver untuk mengetahui betulkan dia mengikuti aku. Sengaja aku berputar putar di dua blok berbeda sebelum menuju ke arah RS. Dan pickup itu selalu mengejarku, terutama ketika setelah berbelok, aku selalu memelankan kendaraanku. Mobil itu tak pernah mendahului, malah cenderung kikuk ketika seakan akan aku minggir akan berhenti.

Ya, sudah kupastikan, pasti memang mobil itu bertujuan mengikuti kemanapun mazda ini pergi.
Akhirnya kuarahkan mobil itu ke RS.
Pickup itu berhenti kira kira 200 meter dari mobil kecil milik lisa ini parkir.
Aku yakin, siapapun di dalam mobil itu pasti akan kaget, melihat bahwa aku yang mengendarai mobilnya. Nomor polisi sudah kucatat dalam handphone, dan kukirimkan ke supri temanku untuk diselidiki.

Tak sampai sejam, sms dari supri sudah datang. Dikatakan bahwa mobil itu memakai plat palsu, sementara nomor aslinya masih menunggak pajak hampir 7 tahun. Juga dikatakan kalau beberapa kantor pembiayaan konsumen, memang sedang mencari mobil itu.

Lisa sudah duduk di mobil, tujuan berikutnya adalah makan siang.
Lisa terbiasa makan di sebuah restoran jepang dekat kantor, atau beberapa restoran lain yang memang tak jauh dari situ.
Segera kita meluncur ke sana.

12.20 pm
Kita duduk di sebuah kedai makan. Di luar aku lihat mobil yang tadi mengikutiku sudah sampai di sana. Hmmm...benar dugaanku.

Kulihat dengan ekor mataku, dari mobil itu turun dua orang berbadan kerempeng, penuh tato. Kulihat mereka duduk di belakang kursi kami.
Lisa memang sengaja tidak kuberitahu soal itu, supaya dia tidak kawatir.

Kulirik lagi, mereka tampak mengeluarkan hape, dan mengarahkan kamera ke arahku.
Kedai ini masih cukup rame. Sebaiknya aku tidak mencari keributan di sini.

02.00 pm
Aku menunggu lisa yang sedang mengontrol kondisi pasien di sebuah rumah sakit swasta. Kulihat mobil pickup hitam itu masih saja mengikuti. Namun memang dengan sengaja, tiap kali berpapasan, kaca jendela selalu kubuka, dengan alasan merokok. Sejatinya, kuingin supaya si pengikut itu memberikan pesan kepada rommy, bahwa aku selalu ada.

03.10 pm
Mobil kuarahkan ke beach house. Lisa berkata ingin mengambil beberapa pakaian lagi untuk menginap di paradise.
Pak dahlan masih berada di ibukota, hanya ada michele sendiri di rumah.
“maam...”sapaku melihat michele yang membukakan pintu.
“andy, come on in...hows the project?”tanya michele
Aku segera duduk dan memberikan laporan tentang pekerjaan kepadanya.
Tak lama, lisa sudah turun lagi, cipika cipiki dengan mamanya, lalu segera mengajak aku pergi.

Tak lama, mobil sudah sampai di paradise lagi. Sekilas kulihat mobil pickup itu berhenti di sebuah warung.
Aku memberi pesan kepada pak sarmin untuk pura pura membeli rokok di warung itu, sekaligus melihat apa yang dilakukan dua orang itu.

Tak lama, pada saat aku sedang memberikan arahan kerja kepada mandor, pak sarmin mendekat.
“pak andi, benar pak. Dua orang itu memang mengikuti mobil bapak. Tadi mereka kulihat menelepon lalu ngomong soal alamat paradise.”
“ya pak, terima kasih lo...”
“apa perlu saya samperin sekalian, bagaimanapun lisa adalah juragan saya.”
“jangan pak, ndak ada gunanya. Ntar biar aku saja yang jalan.”
Pak sarmin mengangguk, lantas segera kembali ke depan.

Malam itu kulewati dengan menonton film drama di tv, tentu saja bersama lisa.
Kuceritakan mengenai hasil dari investigasiku selama sehari tadi.
Lisa membelalak tak percaya, menurut dia, sebaiknya tadi saya segera mengambil tindakan.
Tapi setelah ku utarakan sebabnya, dia manggut manggut nampak setuju.

Barangkali karena capek atau karena filmnya agak membosankan, aku tertidur di depan tv, masih dengan lisa di pangkuanku. Lisa segera mendorong sofa itu menjadi sofa tidur, dan seakan tak mau pisah, dia memilih untuk ikut tidur di sisiku.

the next day.

pickup itu masih terus membuntuti. kalI ini, lisa yg sdh sadar akan keberadaan penguntit itu, tampak agak tertekan.

kupegang tangannya selama perjalanan ke kantor, "its ok liz...you re safe with me.."
lisa cuma tersenyum, tp masih nampak kegusarannya.

sampai tengah hari, kita beraktifitas dgn hati hati. beberapa kali aku mengurus tagihan ke bank maupun ke supplier, mobil hitam itu masih saja terlihat.

sampai sore, aku memasukI paradise, hpku berbunyi. sms kuterima, berisi janjian ktmu dg supri di sebuah kedaI makan.
lisa kutinggal sendiri, dg pesan utk tdk meninggalkan paradise.
tak sampai setengah jam, aku sudah duduk di meja dgn supri. aku memilih memakai freedku untuk menghindari si penguntit. dan benar, target mereka memang hanya mazda itu.
supri menyerahkan beberapa berkas yg tersusun dalam map yg rapi, dgn pesan utk tdk dibaca di tempat terbuka.
segera aku pamit, lantas kembali ke paradise.

07.30 pm
Kubuka satu persatu isi map itu bersama dengan lisa. Lembar pertama berisi fotokopi kartu keluarga, terdapat nama rommy di sana, kedua orang tua, kakak adiknya. 5 lembar berikutnya masih berupa kartu keluarga, dengan format isi yang kurang lebih sama.

Selanjutnya, lembar buku nikah bapak ibunya yang disahkan oleh KUA kota ini. Beberapa foto pernikahan, dan fotokopi undangan perayaan pernikahan mereka. Aku cuma membatin, kerja supri memang benar benar hebat. Bagaimana caranya bisa mendapatkan fotokopi undangan perayaan nikah yang dilakukan hampir tiga puluh tahun yang lalu. Lalu disambung dengan foto foto rumah rommy, foto keluarga rommy dll.

Bundel berikutnya, masih ada foto foto pernikahan. Namun ada yang aneh, nampak wajah istri sang pria berbeda dengan foto sebelumnya. Kubolak balik bundel itu, paling tidak ada lima wajah wanita berbeda, dengan background lokasi yang berbeda pula. Lembar berikutnya, adalah biodata dari wanita wanita itu. Hmm...ini temuan menarik. Tapi, mempunyai banyak istri tidak lantas membuat bapak ini menjadi kriminal. Aku cuma tersenyum membayangkan, kalau seandainya lisa, nina dan debby tiga tiganya menjadi istriku. Hmmm...

Selanjutnya, ada beberapa bundel akta pendirian beberapa perusahaan dengan nama keluarga rommy, termasuk kakak adik kedua orang tuanya. Tak begitu menarik. Fotokopi beberapa SK pengangkatan ayah rommy waktu menjadi pejabat di lingkungan pemerintahan.
Ada selembar catatan khusus dari supri, yang mengatakan kalau aku menginginkan mencari kelemahan perusahaan perusahaan diatas, dia bisa segera mengerjakan. Termasuk suap yang dilakukan ke pejabat pejabat, lalu aktifitas aktifitas pajak perusahaan sampai catatan rekeningnya.

Bundel berikutnya membuatku lebih terkejut.
Ada puluhan lembar foto. Hampir semua diambil dalam keadaan low-light, beberapa tampak memakai blitz.

Bundel itu dibagi lagi menjadi empat amplop besar.

Kubuka amplop pertama, berisi hampir lima puluhan foto. Kuperiksa satu persatu. Yah...ini jelas wajah rommy, meski tampak lebih gemuk. Di foto itu, tampak rommy sedang berpelukan dengan beberapa wanita yang tampaknya terjadi di sebuah tempat hiburan malam.
Foto berikutnya, aku langsung terbelalak, rommy tampak sedang menyaksikan sebuah pertunjukan live striptis. Selanjutnya, terlihat rommy setengah telanjang di kasur, dengan wanita telanjang pula berdandan menor. Beberapa foto lagi, rommy masih dengan wanita telanjang yang selalu bergantian, tapi kesamaannya adalah si wanita selalu berdandan menor. Beberapa malah rambutnya dicat pirang, sementara badannya gelap. Riasan wajah berwarna biru?
Dari kesimpulanku, hampir tak mungkin kalau semua itu adalah pacar rommy, tebakan paling gampang, mereka adalah perek yang dibayar untuk menemaninya. Di beberapa foto itu, rommy selalu masih memakai celana. Namun si wanita hampir semua telanjang.

Amplop kedua,
Terlihat foto si bapak. Kayaknya bapak rommy yang perutnya membulat ini kelakuannya tak jauh beda dengan anaknya. Foto foto telanjang wanita berdampingan dengan si bapak yang juga telanjang telrihat paling tidak ada 20an lebih. Ada yang aneh, kubuka buka dua amplop itu, tampak ada beberapa wanita yang sama? Get real guys !!

Amplop ketiga,
Di sini terlihat foto foto rommy bersama teman temannya, duo kerempeng penguntitku tampak juga di beberapa foto itu. Tampaknya amplop ini bercerita tentang kenakalan dia. Terlihat di beberapa foto, rommy mabuk, muntah muntah. Tampak juga beberapa foto rommy menggunakan berbagai jenis narkoba.
Sekitar 5 foto terakhir membuatku tertawa terbahak bahak bersama lisa. Foto pertama adalah terlihat rommy bersama salah satu wanita, namun kali ini terlihat rommy telanjang. Yang membuatku tertawa adalah ukuran penis rommy. Aku heran juga bagaimana penis sekecil itu bisa masuk di memek wanita wanita panggilan itu.
Foto kedua, tampak rommy beserta satu teman lelaki sedang menggarap satu wanita. Jelas di foto ini, kalau teman rommy lebih berpenis daripada dia. Hahahaha....
Foto ketiga, lisa sampai membuang muka. Bagaimana tidak, di foto itu terlihat rommy sedang mengulum penis teman lelakinya itu.
Foto keempat dan kelima nampaknya hampir sama, rommy sedang digarap oleh teman prianya. Bahkan di foto kelima, rommy tampak menikmati sekali tusukan si teman pria di pantatnya. Lembar terakhir dari bundel ini adalah sebuah tulisan rangkuman dari supri. Juga sebuah tulisan yang mengatakan kalau terpaksa supri menyortir beberapa foto rommy bersama teman prianya, karena terlalu menjijikkan. Untunglah !!

Amplop ke empat,
Berisi foto keluarga rommy. Ayah, ibu, kakak perempuan, kakak lelaki, rommy dan adik perempuannya. Ada lagi satu bendel foto, beberapa terlihat kakak perempuan sedang telanjang, ada juga yang sedang bercinta dengan beberapa lelaki sekaligus. Lalu yang terakhir, adiknya. Adik rommy masih duduk di bangku kuliah. Cukup cantik sebenarnya, tapi ada yang aneh, dalam rangkuman supri, tercatat kalau jarak lahir antara rommy dan adiknya bernama melly, terpaut sekitar 10 tahun. Ciri ciri fisik melly pun agak berbeda dengan kakak kakaknya.
Dalam catatan supri, ada beberapa kemungkinan yang dikatakannya masuk akal. Pertama, melly bukan lahir dari rahim ibu yang sama. Kedua, melly lahir dari ibu yang sama tapi bukan dari ayah yang sama. Dan kemungkinan yang ketiga, supri mengatakan, menurut desas desus, sebenarnya melly adalah anak dari kakak perempuan rommy. Yang konon hamil pada saat SMP.

Tinggal satu lembar lagi summary bikinan supri, berupa daftar isi semua berkas yang sudah dinomori per item tersebut, dan sebuah catatan untuk segera memberikan konfirmasi, berkas nomor berapa yang ingin diperdalam informasinya.
Keputusanku dengan lisa, foto foto ini sudah cukup untuk memukul telak rommy. Maka kuputuskan untuk segera sms supri, yang isinya cukup hurup ok. Yang artinya, sudah cukup informasi ini.

“hmmm...pretty fucked up, right?”komentar lisa kemudian.

“yep...”jawabku. kukembalikan semua berkas itu ke dalam map binder. Lalu kusimpan dengan rapi di brankas yang ada di kamarku.

09.00 pm
Mbak nina dan mas rafi datang. Tampak dari wajahnya keletihan. Yah, mas rafi memang memaksa untuk naik bus umum, tak mau merepotkan katanya ketika kutawari memakai freed ku.
Lisa segera mempersiapkan makan malam yang memang sudah aku beli dari tadi. Satu kelemahan lisa, dia sama sekali tak bisa memasak. Hihi...pernah suatu ketika dia memaksa untuk membuat makan malam, ala eropa memang, mbak nina dan mas rafi sampai rikuh karena merasa makanan masakan lisa aneh, hambar. Padahal, lisa menyantapnya sampai habis.
Kucandai mereka sehingga tak lagi rikuh, kukatakan kalo lisa memang terampil memegang stetoskop dan suntikan, tolong lain kali kalo memasak, stetoskopnya dibawa.
Mbak nina dan mas rafi tertawa terbahak bahak, lisa sedikit merengut. Tapi bukanlah lisa kalau becandaan seperti itu membuatnya sakit hati. Lisa cukup bilang, saya menyerahlah kalo urusan makanan, daripada ntar kelaparan. Akhirnya, malam itu juga, pizza dari kedai pizza 24 jam di kota kutelepon untuk segera kirim satu paket besar.

Sebelum berangkat tidur, mas rafi kuberi tahu mengenai hasil investigasi kami, mulai dari si penguntit sampai laporan supri tadi. Sengaja tanpa mengurangi rasa hormat, foto foto dari supri tak kuberikan ke mas rafi. Karena itu hasil investigasi intelijen negara. Untung mas rafi tak begitu mempersoalkan. Dia malah membahas beberapa strategi untuk menangkap basah rommy. Karena kulihat wajah capek mas rafi, kubilang untuk menunda rapat ini dan besok saja diteruskan.

...cting.....hp ku berdenting tanda email masuk. Ternyata dari supri memakai alamat email palsu, di dalamnya terdapat data data komplit mobil yang dipakai si penguntit. Data ini tak terlalu rahasia katanya, sebab itu dia berani mengirimnya via email.

10.00pm
Meski kita semua capek, tapi terlihat lisa masih berpikir. “sudahlah liiizzz....besok masih ada waktu”ujarku.
Aku mengajak lisa untuk masuk ke kamar saja.
Aku masuk ke selimut, kupeluk lisa dari belakang, lalu kumatikan lampu tidur.
Gelap, senyap. Lisa tampak bergetar badannya. Aku sedikit kaget. Kunyalakan kembali lampu tidur, “lizz..? youre crying?”
...sshh....ehkk...ehk......lisa mengangguk
“youre now safe here with me...”bisikku
“im not crying because im scared ann...im crying because i am really fortunate to have you here..”lisa menarik tanganku lebih kencang ke dalam pelukannya.
“ssshhhh.....its ok.....”kucium keningnya.
“now stop your crying and let go my arm...one more minute, you have to be responsible for what you’ve done....in my cock...”godaku.
Lisa langsung melempar tanganku, lantas mengusap air matanya. Menoleh kebelakang, lisa mengulum bibirku lembut. “love you so much ann...”
“love you tooo....”kumatikan kembali lampu tidur.
Kembali kupeluk lisa erat.

Sekitar Tengah Malam. Am/Pm ?

Aku masih tertidur dengan lisa di sampingku. Tiba tiba pintu terbuka, dan seseorang berjalan mendekat.


---EPISODE 9---

Aku masih terlelap dalam. Kembali terbangun dengan posisi celana terbuka, dan seseorang mengelomohi batang penisku. Masih terasa berat, lisa masih tidur dipelukanku. Lalu ?

Kuhidupkan lampu tidur, byar......terlihat wanita turunan arab berambut panjang tampak mengejap kejapkan mata indahnya. Lidahnya melelet di bagian bawah kepala penisku. Dijilatnya bagai es krim.

“mbaakk ninaa....sshhhh.....”desisku
“ssssttt......tar lisa bangun....”katanya.
Ssllrrrppp,...ssllllrrpppp...kembali dikulumnya batangku, sambil tangan kirinya sedikit memijat bola ku hingga terasa agak ngilu.
Aku pelan peln duduk, lalu kuangkat mbak nina ke arahku.
“sini mbak...”kataku.
“ssstt....mas andi diam saja....”mbak nina duduk persis di selangkanganku.
Dipegangnya batang penisku, lalu diarahkan ke dalam kewanitaannya.

“sshhh....mmmmmmpppphhhh...”mbak nina menutupi mulutnya sendiri yang tak kuasa menahan desahan. Digigitnya jemari lentik itu, untuk meredakan rasa di bawah perut yang semakin menggelora.
Mbak nina menekan pinggulnya mentok ke bawah, badannya melengkung ke belakang. Goyangannya menjadi patah patah, maju mundur. Tak lama, meneganglah badan molek itu. Telapak tangan mbak nina tampak tak mampu menahan suara yang muncul dari bibirnya.
“aahhhssss.sss.s..mmmmmmhhppphhhh....sssssshh..... ”

Mbak nina masih bergoyang goyang meski tubuhnya jelas telah lemas. Penisku memang masih tegak di dalam liang hangat nan sempit itu. Namun, ketika aku ingin mengangkatnya untuk berubah posisi, mbak nina menahanku.
Ssstt......kata mbak nina sambil menunjuk lisa.

Lagi, mbak nina mulai agak keras menggoyang tempat tidur ini dengan gerakan pinggulnya. Maju mundur kiri kanan, berputar putar. Aku memusatkan pikiran agar segera sampai. Kumainkan payudara sekal mbak nina, kugigit gigit putingnya.
Sampai.... !! kutekan keras ke atas penisku....sreeeettt.....mbak nina juga bergetar getar lemas.

Ssshhhh.............desisnya.
Lalu ambrug di sebelah kananku. Aku masih mengatur nafasku, ketika kulihat mbak nina jatuh tidur di sampingku. Kuangkat selimut yang sempat terlepas.
Kututup tubuh kita bertiga.
Good nite...kukecup bibir mbak nina tanpa balasan.

04.45 am

Aku terbangun setelah mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Kulihat sisi sebelah kiriku kosong, sementara sebelah kanan, mbak nina masih tidur telanjang. Kuperbaiki selimutnya yang agak tersingkap, memperlihatkan pahanya yang mulus.
Mbak nina agak menggeliat, namun tetap diam tidur. Ingin rasanya aku mengulang lagi, tapi nampak wajah mbak nina tidur dengan lelap sekali. Kuurungkan niatku.

Baru tersadar, ketika aku keluar dari selimut. Iya ya...semalam kan quickies dgn mbak nina, pantas celanaku tak lagi terpakai. Hihi...aku penasaran dengan apa yang ada dipikiran lisa tadi pagi.

Tak sampai lima menit kemudian, lisa keluar dari kamar mandi. Melihatku dia tersenyum, dan memasang telunjuk di depan bibirnya supaya tidak bersuara, sambil melirik mbak nina yang masih pulas.
“morning...”bisik dia. Lisa duduk di pangkuanku, hanya memakai lilitan handuk. Diciumnya pipiku, lantas dia bangkit berdiri. “mandi dulu sana...i gotta be in the hospital before six”bisiknya pelan.

05.20 am
Lisa sudah berdandan rapi, aku pun sudah memakai celana panjang dan tshirt bergambar salah satu merek alat musik ternama.
Kusisir rambutku yang mulai memanjang, terlihat mbak nina terduduk. Aku dan lisa spontan menoleh,”good morniiiingg...”kata lisa sambil memeluk mbak nina.
Mbak nina mengangkat tangannya keatas, menggeliat. Tampak buah dada montok dengan puting kecoklatan. Dia terkaget...eehhh....aku belum pakai baju ya? Katanya bingung.

Lisa tertawa.
Aku senyum senyum saja, sambil bilang ke lisa, “lizz....tadi tengah malam ada kodok bangkong datang ke sini...tiba tiba ngemut batangku...waaahhh......seru...”
Mbak nina melempariku dengan bantal dan guling yang ada di kasur.
Lisa tertawa terbahak bahak.
Setelah semua bantal dan guling habis terlempar, mbak nina beringsut untuk berdiri, tiba tiba lisa nyeletuk, “ ann...kodok bangkong apaan...what?.”
“wuahahahahahahahaha.....”lisa sampai terkencing kencing menahan tawa, sambil berlari ke kamar mandi. Lisa cuma terbengong bengong. Aku pun tak tau harus berkata apa.

Sepuluh menit kemudian,
Aku sudah duduk di meja pantry, sebelahan dengan mas rafi. Dia bilang, hari ini akan mencari informasi mengenai dua pria kerempeng itu dan tentu saja rommy.
Sambil menyantap roti bakar bikinan lisa, kali ini wanita itu berani berurusan dengan makanan, lagian cuma bakar roti ini.

mas rafi berkata, “mas andi semalem ada gangguan ndak?”
“he ?”kataku
“iyaa...semalem...aku capek banget, terus tidur...kok tiba tiba sesek...ada yang nakal....tak diemin aja...eeehhh....habis itu ngilang sampe pagi..”goda rafi sambil melirik istrinya.
Aku tertawa keras.
Mbak nina langsung mencubit pinggang mas rafi.
“mas rafii...tar kerjanya malem kaan....sarapannya dibanyakin yaa...mumpung kelinci dua ini gak di rumah...”kata mbak nina.
“wahahahahahahahahahahaha....”lisa tertawa paling keras.
“this time i get it...”kata lisa setelah tertawa.
Kami bertiga saling pandang. Lalu bersama sama, kita tertawa keras. Lisa terbengong bengong lagi.
Setelah kujelaskan kelucuan lisa, dia tersenyum sambil ngomong,”next time...use english !!!”

09.00 am
Kutinggalkan lisa di kantor. Kali ini aku memakai freedku, kuputar putar kota sambil mengelilingi daerah yang tertulis di laporan supri semalam. Kucari alamat rumahnya, jalan pelan pelan di depan rumah dengan gerbang hijau itu, kubaca situasi. Lalu berniat kembali ke paradise.

Sesampai di gerbang paradise, kulihat pick up hitam itu berhenti persis di depan pintu. Aku turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah. Tak ada orang di pekarangan depan, maupun rumah induk.

Aku berjalan ke belakang, tampak beberapa tukang sedang berkumpul. Kudekati, terlihat di bawah, dua orang kerempeng sudah babak belur dihajar. Pak sarmin yang melihatku langsung memberikan laporan kalau dua orang itu berusaha menerobos masuk.
“udah pak, bawa ke teras saja.”
Dengan cekatan, pak sarmin yang memang pensiunan tentara ini mendorong mereka ke teras.
“siapa kamu..mau apa ke sini...siapa suruh kamu...”tanyaku
.............mereka berdua diam saja, hanya mengerang kesakitan.
Kupegang pangkal leher salah satu dari mereka, kutekan dengan jempol dan telunjukku, mereka segera mengerang.
“siapa yang nyuruh kamu....JAWAB !!” aku membentak.

Semua tukangku yang tadinya ribut langsung terdiam ketika melihatku marah.
“ampun mas...uhuk uhuk...ampuuunn...aku cuma disuruh....ampuunn...”kata si kerempeng bertato elang.
Sementara si kerempeng satunya, menunduk tak berani menatapku.

“oke...bilang sama majikanmu semua, kalo sampai ada lagi teror ke sini, ke lisa atau siapapun yang kau ganggu, tak ada ampun lagi....sana pergi....”kataku.

Mereka segera bangun, dengan tertatih tatih berjalan ke depan. Saat melewati mandorku, dengan satu gerakan dia melepaskan pukulan keras ke perut.

...bruggg....si kerempeng tanpa tato tersungkur..
Temannya langsung membantu, lantas mereka segera berlari.

Paling tidak, sekarang dua kerempeng itu pasti kapok kalo mau menyatroni ke sini.
Kulihat sekeliling, kutanya pak sarmin, “mas rafi mana?”
“barusan pergi sama istrinya mas, mungkin lihat mas rafi pergi, dua orang itu mau nekat masuk.”

Segera kutelepon mereka, untuk memastikan keadaan mereka baik baik saja.
Dua puluhan menit kemudian, mas rafi dan mbak nina tampak risau memasuki pekarangan.
Aku sementara masih duduk di teras depan rumah, langsung menyambut mereka dengan senyum, agar tak terlalu stress.

“mas andi gak papa?” tanya mbak nina agak sesenggukan.
“ndak papa kok mbak..yuk masuk dulu...”
Kusuruh pak sarmin cerita ke mas rafi tentang kronologisnya.
Berdasarkan ceritanya, dua orang itu mulai melongok longok ke dalam pagar setelah mas rafi dan mbak nina keluar. Lalu, ketahuan oleh pak sarmin dan dihardiknya.
Tak merasa takut, si kerempeng malah nekat pengen ketemu lisa, karena melihat mazda itu masih disana. Teriakan pak sarmin di dengar mandor di belakang, tak berapa lama, dua orang itu malah diseret masuk rumah dan dihajar rame rame.

02.15 pm

Lisa segera kuajak pulang. Beberapa acara di-cancel olehnya. Kita segera menuju ke paradise.
Lisa duduk di pelukan mbak nina. Aku sedang mencoret coret sesuatu, yang menandakan kalau pikiranku tidak ada di sana.
Tak terasa hujan mulai turun. Wanita wanita itu terlihat mengantuk, mereka berkumpul di kamarku untuk beristirahat. Sengaja kubiarkan ac menyala dengan suhu cukup rendah, sehingga mereka akan merasa lebih nyaman untuk tidur di balik selimut.

04.00 pm
Mereka masih tertidur. Segera aku bersiap siap untuk keluar, aku tak menceritakan apapun rencanaku. Segera kutuju kafe milik pak tono.
Disambutlah aku dengan baik.
Aku mulai duduk di pojok, dan memesan capuccino sambil bermain tablet.

Taklama, terdengar suara suara kurang enak didengar. Kulirik, ternyata rommy datang bersama rombongannya. Sekitar 5 orang total, termasuk si kerempeng tato.
Si kerempeng yang melihatku, langsung berdiri di balik rommy.

Sambil menikmati minumanku, kusulut rokok kretekku. Kulihat tajam ke preman kerempeng tato itu. Ia tampak gusar, duduk tidak nyaman. Habisnya gelas capuccinoku merupakan tanda aku harus segera bergerak.
Kuhampiri meja tempat mereka duduk, “haloo temen temen....baru ngapain ini...”kataku sok bersahabat.
Rommy membelalak kaget, tak menyangka aku berani nyamperin mereka. Sementara si kerempeng tato tampak menunduk.

“gini mas...aku perlu ngomong...ni siapa yang bos siapa yang kacung ni?”kataku agak kasar kemudian.
Mereka semua terdiam, si kerempeng apalagi, cuma rommy yang sok jago ngomong,”gua bosnya, kenapa?”

“oooo.....kau sudah berapa lama jadi tukang intip?”tanyaku.
“emangnya ngapain? Siape lu?”tandas rommy dengan tangan seakan akan menyuruh teman temannya maju. Tapi tak ada yang berani bergerak. Bagaimanapun, meski mereka berlima, melihat tubuhku yang cukup besar, mereka musti berpikir dua kali.
“lu bisa diam dulu apa perlu gua gampar ?!!”kataku tegas tanpa perlu berteriak. Kutatap kedua mata rommy yang tak berani membalas menatapku.

Seorang teman rommy mencoba berdiri, baru saja tegak badannya, langsung satu pukulan mendarat di wajahnya. “DUDUK !!”
“lu rommy kan...lu tau siapa gue ?” tanyaku.
Tak berani menjawab dia.
“gua andi...tunangan lisa...denger ndak...tu...na...ngan....bukan banci kayak elo yang cuma bisa beli cewek...eh dapet cowok malah ngaceng !”
Rommy makin terdiam. Wajahnya memerah.
“dengerin baik baik ya...gua ngomong cuma sekali...jangan kau ganggu lagi lisa...termasuk keluarga dia dan siapapun yang ada di sekitar dia..lu dengerin gak?!” bentakku.

Sebelum petugas keamanan datang, aku segera berlalu dari kafe itu.
“maaf pak, tadi ada keributan kecil di kafe bapak.” Aku segera telepon pak tono untuk menceritakan persoalan sore itu, tentu saja tidak semua. Pak tono yang telah mengenalku dengan baik, malah menawari untuk membantu menyelesaikan persoalan itu. Aku bilang terima kasih, tapi tak usahlah. Aku masih bisa kok.
Aku masih terdiam di mobil, sambil memegang amplop dari supri kemarin. Seperti yang kuduga, dengan lagak sok, rommy ternyata juga meninggalkan kafe itu.

Kuikuti mereka dengan freedku, dengan cara yang lebih baik tentunya, sehingga mereka tak sadar.
Mobil mereka berjalan menyusuri jalan utama, menuju ke perumahan elit yang aku tahu daerah perumahan para pejabat.
Sampai didepan gerbangnya. Kulihat rommy keluar dari mobil dengan berteriak teriak marah gak jelas. Kuikuti dia tanpa dia sadari, masuk ke rumahnya.
Benar dugaanku, rommy tampak sedang menemui ayahnya.
Bisa dibayangkan betapa kagetnya rommy ketika tahu aku memasuki rumah mereka.

Rommy teriak teriak, “bajingan kau...itu pah bajingannya....suruh hajar pah...”
Aku tersenyum saja, tanpa permisi dan tanpa disuruh, aku masuk ke ruang tamu, tampak para ajudan yang memasuki ruang tamu tersebut, ingin mengusirku pergi.
Sebelum mereka bertindak, kuberikan kartu nama supri ke mereka.
“bapak bapak, tolong anda telpon nomor ini untuk memastikan saya bekerja atas nama siapa.”
Terlihat di kartu nama itu, nama Kapten Suprihandoko, Penyelidik Intelijen, dengan logo BIN diatasnya.
Mereka terpana. Lalu membiarkan aku duduk.

“rommy duduk dulu...”kata ayah rommy.
“bapak ada perlu apa?” ayah rommy bertanya padaku.

“begini pak, pertama saya kesini ingin berkenalan dengan keluarga pejabat hebat sekelas bapak. Kedua, saya ingin janji dari bapak, kalau anak anda tidak akan mengulangi perbuatan perbuatan yang memalukan lagi. “ kataku tegas.

“ada apa ini....ada apa...anda jangan sembarangan menuduh anak saya...”kata bapak pejabat gendut itu.
“saya bisa menghancurkan anda lo...jangan main main dengan saya, mengancam anak saya berarti mengancam saya...!!!”katanya sok.
Dasar bapak anak sama saja, pikirku.

Aku cuma tersenyum.
“begini pak, anak anda ini sudah mengganggu kehidupan tunangan saya. Sekali lagi, saya gak peduli dia yang melakukan apa tidak, sekali lagi...sekali lagi tunangan saya, namanya lisa pak...ingat...dr.elizabeth sukoco...sekali lagi lisa merasa terganggu...saya bisa menghancurkan bapak juga...lebih parah...!” kataku sambil membanting amplop coklat itu di meja.

Dari amplop yang kulempar itu, tak sengaja beberapa foto tampak keluar.
Aku sempat melihat wajah bapak itu merah padam, sebelum aku berlalu.
Belum sampai keluar pagar, bapak itu memanggilku kembali.
Dirayunya aku agar masuk kembali ke ruang tamu.
Didepannya, rommy tampak lemas terduduk di lantai sambil memegang beberapa foto.

“pak andi ya...ngg...pak andi minta berapa pak....”katanya kemudian mencoba menyuapku.
“saya gak butuh uang pak.”kataku tegas.
“saya bukan pejabat murahan yang cuma uang dipikirin.”

“lantas...bagaimana pak...yaa....tolonglaah...jangan sampai foto foto ini tersebar...bisa rusak nama saya.” Katanya agak melemah.

“gampang pak, anda suruh rommy bajingan ini untuk minta maaf, lalu jangan sekali kali mengganggu tunangan saya, keluarga maupun lingkungan sekitarnya...”
....brugg....prakkk.....ayah rommy memukul kepala anaknya dengan tongkat yang terletak didekatnya.
“aduuuh...paahhh...ampuuuunnn...”kata rommy
“cepat minta maaf sama pak andi.....”bruuakkk......bapak itu sekali lagi memukulnya persis di pipi.
Pukulan itu cukup keras hingga wajahnya memerah.

“ma..maa aaf pak andiii...ma af...saya janji gak akan ganggu lisa lagi...”katanya.

“oke...saya orang yang selalu tepati janji...tapi ingat, sekali saja bajingan ini atau temen temennya mendekati lisa, jangan harap semua foto termasuk 4 istri anda tak beredar di media massa...”

Bapak itu sekali lagi memukul rommy, bahkan sampai menangis.

“saya rasa cukup pak...untung saja saya memilih untuk ketemu anda daripada harus saya kerahkan baret merah untuk hajar putra anda.” Segera aku berdiri dan berbalik keluar.

Dari luar, sekali lagi aku dengar....braaakkkk...praakkk....dan teriakan rommy minta ampun ke papanya.


---EPISODE 10---
...epilog, bagian satu...


08.00am the next day

kulihat seorang wanita dengan rambut coklat agak pirang tampak berjalan di selasar rs. masih memakai jas putih, rambut sebahu berkibar kibar, wanita itu segera mempercepat jalannya ke arahku. rok selutut warna hitam itu bergoyang goyang tampak kontras dengan kulitnya yang putih terang.

" selesai liz?"tanyaku
"yup...yuk..."jawab lisa sambil mengunjukkan tangan untuk digandeng.
kita berdua berjalan ke parkiran mobil, menuju freed ku.
yap, hari hari tegang bule semampai itu sudah usai. wajahnya kembali ceria.
semalam, akhirnya lisa menangis lega di paradise, ketika aku pulang membawa cerita mengenai kejadian di rumah rommy. bahkan mbak nina yang tadinya hanya mendengarkan, jadi ikut ikutan terbawa suasana.

hari ini, lisa berniat untuk pulang ke beach house. mazda rx8 milik lisa sengaja ditinggal di paradise demi mengantisipasi kejadian kejadian tak terduga dari rommy maupun ayahnya. akupun sudah mengontak supri kembali untuk membantu jika ada informasi gerakan dari pejabat edan itu. tapi nampaknya, berkat kartu nama supri yg kuperlihatkan ke ayah rommy itu, mereka perlu berpikir puluhan kali untuk bertindak nekat.

setelah aku antar lisa pulang ke beach house dan sedikit berbasa basi dengan mamanya, aku segera kembali ke paradise.

02.30pm
tv satelit baru saja selesai memutar film bad boys, entah yang keberapa kali aku nonton film ini.
tersengar suara mendengung, mbak nina sedang membersihkan karpet dengan vacum cleaner di kamarku. tak lama, wanita turunan arab itu keluar, membersihkan meja tv dan coffe table di depanku. majalah majalah ditatanya.
sore itu, mbak nina memakai daster kuning dengan belahan dada rendah.
bra merah dipakai menutupi kesekalan payudaranya. rambut panjang mbak nina dibiarkan lepas menutupi pundak mulus itu. beberapa kelompok rambut jatuh persis di depan dadanya.
tanpa sadar, mbak nina membungkuk membersihkan majalah majalah di bawah meja di depanku. tentu saja bulatan payudara itu terlihat jelas menggantung ditopang bra berenda itu.

"gede mbak..."kataku
"hmm?"kata mbak nina sambil menyibakkan rambutnya yang jatuh ke depan dengan posisi membungkuk. mbak nina masih belum sadar kalau aku memandangi isi daster itu.
"itu...gede bener ya...hihi....."senyum mesum muncul di wajahku.
mbak nina mendongak melihatku...lalu mencibirkan lidahnya.

aku bangkit berdiri, mbak nina masih serius bersih bersih. kuberjalan mendekati tv, di belakang mbak nina. awalnya aku ingin mengecas tabletku di dekat tv. mbak nina yang membungkuk, tentu saja membuat pantatnya sedikit menungging.

....plak....iseng aku pukul pelan pantat itu.
"eeehhhh...iseng banget sih mas andi ini..."katanya
aku segera membungkuk di belakang belahan pantar wanita arab itu.
kupegang kedua pahanya, dia segera menegakkan badamnya kaget.
"maaassss....aku selesein dulu yaaa...sabaarr...."kata mbak nina.

aku tak peduli, celanaku mulai sesak disuguhi kemolekan tubuh itu. aku segera berdiri di belakang mbak nina yang kembali menata meja itu dengan berjongkok.
"ini sekalian dibersihin mbak..."kataku pelan

mbak nina menengok, dilihatnya batang penisku sudah terjulur keluar dari celana pendek yang kupakai.
"mas andi nakaaalll....."protesnya.
"hihi..."kupukul pukulkan penisku yang baru setengah tiang ke pipi mbak nina.
...pluk..pluk....
"ssshhhh...sinih....slllrrrpppp...ssllllrrrpppppp. ...."segera penisku ditelan bibir tipis itu. tampak lesung pipitnya sekilas menggoda.
didiamkan di dalam mulut seksi itu, lidahnya menggerayangi sekeliling batangnya. tak sampai lama, penisku mengeras, membuat mbak nina sedikit kewalahan menahannya di dalam mulut.

"aaahhhsssss.....enak mbaaakkk....."desahku tak kuasa keluar. mata mbak nina melirik wajahku ke atas. melihatku ke enakan, mbak nina mencoba memaksakan batangku semakin dalam.."oouuushhhhh.........."aku mendesah lagi.

..uhuk...uhuk...uhuk....mbak nina tersedak.
kuangkat kepala mbak nina, membuatnya berdiri di depanku.
.....mmmhhhhh...kucium bibir itu dengan ganas...mbak nina membalas dengan nafas terengah engah....
kutelusuri badan mbak nina dengan tanganku. kutarik pelan daster kuning itu dari belakang. terasa kain tipis membungkus pantatnya yg kencang.
kutelisipkan tanganku diantara celana dalam itu, kuremas perlahan sedikit mengangkat.
...sshhhhhh...mbak nina mendesah...tangan mungilnya segera meraih penisku yang menganggur. diremasnya pelan.
kudorong mbak nina ke sofa, kubalik badannya sehingga tangannya menumpu sandaran sofa, kakinya kuletakkan hingga pantatnya menungging.

kutaril ke samping celana dalam itu tanpa melepasnya, lalu....serta merta kutusukkan ujung penisku ke lubang lembab itu dari belakang.
mbak nina yang tak menyangka, sedikit terpekik...."oooouuuuhhhsssshhhhh....."
kumasukkan sebatas kepala penisku, kutarik keluar, lalu kuulangi lagi...mbak nina menggeliat geliat. wanita ini memang sangat mudah ternaikkan birahinya.
hingga beberapa gerakan lagi, lalu kutusuk dalam dalam penisku ke dalam liang sempit itu.
".....oooouuuuiisssshhhhhhh...maaassss....pela n pelaaannnn....ssshhhhh"kata mbak nina sambil mencoba mengatur nafas.
tapi sore itu, entah kenapa aku memang sangat bernafsu sekali. tak kuindahkan keinginan mbak nina. langsung kupompa cepat dan dalam dalam penisku.

"oouuushhhh..,hesshhh....yaa...sshhhh......aaahhhs sss....."mbak nina mendongak tak percaya.
kupompa terus sampai mbak nina tak lagi mampu bersuara, hanya mulutnya menganga menahan klimaks yang datang dengan cepat.
nafas mbak nina seakan akan tertahan, badannya kaku menegang.
kaki nya yang menjadi tumpuan bergtar getar, hingga akhirnya melemas.

kepala mbak nina melemas di bantalan sandaran sofa hijau itu. aku masih pelan pelan menggerakkan penisku maju mundur. daster kunig itu segera kurenggut terlepas melewati kepalanya. bra merah masih terpasang rapi.
kulepaskan penisku. mbak nina langsung ambrug di sofa itu.

matanya masih terpejam, perutnya yang rata masih beberapa kali mengejang. aku duduk di sofa, kudekatkan penisku kembali ke bibir tembem vagina itu.
kali ini, pelan pelan kudorong masuk.

"ssshhj,.,...maassss......sshhh....enaakkk...shhhh hh...."mbak nina mengerang.
kudorong pelan sampai mentok, kutarik sedikit, kudorong lagi sampai mentok.

........krrriiiiiiiiiiingggggg........krriiiiiingg g......telepon di dekat sofa berbunyi. kuangkat segera, terdengar suara wanita. 'hmmm..lisa?"tanyaku.
'yess...honnn...nina there? put her on...i had somethin to say...'kata lisa dari ujun telepon.
kuserahkan handset wireless itu ke kuping mbak nina, dijawab lirih, "ya liss...."

aku tak mau kehilangan kesempatan lagi...sementra mbak nina sedang menelepon lisa, kudorong lagi penisku ke rahim sempit itu.

'yess..lisss....ouuusshhhhh......aaahhhhsss......" tampak mbak nina tak begitu perhatian dengan gagang telepon itu. "sorry lizz...sshhhh....im cumming agaaiiiiiiiiinnn...sssshhhhhhhj...aaahhhhsssss.... ..."
meski lebih pelan, namun orgasme mbak nina tampak sangat kuat.
..ouuuussshhhhh....lizzz...ssshhhhh........ssshhhh h........mbak nina ternyata masih menempelkan telinganya di gagang telepon itu.

kulepas penisku yang berkilat kilat, kudorong tubuh mbak nina hingga menungging lagi di sofa itu.
kedua tangan mbak nina tampak berusaha keras menahan gagang relepon itu dari teliganya supaya tidak jatuh.
secepat mungkin, kutusukkan lagi penisku dari belakang.
kupompa secepat dan sekeras mungkin. mbak nina yang belum habis sisa orgasme kedua tadi, langsung melolong....
"auuuuuuuuuuuhhhhhhh....aaaahhhh...ah...ahh..ah... ah...ah...ahh..ah...ahh..ah,.,ahh...."sampai badan montok iu terguncang guncang.
"lizz....yes...ah..,ah,.,ah....ah,...he fuck mee..ah..aah..ah...ah....hard liss....haaarddd,....aaaasshhhhhhhh....aaauuuuhhhh hh....."mbak nina lagi lagi menganga tak bersuara. hampir bersamaan dengan datangnya gelombang semprotan spermaku ditempat terdalam liang kenikmatan itu.

tubuh mbak nina lagi lagi melorot lemas di sofa, dengan mata terpejam. telepon yang tadi digengamnya terjatuh di sebelahnya.

aku ambil telepon itu,"liss...?"
"ousshhhhh..........annnn...aaannnn....ssshhh..,.. ..im alsoo cumminggg......ssshhhh......"terdengar suara lisa dari lubang telepon itu.
...tut...tut....tut...tut...sambugan telepon terputus.

sepuluh detik kemudian telepon itu kembalj berbunyi...
"hello ann...?...."
"liss....are you touching yourself?....tanyaku.
"hihi...yes ann...you two sounds so hot...cant help it..."kata lisa pelan.

mbak nina yang mendengar pertanyaanku ke lisa sedikit terkikik
lisa menutup telepon itu.

kupeluk tubuh mbak nina yang baru kusadari masih memakai daleman lengkap. "eehhh...tadi belum mainin ini ya.."kataku sambil meremas dada montok itu.
"ooouuuhhh....nooooo....tar lagiii...sekarang nina capek maaaassss....mas andi sih minta gak bilang bilang, langsung tancep aja, mana aku sampai gelap tadi bentar..."jelas mbak nina
"tapi enak kaaannn...."godaku..

....brug..,kali ini bukan bantal...tapi mbak nina menubrukku manja.

sekitar sepuluh menit kemudian, lisa kembali menelepon. baru saja teringat sebab lisa menelepon pertama kali tadi. 


EPISODE 11—


Langit berwarna jingga di ufuk barat. Tanda malam sebentar lagi datang.
Persis hari ini, lima bulan sudah aku tinggal di kota pantai ini. Aku menggeliat di kursi pantai dari kayu.
Di atas, terlihat bayangan sebuah rumah yang menghadap ke laut.

Pantai ini, meski masih sederetan dengan pantai umum, dipisahkan oleh bukit karang yang menjadi pijakan pondasi sebuah bangunan dengan banyak jendela mengarah ke laut, terasa sepi. Bahkan selalu sepi. Di belakangku, deretan bukit karang itu mengelilingi cerukan pantai ini. Praktis, pantai ini memang hanya bisa dijangkau dari rumah kaca diatas itu.

“aann...honeeyy.....”teriak lisa membuyarkan lamunanku. Wanita berparas cantik turunan jawa-inggris itu tampak berlari mendekat. Di belakangnya, Farenina Damayanti S, entah generasi keberapa dari salah satu klan arab di kota sebelah, berjalan santai sambil sesekali menyibakkan rambutnya yang panjang.

Mbak nina membawa nampan berisi minuman segar, sementara lisa sambil berlari, membawa kain yang nampaknya selimut.
Yah, beberapa hari yang lalu, memang aku membuat semaca gubug di pinggir pantai ini. Kursi pantai kutata berjejer, di belakangnya kubikinkan atap sederhana dari daun pohon kelapa yang kering. Di sebelah kiri kanan kubikinkan semacam api unggun dari bambu.
Api yang meliuk liuk semakin terang terlihat, sementara langit semakin gelap.

Mbak nina segera menyusul lisa, setelah meletakkan nampan di potongan kayu, masuk ke dalam selimut. Mereka berdua berjejer di sebelah kiriku. Lisa meletakkan kepalanya di dadaku. Sementara mbak nina masih bingung mencari posisi yang enak.

“aaahhh....curaaangg...lisss....pindaahh....”prote s mbak nina,”mas andi di tengah....curaaangg...”
Tak mau bergeming, mbak nina akhirnya rebahan sambil memeluk lisa dari belakang.

“eeehhhh...niiinnn.....nakaaalll...”kata lisa ketika tangan mbak nina menyelusup ke perut bagian atas.
“hihi...biarin ah...empuk...”
“yours are bigger than mine nin...”kata lisa kemudian.
“apa iya...?” mbak nina lantas duduk dan memegang sendiri dadanya.
Lalu menarik lisa terduduk, dan sedikit memaksa untuk memegang dada bule itu.
“waaaaooooooo....geliii.....geliii niiiinnn...ammpuuuunnn..”lisa teriak teriak protes. Rambut brunnette nya yang mulai memudar, berganti warna pirang tampak berkibar kibar.
“ndak ah...punyamu juga besar kayaknya lis....”kata mbak nina.

Mbak nina membuka hem gombrong itu. Tersembullah dua bukit kembar yang membusung. Diremasnya sendiri dada itu dari bawah ke atas, hingga jemari lentik wanita arab itu memilin putingnya yang kecoklatan.
“eeehhh.....”kata lisa melihat mbak nina yang menengadah, seakan mencoba meresapi remasan tangannya sendiri.

Sensual...erotis....itu kata yang terbersit di kepalaku ketika melihat kelakuan mbak nina.

Rambut hitam bergelombang mbak nina menutup ke depan. Persis di atas puting coklat kemerahan itu.
Kedua tangan lisa meraih ujung rambut itu, menyibakkannya ke samping kiri kanan perlahan. Terlihat kulit mulus membukit. Wajah lisa mendekat, tanpa disadari mbak nina, diciumnya pangkal atas bukit itu.
....ssshhh.....aaaahhhhsss...........pilinan tangan mbak nina di putingnya semakin mengencang, diputar ke kiri dan kanan.

Tangan lisa melingkar ke pinggang ramping mbak nina.
Aku cuma memandang, memperhatikan dua wanita yang kusayangi sedang asyik.
Tangan mbak nina segera merengkuh punggung lisa, Ditariknya mendekat, mbak nina memiringkan kepalanya, mengecup lembut bibir lisa. Makin lama makin panas. Lidah saling bertautan. Tangan mbak nina tampak mengelus elus punggung lisa. Ikatan bikini lisa berwarna hitam tampak berusaha dilepas oleh tangan itu.

Lisa masih menyusuri leher jenjang mbak nina. Tangan wanita itu mulai meremas pantat padat yang hanya memakai celana dalam merah itu.

Aku tetap rebahan, meski celana ku sudah menggembung, namun ketika tangan mbak nina mencoba menyentuhnya, kutepis pelan, kukembalikan telapak tangan halus itu ke tubuh lisa.
Tanganku kutekuk keatas, menahan kepalaku agar dapat melihat dengan lebih jelas.

Ciuman demi ciuman, desahan nafas wanita wanita cantik itu, dan atmosfer cahaya yang meremang dengan angin sepoi sepoi, benar benar sebuah suasana yang sempurna.

Perlahan aku duduk. Kuambil posisi dari samping mereka berdua, praktis segala ciuman dan desahan nafas berat mereka dekat sekali dengan mukaku. Kedua wanita yang sudah topless itu memandangku sayu.

Lisa lah yang pertama kali mencoba merengkuhku ke dalam pelukan mereka. Kucium bibir bule itu lembut, bibir mbak nina segera menyusul kemudian.
Kuambil hem gombrong mbak nina yang tergeletak di pinggir kursi, kupegang kedua tangan lisa keatas. Kuikat kedua tangannya dengan hem itu.

Payudara lisa terpampang, sedikit bergoyang goyang ketika lisa berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Namun kucegah lepasnya ikatan itu dengan mencium bibir lisa dengan ganas.
....mmmmmmmmmmhhhhhhhhhhhhhhhhh..............

“liss....punyamu gede juga niiihh....”sembari berkata, mbak lisa mulai beraksi. Diciumnya puting yang sudah tegang mencuat itu. Dijilat, dikulum, sampai digigit gigit kecil.

“aaasshhhhhhh......niiinnn...sssshhhhhh.....mmmmmh hh.......”desahan lisa terhenti ketika aku mencium lagi bibirnya. Tangan lisa yang masih berusaha melepas ikatan itu kutarik ke belakang. Kuncian kedua tangan lisa ke belakang atas membuat lisa tak mampu lagi bergerak.

“aaahssss.......niiiin....annn.....ssshhh...”
Kuputar tubuh lisa, kurebahkan ke dada mbak nina. Tangan terikat itu dipegang mbak nina dengan hati hati, supaya tak menyakiti.
Dada lisa yang juga membusung, segera jadi sasaranku berikutnya.
Kuremas dengan agak keras bukit itu, hingga hanya terlihat putingnya mencuat diantara remasanku. Kujilat dengan bernafsu. Kugigit dengan gemas.
Lisa mendongakkan kepalanya, tak mampu menahan birahi. Pinggulnya mulai bergoyang goyang, tanda gatal di selangkangan ingin segera dipenuhi.

Aku berdiri di kursi itu, kupegang tangan yang terikat itu, hingga mau tak mau lisa menganggkat pinggulnya keatas. Tangan mbak nina ganti meremas gemas kedua payudara lisa dari belakang.

Satu tangan mbak nina berusaha menarik celana pendekku.
.....sreegg.....terlepaslah penisku dari sangkarnya. Tangan mbak nina langsung menuruni bukit ranum lisa, terus turun hingga perut datar lisa menggelinjang. Desahan erotis lisa semakin mengeras begitu jemari lentik itu menyentuh ujung bibir labia mayora nya, menyentil nyentil tonjolan di sana.

...sshhh....niiinn....sshhh.....
Batang penisku yang tegang, kusentuh sentuhkan ke pipi lisa. Bibir lisa segera mengumpul mencari cari ujung penisku. Sengaja kupermainkan. Kutampar tamparkan perlahan di pipi kirinya, lisa menengok ke kiri. Kupindah ke kanan, lisa menoleh ke kanan.

Lisa tak berdaya menahan rangsangan dariku dan mbak nina. Desahannya semakin keras.
Mbak nina pun gemas, dengan cepat jarinya ditusukkan ke dalam liang itu keatas.
Lisa sedikit membelalak dengan bibir menganga.
Pada saat itu juga, tanpa direncana, kudorong pinggulku memasukkan penisku ke dalamnya.
....arrggshhhgghhhssgg....
Tak jelas gumaman lisa, desahan tertahan, masuklah batang juniorku dengan gagahnya.

Tangan lisa masih terikat, dia hanya bisa menggerakkan pinggulnya mencari posisi tusukan mbak nina yang pas. Kepala lisa pun sudah kutahan dengan tangan kananku.

Mata indah berwarna biru itu tampak pasrah menerima kenikmatan. Kulepas ikatan tangan lisa, satu tangan segera memegang batangku, mengocoknya dengan agak kencang, gemas.
....shhhhh.......mulutnya masih mendesah hebat, merasakan gerakan jemari mbak nina di dalam liang nikmat itu.
Lisa menoleh, mencari bibir mbak nina. Disambutnya dengan panas.

Mbak nina masih memegang kendali. Ditariknya badan lisa hingga merebah di kursi pantai itu.
Kedua tangan mbak nina ditahannya dengan lutut yang mengangkang.
Pinggul mbak nina segera diturunkan hingga mencapai bibir lisa.

Lisa segera menyambut bibir bawah mbak nina dengan lidahnya. Kubuka kaki lisa ke arah berlawanan. Bagian terakhir dari bikini hitam lisa sudah kuyub oleh permainan tangan mbak nina.
Tangan lentik wanita turunan arab itu kembali meremas remas dadanya sendiri. Sementara, pinggul lisa mulai bergoyang resah, mencari kepastian sentuhan birahi. Lidah dan bibir sexy bule itu tertanam di lembah lembab bukit cinta mbak nina.
Lagi lagi, tak sampai lama, desahan dua wanita itu mulai bersahut sahutan, saat lidahku mulai mengitari keliling bibir vagina lisa.

Kujilat keliling, bahkan sampai ke lubang belakang lisa tak luput dari penjelajahan lidahku.
Namun semakin lisa mengerang, semakin dalam pinggul mbak nina menekan ke bawah, semakin keras pula desahan mbak nina.

Hampir semua gerakan pinggul yang mampu digerakkan dua wanita itu sudah dilakukan.

...aarrrhhhssssssshhh............liss...liisss.... aaaaaarrrhhhh.....ssshhhh...........
Tak lama kemudian mbak nina melenguh panjang. Orgasme pertamanya diselesaikan dengan sempurna oleh lidah lisa. Mbak nina segera mengangkat pinggulnya.
...mmmmhhhh.....lisssaaa.hhhh..........desisnya ketika ambrug di sebelah bule itu.

...shhhh....gantian lisa yang mendesis. Kutekuk kakinya keatas, sehingga lubang kenikmatan lisa menengadah, pantatnya terangkat. Meski tangannya sudah terbebas lepas, namun dengan posisi tubuh sekarang ini, praktis, lisa pun sama saja tak bisa menggerakkan badannya. Bahkan pinggulnya pun susah untuk digerakkan. Pasrah...hanya itu yang bisa dilakukan lisa.

Aku masih menjilati pelan pelan sekeliling bukit mungil lembab itu. Tak lagi lembab, memek lisa sudah basah. Erangannya pun semakin tak terkontrol lagi.

....ssshhhh...ahhhh.....lisa mendesis tanpa bisa berbuat apa apa. Terkadang kujilati lubang pantatnya, naik hingga ke klitoris, namun tak kuberi tekanan sama sekali. Itu membuat lisa semakin menggila.

....ssshhhiiitt.....aaannn...put it innnn...sshhh.......
....arrsshhh.....put your cooock in my pussyyy....fuck mee...sshh....fuck....FUCK...!!

Erang lisa menuntutku memberinya kepuasan.

Cara yang kupakai membuat lisa melambung, namun tak sampai sampai. Dan itu membuatnya gusar. Tepat sebelum kegusaran itu menjadi senewen, kumasukkan lidahku dalam dalam. Kususul dengan getaran jariku pada ujung klitorisnya, cepat..kasar.

Lisa menggeliat geliat keenakan.
Mbak nina yang melihatku mempermainkan lisa, membuat gairahnya pelan pelan kembali. Satu tangannya mengocok pelan penisku. Sementara tangan lainnya menggosok gosok sendiri bibir vagina yang merekah itu.

Lisa hampir sampai, terlihat dari mata indahnya yang mulai tak fokus membelalak. Kupompa penisku sedalam mungkin. Sedikit kuturunkan pantatnya, hingga lisa bisa mencari sendiri posisi.
Gerakan pinggul lisa semakin cepat, penisku ditelannya dalam dalam. Naik turun kiri kanan putar putar.

...ahhss...ahhhh.ah..ah..ahh...arhh...ahhh...aaahh hhss.....sshhiiittt......annn...sshhh...an...youre ...sshit...gonna...cuuuuuummm...a.araaarrrrssshhhh hhgghhhhhh........

Tubuh lisa bergetar hebat. Kepalanya mendongak ke atas.

.....Ooouuuuuuuwwwssshshhhhhhhiiiiittt..........cu ummiiinggg...sssshhhhhh...........

Matanya terpejam, sensasi orgasme lisa terlihat sangat kuat. Bahkan mbak nina sampai menghentikan aktifitasnya sendiri, dan memeluk tubuh lisa erat.

Sampai sepuluh menit ke depan, lisa masih bergetar getar, meski penisku sudah kupindah ke vagina sempit mbak nina. Yah...mbak nina masih memeluk lisa dengan erat dari samping, sementara kaki kirinya kuangkat, kutusukkan penisku dengan keras ke dalam bukit kecil itu.

Kupompa deras, dalam dan cepat.

...ah.a..hh...aah...ahh...ahhh...sshhh.......
Erangan mbak nina pun mau tak mau terdengar cukup keras, menimpali suara deburan ombak pantai.
Kuangkat tubuh mbak nina hingga menungging di atas lisa, kutusuk dari belakang.
Semua kulakukan dengan cepat, sehingga mbak nina pun sampai hampir tak sempat mengambil nafas.

....oousushhhhh....maaass.s....assshhh...maasss... ........aaarrrrssshhhhh...........
Mbak nina pun kembali mencapai orgasme nya. Vagina itu banjir, licin sekali penisku bergerak keluar masuk.

Kuingin membuat mereka terkapar nikmat, tanpa menunggu mbak nina menikmati puncak itu, kupegang pinggul seksi itu, kembali kutusukkan penisku ke dalam liang nya.
Ouhss....mbakk....sshhh....
Kudorong mentok ke dalam, sampai mbak nina mendongak.
Kutarik rambut panjang mbak nina, kutahan posisi kepala mbak nina yang agak mendongak.
Kupompa habis habisan liang itu.

Mbak nina sudah tak lagi memeluk lisa, tubuhnya sudah sepenuhnya terangkat, bertumpu pada lutut yang mengangkangi lisa. Penisku merojoki lubang nikmat itu, pinggulnya kutekan kebawah, sementara kepalanya kutarik ke belakang.
Mbak nina tak lagi bisa bersuara.
Hanya tinggal nafas cepat memburu.

...cplok...cplok...cplok....suara pinggulku beradu dengan pantat mbak nina.
Kumainkan dengan cepat. Sampai mendekati puncakku, aku mempercepat tusukanku.
Lalu dalam tiga kali dorongan ke depan, tubuh mbak nina kaku.
Bibirnya membulat, tak ada suara. Terlihat nafaspun tak sempat diambilnya.

Aku tak peduli, kupompa terus hingga ....ashhshhsss........aarrrhhhh.....tak mampu kutahan lagi, aku pun mengerang keras. Menandakan semprotanku ke dalam rahim mbak nina.

.s.ssshhh.........aku mengambil nafas panjang....
Jepitan pintu liang vagina mbak nina benar benar kencang sekali, paling tidak sepuluh detikan sampai penisku dapat kutarik keluar.

Bersamaan dengan keluarnya penisku, cairan semacam busa terlihat menggumpal di batangku. Fiuuhh....ssss......
Cairan kenikmatan dua wanita berkumpul menjadi satu.

Sementara mbak nina seakan masih tak percaya dengan kenikmatan yang baru saja dialaminya. Badannya melemas, ambrug di sebelah lisa. Kedua wanita itu masih terpejam, lisa tersenyum cantik, sementara mbak nina masih saja menganga mencari tarikan nafas, mengimbangi kenikmatan yang beruntun menyerangnya.

...ann....youre soo good..... puji lisa.
Aku merebah di tengah tengah mereka.
Lisa di sebelah kananku langsung mengangkat kakinya kearahku, memeluk sambil meletakkan kepalanya ke dadaku.
Belum sampai kepalanya direbahkan, lisa mendongak melihat kondisi mbak nina. Dipegangnya lembut pipi mbak nina. Agak kaget, mbak nina menyahut...”pleeasee...dont touch...dont touch me yet...im still shaking.....trembling....ssshshhh....”

Lisa agak mengambil jarak. Tapi aku tahu, cara paling nyaman adalah justru memeluknya erat. Tak peduli segala erangan mbak nina, kurengkuh punggungnya, kudorong kearahku, hingga dua wanita itu kupeluk erat bersama.

Mbak nina masih terpejam. Sementara lisa tersenyum saja.
Dibelainya pipi mbak nina... “sshhhh...nin...shhhh.....feel it.....”
Mbak nina mulai tersenyum, masih agak kaku, sekali lagi dia menjawab, “niinn...sshhh...its ...so fucking good....kontol mas andi benar benar hebat...shhhh.....aku masih menggigil....badanku lemas semua....”

Aku mempererat pelukanku ke mereka.

Kutarik selimut ketubuh kita bertiga. Angin pantai yang tadinya sepoi sepoi bisa membuat masuk angin jika terlalu lama telanjang di sini, pikirku.

Langit sudah menjadi gelap. Bintang bersinar kecil kecil bertaburan. Tak ada awan. Tak ada mendung. Mbak nina tertidur.
Lisa memandangku dengan tatapan mesra.
Tak ada lagi guratan kekawatiran muncul dari mata bening itu. Diciumnya pipi kananku. Lalu membisik pelan,

“ lets do it again...”

---TAMAT---

1 komentar:

  1. Mantabbbbb...tpi bnyak bhasa inggrisnya kurang paham..nyesel dulu ga belajar bhsa inggris ber"wktu skolahh

    BalasHapus