Sabtu, 12 Desember 2015

Cinta Tak Pernah Memihak

Part 1 ( Wanita paling dibenci )

Seorang gadis berjalan dengan kepala tertundung menghadapi mata-mata yang sangat rendah memandangnya. Tanpa sengaja menabrak seorang lelaki dan dengan sewot lelaki tersebut memaki gadis itu “ eehh anak maling liat-liat donk kalo jalan “. Huuuuuuuoooooooooooo dasar maling sawut beberapa orang di sekitar 2 orang yg baru saja bertabrakan.

“ Hei jika kalian masih memiliki dosa kalian tidak pantas menghina orang lain “ teriakku mengheningkan suasana sekitar. Wanita itupun dengan nada pelan mengucapkan terima kasih lalu pergi dengan kepala tertunduk. Dina seorang mahasiswi jurusan hukum, wanita yang cukup tinggi dengan rambut bergelombang diwarnai kemerahan, kulitnya kuning langsat dan berwajah cantik yang tadinya begitu popular dan dipuja terutama oleh para lelaki karena kecantikan dan kekayaan orang tuanya seketika menjadi bahan pergunjingan. Tidak lain karena dia anak seorang pejabat yang menjadi tersangka tindak pidana korupsi dan sedang dalam proses peradilan.

Namaku Andra mahasiswa jurusan Manajemen Informatika. Aku hanya ingin menjadi programmer biasa2 saja dan menikah dengan wanita biasa2 saja, tidak terlalu cantik dan tidak jelek pula, yang penting dia bisa mandiri dan punya penghasilan sendiri sehingga aku tak perlu repot2 jika gajiku nanti kurang untuk kebutuhan keluarga. Aku juga ingin punya 2 anak 1 laki2 dan 1 lagi perempuan dan mereka juga harus mandiri agar aku tak perlu repot2 menjaga dan mengurusnya.

Aku mengenal Dina karena hampir setiap mahasiswa / i di kampus membicarakannya. Banyak pria yang mencoba mendekatinya untuk dijadikan kekasih, tidak Cuma pria yang mendekatinya, para wanita di kampusku pun juga banyak yg ingin menjadi temennya supaya ikut tenar mungkin. Mungkin hanya aku yang tidak tertarik dengan kepopulerannya, karena seperti yg tadi aku utarakan aku hanya menginginkan wanita biasa2 saja.

Sebenarnya ada 1 wanita yang ku taksir, dia satu jurusan dan satu angkatan denganku. Kami sering berdiskusi tentang mata kuliah, orangnya sederhana, yg jelas biasa2 saja nama Vika tapi sayang dia sudah memiliki kekasih, Yahh mau tidak mau aku hanya menjadi silent lover saja. Walaupun kekasihnya ( Rudi ) diam2 juga naksir dengan Dina, ah mungkin hanya mengagumi, sudahlah jangan berburuk sangka.

Well kejadian tadilah pertama kalinya aku berinteraksi dengannya, aku hanya kasihan dengannya. Dijauhi dan dicaci teman2nya. Tidak ada 1 pun yang mau berjalan berdampingan dengannya, bahkan sekedar say hello saja tidak ada.

Aktifitas kampus yang membuatku penat karena ini adalah semester terakhirku, aku harus menyelesaikan tugas akhirku sesegera mungkin. Setelah pulang kuliah aku mampir sebentar di pinggir jalan, di sana ada ketoprak langganan aku, ku parkir sepeda motorku di pinggir gerobak ketoprak.

Sedang enak2 menyantap ketoprak tiba2, “jedaaaaaaarrrrrrrrrrr” suara pintu mobil ditutup dengan sangat kencang. Reflek ku menoleh kearah suara itu termasuk orang2 disekitar. Oohhhh ternyata Dina yang membanting pintu mobil pajero sport warna putih itu. Mobil itupun pergi berlalu meninggalkan
Dina.

“ Bang ketoprak satu yang pedes banget “ pesan Dina kepada tukang ketoprak “. Dengan wajah yang merah padam sepertinya habis bertengkar dengan kekasihnya ( hhhmmmmmmm yakin klo yang di dalem mobil pacarnya ?? ).

“Suka pedas ya ternyata, pantes galak “ sapaku tanpa menoleh kearahnya. “Eh lo Dra, suka makan di sini juga” sahutnya dengan senyum.

Sejak kapan dia kenal namaku, aku bukanlah sosok mahasiswa yang popular. Dan sejak kapan dia mudah tersenyum dengan orang lain. “Eh thanks ya tadi di kampus udh nolongin gw”sambungnya dengan senyum masih menghiasi bibirnya.

“Kapan gw nolongin, gw Cuma lagi iseng aja” jawabku dengan senyum lebar ala anime2 jepang. “eh ada tukang helm tuh”berkata padaku sambil menunjuk orang berdagang helm. “Apa hubungannya sama helm” sahutku heran.

“Anterin gw ya pulang ya”pintanya tanpa meminta persetujuanku langsung menuju penjual helm. Wow helm yang paling mahal yg dia beli, masih banyak dwit juga ya walaupun ayahnya sedang disidang.

Tidak lama ketoprak pesanan dia terhidangkan. Ternyata yang selama ini terlihat kalangan kelas atas rakus juga kalo makan di pinggir jalan, belum ketelan semua yang di mulutnya sudah disuap lagi makanannya. Kayaknya laper bgt nih perempuan, seolah-olah tidak mau kalah denganku. Pasti nafsunya gede nih….. ooppppsss kenapa jadi piktor gini ya. Apa karna kaos ketat tanpa lengan dipadu dengan celana jeans pendeng di atas dengkul membuatku jadi ngeres.

Kok jadi gugup ya, apa karna artis kampus ingin membonceng motorku. “ Lo yakin mau naik motor sama gw?? Apa kata anak2 di kampus klo tau nih?” tanyaku keheranan.

“Biarin aja toh pandangan anak2 ke gw udh jelek, kenapa harus gw pedulikan” jawabnya. Dengan penuh emosi dan mata sedikit menitisan air mata Dina berkata“ dulu gw bangga dengan status gw, gw bangga dengan ketenaran gw di kampus. Semua orang ingin dekat sama gw, semua pengen jadi sahabat gw, atau hanya sekedar kenalan saja. Tapi kemana mereka saat gw terkena masalah, yang salahkan bokap gw, kenapa gw yang kena caci makian dari mereka. Gw pikir semua orang menghujat gw membenci tapi ternyata ada 1 yang nolong gw, walau Cuma 1 kalimat tapi itu menyejukan bagi gw. Karena gw gk berjalan sendiri. Lo Dra udh seperti pahlawan bagi gw”

“Stoppp” potongku. “ Jangan samakan gw dengan pahlawan, gw suka pahlawan tapi gw gk mau jadi pahlawan. Karena pahlawan adalah orang yang akan membagi-bagikan makanan pada semua orang sedang gw mau makan semua makanan itu “ sanggahku dengan nada sewot karna disamakan dengan pahlawan.

Dengan kening berkerut karna keheranan “ teori macam apa itu, dasar orang aneh dipuji malah gk mau”.

“ Apa pujian bisa membuat gw kenyang” sanggahku dengan mulut penuh makanan. Tanpa sadar makanan aku dan dia sudah habis, tapi aku masih ingin bersantai sejenak.

“ Jika dunia jahat padamu,maka kau harus melawannya karena tidak ada seorangpun yang akan menolongmu “ jelasku padanya.

“ Tapi gw rasanya frustasi, seolah-olah gw udh males hidup, semuanya menghina gw, jauhin gw, saudara gw aja pada gk kenal lagi sama kluarga gw. Betapa terguncangnya hati ibu gw, adik2 gw. Dulu semua orang di sekitar gw seperti semut2 yang kelaparan mencari gula, sekarang saat gula2 itu tercampur kapur semuanya pergi” jeritnya pelan tapi aku tahu pasti sangat menyayat hati.

“ yuk pulang kita ngobrol2 lagi nanti di rumah gw “ ajak dia. Jebreetttttt yup yup yup seorang bintang kampus dengan seenaknya ajak aku kerumahnya….. sehebat itukah pesonaku pasti ribet nih urusannya.

Dengan posisi duduk pada umumnya orang bergoncengan dan hamper rapat dengan punggungku, tanpa menggunakan jaket karena memang Dina tidak membawa jaket. Ku pacu motorku dengan kecepatan sedang sekitar 60 km/h. Sering kali dadanya tersentuh punggungku sehingga terasa sedikit kekenyalan mungkin payudaranya aku belum pastikan. Tapi saat aku mengerem dan baammm oohhh tubuhnya menyentuh pungguku begitu terasa, aku pastikan yg sedari tadi menyenggol punggungku adalah payudaranya, duduknya pun semakin merapat, dengan kedua tangannya menyentuh pahaku.

Betapaku berdebar-debar, seluruh aliran darahku mengalir ke satu titit yang membuat juniorku jadi tegang. Ngehiiiiiiiiiiiiitttt suara decit rem motorku karena ku tiba2 saja ngerem mendadak hambir menabrak mobil di depanku karena konsentrasiku buyar. Makin buyar karena rem mendadak itu membuat dia mencengkram pahaku dan tubuhnya benar2 rapat dengan tubuhku.
Ahay ada pom bensin di depan sana, ku belokkan saja sepeda motorku, lalu parkir dan menuju toilet “ bentar ya “ ucapku pada Dina. Entahlah bagaimana ekspresi Dina ketika ku tinggal di toilet.

Ku basahkan juniorku untuk meredakan ketegangannya. Bener2 horny aku, jadi begitu ya rasanya payudara wanita. Ku redakan detak jantungku agar kembali normal. Ku basahkan muka ku untuk menyegarkan pikiranku. Setelah kembali normal barulah ku keluar toilet dan kembali menuju motorku.

Dina menatapku kebingungan dari atas sepeda motorku, ternyata dia tidak turun dari motorku, untunglah tidak terjatuh motorku karena Cuma ku standar samping “ udah kelar buang hajatnya, sampe lupa sama yg digonceng, untuk kaki gw panjang bisa nahan motor lo” ocehnya padaku.

“ Sorry deh gk nahan soalnya “jawabku. Ku jalankan motorku kembali dan aku coba mengatur jarak dengannya agar tidak terjadi seperti tadi, walau enak sih tapi ngeri juga klo harus bertaruh nyawa seperti tadi.

Sesampainya di depan sebuah rumah yang sangat megah bagiku, dinding pagar bercat putih, dengan hiasan 2 patung ala film Lord Of The Rings. Pintu pagar dibuka oleh seorang satpam tinngi besar dan disambut gonggongan anjing penjaga yang besar, pernah aku membaca sebuah artikel tentang anjing penjaga dan mungkin anjing ini jenis Caucasian Shepherd. Begitu galak dengan orang asing tapi begitu lembut dengan tuannya.

Taman yang begitu tertata indah, dengan kolam ikan di tengahnya dan air mancur yang memancar tanpa henti. Jadi ini rumah pejabat toh, pantes aja banyak yang mau jadi pejabat.

“ Woii bengong aja ntar digigit anjing gw lho, yuuk masuk “ sahut Dina membuyarkan lamunanku. Aku masih saja terbengong-bengong melihat halaman rumahnya, belum habis rasa takjubku, aku terkejut lagi saat memasuki rumahnya, sulit untuk ku jelaskan yang jelas sangat mewah sekali.

Harusnya aq kuliah mengambil jurusan ilmu ekonomi atau hukum atau jurusan yang bisa membuatku menjadi pejabat. Kalo MI mah ujung2nya jadi programmer atau paling tinggi menjadi analis programmer. Tapi sudah jiwaku bergelut di dunia IT mau bagaimana lagi.

“ Duduk Dra jangan malu-malu bentar ya“ mempersilakanku lalu pergi entah mau ke ruangan apa.
Tidak lama kemudian seseorang setengah baya membawa segelas jus menghampiriku dan mempersilakan aku untuk meminumnya.

“ Haii sorry lama, dari tadi diem aja sih “ menepuk pundak ku entah kapan Dina sudah berada di ruang tamu, lalu duduk di kursi panjang di sebelahku.

“ Gk kenapa2 Cuma gw kira gw udah mati “ jawab ku.
“ Maksud lo apa Dra? Apa gara2 tadi lo mau nabrak mobil ? “ Tanya Dina keheranan sambil menatapku tajam.

“ Bukan itu, gw kira gw udah di surga abis rumah lo bagus bgt “ jawabku
“ Bisa aja lo Dra “ sahut Dina

Dengan tatapan masih tajam kepadaku membuat aku menjadi kikuk. “ Biasanya cwok yang main ke rumah gw pas posisi duduknya kayak lo sama gw pasti cowok itu langsung nyamperin gw duduk 1 kursi panjang yang gw dudukin sekarang, pengen mepet2 gitu “ celoteh Dina. “ Terus sok-sok perhatian berusaha pegang2 gw, klo pacar gw sih gk masalah nah ini cowok gk jelas yang gk pake undangan dateng ke rumah gw gitu aja “ sambung Dina menceritakan tingkah laku para fans2 ababilnya.

“ Tapi lo beda, lo tetep anteng di kursi lo saat ini. Apa jangan2 lo homo lagi “ Ejek Dina padaku.

“ Sorry ya gw masih normal kali, hhhmmm ngomong2 kok ada aroma makanan ya ?” tiba2 saja ku mencium aroma masakan yang menggugah seleraku

“ Oohh itu mba Tia lagi masak buat kita, enak tau masakannya “ Jawab Dina. “ Udah mateng belom “ Tanyaku lagi.

“ Belom nanti klo mateng juga di kasih tau “jawab Dina.

“ Eh ngomong2 masalah lo homo atau normal, hhhmmm gw percaya kok klo lo normal “ Dina mentapku sambil tangannya menyentuh lutut kakiku. “ buktinya tadi di motor lo ngaceng kan kena toket gw ? makanya lo hampir nabrak, trs lo buru2 ke toilet, mau di kluarin ya di toilet? Ko cepet bgt “ tangannya makin ke atas menuju pahaku tubuhnya pun makin mendekatiku.

“ Gk dikeluarin, Cuma ditenangin aja biar gk tegang trs “ jawabku gemeteran merasakan jemari lentiknya bermain di pahaku yang masih tertutupi celana jeans.

“ Gw bantuin keluarin mau gk Dra, udah 1 bulan gw gk main sama pacar gw gara2 bokap gw kasus dia jadi menjauh dari gw“ tangannya pun makin bergerilya menuju pangkal pahaku. Juniorku tiba-tiba saja dalam tegang seperti seorang prajurit yang sedang santai lalu tiba-tiba ada presiden datang dan langsung berdiri untuk memberi hormat.

“ Gw belom pernah Din, lagian nanti klo pembantu atau satpam rumah lo tau gimana “ cegahku dengan melebarkan ke dua kakiku karena terdorong rasa geli di pahaku yang terus menerus digelitik oleh Dina.

“Santai aja Dra, udah lo ikutin intruksi gw aja, itung2 sebagai rasa terima kasih gw “ Dina lalu menuntun ku duduk di sebelah kursi panjangnya. Lalu merebahkan tubuhku di kursi tersebut. Dibukanya seleting celanaku dan diturunkan celana ku beserta CD ku sekalian. Junior ku yang berukuran hanya 12 Cm pun langsung mengacung dengan kerasnya, terbebas bagai burung keluar dari sangkarnya.

“ Wow udah ngaceng aja nih titit lo. Gw jilat2 ya “ ucapnya sambil menjulurkan lidahnya menuju penis ku, dan begitu hinggap di kepala penis ku langsung saja lidahnya menjelajahi, menggelitik ujung2 membuatnya jadi lebih mengkilap, sungguh geli kurasakan hingga kaki ku bergerak2 tak karuan menahan rasa geli itu. Dimasukan kepala penis ku kedalam mulutnya, disedot2 seperti seorang bayi yang menyusu pada ibunya. Lidahnya masih terus-terusan mengelilingi ujung2 titit ku.

“OOOOuuuugghhhh enak banget Din, lo jago juga ya “ ucapku. Dina tanpa menjawab langsung dia maju mundurkan mulutnya di batang titit ku, rasanya makin ngilu saja. Jemari lentiknya tak tinggal diam saja, dia mainkan biji titit ku, dia elus2 dengan lembutnya membuat aq makin tak karuan.

“ Misi non makanannya nih “ ucap mba Tia pembantu Dina menaruh makanan di meja tamu tanpa rasa kaget dengan apa yg sedang aku dan Dina lakukan, sontak saja aku terkejut dengan kehadirannya. Sejak kapan dia berada di sini. Aku berusaha bangkit untuk memakai celana ku tapi ditahan dengan Dina yang dengan tenang masih mengulum penis ku.

Dan mba Tia pun berlalu pergi tanpa menghiraukan kami berdua. Kuluman bibir Dina di penis ku makin cepat, sambil tangannya menjelajahi paha bagian dalam ku. Aku pun kembali tenang dan menikmati permainan Dina. Ternyata seorang bintang kampus memiliki nafsu yang luar biasa juga.

OOohhhhhh dikulumnya dalam2 penisku dan disedotnya kuat2 penis ku ditarik keatas sampai pplluukkk terlepas penis ku dari bibir indahnya. Walau termasuk tebal bibirnya tapi tetap indah menurutku dan tambah memerah setelah bermain-main di penisku

“ Gimana Dra enak kan bibir gw? Apalagi memek gw lebih enak tau. Ucapnya sambil jari jemarinya mengelus-elus penisku yang masih tegak berdiri dengan kerasnya dan wajahnya mendekati wajahku. Aroma wangi bunga yang tertabur di tubuhnya tercium begitu dalam oleh hidungku.

“Letakkan ku di atas bahumu, bahwa aku inginkan dirimu, maafkan ku menggangu harimu, temaniku iringi sepiku “Kepalanya direbahkan di bahuku dengan dana lembut dibarengi hembusan nafas yang mengalir di sisi telingaku.

Tangan lembutnya membelai pipiku dan menuntun wajahku untuk menemui bibirnya dengan bibirku. Sebuah kecupan manis mendarat di bibirku. Instingku mengalir begitu saja, ku arahkan tanganku di bahunya, ku beri tekanan pada bahunya agar lebih mendekatkan tubuh kami berdua.

Dina menjulurkan lidahnya seolah ingin menerobos bibirku. Ku buka bibirku ku sambut lidahnya dengan lidahku. Tanganku di bimbing menuju gundukan payudaranya yang masih tertutup oleh kaos ketatnya. Dibimbingnya tanganku agar meremas secara lembut.

Sementara lidah kami saling berpagut jemari lembutnya masih sibuk dengan penisku. Dibelainya penisku dengan sangat lembut, tangankupun tak hanya meremas payudaranya dari luar saja, tanpa keraguan lagi ku masukkan tanganku menerobos kaosnya itu. Ku jelajahi tubuhnya dari perut lalu naik menuju payudaranya yang masih terlindung bra. Ku masukan tanganku ke branya, sehingga ku dapat merasakan secara langsung merasakan halus dan kenyalnya payudara wanita itu

“ Dra baru kali ini gw yang mulai duluan, biasanya cowok gw yang ajakin duluan “ ucap Dina melepas pagutan di bibir kami sementara lalu melanjutkannya lagi. “ lo berpengalaman juga ya, gw baru pertama nih di isepin cewek “ ucapku sambil membelai rambut merahnya. Tanpa sadar aku tekan kepalanya agar penisku makin masuk kedalam.

Dia lepaskan kuluman mulutnya di penisku. Dibuka celana jeansnya sampai cd-nya sehingga terlihat vagina merahnya dihiasi bulu jembutnya yang sedikit berbentuk segitiga. Lalu Dina mengambil posisi 69 tepat di depan mukaku Vaginanya berada seolah memanggil untuk disantap. “ Bisa kan lo Dra jilatin memek gw “ pinta Dina langsung kembali mengulum penisku.

Aku coba jilatin vaginanya perlahan-lahan, aku emut-emut bulu jembutnya, aku tarik dengan bibirku sehingga terdengar suara Dina menjerit pelan. Ohh jadi ini vagina perempuan, bentuknya sedikit berbeda dari yg sering ku lihat di film porno. Sepertinya vagina Dina lebih bagus karna hanya terlihat segaris.

Ku masukan jariku ke dalam vaginanya lalu ku getar-getarkan sambil lidahku bermain di ujung vaginanya. Kulumannya di peniskupun makin menjadi-jadi, sampai kakiku tak bisa berhenti mengejang menahan rasa nikmat yg disalurkan Dina dari bibir indahnya.

Di jilatinya biji penisku, lalu di emut dan di tarik2 dengan bibirnya sambil tangannya mengelus-elus batang penisku. Pantatku di angkat keatas lalu lidahnya turun sampai ke sunholeku. Rasanya begitu ngilu, wanita ini tidak jijik ternyata. Akupun coba mengikutinya dengan menjilati sunhole Dina sambil tanganku mengocok2 vaginanya.

Tak lama berselang paha Dina kurasakan menjadi lebih tegang ku kembali menjilati vaginanya, jarikupun makin kupercepat mengocok vaginanya. “ Terus Dra enak bgt aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh “ ceracau Dina dibarengi dengan keluar banyak lendir dari dalam vaginanya. Sepertinya dia mengalami orgasme.

Dina langsung bangkit. “ ke kamar aja yuk Dra gw udah gk tahan nih. Di kamar gw ready stock kondom ko “ ajak Dina sambil tangannya menarik tanganku

Terorejing terojing terojing 2x suara ponselku dan ku lihat ponselku ternyata Vika meneleponku. Oooohhhh aku baru inget kalau aku janji dengan Vika dan Adi untuk membahas tugas kuliah di rumah Vika. Aku, Vika dan Adi 1 kelompok tugas akhir membuat website Toko Online dengan Ibu Rina sebagai dosen pembimbing kami.

“ Woy Dra lo lagi dimana gw sama Adi udah nungguin lo dari tadi “ tanya Vika di seberang telepon. “ Gw lagi di jalan nih “ jawabku singkat.

“ Ah bohong lo ko di jalan gk ada suara kendaraan, cepet dateng kemari gk pake lama “ sahut Vika tak percaya dengan jawabanku.

“ Sorry Din gw cabut dulu, gw lupa ada janji sama kelompok tugas gw mau bahas tugas hari ini “ kataku sambil mengeluarkan kotak makan. “ Gw bawa pulang ya makanannya“ pintaku sambil memasukan daging di meja tamu yang tadi dibawakan mba Tia ke dalam kotak makanku. Dina hanya bengong saja melihatku

Lalu aku pun pergi berlalu setelah pamit pergi, sesampainya di depan pagar. “ Guk guk guk, ggggrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr “ sialan anjingnya menggonggong. Aku pun lari memasuki rumah Dina kembali.

“ Din satpam lo kemana gw takut nih sama anjing lo “ tanyaku pada Dina dengan nafasku yang tersengal-sengal

“ Ha ha ha ha ha lo sih buat majikannya nanggung jadi marah tuh anjing gw “ ejek Dina dengan senyum yang lumayan manis juga menurutku. Lalu diantar aku menuju motorku dan sambil menjaga anjing sialannya agar tidak menggonggong padaku.

Kupacu motorku secepatnya, aku tidak ingin mengecewakan wanita yang ku sayangi. Akan aku pergunakan setiap mili sel di otakku untuk menyelesaikan tugas akhir kami dengan gemilang. Terima kasih untuk dosen tugas akhirku yang telah menyatukan kami dalam 1 kelompok, walaupun ada 1 si pelatih pesut ( Adi ) yang menyebalkan.

Sesampainya di rumah Vika aku melihat ada Rudi sedang berduaan bersama Vika sedangkan Adi hanya duduk menonton tv. Oh sial si Artis gagal ternyata alih profesi sebagai satpam rumah Vika sekarang. Gagal modus mode on nih.

“ Heloo semua, sorry tadi ada nenek hamil nyebrang di jalan terus sekarat “ Sapaku pada mereka yang telah menunggu sang master.


Part 2 ( Kenikmatan yang terjalin )

“ Banyak alesan gw bete nih “ celoteh Adi menoleh padaku. “ Ya udh yuk mulai nih keburu sore gw mau jalan“ ucap Vika pada kami berdua sambil gabung menuju kami.

“ Gini kita gk Cuma buat web toko online biasa, gw mau buat web tampilannya bisa diedit oleh user tapi bukan tampilan dasar. Background2 nya saja yang bisa diubah user, jadi tuh web bisa untuk perusahaan A, perusahaan B dan seterusnya dengan produk yang sama “ jelasku membuka topik pembicaraan

“ Ini perlu database yang lumayan banyak juga karena gambar2nya gk kita tembak melalui coding tapi melalui database. Dan gw juga mau web itu bukan Cuma sekedar jual barang tapi ada forumnya juga untuk member. Untuk ngebahas produk2 yang dijual di web. Keunggulannya pertama calon pembeli bisa me review barang yang dia mau beli jadi dia bisa membeli yang sesuai kebutuhan, kedua pembeli bisa share2 kwalitas barang yang sudah di beli, bisa menjadi ajak promosi dan bisa menjadi masukan ke perusahaan bisa ada masalah pada barang yg dijual “ lanjut penjelasanku sambil mataku tak berhenti memandang Vika

“ Dan untuk menu administratornya kita buat , kedua pembeli bisa share2 kwalitas barang yang sudah di beli, bisa menjadi ajak promosi dan bisa menjadi masukan ke perusahaan bisa ada masalah pada barang yg dijual “ lanjut penjelasanku sambil mataku tak berhenti memandang Vika

“ Dan untuk menu administratornya kita buat sesederhana mungkin agar proses upload datanya tidak berat. Sekarang kita tentuin barang apa yg akan jadi produk web kita” ucapku kembali.

“ Produk elektronik aja terus dibuat kategori kayak komputer, tv, gadget dan sebagainya “ Ucap Vika memberi ide. “ Gw setuju tuh sama Vika “ Ucap Adi tanpa pikir panjang. ”

Oke gw juga setuju nah sekarang kita bagi tugas ya. Adi lo bertugas desain webnya, Vika tugas lo tuh rancang databasenya mulai dari master barang, master jenis barang, master warna, master untuk gambar2 background, terus database konsumen, list order customernya juga jangan lupa. Nah untuk gw akan nanganin pengkodean web “ Ucapku

Sekitar 2 jam kami membahas tugas kami. Membicarakan rancangan web kami. Setelah tak ada lagi yang perlu dibahas Rudi pun gabung dengan kami.

“ Udah selesai bro “ ucap Rudi pada kami dan duduk di samping Vika lalu membelai rambutnya. Sialan nih artis gagal mesra2an di depanku. Ingin ku hajar saja rasanya tapi apa hakku, mereka memang sepasang kekasih.

“ Sorry nih ya bro gw mau jalan sama Vika mau cari materi buat tugas besar gw. Gw ber2 pergi dulu ya, klo ada perlu tuh ada adenya Vika “ merekapun pergi sambil bergandengan tangan. Aku dan Adi hanya bisa melamun saja dan tak lama kami berdua pun pergi menuju kediaman kami masing2.

Sesampainya di kosan aku, aku lihat ponselku ternyata ada 2 panggilan tak terjawab dan 1 sms, setelah aku lihat ternyata semuanya dari Dina.

“ Dra besok tolong jemput gw jam 7 ya kuliah “ tulis Dina dalam smsnya. “ Oke “ balasku singkat

Keesokan harinya aku jemput Dina di rumahnya, aku sms Dina dari luar pintu gerbang, aku tidak mau memasuki rumahnya karena ada anjingnya yg galak itu. Dina pun keluar dari rumahnya menemuiku, cantik sekali dengan kaos hijau berlengan panjang di padu dengan jeans warna hitamnya.

“ Kok gak masuk, malu ya sama anjing gw, gimana mau akrab sama anjing gw klo lo malu2 gitu “ ejek Dina padaku. “ Gw alergi sama anjing, apalagi suaranya “ ucapku ketus

Kamipun pergi menuju kampus kami. “ Dra nanti turunin gw jangan di kampus ya, di luarnya aja yang agak jauh ya, cari yang gk ada anak kampus yg gw kenal “ pinta Dina padaku. Aku hanya mengangguk saja, sepertinya dia malu bisa temennya tau dia bareng denganku. Katanya udh gk peduli kata orang tapi tetep aja malu.

Setelah menurunkannya di tempat yang Dina inginkan aku berlalu tanpa berucap sepatah katapun padanya.

Siang hari saat kelasku sudah bubar Aku, Adi dan Vika pergi ketaman untuk membahas sampai dimana tugas yg kami kerjakan. Saatku buka tasku alangkah terkejutnya aku karena ada 2 kotak makanan pantas saja tasku jadi agak berat. Seingatku aku hanya membawa 1 kotak saja yang dimasakin Ibu kosku. Setelah ku buka kotak makan yg bukan milikku baru tau aku jika itu pemberian Dina karna tertulis pesan “ Maaf ya masih gengsi jalan sama lo, nanti anter gw pulang ya “.

Jiaahhh ternyata Dina sudah mempersiapkan sogokan jika aku marah karena Dina malu ku antar kuliah. Mana isinya 2 potong paha ayam kripsi lagi plus kentang goreng ditemani dengan saos tomat. Membuat liurku tak berhenti menetes.

Setelah aku habiskan 2 kotak makanan sambil membahas tugas dengan kelompokku. Kamipun berpisah untuk pulang kerumah masing2. Saat aku lihat ponselku yg berdering ada sms dari Dina “ Dra gw tunggu di tempat tadi ya “ ucap Dina melalui sms. Akupun berlalu menuju tempat itu, sesampainya di tempat itu Dina seperti buru2 menaiki motorku sambil celingak celinguk. Mungkin cek2 keadaan kalau2 ada yang melihat.

Di tengah perjalanan Dina coba membuatku tak cemberut saja, kamipun bercanda gurau. Ternyata Dina orangnya humoris juga ya.

“ Dra lanjutin yang kemaren yuk, gw tau lo kentang kan “ ucap Dina sambil membelai penisku dari luar celana. Sialan konsentrasiku buyar, aku jadi kagok mengendarai motorku karna tiba2 saja penisku jadi tegang.

“ Din jangan di jalan gw masih sayang sama nyawa gw, lo juga kan “ pintaku memelas

“ Iya2 abis gw sebel masa gw yang minta lagi, nanti untuk yg ketiga harus lo yang minta ya “ ucap Dina sambil melepas elusannya pada penisku

“ Cepet donk Dra gw udah gk tahan nih, lo juga kan tuh gw liat kontol lo masih tegang dari tadi. Walau masih dibungkus celana gw bisa tau lho “ rayu Dina membuat ku tarik dalam2 gas motorku menuju rumahnya secepat mungkin

Sesampainya di rumah Dina kami langsung berpelukan dan berciuman, lidah kami saling berpagut. Sambil berjalan menuju kamar Dina yang berada di lantai 2 bibir kami tak berhenti saling memberi kenikmatan.

Begitu kami berada di kamar tanpa menutup pintu terlebih dahulu kami langsung melucuti seluruh pakaian yang menempel di tubuh kami. Sudah tidak ada rasa canggung di dalam diriku, ku rebahkan Dina di atas ranjang, ku kecup keningnya, lalu ku ciumi leher jenjangnya. Lidahku merayap menelusurih payudaranya yang lumayan besar dan padat. Ku mainkan puting payudaranya yang mulai mengeras, ku remas2 payudaranya yang kecang itu.

Ku hisap2 putingnya, ku jilat2 putingnya. Tanganku bergerilya menuju vaginanya, ku elus2 klitorisnya membuat Dina merancau tak karuan. Perlahan lendir keluar dari dalam vaginanya.

“ OOOOhhhhh Dra enak banget semalem lo pasti abis baca stensil ya, kok lo jadi pinter gini “ ucap Dina sambil menjambak rambutku.

Ku main2kan puting yang kanan dengan bibir dan lidahku sementara puting yang kiri ku plintir2 dengan jemariku. Jilatanku turun menuju pusarnya, ku jilati pusarnya membuat Dina menggelinjang tak karuan, ku jelajahi petualangan lidahku menuju vaginanya tapi tak langsung menuju vaginanya, ku jilati pinggiran vaginanya sambil tanganku bermain di clitorisnya.

Ku jilati paha bagian dalamnya, ku ingin menikmati setiap inchi tubuhnya. Makin kencang saja Dina meronta-ronta, vaginanya seolah memanggil-manggilku untuk datang dan temuinya. Akupun memenuhi panggilan itu, ku jilati vaginanya , klitorisnya tak lupa ku jilati pula. Dina yang sudah tak tahan pun bangkit lalu mendorongku hingga ku telentang di atas kasur, di genggam penisku lalu di masukannya kedalam mulutnya. Kulumannya kali ini lebih hebat di banding yang kemarin. Sambil memaju mundurkan mulutnya di penisku Dina pun menghisap2 penisku sambil tangannya membelai kedua bijiku. Diangkatnya patatku dan lidahnya menjilati sunholeku sambil tangannya mengocok penisku perlahan2. Mulutnya berpindah menuju penisku kembali kali ini bulu jembutku menjadi incarannya, di emut jembutku lalu ditarik-tariknya dengan mulutnya membuat jembutku basah.

Di jilatinya batang penisku dari ujung kepala yang mengkilap sampai pangkalnya lalu bijikupun tak luput dari jilatannya. Lubang kencingkupun tak lepas dari intaian lidahnya. Lalu dengan sekali serangan hap lalu dilahap seluruh batang penisku kedalam mulutnya. Di naik turunkan mulutnya sambil dihisap-hisap penisku. Sungguh halus permainan mulutnya di penisku, Dina pun mempercepat kuluman dan hisapannya seolah ingin memompa spermaku agar cepat keluar. Dengan segala tenaga ku tahan agar tak muncrat spermaku.

Tak lama berselang Dina pun menyudahi kulumannya lalu berpindah posisi jadi mengangkangi ku. Sekarang dia di atasku siap untuk memasukan penisku ke dalam Vaginanya.

“ Lo udh pernah belum Dra masukin kontol lo ke memek cewek “ tanya Dina dengan tatapan yang begitu menggairahkan

“ Belum Din, diemutin aja baru kemaren sama lo “ jawabku.

Mulailah dia masukkan penisku kedalam vaginanya perlahan-lahan. Tidak begitu sulit dia melakukan penetrasi mungkin karna pengalaman juga kali. Dia naik turunkan vaginanya. Rasa nikmat menjalari sekujur tubuhku dan tubuhnya juga pastinya, aku pun bangkit membuat posisi ku duduk sambil Dina tetap naik turunkan vaginanya.

Ku cium bibir manisnya, ku permainkan lidahnya dengan lidahku, lalu turun menuju lehernya, kulijati kebelakang lalu belakang kupingnya ku jilati, rintihannya semakin menjadi-jadi. Ku pindahkan lidahku menuju putingnya. Ku kulum2, ku ku jilati putingnya dan di sinilah Dina rintihannya semakin kencang.

Tak lama vaginanya kurasakan lebih kencang mencengkram penisku di barengi desahan Dina yang tak karuan. Goyangannya pun makin cepat dan cepat

“ OOOOOOOOOOooooooooooooohhhhhhhhhhh Dra nikmat banget “ ceracau Dina mendakan orgasme pertamanya dengan tangannya yg kencang menjambak rambutku

“ Gantian Dra lo di atas “ Pinta Dina sambil merubah posisi kami tanpa mencabut penisku dari dalam vaginanya. “ sekarang lo yang kerja ya “ ucap Dina dengan wajah manjanya. Cantik sekali wanita yang manja habis mendapatkan orgasmenya, ditambah wajahnya yang berkeringat membuat makin terlihat seksi saja.

Ku naik turunkan penisku perlahan2 sambil lidah kami berpagutan. Beberapa saat kemudian Dina sepertinya mulai on fire kembali. Terlihat saat pagutan lidahnya makin liar dan pinggulnya ikut bergoyang mengikuti irama penisku.

Ku angkat kedua tangannya ke atas, ku jilati ketiak mulusnya yang masih ditumbuhi sedikit bulu halus. Dina pun makin menggelinjang tak karuan. Ku percepat pompaanku pada vaginanya. Ku jilati seluruh tubuhnya mulai dari ketiak, bahu, lengannya, leher, telinga, dada, lalu payudaranya yang begitu halusnya. Tanganku tak berhenti meremas2 kedua bukit yang menjulang tinggi menuju awan kenikmatan yang tiada tara.

Penisku seperti dicengkram dan dihisap dengan sangat kencang. Seperti ingin menguras seluruh sperma yang ada di dalamnya. Laju gerakan penisku dan goyangan pinggulnya semakin di percepat tak beraturan.

“ Dra keluarin di dalam aja, gw sering suntik biar gk hamil ko “ pinta Dina padaku. “ Yakin nih gw bentar lagi keluar Din “ Tanyaku meyakinkan. “ Iya yakin gw juga bentar lagi keluar Dra “ jawab Dina

Tak lama tubuhku dan tubuhnya gemetar begitu hebatnya. “ Dra goyangannya di pelanin jangan di cepetin biar makin berasa greget “ pinta Dina sambil menurunkan intensitas goyangan pinggulnya. Akupun juga menurunkan internsitas pompaan penisku di vaginanya. Memang benar terasa lebih nikmat bila ingin orgasme RPM di turunkan. Aku jadi lebih menikmati setiap inchi dinding vaginanya yang berkedut2 kencang. Dinapun juga sepertinya sangat menikmati dan “ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh “ kami mendesah kencang bersamaan denga orgasme kami yang juga bersama. Penisku terasa lebih basah karna carian vaginanya dan juga spermaku sehingga terdengar decik2 air di persetubuhan antara vagina Dina dan penisku.

Selesai bercinta kami pun rebahan, nafas kami yang ngos2an sampai terdengar keluar kamar mungkin. Dina lalu memelukku manja.

“ Dra lo boong ya baru pertama ML? kok lo lama amat keluarnya? Biasanya klo pertama tuh cwok cepet tau kluarnya “ tanya Dina seolah tak percaya padaku. “ Beneran ini baru pertama, gw juga gk ngerti kenapa bisa lama. Hebat kan gw “ jawabku membanggakan diri sambil menjulurkan lidahku.

“ Klo cwok lo tau marah gak nih “ tanyaku penasara. “ Gw udah putus Dra, yang kemaren gw banting pintu mobil itu lho. Itu cwok gw Bagas, dia malu katanya punya pacar anaknya maling “ jawab Dina santai


Part 3 ( Musibah )

Pergi dan pulang kuliah bersama Dina menjadi aktifitas rutinku setiap hari dan Dina masih tetap meminta di turunkan di tempat yang sepi, begitupun saat pulang Dina menungguku di tempat itu. Dan juga Dina selalu memberiku kotak makan.

“ Dra Adi kemana tadi ada di kelas, gw sms gk dibales kita kan mau ke rumah ibu Rina buat ajuin proposal tugas akhir kita“ tanya Vika padaku

“ OOhhhhh dia lagi kena diare kelas bubar langsung ngacir pulang, mungkin sekarang lagi semedi di WC “ jawabku.

“ Kita berdua aja nanti hasilnya gw sampein ke Adi, sampai ketemu lagi ya di rumah Bu Rina “ lanjutku

“ Ehh tunggu Dra kita bareng aja yuk cowok gw lagi bimbingan sama dosennya di kantin gk bisa anterin gw ke rumah Ibu Rina “ ajak Vika

Waduh mendadak galau nih, aku kan udh janji pulang bareng Dina. Disatu sisi ini kesempatan langka bareng Vika gadis pujaanku. Belum tentu ada yang ke dua kalinya, alesan apa aku sama Dina. Dina sudah tau aku mau ke rumah Bu Rina untuk bimbingan tapi aku bilang habis anterin dia pulang baru langsung menuju rumah Bu Rina.

“ Woiii bengong aja, yuk ah cepetan nanti telat nih kita kan udah janji jam 1 nyampe rumahnya, dia mau pergi lho jam 3an “ sahut Vika membuyarkan kecemasanku.


“ Ya udah yuk “ jawabku tanpa pikir panjang lagi

“ sorry Din gw gk bisa anter lo dosen gw sms klo musti sekarang juga kerumahnya soalnya dia mau pergi katanya “ tulis smsku pada Dina tanpa ada balasan dari Dina
“ Vik lo duduknya jangan nyamping donk gw kagok nih gk biasa goncengin orang nyamping “ ucapku pada Vika

“ Ya ela lo klo nganterin nyokap lo juga nyamping kan “ protes Vika padaku

“ mang lo mau disamain sama emak2, lagian nyokap gw gaul kali gk pernah duduk nyamping “ bantahku

“ Udah ah gini aja, gk boleh gw sama cwok gw klo diboncengin cwok lain duduknya kayak biasa. Ayo cepet ah “ akui Vika sambil menepuk pundakku. Ternyata segitu sayangnya Vika dengan si artis gagal itu, sampai2 hal sepele seperti posisi duduk saja dituruti. Apalagi nanti pas mereka ml pasti posisi apa aja bakal dituruti Vika. Eehhh ko jadi ngeres gini sih gara2 ajarannya si Dina nih

Aku pun melaju menuju rumah Bu Rina. Sesampainya di rumah Bu Rina ku lihat ponselku belum ada balesan dari Dina. Apa dia marah padaku ya, aku jadi tidak fokus dengan apa yang di terangkan Bu Rina.

“ Andra kamu kok kayaknya bengong dari tadi, kamu paham gk yang tadi saya omongin “ ucap Bu Rina dengan nada agak tinggi. “ Ya paham bu, saya Cuma lagi berfikir aja bukan bengong “ jawabku coba mencari alasan

“ Ibu setuju dengan materi web kalian tapi di sini kalian harus menekankan pada konsep mudah dan menarik. Kalau di pelajaran antarmuka seperti VB, delphi itu gk perlu menarik yang penting mudah bagi user. Kalau untuk web perlu keduanya, yang sulit adalah menggabungkan mudah dengan menarik “ terang Bu Rina.

“ Web yang mudah di akses orang itu kebanyakan gk menarik dari segi tampilan, standar2 saja tampilannya. Apalagi kalian ingin ada forumnya gitu, itu gk gampang gk akan cukup waktu 6 bulan dikerjakan kalian bertiga. “ lanjut Bu Rina

“ Bisa bu, saya sudah mulai desain web ini sejak saya belajar web. Dasar web ini sudah ada, konsep databasenya juga sudah ada tinggal si Vika sempurnain aja, untuk tampilan memang tinggal kemampuan si Adi aja mendesain-nya. Yang jelas kerangkanya sudah ada tinggal dimasukkan aja apa yang perlu “ ucapku

“ Oke ini proposal ibu terima nanti kita atur waktu lagi untuk bimbingan, bilangin si Adi jangan moncor lagi biar dia juga paham “ ucap Bu Rina mengakhiri pembicaraan kami tentang tugas akhir

“ Kalian sudah makan belum, Ibu udah masak tadi yuk makan dulu baru pulang “ ajak Bu Rina sambil berjalan menuju meja makan bersama kami

“ Ah si Ibu repot2 segala, ibu masaknya banyak kan “ celotehku

“ Waduh bu klo ajak makan dia rugi, banyak gembel di perutnya bu “ ejek Vika padaku sambil menepak punggungku

“ Banyak kok ibu udah siapin buat kalian “ jawab bu Rina. “ Berarti ibu juga nyiapin buat Adi juga ya “ tanyaku dengan di jawab anggukan kepala bu Rina

“ Kebetulan orangnya kan gk ada ntar titipin ke saya aja bu, kebetulan saya bawa kotak makanan ko “ celotehku kembali sambil mengambil makanan yang terhidang di meja makan

“ Waduuuhhhh orang mah yang di modusin perasaaan cewek, nah lo modusin makanan cewek “ ejek Vika kembali

“ Udahlah yuk dimakan, jangan malu-malu anggap saja ………… “ ucapan bu Rina terpotong. “ Stoooppp bu jangan di terusin, kesempatan buat Andra makan lebih banyak kalo diterusin liat aja belum disuruh udh makan duluan“ pinta Vika sambil menyendok nasi dan lauk ikan mas goreng ke piringnya.

“ Bwerwiswik lwo Vik, gk taw apwa gwoncwengwin lwo tuwh bwerwat tawww jwadwi gw bwutwuh wenwergi twambwahwan “ Ucapku pada Vika dengan nada yang tak jelas karna mulut terisi penuh makanan.

Selesai makanpun kami bergegas pamit untuk pulang pada Bu Rina. “ Bu pulang dulu ya, eh jadikan ibu nitip makanan buat Adi “ tanyaku

“ Heh sejak kapan bu Rina bilang mau titip makanan. Gk kenyang apa tadi makan sepiring mentung “ celoteh Vika dengan sewotnya terhadapku

“ Udah jangan berantem mulu nanti jodoh lho, ambil aja Dra apa yg mau kamu kasih buat Adi “ ucap Bu Rina, AAAAAmmmmmiiiiiiinnnn semoga ucapan bu Rina terkabul aku dan Vika berjodoh hihihihihihi

Kami pun pergi meninggalkan rumah Bu Rina. Aku antarkan Vika ke rumahnya, sesampainya di rumah Vika udah nongkrong aja si artis gagal yg alih profesi jadi satpam.

“ Hai bebs udah dari tadi di sini “ sapa Vika pada kekasihnya itu sambil berjalan menghampirinya. Jiiiihhhhhhh bebs………..bebs…………bebs apa itu bebong

“ Baru aja say “ jawab Rudi sambil mencium bibir Vika. Siaaaaaalaaaaaaaan ingin ku bunuh pacarmu, saat dia cium bibir manismu, didepan kedua mataku hatiku terbakar jadinya cantik, aku cemburu. Panas panas panasssss rasanya tapi apa daya……….

“ Gw balik ya Vik “ pamitku langsung pergi berlalu begitu saja tanpa peduli apa yang Vika ucapkan

Di tengah jalan ku lihat ada kerumunan orang sepertinya ada kecelakaan. Ku coba perhatikan siapa yang sedang duduk terbaring di pinggir jalan. Dinaaaaaaaaa dan 1 lelaki tak ku kenal.

Langsung ku parkir motorku di pinggir jalan. “ Din kenapa lo, jatuh dari motor “ tanyaku sambil memegang tangan Dina. Tampak Dina meringis kesakitan hingga tak bisa berkata-kata lagi

“ Mas kenal sama cewek ini “ tanya salah seorang. “ Iya pak dia temen saya “ jawabku

“ Temen mas naik ojeg tadi diserempet mobil terus mobilnya kabur sekarang lagi dikejar sama tukang ojeg, udah bawa aja kerumah sakit terdekat mas“ bapak itu menjelaskan. Ku stop taksi lalu ku papah Dina masuk ke dalam taksi tersebut.

“ Bapak ini sekalian yuk ke rumah sakit “ ajakku kepada bapak2 tukang ojeg yang mengantar Dina yang juga jadi korban tabrak lari

“ Saya mah gk papa mas, Cuma motor aja yg bodynya pecah, saya nunggu yang nabrak ketangkep. Nanti klo sudah ketemu saya suruh tanggung jawab sama mba itu juga “ Jawab bapak2 itu

Aku pun pergi dengan sepeda motorku menuju rumah sakit terdekat sedangkan Dina pergi dengan taksi. Ku urus segala proses administrasinya sedangkan Dina sedang dirawat di ruang UGD. Aku jadi merasa bersalah, andai aku sempat mengantarnya pasti Dina tidak pulang naik ojeg dan tidak akan jadi korban kecelakaan.

Ku lihat kondisi Dina di ruang UGD sepertinya luka2nya sudah diobati. “ Dra thanks ya, udah jangan dipanjangin urusannya sama yang nabrak gw “ ucap Dina begitu melihatku datang

“ Sorry Din gara2 gw gk anter lo jadi lo celaka “ ucapku dengan wajah tertunduk menyesali. “ Gk papa kali, nanti kwitansi pengobatan gw kasih gw ya, gw ganti “ sahut Dina sambil mengambil tasnya dan mebukanya.
“ Oh iya nih jatah makan lo hari ini sorry gk gw kasih tadi pagi soalnya gw pengen makan siang bareng lo di taman tapi berhubung lo gk bisa jadi gk sempet gw kasih “ ucap Dina menyodorkan kotak makan yang diambil dari dalam tasnya.

Aku tak bisa berkata apapun, tak terasa air mataku keluar begitu saja. Ternyata Dina begitu memperhatikanku, tak terasa juga cacing gembel yang berada di perutku berjoget-joget kegirangan dapat jatah makan tambahan. Yang dari Bu Rina saja belum sempat aku makan.

Tak lama kemudian Dokter yang merawat Dina menghampiri kami “ Gimana dik sudah baikan lukanya “ tanya dokter itu sambil memeriksa kembali luka Dina

“ Udh mendingan sih, gk terlalu sakit, gimana Dok hasil rontgennya “ tanya Dina

“ Gk ada masalah ko, semua baik2 aja tinggal lukanya aja tunggu kering, nih saya kasih resep nanti ditebus di apotik ya, sekarang sudah boleh pulang kok “ ucap dokter itu

Setelah menebus obat kami pun bergegas pulang, aku antarkan Dina menuju rumahnya.

“ Dra nanti ke taman komplek dulu yuk kita makan dulu, bosen gw makan di rumah, gw udah bawa bekel buat gw sendiri ko “ pinta Dina saat di tengah perjalanan

Sesampainya di taman kami mencari tempat yang nyaman, di bangku taman yang di yang di hiasi tumbuhan berjalar agar panas matahari tidak menyengat yang duduk. Kami menyantap makanan kami berdua.

“ Gw bosen sama hidup gw Dra, bokap gw kena kasus, nyokap dan ade2 gw gk pernah liat gw. Skripsi aja gw males ngerjainnya, biarlah jadi mahasiswa abadi. Kayaknya gw butuh refreshing deh, pergi ke tempat yang damai, sejuk, indah pokoknya menyenangkan deh. Tapi gw gk punya temen yang mau gw aja, semua menjauhi gw. Mau ngajak lo tapi lo lagi sibuk sama skripsi lo juga ” ucap Dina dengan nada lirih

“ Twunggwu ywa gw gk fowkus niwh kalow lawgiw mwakwan “ ucapku sambil menyuap tanpa henti makanan yang ada di kotak makan

“ Ya sudahlah “ ucap Dina semakin lirih dengan kepala tertunduk lesu

Dina hanya memperhatikanku sambil sesekali menyuap makanan ke dalam mulutnya. “ Badan lo gk gemuk tapi kok makan lo banyak si Dra, tangan lo juga seolah ada sensornya ya berkeliaran cari makanan, yang di kotak makan jatah gw juga lo colongin. Lo kira gw gk merhatiin dari tadi “ protes Dina

Uuppss ternyata Dina tau kalau ku comotin bekalnya itu “ Sworry dweh gk nyadwar niwh “ ucapku dengan mulut penuh sesak makanan.

“ Hahahahaha udahlah lanjutin aja nih ambil aja jatah gw, gw udah kenyang kok “ ucap Dina dengan tawa menghiasi wajahnya.

Beberapa saat kemudian…………“ Huuuuooooooo kenyangnya gw, makasih ya lo baik banget sih sama gw “ ucapku sambil menatap mata sayu nya.

“ Tadi lo bilang mau jalan2 gitu kan tapi gk ada temen, oke gw temenin sebagai ungkapan terima kasih gw karna lo udh kasih makanan sama gw hehehehehe “ ucapku dengan senyum lebar menghiasi.

“ Serius lo Dra, terus tugas akhir lo gimana “ tanya Dina tak percaya.

“ Sekali2 liburan apa salahnya, biar otak gw fresh juga nih “ jawabku meyakinkannya.

“ Oke Jumat pulang kuliah kita ke Lembang, di sana ada villa keluarga kita ke tangkuban perahu ya, minggu siang kita pulang “ ucap Dina mengatur jadwal liburan kami

“ Lo kuat gk naik motor ke Lebang, jauh lho sekitar 8 jam perjalanan “ tanyaku pada Dina

“ Naik mobil lah, motor lo taruh di rumah gw berangkat kuliah pake mobil gw tapi inget ya ….” Ucap Dina

“ Turunnya di tempat yang sepi, pas pulang juga ketemuan di tempat yang sepi “ ucap kami berdua. Sudah hafal aku dengan kalimat yang setiap hari dia ucapkan

“ Ya udah balik yuk “ ajak Dina sambil merapikan kotak makan kami untuk diisi ulang besoknya. Kami pun bergegas menuju rumah Dina sesampainya di depan pagar rumahnya dia pun turun dari motorku.

Waduh kenapa kok tau2 kepalaku jadi berat, penglihatan mataku jadi kabur lama2 jadi beraaaattttt

“ Saya terima nikah dan kawinnya Vika Amanda Binti Haidir Irawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 10 gram di bayar tunai “ Ucapku di depan penghulu dengan menggenggam tangan Ayah Vika. “ sah “ ucap penghulu di iringi dengan jawaban sah dari 2 orang saksi dan orang2 di sekitar kami yang menyaksikan.

Suasanya bahagia dan haru menjadi satu. Setiap orang menyalami Aku dan Vika memberi selamat atas pernikahan kami berdua. Kami dipajang di pelaminan bak raja dan ratu sehari . Senang rasanya mendapatkan jodoh wanita yang ku idam2kan.

Resepsi pernikahan kamipun selesai jam 9 malam, saat kami berdua berada dalam satu kamar, perasaan gugup menyelimuti kami berdua. Dengan gemetar ku kecup keningnya, ku belai rambut indahnya, wangi aroma tubuhnya membuatku seperti melayang.

Ke kecup bibir manisnya yang menarik sambil ku buka kebaya yang membungkus tubuhnya. Ku buka tiap lapis kain yang menyelimuti tubuh bagian atasnya, sampai di lapis terakhir yang membuat aku makin berdebar saat ku buka perlahan dan ku lihat

Hhhhhhhaaaaaaaaaaa kok rata ya dadanya ada bulunya lagi. Dengan penasarannya ku buka cepat2 kain bagian bawah tubuhnya dan aaaaaappppppppppaaaaaaaaaaaaa kok ada penis.


“ Siiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaalllllllllllllllaaaaaaaa aaaannnnnnnnn “ teriakku menjerit sejadi-jadinya

“ Eh kudanil sialan lo gw kira lo pingsan, sampe gw panik gw panggil dokter pribadi gw, ternyata lo Cuma tidur toh. Mana bangunnya berisik banget pake acara teriak2 segala “ omel Dina yang tidur di sampingku sambil melempar bantal ke arah mukaku

Huh ternyata yang tadi itu Cuma mimpi jantungku masih berdegup kencang andai itu terjadi wanita yang gw sukai ternyata laki2 bisa hancur hidup gw.
“ Woiii masih belom sadar lo “ omel Dina kembali membangunkan lamunanku

“ Gw mimpi buruk Din, Sorry semalem gw gk tidur terus ditambah hari ini gw kekenyangan “ ucapku dengan nafas tersengal

“ Ada ya makhluk kayak lo di dunia ini “ ejek Dina padaku

“ Gw balik dulu ya Din “ ucapku sambil bangkit dari ranjang dan berjalan agak sempoyongan karna masih ngantuk

“ Lo tau gk sekarang jam berapa ? jam 1 malam tahu udah lo tidur aja di sini “ ucap Dina

“ Hah jam 1 malam pantas perut gw laper “ ucapku terkaget-kaget

“ Udah disiapin makanan tuh di meja sebelah lo, makan aja “ ucap Dina

Selesaiku santap habis makanan yang ada lalu ke kembali ke tempat tidur saat ku menoleh ke arah Dina yang ada di ranjang dan wow pemandangan yang menarik. Dina memakai baju tidur yang transparan tanpa menggunakan bra hanya celana dalam saja. Mendadak penisku jadi tegang.

Ku hampiri Dina yang sudah menungguku di ranjang kenikmatan. Ku belai rambutnya, ke kecup keningnya lalu pipinya dan berhenti di bibirnya.

“ Dra jangan sekarang ya badan gw masih pegel nih gara2 kecelakaan tadi “ ucap Dina membuat penisku lemas kembali. Kamipun tidur berdua sambil berpelukan mesra……


Part 4 ( Perjalanan menegangkan )

Jumat pagi ku sampai rumah Dina untuk pergi ke kampus. Motor ku titipkan di rumahnya.

“ Pakde titip motor ya “ ucapku kepada satpam Dina sambil berjalan mengendap-ngendap seperti maling mumpung anjingnya tidur

“ Ya Mas “ jawab satpam itu

“ Eh Dra lo pikir kita mau kemping bawa2 tas carrier, pake segala nenteng termos lagi, nah ini lagi apa coba maksud lo kalungin senter di leher“ celoteh Dina mengomentari barang bawaanku sambil memegang tas carrierku. “ Widih berat amat lo bawa apa aja nih “ celotehnya lagi

“ Namanya juga perjalanan jauh Din, perlu yang namanya persiapan “ ucapku sebagai pembenaran atas apa yang aku bawa.

“ Eh apa nih di pinggang lo ?? jiaaahhh bawa kompas segala, lo gk bawa tenda sekalian “ Ejek Dina seputar bawaanku

“ Bawaan lo mana Din “ tanyaku sambil celingak celinguk mencari barang bawaan Dina

“ Udah semua di mobil, yuk berangkat “ ucapnya sambil berlalu menuju mobil.

Ku masuki mobil Honda Brio warna putih berhiaskan air brush bertemakan bunga sakura warna pink. Bagus juga mobilnya.

“ Nih foto lo sama cwok lo Din “ Tanya ku menunjuk foto yang ada di dashboard mobilnya.

“ Oooohhh mantan namanya Bagas “ucap Dina malas lalu membuang foto tersebut

Hidungku mengendus-ngendus bau harum apa ini sepertinya makanan, ku toleh ke bangku belakang. “ Huuuuwwwooooo gw duduk belakang aja ya Din “ ucapku sambil melihat banyak banget makanan aroma kue bolu, bronis juga ada, kue2 kering banyak dan snack2 ciki, wafer, coklat, soft drink juga tersedia.

“ Gk boleh di sini aja, itu buat persediaan sampe hari minggu pas kita pulang, taruh tuh bawaan lo di belakang, ngeribetin aja klo taruh di depan “ sergah Dina lalu menyalakan mobilnya dan kami melunjur menuju kampus.

Di tengah perjalanan saat di jalan tol. “ Din bisa pelan dikit gak sih lo bawa mobil “ ku pegang erat tangan Dina dengan tubuhku yang gemetaran

“ Iiiihhhhhhh jangan pegang tangan gw kenceng2 gw susah nih nyetirnya, lagian lo norak amat sih ini di Tol tau musti kenceng“ Dina berusaha melepaskan genggamat erat tanganku.

“ Lo sendiri klo naik motor udah kayak setan dikejar malaikat “ omel Dina seolah membalas perlakuanku memboncengi dia.

“ Iya tapi kan gw boleh lo pegang gw pas di motor, masa sekarang gw gk boleh pegang lo sih “ ku masih tetap memegang tangan Dina dan Dinapun masih berusaha melepaskannya

“ Waaaaaaaaaaaaaa awasssss Dinnn “ ku palingkan wajahku ke bahu Dina tak berani lagi melihat ke depan karna sepertinya nyaris saja menabrak mobil yang berada di depan kami.

“ Lo berisik banget sih, udah lo makan aja sana “ oceh Dina mendorong tubuhku agar terlepas

“ Bener nih “ ku ambil kripik kentang rasa sapi panggang lalu beberapa kue kering dan tak lupa minuman ringan teh rasa apel

“ Anteng juga akhirnya lo “ Dina semakin mempercepat laju kendaraannya sedangkanku sibuk dengan beberapa makanan ringan.
……………………………………………………………………………………………………………………… …

Di kapus selesai jam kuliah“ Dra sabtu kita ngerjain tugas di rumah gw ya “ ajak Vika setelah kelas berakhir

“ Gw gk bisa ada acara, mang lo gk diapelin ??? “ tolakku dingin karna masih teringat ciuman yang diberikan untuk kekasihnya itu.

“ Dia juga lagi sibuk ngerjain tugasnya. Ya udah kita ke taman aja si Adi udah nunggu tu “ Vika menuntun tanganku menuju taman. Waduuh baru kali ini Vika menggenggam tanganku, kami pun berlalu menuju taman yang sudah ada Adi di sana.

Dengan laptop di pangkuan Adi sambil menikmati snack yang ada di sebelahnya. “ Udah lama bro “ ucapku sambil mengambil snack tanpa mendengar persetujuannya. “ baru aja, gimana web kita udah sampe mana nih “ Tanya Adi tanpa menoleh tetap fokus pada laptopnya

” Widih keren desain lo Di “puji Vika melihat bakal calon tampilan web kami. “ kita bahasnya minggu depan aja ya, kita fokus sama tugas kita masing-masing baru kita singkronin hasil kerja kita “ ucapku mencari alas an untuk bias cepet cabut dari mereka.

“ Gw cabut dulu ya “ ku berlalu meninggalkan mereka berdua.

“ Gw udah di tempat biasa nih Din “ smsku pada Dina. “ Iya gw juga baru mau jalan, udah di mobil “ balas Dina

Sesampainya Dina di tempat yang biasa kita bertemu ku langsung masuk ke dalam mobilnya.

“ Kita siap berangkat say “ kecupan bibir Dina mengsinggahi pipi kananku. Entah perasaan apa saat dia kecup pipiku, tidak seperti kecupan yang selama ini aku terima, sepertinya Dina tidak dengan nafsu mengecupku, mungkin dengan perasaan. Ah bisa saja itu hanya perasaanku saja. Kami berangkat pukul 1 siang menuju Lembang

“ Kita nanti belanja di Bandung dulu ya, kita ke FO2 nya, baru kita ke villa gw di lembang, paginya kita baru ke tangkuban perahu, jam 2an kita ke villa lagi. Pagi kita jalan2 di Bandung baru balik ke Jakarta sorean dikit “ Ucap Dina menjelaskan jadwal liburan kita

“ Atur ajalah yang penting happy “ Ucapku sambil tersenyum ke arahnya sambil membelai rambut merahnya yang indah

“ Lo pernah ke Bandung Dra “ Tanya Dina

“ Sering, gw suka ke Bandung makanannya enak2, istilah kata lo pilih makanan system random pasti dapetnya enak. Walaupun kelasnya pinggir jalan udah dijamin enaknya. Apa lagi sayur asemnya, warung2 lesehan gurame diapain aja juga enak. Klo di Lembang gw pengen minum jus stroberrynya tuh “ Ucapku menjelaskan pengetahuanku tentang Bandung

“ Perasaan lo taunya makanan mulu deh “ ucap Dina keheranan

“ Lo klo jalan2 tuh cobain juga makanan khas sononya. Masa lo jalan ke Bandung makannya di warung padang, di Jakarta mah banyak “ sergahku

“ Kan ada yang lain selain kuliner, kayak tempat2 yang enak gitu “ ucap Dina

“ Klo di Bandung tempat wisatanya sedikit bagus, penginapan juga mahal. Klo kita mau wisata tempat tuh untuk pulau Jawa nih yang bagus tuh jogja, ada candi2 yang bagus gk Cuma Borobudur dan prambanan aja. Ada pantai parangtritis dan pantai indrayanti Klo mau wisata pegunungan ada merapi. Penginapan murah2 ada yang 25.000 per malam. Untuk kuliner kurang begitu enak, apa lagi di mallioboronya klo gk pinter2 bakal dapet makanan gk enak tapi harganya selangit. Makanan yang terkenal itu kebanyakan Cuma manis2 aja kayak gudeng, krecek, bakpia “ ucapku lagi

“ Udahlah gak usah omongin tempat wisata lagi “ ucap Dina. “ Eh Dra lo berfikir gw gimana sih ?? apa lo pikir gw cewek murahan ya ? gampang banget gw kasih tubuh gw ke lo, padahal lo gk minta, malah gw yang minta “ Tanya Dina sepertinya dia kwatir dengan pemikiranku tentangnya.

“ Gk Din, gw Cuma mikir klo lo cewek yang menyedihkan. Setidaknya lo butuh seseorang di deket lo untuk melupakan sejenak kesedihan lo “ jawabku coba menenangkan apa yang dia pikir

Saat mau memasuki pintu tol kami terjebak kemacetan, maklumlah jalan ibu kota jika hari jumat sedikit lebih ramai dari biasanya. Jadi makin macet deh

Dina menyandarkan kepalanya di pundakku lalu mengecup pipiku. Akupun balas mengecup keningnya sambil membelai rambutnya. Tangan kiri Dina membelai selangkanganku sepertinya dia mulai nafsu mulai nafsu. Dina lihai sekali mengendarai mobil, dia masih bisa memajukan mobilnya sambil bermesraan bersamaku. Mungkin karna kondisi macet sehingga laju kendaraan hanya 1 meter lalu berhenti lagi tak memerlukan konsentrasi penuh.

Ditambah kaca film hitam di jendela mobilnya membut orang dari luar tak bisa melihat aktifitas di dalam mobil. Kami saling cumbu satu sama lain hingga bibir kami bertemu lalu berpagutan. Lidah kami saling beradu member kenikmatan. Tangan kirinya berusaha membuka resleting celana jeansku. Lalu memasukan tangannya ke dalam CDku mencari-cari idaman barunya. Setelah bertemu langsung dibelai-belai mesra.

“ Hhmmmm Din tangan lo lembut banget di kontol gw “ ucapku menambah gairah Dina makin meningkat

Tanganku pun tidak tingal diam, kumasukan tanganku kedalam bajunya menembus branya dan sampai juga di gunung indahnya. “ Nenen lo bagus banget Din, lembut, kenyal dan kenceng apa lagi putingnya imut dan keras, klo gw kenyotin enak bgt nih “ ucapku dengan bibir yang menjelajahi lehernya. Tercium aroma parfum khas Dina membuat aliran darahku makin meningkat tentu saja nafsu kami makin menjadi.

Mulut Dina yang sudah tak tahan ingin menyicipi setiap setiap mili batang penisku. Diturunkannya celana jeans ku beserta CDnya dan langsung berdiri tegak menunggu luapan birahi dari bibir Dina yang manis. “ Din Din tunggu kita udah di loket nih “ ucapku memberitahu Dina dan berusaha menaikan kembali celanaku. Dina yang sudah kepalang tanggung menahan tanganku yang hendak menaikkan celana lalu melumat habis penisku sebentar lalu membuka kaca jendela untuk mengambil tiket tol. Sialan Dina tidak berusaha menutupi penisku untuk saja aku sigap langsung menutupinya dengan kaosku. Tapi sepertinya mba penjaga pintu tol sudah bisa menebak apa yang sedang kami lakukan tadi.

“ Aduh jalanan lancar lagi di tol udah gk tahan gw nih Dra pengen ngemutin kontol lo lagi “ ucap Dina. “ Lo kenyot nenen gw aja nih Dra gk tahan banget gw “ Dina membuka baju dan Branya lalu tangan Dina menarik kepalaku dan di arahkannya menuju payudaranya. Sehingga saat ini Dia hanya mengenakan celana jeans saja

“ Lo bisa konsen gk nyetirnya klo sambil gw kenyotin nenen lo, mang gk keliatan orang juga klo lo topless gini ?“ ku jilati putting payudaranya yang coklat kemerahan dan kuremas-remas payudaranya. “ Udah lo kerjain aja yang gw minta, udah gk tahan banget nih“ pinta Dina yang sudah tak tahan.

Ku jilati perlahan setiap bagian payudaranya, tanganku menjelajahi payudara satunya. “ Oooooooohhhh enak bgt Dra, lo makin pinter aja “ ceracau Dina menikmati gelora nafsu yang ku berikan terus menerus di payudaranya.

Dina memperlambat laju mobilnya untuk lebih meresapi rasa nikmat di sekujur payudaranya. Lidahku masih aktif di sekitar payudaranya lalu menuju putting imutnya, ku permainkan dengan lidahku sesekali ku hisap putingnya. “ Iya gitu Dra, terus Dra “ ucap Dina makin membusungkan dadanya lalu menggoyang-goyangkan dadanya. Nafsunya semakin liar saja, aku jadi sulit menikmati payudaranya tapi lebih nikmat jika sudah terkendali.

“ Din lo liar banget hari ini, kontol gw udah manggil2 lo nih “ ucapku lalu melanjutkan aktifitasku di payudara indahnya. “ Nanti malem aja di villa jatah kontol lo gw kasih. Sekarang puasin nenen sama memek gw dulu “ ucap Dina sambil menjambak rambutku.

Ku buka resleting jeans Dina, ku masukkan tanganku mencari lubang surgawi yang sudah menunggu di dalam. Terasa bulu jembut Dina menyambut kehadiran jemariku. Ku belai pinggiran vaginanya. Mulutku pun masih bermain di putting payudaranya membuat Dina makin menggelinjang tak karuan. Ku mulai membelai belahan vaginanya terasa cairan kental mulai membasahi.

“ Dra masukin jari lo donk “ pinta Dina tapi tidak langsung kuturuti, ku masih gesek2 vaginanya dengan jemariku. Ku klitik ujung atas vagina

“ Gila lo Dra belajar dari mana lo, enak bgt permainan jari lo aaahhhhhhh “ puji Dina menggelinjang tak karuan. Ku masukan perlahan jariku ke dalam vaginanya sampai masuk semua aku tahan beberapa saat, baru ku getarkan jariku di dalam vaginanya.

“ Dra bentar mau bayar tol dulu “ ucap Dina saat tiba di gerbang tol. Aktifitasku di payudara Dina berhenti sejenak tetapi tangan ku tetap berada di vaginanya. Dina hanya menutupi tubuh topplesnya dengan kaosnya. Untunglah penjaga tolnya wanita jadi tidak bernafsu melihat kondisi Dina seperti itu, yah walaupun dia sudah menebak apa yang kami lakukan.

“ Gila juga lo Din, klo dia lapor polisi gimana kita bisa kena pasal perbuatan asusila di tempat umum nih “ protesku sambil bibirku kembali menuju payudaranya.

“ Lebih nikmatkan sensasinya klo begini “ ucap Dina menggoyangkan pinggulnya meminta untuk kembali memainkan jariku yang sedari tadi berada di dalam vaginanya. Ku kocok2 vaginanya, ku maju mundurkan jemariku di dalam vaginanya. Mulutku pun tak berhenti menjilati puting payudaranya, kiri lalu kanan berputar2 di sekitar payudaranya.

“ Ah ah ah owhh enak banget say, masukin 2 jari Dra “ ceracau Dina menahan debutan birahi yang semakin lama semakin membesar. Ku masukan 2 jariku kedalam vaginanya, ku percepat kocokanku tak lama kemudian aku merasa jariku makin kencang di jepit vaginanya.

“ AAAAAAAAkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhh ooooowwwwhhhhhhh “ Desahan Dina di barengi semprotan cairan kental hangat di dalam vaginanya menandakan orgasmenya.

Dina meminggirkan mobilnya lalu berhenti, posisi sandaran kursi mobilnya di turunkan sehingga Dina bisa istirahat sejenak. Ku kecupi bibirnya ku belai perutnya sebagai pendinginan.

“ Lo makin hebat aja Dra, persiapkan diri lo untuk permainan yang lebih hot nanti malam ya “ ucap Dina membelai rambutku.

“ kenapa musti nanti malam, langsung aja kita ke Lembang “ pintaku

“ Kan gw mau belanja di Bandungnya baru kita ke villa gw di Lembang “ Jawab Dina

“ Kan kita minggunya juga mau jalan2 di Bandungnya, belanjanya Minggu aja “ pintaku

“ Iiiihh nih kontol udah gk tahan ya, sabar ya “ canda Dina sambil mengelus penisku dari luar celanaku

“ Ya udah yuk berangkat lagi, nanti tangkep polisi klo kita berenti di tol “ Dina memakai kaosnya lalu menjalankan kembali mobilnya.


Part 5 ( Fantasi bulan madu )

Sesampainya di Bandung pukul 5 lebih Dina memarkir mobilnya di sebuah FO. “ Eh Dwin kwita kok ke FO duluw gk makwan dulwu sih, mang lw gk lawper apwa belowm makwan siang ? tanyaku sambil mengunyah makanan. “ srup srup srup “ ku sruput minuman yang ada di sebelahku.

“ Lo dari tadi makan mulu masih aja nanya makan siang “ ucap Dina kesal dengan mulutku yang penuh air Dina menekan kedua pipiku dengan tangannya membuat air di mulutku menyembur keluar.

“ Dashboard lo jadi kotor tuh Din “ ucapku santai.

“ Gw Cuma parkir doank di sini kita makan di sebelah baru ke sini lagi buat belanja “ ucap Dina menjelaskan. “ Eh kudanil taro gk makanannya, kita kan mau makan “ omel Dina yang melihatku masih membawa snack

Di restoran ayam bakar sebelah FO kami memesan ayam bakar 2 ekor dengan jeruk hangat karena cuacanya sangat dingin. Tak lama pesanan kami pun datang. “ Mba berat ya sini saya bantu “ ucapku kepada pelayan restoran yang nampak keberatan membawa pesanan kami.

“ AAAAAAAaaawwwwwwwwWWW sakit tau “ pukulan Dina telak mengenai pinggangku.

“ Genit juga lo ya “ oceh Dina dengan nada pelan menahan kesal. Ohh Dina cemburu sepertinya. Apa mungkin sudah ada rasa denganku ?

“ Eh Din ko lo diem aja sih “ tanyaku melihat Dina yang hanya diam saat menyantap makanannya. Mungkin kah Dina sakit hati karna aku sedikit genit dengan pelayan tadi.

“ Lo kok jadi bawel sih Dra, biasanya juga klo lo makan lo gk bisa ngobrol “ protes Dina sedikit kesal. Ooohhh ku kira Dina ngambek, jadi hanya perasaanku saja toh

Setelah makan kami berjalan menuju FO, di sana Dina berbelanja pakaian mencoba berbagai model yang tersaji di tempat itu.

“ Bagus gk Dra “ tanya Dina sehabis keluar kamar ganti sambil memutar tubuhnya agar aku bisa melihat seluruh penampilannya.

“ Bagus “ ucapku singkat karna bosan sudah 1 jam dari tadi nyoba ini itu keliling ke sana ke mari belum ada yang di beli. Rencana beli 5 baju tapi 1 aja belum dapet huft.

“ Gk asik banget sih dari tadi jawabannya bagus2 mulu “ protes Dina yg tidak puas dengan jawabanku

“ Ya kalo jelek gk bakal di pajang di sini kali “ sanggahku

“ Paling gk kasih masukan cocok gk sama gw, kurang apa gitu “ protesnya kembali

“ Ya ya ya. Menurut pandangan gw sih emang ada kurangnya “ ucapku memberi komentar

“ Hah gitu donk. Terus kekurangannya apa nih ? “ tanya Dina dengan antusias

“ Kurang lama lo milihnya cumi bakar “ jawabku tak kalah antusiasnya

“ Berani ya sekarang sama gw “ Dina mecubiti seluruh tubuhku. Kami bercanda gurau di tempat itu tanpa peduli orang2 di sekitar memperhatikan km.

Setelah 3 jam berbelanja kami pun berangkat menuju lembang. “ Kenapa lo lesu amat kayaknya Dra “ tanya Dina yang melihatiku lemah tak berdaya menyandarkan kepalaku di dashboard mobilnya. “ Ngantuk “ jawabku tak bertenaga. Dina segera bergegas memacu kendaraannya menuju villa.

Sesampainya di Villa kami disambut oleh penjaga villa, seorang lelaki tidak terlalu muda tidak terlalu tua juga sih mungkin umurnya sekitar 30an tahun. “ Baru nyampe neng Dina “ tanya bapak itu sambil mengambil barang2 kami di mobil.

“ Iya kang, oh iya Dra ini kang Karta yang jaga Villa gw “ ucap Dina memperkenalkan aku dengan kang Karta. Aku hanya tersenyum sambil menjabat tangannya, kantuk yg amat sangat membuat aku malas untuk berkata-kata.

Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan tubuhku ke ranjang. Entah apa yang dilakukan Dina aku tak peduli, tak lama aku pun terlelap……………………………..

Ooooooohhhhhhhh rasa geli2 apa ini di penisku. Lalu menjalar naik ke atas menuju pusarku lalu dadaku dan terakhir di leherku. “ Yakin nih malam ini mau tidur aja, mang gk mau dilanjutin yg tadi di mobil “ Bisik Dina mesra di telingaku. Oh ternyata Dina sedang merangsangku yang sedang tertidur lelap.

“ Ade lo aja tuh udah bangun masa lo masih merem sih “ ucap Dina menggodaku untuk bangun dan mencumbui dia yang membuatku terpaksa membuka kedua mataku. Suasanya makin romantis saat Dina menyetel musik klasik melalui piringan hitam dengan pemutar berbentuk seperti corong minyak entah apalah namanya, yang ada di meja samping ranjang yang kami tempati.

“ Din lo cantik banget “ pujiku melihat Dina memakai lingerie transparan merah dan bando berwarna sama dengan motif kupu2 tanpa memakai daleman.

“ Lo cuci muka dulu gih biar seger, cuci2 yang lain juga ya ganti juga tuh baju lo udah bau tau “ pinta Dina sambil mengecup keningku. Aku pun bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Mengapa ada perasaan yang berbeda kali ini. Sepertinya ini bukan hanya nafsu sesaat saja, mungkin saja diantara kami sudah mulai memainkan persaan masing2. Apa mungkin sedikit demi sedikit kami saling mencintai.

“ Kok lo kayak orang linglung gitu si Dra “ ucap Dina yang melihatku keluar dari kamar mandi. “ Sini donk sayang, malam ini untuk kita berdua “ rayu Dina dengan pose yang menggoda di atas ranjang.

Ku hampirinya, ku peluk tubuh indahnya ku tatap tajam kedua matanya. Aku ingin melihat apa ada cinta juga di hatinya melalui tatapan mata.

“ Lo kok jadi beda Dra “ tanya Dina dengan tatapan tak kalah tajam. “ Lo juga beda Din “ jawabku tanpa melepas tatapanku.

Ku belai rambut indahnya yang wangi menusuk rasa birahiku. Ku kecup keningnya dengan segenap perasaan bukan nafsu. Dina hanya memejamkan matanya dan memelukku erat. Lalu kekecup pipinya yg lembut dengan tanganku masih membelai rambutnya.

Kecupan bibirku pun sampai di bibirnya. Seketika itu lidah kami saling berpagut, berkelana diantar rongga2 mulut. Tanganku juga ikut menjelajahi tubuh yg terbalut lingerie itu. Sungguh kulit yang mulus dihiasi bulu2 halus membuatku makin terangsang.

Sementara lidah kami masih sibuk, jemariku sudah sampai di puncak bukit keindahan di tubuhnya. Ku klitik2 payudaranya, ku permainkan putingnya yang coklat kemerahan itu. Nampak sudah mengeras putingnya itu, ku lepas pagutan bibirku lalu turun menuju payudara idamanku itu.

Sesaat sebelum mulutku sampai mengecup putingnya tiba2 Dina menahanku. “ Dra “ hanya itu yang Dina ucapkan sambil mengarahkan wajahku untuk menatap wajahnya yang sedang tersenyum manis. lalu mengarahkan wajahku kembali ke payudaranya. Aku pun dengan sigap langsung menurunkan tali lingerie yang dikenakan, lalu melahap kedua bongkahan indah tersebut.

“ Ouugghhhhhhhhhhh Dra nikmat banget, Dra oooooohhhhhh “ desah Dina sambil tangannya membelai rambutku, kurasakan detak jantungnya yang berdetak makin kencang. Tak pernah ku rasakan detak jantung Dina sekencang ini ketika kami bercinta sebelumnya. Persaanku semakin kuat jika dia sudah mulai memiliki perasaan terhadapku.

Alunan musik klasik yang indah ditemani suara gemerincik air pancuran yang ada di luar membuat perasaan kami semakin bercampur menjadi satu di atas ranjang kenikmatan. Lama ku bermain dengan payudaranya, Dina lantas bangkit dan menelentangkan tubuhku, membuka seluruh pakaian yang ku kenakan, lalu memposisikan vaginanya di depan wajahku dan penisku berada di depan wajahnya.

Tanpa bertanya lagi kami saling memberi kenikmatan pada kelamin kami. Ku singkap lingerienya lalu menjilati sekitar vaginanya yang berhiaskan bulu2 tertata rapi. Dina tak mau kalah, dia jilati batang kejantananku dengan segenap kelihaiannya dalam mamainkan penis lelaki.

“ HHHHmmmmmmmm “ hanya itu yang keluar dari mulut kami yang sedang sibuk bermain-main mencari segunung kenikmatan. Ku permainkan dengan jemariku klitorisnya pusat rangsangan yang membuat Dina menggelinjang tak karuan. Seolah tak mau ku permainkan begitu saja, Dina pun membalas dengan hisapan di penisku yang semakin kuat di iringi gerakan mulutnya memaju mundurkan seolah ingin menguras habis isi cairan yang ada di dalam penisku.

Sering terjadi jual beli serangan kenikmatan yang memacu birahi kami naik semakin tinggi. Tak tahan dengan serangan2 tersebut kami pun langsung merubah posisi untuk bisa melakukan serangan frontal pada kelamin kami. Ku telentangkan tubuh indah berbalut lingerie yang sudah setengah terbuka itu.

Kumasukan perlahan penisku yang sudah keras dan basah terlumuri liur Dina kedalam vaginanya yang juga sudah basah oleh campuran liur dan lendirnya. “ Aaaaaaaakkkkhhhhhhhh “ desah Dina dengan menggigit bibir bawahnya menahan. Ku kecupi wajahnya Saat seluruh batang penisku masuk ke vaginanya.

“ Oooohhhhh Dra kali ini bener2 lebih nikmat, aaaaakkkkkhhhhh jangan berhenti Dra “ ceracau Dina yang juga kurasakan bercinta dengannya kali ini lebih nikmat dari sebelumnya.

“ Aaaaaaakkkkhhhh iya Din nikmat banget kali ini “ ucapku menyetujui pernyataannya. Ku kecup kembali bibirnya yang manis, ku jilati bibirnya ku terobos masuk kembali ke dalam rongga mulutnya.

“ AAaaccccchhhhhh ooooooouuuukkkkkhhhhhh “ Desah Dina sambil membelai rambutku bahkan cenderung menjambaknya. Ku permainkan goyangan penisku dengan RPM sedang, Dina pun mengikuti irama penisku. Beberapa saat kemudian Dina membalikkan tubuh kami hingga posisinya berada di atasku.

Dina memulai goyangannya dengan sangat pelan sepertinya dia ingin menikmati setiap gesekan antara batang penisku dengan dinding vaginanya.

Dengan wajah yang berhiaskan senyum “ Love u my hero “ ucap Dina mengecup keningku sontak membuatku terpaku, aliran darahku mengalir sangat cepat seperti kereta super cepat made in japan. Jantungku seperti tabuhan gendrang2 perang hingga suara detakannya dapat ku dengar jelas.

Ku peluk erat Dina sambil ku belai rambutnya, sementara pinggul kami masih bergoyang dengan irama yang tetap pelan. “ Aaaakkhhhhhhh Dra kontol lo makin enak aja sih, genjotnya jangan kenceng2 Dra gw pengen bener2 menikmati oooooohhhhhhhh “ bisik Dina di telingaku.

“ Iya din memek lo juga enak, ternyata lebih enak main pelan2 ya hhhhhhhhmmmmmmm “ ucapku membisikan di telinganya lalu ku jilati belakang telinganya

“ Hhmmmm klo pelan kita jadi bisa menikmati setiap inchi gesekan kontol lo di memek gw Dra “ ucap Dina lagi dan tak mau kalah Dina pun menjilati bagian belakang telingaku.

Terasa kemudian kendutan di vagina Dina makin menyedot penisku agar masuk lebih dalam lagi. Penisku pun juga berkedut nampaknya kami sebentar lagi mencapai puncak kenikmatan bercinta malam ini.

“ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhh “ Teriak kami berbarengan menyemburkan cairan kepuasan menerobos langit2 kenikmatan yang paling tinggi.

Crot crot crottt semburan spermaku membasahai vaginanya hingga melumer keluar. “ Dra malam ini gw bener2 puas, baru kali ini gw rasain sepuas ini Dra, walau Cuma 1 kali klimak tapi gw capek bgt Dra “ ucap Dina berkeringat membelai rambutku.

“ Gw juga sama Din, kok bisa ya lebih nikmat dari yang kemaren “ ucapku kebingungan. Ku peluk tubuhnya, penisku masih di dalam vaginanya sampai mengecil lalu keluar dengan sendirinya. Ku kecup keningnya sampai kami berdua tidur terlelap.

…………………………………………………………………………………


Pagi hari. Hhhhmmm aroma sedap apa ini yang membangunkan tidurku, ku buka mataku dan beranjak dari tempat tidur, Dina sudah tidak ada di ranjang mungkin sedang mandi. Setelah memakai pakaianku, ku cari arah aroma itu berasal. Oh ternyata seorang wanita sedang menyiapkan makanan. “ Masak apa teh keliatannya enak “ tanyaku pada wanita itu.

“ Oh udah bangun. Ini saya masak ayam goreng, sayur asem sama sambel goreng “ Jawab wanita itu sambil menunjung hidangan yang baru saja mateng

“ Boleh saya nyicipin “ tanyaku kembali. “ Sok atuh silakan emang ini buat akang sama non Dina “ wanita itu mengambilkan piring dan sendok untukku.

“ Makasih ya Teteh murahan sekali “ pujiku seenaknya

“ Murah hati bodoh “ sahut Dina yang entah sejak kapan ada di belakangku mengenakan handuk kimono dengan rambut yang basah terurai.

“ Ini Teh Arni istrinya kang Karta, dia yang masak kalo ada yang nginep di sini “ ucap Dina sambil menyendok makanan.

Setelah sarapan aku mandi lalu beranjak menuju ruang tamu untuk menonton tv sambil menunggu Dina dandan sebelum menuju tangkuban perahu. Dasar wanita dandan lama amat dari aku mandi sampe sekarang belum selesai.
“ Din din sini dah cepetan ada berita tentang bokap lo di tv tuh “ teriakku memanggil Dina yang masih berada di kamar

“ Nama si lo Dra heboh banget denger berita bokap gw aja “ sahut Dina saat keluar dari kamar

“ Bokap lo oon ya Din, masa mau nyeret pejabat yang ikut terlibat korupsi aja koar2 di media dulu. Kalo pejabatnya kabur keluar negri gimana, kan belum jadi tersangka sama kpk jadi belum di cekal ke luar negri “ ucapku mengomentari statement ayah Dina di TV

“ Kalo mau bongkar siap2 aja yang terlibat bongkarnya di penyidik kpk lah jangan di wartawan. Ini belum apa2 udah koar2, mau jadi seleb apa tuh bokap lo “ sambungku tanpa peduli perasaan Dina

“ Emang bokap gw iblis, ngapain gw peduliin dia “ sahut Dina sepertinya dia membenci ayahnya sehingga kata2ku malah disetujui olehnya.

“ Udah yuk Dra berangkat, denger berita tentang bokap gw malah tambah penat “ ajak Dina

“ Eh tunggu Dra kok ada nama bokapnya Bagas ya yang ikut keseret bokap gw “ ucap Dina kebingungan

“ Wah klo bokapnya Bagas ikut terlibat bisa turun popularitas Bagas tuh, Bagas kan mau nyalon jadi caleg “ ucap Dina kembali

“ Cowok lo itu Din “ tanyaku. “ Mantan “ jawab Dina setengah sewot

“ Ahh udah ya cabut aja yuk “ ajak Dina kembali

Kami pun berangkat menuju tangkuban perahu setelah berpamitan dengan kang Karta dan teh Arni. Perjalanan tidak terlalu lama karena memang letak villa Dina dekat dari lokasi wisata tersebut.

Sesampainya di lokasi kami mencari tempat yang nyaman untuk kami duduk berdua menikmati pemandangan kawah gunung yang masih aktif tersebut. Angin yang kencang dengan aroma blerang yang menyengat menyelemuti tempat itu.

“ Dra gw iri sama hidup lo yang enjoy, makan enak tidur juga enak “ ucap Dina membuka percakapan antara kami.

“ Emang selama ini yang lo rasain apa ? “ tanyaku

“ Lo tau sendiri kan sekarang gw gimana, semua gara2 bokap gw itu. Gw jadi males hidup Dra “ ucap Dina memelas

“ Klo males hidup lo loncat aja noh ke kawah, dijamin langsung beres “ ucapku seenaknya

“ Jadi lo mau gw mati hah “ Omel Dina sambil tanggannya memiting leherku.

“ Ampun2 cumi bakar “ pintaku agar sang penunggu kawah ratu melepaskanku.

“ Setiap orang hidup pasti punya masalah, lo kira kematian bisa menyelesaikan masalah gitu aja. Masalah itu bukan untuk dikeluhkan tapi dihadapi. Kehidupan lo masih jauh lebih baik, lo pernah mikirin dari mana biaya pendidikan lo, lo pernah mikirin nanti lo mau makan apa, lo pernah mikirin mau nanti malam mau tidur dimana “ ucapku ( ehem dengan suara yang berat )

“ Karna rasa pahit kita jadi tahu seberapa nikmatnya rasa manis itu. Karna rasa sakit kita jadi tahu seberapa berharganya sehat itu. Karna kotaran kita jadi tahu seberapa indahnya kebersihan itu “ ucapku coba memberi keteguhan pada Dina

“ Lo tau kan keramik, guci. Itu dari tanah liat kan. Lo tau proses pembuatannya gimana, seandainya tanah liat itu bisa ngomong pasti dia bakal jerit2. Bayangin aja tanah yang kotor, basah diinjek2 orang lagi diambil ditaruh ke mesin putar terus dipukul-pukul, dibating-banting, di disayat-sayat. Coba bayangin gimana tersiksanya klo orang digituin. Belum cukup begitu saja tanah liat itu masih harus dimasukin keperapian lagi, pastilah dia kepanasan. Selesai dari perapian terus diangkat didinginin, itu belum selesai abis itu musti dicat lagi dengan bau yang menyengat terus dimasukin ke perapian lagi baru diangkat didinginin kembali “ ucapku sambil membelai rambut Dina

“ Dan lo tau hasilnya seperti apa tanah liat yang kotor itu, pajangan2 di rumah lo yang mahal2 itu hasilnya. Begitulah cara Tuhan membentuk kita, pada saat Tuhan membentuk kita tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan dan banyak air mata. Nanti lo akan melihat seberapa indahnya Tuhan membentuk lo setelah semua ini selesai “ ucapku melanjutkan

Dina hanya menyandarkan kepalanya di bahuku, air mata nampak membasahi pipinya. “ Oke gw mau berjanji sama diri gw dan juga sama lo “ ucap Dina bangkit dari sandaran kepalanya di bahuku dengan mengacungkan jari kelingkingnya di hadapanku. Akupun mengerti maksud dari Dina ku kaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya.

“ Oke gw gk akan menyerah dalam hidup yang gw jalanin saat ini, gw akan lebih kuat dari ini. Gw akan menemukan kebahagiaan yang sejati sehingga gw bisa mati dengan tersenyum “ ucap Dina bersemangat

“ Oke gw akan selalu menagih janji lo itu setiap lo patah semangat “ ucapku dengan senyuman dan tatapan penuh arti pada Dina

Tanpa sadar kamipun saling merangkul sambil menikmati keindahan gunung tangkuban perahu. Ku rebahkan Dina dipangkuanku sambil ku belai rambut merahnya yang terurai berantakan karna terkena angin. “ Bener juga ya Dra kata2 lo. Contoh aja nih gunung aktif, dulu pasti pernah meletus, kita tau lah letusan gunung tuh bahayanya seperti apa tapi setelah letusan dan gunung kembali tenang, gunung ini jadi memberi manfaat bagi orang banyak ya. Setelah musibah pasti ada manfaat yang akan ditimbulkan kelak “ ucap Dina yang tampak sudah bisa mengatasi masalahnya.

“ Dra lo mungkin orangnya konyol, gk tau malu “ ucap Dina. Sialan enak banget Dina menilaiku seperti itu.

“ Tapi lo lebih menghargai persaan cewek, pikiran lo gk Cuma seks mulu. Lo masih mau nemenin gw jalan2, belanja. Klo si cowok2 gw sebelumnya setiap jalan maunya di penginapan mulu, apa lagi si Bagas, ngamar mulu maunya. Klo belanja pada ogah nemenin gw, klo Bagas juga susah banget, klo nemenin juga pas di mall nya gw sama dia mencar, gw belanja dianya entah kemana, klo gw udah selesai baru gw sms dia terus ketemuan lagi, klo gw masih belom selesai di telponin mulu nanya kapan selesainya “ ucap Dina kembali. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya.

Entah kenapa aku tidak alergi dengan wanita yang memiliki kehidupan seks bebas seperti Dina. Aku malah iba dengannya, Dina hanya sedang mencari arti dari kebahagiaan maka dari itu segala bentuk kesenangan dia lakukan.

“ Dra lo mau kan temenin gw terus “ pinta Dina dengan tatapan penuh harapan.

“ Iya Din “ Jawabku dengan tersenyum


Part 6 ( Terbentuknya sebuah perasaan )

Hawa panas kawah berapi yang terselimuti angin.
Merambat menusuk rongga-rongga jantung.
Mencampurkan perasaan sedih dan senang.
Mengalir melalui nadi-nadi darah.
Merasuki setiap tulang rusuk.
Menggumpal bersama daging.

Menikmati pemandangan kawah yang mengeluarkan aroma blerang “ Dra lo mau ke bawah gk ? seru tau “ Dina berdiri dengan semangatnya menarik tanganku, senyum sumringah menghiasi bibirnya. Baru kali ini ku lihat senyum tanpa beban membuat wajah ayunya semakin nampak bersinar.

“ Aman gk nih “ jawabku berdiri menggenggam erat tangan halusnya. Kami menuruni kawah yang masih aktif itu. Ku tuntun Dina, sesekali Dina hampir terpeleset dan merangkul tubuhku.

Aku senang saat bersama Dina saat ini, tapi andai wanita yang bersamaku saat ini adalah Vika mungkin aku akan lebih sangat bahagia. Eh mengapa Vika melintas di pikiranku. Ah mungkin Vika juga sedang bersama kekasihnya itu. Andai ku terima ajakannya untuk mengerjakan tugas bareng mungkin akan lain ceritanya tapi ah sudahlah.

“ Awas Dra “ Dina mengagetkanku yang berada di tepi kawah, seolah-olah dia ingin menceburkanku ke dalam kawah itu.

“ Stress lo Din, klo gw nyemplung gimana ?? “ terang saja jantungku langsung berdebar kencang. Sialan juga nih cewek ngagetin gw.

“ Udah yuk ke atas aja, panas di kawah “ ku tuntun Dina kembali menuju atas. Kami menuju pusat penjualan pernak-pernik.

Dina sedang mencari-cari barang yang menarik untuk di beli, sedangkan pandanganku tertuju pada 1 kalung terbuat dari batu yang di poles sehingga tampak mengkilap berwarna hijau muda. Kebetulan sekali warna kesukaan Vika. Hhhmmm bagus juga klo dipake Vika ya, bagaimana jika aku belikan 1 untuknya sebagai permintaan maafku menolak ajakannya kemarin. Mungkin ini akan jadi awalku bisa menunjukan kepedulianku padanya.

Ah Setelah ku beli kalung itu Dina melihat kearahku, belum sempat ku kantongi kalung itu. Sepertinya Dina melihatku membeli kalung.

Jika dia bertanya untuk siapa ku beli kalung itu, apa yang harus ku jawab……………. Mungkin akan menyinggung perasaan Dina apabila ku menyebut wanita lain tapi apakah Dina memiliki perasaan untukku. Bukannya semalam Dina sudah menunjukan tanda2 dia memiliki perasaan terhadapku.

AAAAAAAAAAaaahhhhhhhhhhhhhhh kenapa ku jadi bingung begini.

“ HHHmmm nih buat lo Din “ ku tersenyum sambil memakaikan kalung yang ku beli di lehernya.

Huh kenapa tiba2 saja ku berikan kalung itu pada Dina. Bukankah dia bisa membeli kalung berlian. Bisa2 ku ditertawakan oleh Dina karna membelikan kalung murahan, lagi pula kalung itu bukan untuknya tapi untuk Vika.
“ Wooowww makasih banget Dra. Muuaachh “ kecupan Dina menyambangi bibirku, nampak begitu bahagia terpancar dari wajahnya. Apa mungkin dia benar2 senang dengan pemberianku.

“ Itukan kalung murah kenapa lo kayaknya senang banget Din ? “ dahiku berkerenyit keheranan dengan tingkah Dina.

“ Gk tau yg jelas gw seneng banget “ Dina menggandeng tanganku untuk kembali mengelilingi kawasan gunung tangkuban perahu.

“ Uuuwwwaaaa panas panas huft huft huft “ mulutku seperti terbakar saat memakan tahu sumedang yg baru saja diangkat dari penggorengan

“ Rakus sih lo masih manas main telen aja “ Dina langsung saja menuangkan air kedalam mulutku secara paksa.

“ Gluk gluk gluk mbbuuaaahhh “ ku muntahkan semuanya. Ku tarik nafas dalam2, sialan si Dina sudah mulai menjailiku

“ Ha ha ha ha ha lo lucu banget klo lagi begitu “ tertawa lepas lalu menyiram sisa air di botol ke kepalaku

“ Sialan awas lo Din “ ku cubit pipinya yg menggemaskan itu

………………

Tak terasa posisi matahari sudah tepat di atas.

“ Din lo gk laper “ tatap mataku penuh harapan kepadanya.

“ Biasa aja sih ngeliatnya, kayak kucing ngincer pala ikan aja “ ejek Dina yg se pertinya sudah hafal dengan tingkahku.

Kami menyudahi rekreasi kami di gunung tangkuban perahu. Menuju tempat makan yg ada di sekitar sana.

Sesampainya di restoran khas sunda, kami duduk di saung yang di bawahnya terdapat kolam ikan. Dina memesan 3 ekor ikan gurame asam manis 2 mangkung sayur asam dan 4 gelas jus strobery khas tempat itu.

“ Pesennya banyak banget Din, ternyata lo maruk juga ya “ senyumku lebar menatap matanya

“ Ini semua buat lo kudanilllllllllllll “ Dina mencubit kencang sekali kedua pipiku sampai berbekas merah. Nampaknya dia kesal karna ku tuduh maruk. Hi hi hi hi

Langit tampak gelap sepertinya mau hujan. Udara di sekitar semakin dingin, menambah nikmat acara santap siang kami.

“ Huuuooooo kenyangnya “ ku rebahkan tubuhku menikmati udara yang semakin dingin.

“ Uuuuuuuwwwwwaaaaaaaaaaa “ tiba2 saja Dina ikut merebahkan kepalanya di perutku dengan kencang. Hampir saja ku muntahkan semua makanan yang baru saja ku makan

“ Kenapa lo Dra, he he he “ Dina menatapku puas sejak tadi mengerjaiku.

“ Lo kesurupan penunggu Villa ya, dari tadi iseng banget “ tiba2 Dina merangkulku erat sekali

“ Jangan omong yang aneh2 ah “ terasa tubuh Dina yang gemetar. He he he sepertinya sekarang ku tahu kelemahan Dina ( nyengir iblis )

Gemerincik air hujan yang sudah membasahi bumi membuat kami menunggu sejenak di tempat itu. Dina makin mempererat rangkulannya karna udara yang semakin dingin yang bahkan dapat membekukan tulang2 kami.

“ Dra lo gk pernah cerita tentang kehidupan lo “ suara Dina begitu pelan, begitu lembut.

“ Emang ada apa dengan kehidupan orang seperti gw ini “ ku tatap wajahnya yg memerah kedinginan.

“ Din lo kok kalo makan dikit banget nanti mati lho “ celetukku membuat Dina sepertinya emosi.

“ Walaupun hidup gw memuakan seperti ini tapi mana mungkin gw mati ninggalin cowok yg kelaperan kayak lo “ jawab Dina mengejekku.

“ Apapun yang terjadi nanti gk akan ada penyesalan dalam hidup kita. Oke Dra “ tersenyum lebar sepertinya Dina sudah melepas semua beban yang selama ini dia pikul.

Hujan semakin lebat disertai angin kencang, kami memutuskan kembali ke Villa sebelum saungnya rubuh tertiup angin.

Sesampainya di Villa kami langsung masuk kamar. Dina langsung melepas semua pakaiannya lalu menuju tempat tidur dan menyelimut dirinya dengan selimut yang ada di sana. Aku hanya terpaku menatap tubuh wanita yang satu ini. Walaupun sudah sering ku melihat tubuhnya dan menikmatinya tapi tetap saja aku masih terpesona. Mungkin karna baru tubuh Dina satu2nya yang kulihat secara langsung.

“ Woy bengong aja, masih kaku aja sama gw “ ucapan Dina membuyarkan lamunanku. Aku pun melepas semua pakaiannya dan menyusul Dina.

Dina langsung memeluk erat begitu aku masuk ke dalam selimutnya. Kulitnya terasa lebih halus karna efek suhu yg rendah. Aliran darah kami semakin kencang karna birahi yang sudah di puncak.

“ Dra kita buat permainan yang seru yuk “ ucap Dina

“ Gimana caranya “ tanyaku penasaran dengan permainan itu.

Dina beranjang dari tempat tidur menuntunku menuju balkon yang berada lantai dua. Di balkon terdapat 2 buah kursi goyang yang 1 sudah tidak ada pegangan tangannya dan 1 buah meja. Dina menuntunku agar ku menduduki kursi goyang yang sudah tidak ada pegangannya itu. Lalu Dina pun duduk di pangkuanku.

“ Dingin banget Din, mana kita gk pake baju lagu “ ucapku menggigil kedinginan. Tanpa peduli dengan ucapanku Dina memelukku erat dan mencubui bibirku.

“ Hangat kan Dra “ ucap Dina lirih. Ku belai punggungnya yang halus, lidah kami saling berpagutan memberi kenikmatan di sore hari yang hujan ini.

“ Hhhhhmmmm ciuman lo makin lembut aja Dra “ puji Dina di sela2 percumbuan kami. Digesek-gesekan bibir vaginanya di batang penisku yang semakin mengeras.

Cipratan air hujan membasahi tubuh kami yang sedang dilanda birahi yang begitu tinggi. Ku balikkan posisi kami, sehingga kali ini Dina yang duduk di bangku goyang. Ku jelajahi tubuh halusnya. Dari mulai betis kaki kirinya, ku jilati naik menuju pahanya.

“ OOooohhh Dra geli, keseringan nonton bokep Jepang nih lo “ celoteh Dina menikmati gelitikan lidahku di kakinya.

“ Emang klo bokep Jepang gini ya ??? wah ketauan lo sering nonton bokep “ ucapku. Kulanjutkan petualanganku mencari harta kenikmatan di tubuhnya. Ku telusuri kaki kanan Dina kali ini dari pangkal paha menuju betisnya. Kaki Dina nampak gemetar entah karna dingin atau karna perjalanan lidahku ini.

Dina yg nampak sudah tak sabar mengangkat kepalaku yg sedang bermain-main di betisnya menuju vaginanya “ Lo gk denger apa memek gw manggil2 dari tadi “ ucap Dina lalu menekan kepalaku, meminta agar ku jelajahi juga vaginanya.

Vagina yang sudah basah ku jilati perlahan dari ujung atas vaginanya. Ku klitik2 dengan lidahku klitoris yang memerah padam. Tanganku tak tinggal diam, ku telusuri tubuh indahnya menuju payudaranya yg membusung tegang. Ku permainkan putingnya yang sudah mengeras

“ Nah gitu donk nenen gw juga udah manggil2 aaakkkkkhhhhh “ ceracau Dina makin menekan kedalam kepalaku.

getaran tubuh kami semakin kencang karna hujan yang tidak kunjung reda. Dina mengangkat tubuhku dan membalikannya. Sehingga posisiku kembali duduk di kursi itu. Dan Dina kembali menindih tubuhku dan langsung memasukan penisku yg sudah begitu kerasnya kedalam vaginanya yang sudah sangat basah

“ Aaaaaaaaccchhhh Gw pengen banget nyepong kontol lo dulu Dra tapi gw udah kedinginan banget Hhhhhmmmmmm “ pelukan Dina erat di tubuhku, pinggulnya bergoyang tak beraturan sementara bibirnya terus menerus mencumbui bibirku.

“ Ooooohhh Liar banget lo Din klo kedinginan “ gerakan pinggul ku semakin menjadi-jadi mengimbangi permainan Dina yang semakin liar.

Cplak cplok cplak cplok suara gesekan kelamin kami yang sudah sangat basah. Ku jilati leher jenjang Dina, lalu belakang kupingnya yang ku tau Dina sangat terangsang bila ku jilati bagian itu. Dina hanya bisa mengangkan kepalanya dan mempererat rangkulannya.

“ Ooooohhhhhhhh Dra lo juga liar banget “ ucap Dina, tangannya mecakar punggungku hingga terasa perih olehku.

Gerakan pinggul Dina makin cepat tak beraturan bahkan tubuhnya juga ikut bergoyang. Tiba-tiba Dina menghentikan gerakannya.

“ OOOOOOOOOOOooooouuuuuuuuuuggggggggghhhhhhhhhhhhhhh “ nikmat sekali begitu penisku terasa dicengkram erat dan dihisap oleh vaginanya.

“ Aaacccchhhh Ini namanya empot ayam Dra. Enak kan “ Senyum Dina penuh kepuasan karna membuatku melayang tinggi ke puncak birahi. Gila kalo kayak gini aku gk bakal bertahan lama nih.

“ Ini spesial buat lo “ senyum Dina dengan tatapan tajamnya mulai kembali menggerakan pinggulnya. Vaginanya masih mencengkram dan menghisap penisku.

“ OOOouuuggghh Belum pernah gw empot ayam sambil goyang2 gini. Ini khusus buat lo aja Dra “ ucap Dina memejamkan matanya dengan kepala mengadah keatas. Ku jilati leher dan dadanya yang beraroma harum itu

“ Din kamu ternyata di sini toh “ tiba2 saja wanita paruh baya berada di sebelah kami, membuatku kaget dan menghentikan aktifitas lidahku di tubuh Dina.

“ Mama kapan nyampenya hhhhmmmm, ssaammaaa siapa ma ke sininya “ ucap Dina tersengal merasakan nikmat tanpa menghentikan goyangannya di atas tubuhku. Tak ada rasa kaget pada Dina sepertinya mereka adalah keluarga yang sangat bebas.

“ Baru aja, mama sendiri ke sini mau santai. Kamu kok mainnya di sini sih klo masuk angin gimana ? “ wanita itu pun pergi berlalu membiarkan kami beradu kenikmatan.

“ Ssssshhhhhh santai aja Dra “ ucap Dina sambil tangannya menarik kepalaku mengarahkannya ke payudaranya kembali. Ku plintir2 putingnya yang lembut dengan bibirku.

Dina menjambak rambutku, mengacak2nya, menekan kepalaku begitu kencang hinggaku sulit untuk nafas.

“ AAAAAAAAAAAAAAAAAKkkkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhh h “ Jerit Dina dibarengi dengan siraman lendir vaginanya membasahi penisku menandakan orgasmenya terlepas.

“ Sorry Dra, gila gw nafsu banget “ ucap Dina melepaskan tekanan tangannya pada kepalaku,

“ Hah hah hah hampir mati gk bisa nafas gw “ ucapku tersengal2

“ Kali ini lo bener2 liar Din, punggung gw sampe lecet, kebanyakan nonton bokep barat kali lo “ ucapku.

Dina berdiri dan menuntunku kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar Dina langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.

“ Aduuhh cape banget gw Dra, bentar ya nanti gw buat lo keluar juga, gw mau istirahat bentar dulu “ ucap Dina nampak kelelahan setelah pergumulan kami tadi.

“ Ya udah lo istirahat aja dulu “ ku coba mengerti keadaan, wajar saja Dina sangat lelah, perjalanan 5 jam dari jakarta-bandung lalu berbelanja 3 jam dan kami bermain sampai larut kemarin malam. Dilanjut kami harus bangun pagi2 untuk pergi menuju tangkuban perahu.

Ku kenakan pakaianku dan keluar menuju ruang depan untuk menonton tv. Di lantai 1 terdapat 2 kamar, dan saat menuju ruang depan aku melewati kamar yang 1 nya lagi.

“ Aaaaaaaahhhhhhh terus kang, kontol akang emang yang terhebat Oooouuuuggghhhh “ terdengar suara desahan wanita dari dalam kamar. Apa mungkin yang bercinta di dalam kang Karta dengan istrinya. Jika benar berani skali mereka memakai kamar majikannya untuk bercinta.

“ Terus kang, lebih kenceng lagi buat memek aku sampe ledes merah uuuuuuuufffffhhhhhhhh “ desahan wanita itu semakin menjadi-jadi.

Rasa penasaran menjalari pikiranku terlebih ku masih bernafsu karna belum tuntas permainanku dengan Dina.

Ku ambil kursi lalu ku intip dari lubang udara yg ada di atas pintu kamar itu. Jantungku makin berdegup kencang ingin menyaksikan permainan seks secara langsung. Hah Aaaappppaaaaaaa ternyata mamanya Dina dengan kang Karta sedang beradu kelamin. Dimana posisi kang Karta menindih tubuh majikannya yang masih terlihat bagus walaupun ada beberapa timbunan lemak di lengan, perut dan pahanya itu tetapi tidak begitu ekstrim sehingga masih terlihat lumayan menggoda.


Part 7 ( Awal mula kegelapan menyelimuti )


“ Krek krek krek krek “ suara ranjang persenggamahan antara dua insan yg tak muda lagi. Sungguh pemandangan yang luar biasa melihat senior2 dalam hal bercinta melakukan aksinya. Lampu kamar yang dibiarkan menyala terang serta jendela yang terbuka.

“ Ssssshhhhh Memek Ibu masih tetep enak, udah berapa lama gk disodok bapak ? “ celoteh kang karta kepada majikannya itu.

“ Udah lama banget kang, makanya masukin lebih dalem kang ooooohhhhhh “ ceracau mama Dina, badannya bergoyang tak karuan mengimbangi goyangan badannya kang karta.

Sial penisku langsung tegang karna tadi belum tuntas bersama Dina. Mana Dina tidur pules banget lagi. Huft

Terlihat kang Karta bangkit dari tempat tidur lalu menuntun mamanya Dina ke jendela. Langsung saja wanita paruh baya itu menungging berpegang pada jendela yang terbuka. Seperti sudah saling memahami kang Karta langsung menghujami vagina wanita itu yang sangat basah dengan penisnya yang berurat dan basah pula terkena lendir vagina.

Ditariknya rambut wanita itu dengan tangan kirinya dan tangan kanan kang karta meremas payudara dengan sangat kasar. Lidah kang karta menjilati leher Ibu binal itu, mereka saling bergoyang sangat teratur. Sepertinya mereka ber2 sering main.

“ Oooooohhhhh Lebih kenceng lagi kang, katanya 1 minggu gk dapet jatah dari istrimu “ pinta wanita itu dengan mempercepat goyangan pinggulnya.

“ Saya teh pegel bu kakinya “ ucap kang Karta, keringat mereka bercucuran dicuaca sedingin ini.

Wanita itu pun langsung membalikan badannya dan mendorong kang Karta ke tempat tidur, sampai kang Karta telentang di atas ranjang. Langsung saja wanita yg sudah sangat haus akan penis lelaki itu menindih kang Karta.

Dengan sangat cepat wanita itu menggoyangkan pinggulnya. Kang Karta hanya diem menikmati permainan binal sang majikan.

“ Aahhhh Goyang tuh kayak gini kang baru greget “ ceracau wanita itu menikmati penis yang merogoh-rogoh vaginanya.

“ Ooouugghhh Ibu emang hebat bener, jauh lah sama istri saja “ tangan kang Karta mulai meremas kembali kedua payudara yang sudah turun tapi lumayan besar itu dengan putting yang menghitam

“ Kamu juga hebat kang, suami saja mah 15 menit udah crot lemes deh “ bagai kuda liar wanita itu makin mempercepat goyangannya.


“ Selamat tinggal kasih
sampai kita berjumpa lagi
Aku pergi takkan lama”

Terdengar dering suara ponsel Dina, sepertinya ada yang menelepon Dina. Sial aku harus menyudahi aksi mengintipku karna jika Dina bangun dan keluar kamar mencariku pasti dia memergokiku sedang mengintip.

Ku kembalikan kursi pijakan mengintipku ke posisi semula dan kembali ke kamar tempat Dina berada, ponselnya masih saja terus berdering di atas meja karna tidak ada yang mengangkat, Dina masih saja pulas tidurnya. Saat ku lihat siapa yang menelepon, oh ternyata mantannya Bagas, ada apa dia telpon malam2.

Tak lama suara deringpun berhenti. Ku penasaran ku lihat kembali ponsel Dina, 10 panggilan tak terjawab dan 3 sms yang belum terbaca. Ku lihat ternyata semua itu dari Bagas. Ku penasaran dengan isi smsnya ku coba lihat……

Haaahhh isinya kok seperti ini, gawat ini aku harus mensetting agar status sms ini belum terbaca. Dina harus baca dan aku tidak mau Dina tau jika aku sudah membacanya, aku tidak mau mencampuri urusan mereka berdua.

Huh bosen nih belum ngantuk. Ku ambil makanan ringan dan ku buka laptopku yang ku bawa sejak dari kampus. Ku pasang usb modem untuk berselancar di dunia maya. Ku buka YM ku dari laptop dan ada pesan offline dari Vika

“ Vika : Dra lagi pain lo
Buzz
Dra kok lo offline mulu
Mana hp lo gk aktif
Buzz
Buzz”

Oh Vika sedang mencariku rupanya. Dan kulihat status akun Vika masih online

“ Andra : Sorry Vik gw lagi di kampung
gw gk ada sinyal jadi gk bisa OL dari hp
ini aja gw pake sim card sodara gw

Vika : OOohhh pantesan
Ngapain lo pulang kampung Dra

Andra : Sodara gw ada yang nikahan
Lo sendiri ngapain nyari gw

Vika : Mau bahas tugas

Andra : ada masalah dimananya Vik

Vika : Udahlah gw udah gk mood
Lo sih kelamaan

Andra : Sorry dah
Ya udah senin kita bahas
Besok gw udah balik ke Jakarta kok
Lo gk malmingan Vik

Vika : Gk Dra cwok gw sibuk sama tugasnya
Gw juga sibuk jadi sama2 ngerti aja
Kita udah sepakat untuk jaga jarak dan fokus dulu sama tugas

Andra :Lo putus Vik “

Hoooooorrrrrrrreeeeeeee jeder jeder jeder suara kembang api hatiku menyamput perpisahan Vika dan si artis gagal itu. Akhirnya ada peluang terbuka untukku. Ha ha ha ha ha

“ Vika : Kagak pe’a
Gw masih pacaran sama dia tapi untuk saat ini
Kita Cuma gk kencan aja selama ngerjain tugas
Hubungan sih tetep lanjut

Andra : Oh “

Kembang api yang menyala warna warni di hatiku langsung hilang seketika terterjang hujan badai. Ternyata salah duga.

“ Vika : Dra video call yuk “

Sialan ini kesempatan langka dan aku bingung harus menghadap mana laptopku. Dan pasti ada suaranya jika video call, bisa2 Dina bangun dan tau apa yg ku lakukan. Jika Dina bangun aku langsung menutup laptopku pasti Vika curiga ada apa aku tiba-tiba menutup laptop.

“ Andra : Wah Vik jaringan gw di sini edge
Jadi klo video call susah banget

Vika : Oh ya udah “

Sial kenapa dari tadi aku berbohong mulu pada Vika, mulai dari aku pulang kampung, sinyal gk ada pinjem sim card sodara, padahal sengaja ku matikan ponselku sampai ku jaringan edge untuk menghindari video call.

Ku sign out dari YM, aku sudah tidak bisa berfikir lagi. Aku menyia-nyia kan kesempatan langka ini. Ku alihkan pikiranku kepada browsing2 gk jelas.

“ Hhmm Dra “ suara Dina lirih. Ke tengok kebelakang Dina sudah duduk dengan mata masih terpejam.

Langsung saja Dina mendorongku hingga ku terbaring. Dibukanya celanaku dan juga cdku. Langsung dilahapnya batangku yang masih layu tiba2 menjadi keras sekeras-kerasnya.

Tanpa basa-basi Dina menaik turunkan mulutnya yang mengulum penisku, sangat cepat sekali. Membuatku meronta-ronta tak karuan menahan rasa nikmat campur ngilu yang menjalar keseluruh tubuhku.

Jemarinya aktif memainkan kedua telurku, menggelitik seperti anak kecil bermain lonceng. Ku coba meraik kedua bukit indahnya itu tapi tanganku terhempas oleh tangan Dina. Sepertinya dia hanya ingin memuaskanku karna tadi aku belum orgasme.

“ Oouuuggghhh Din tunggu sebentar Din gw gk tahan nih ngilu banget “ badanku mengejang bergerak ke kanan, ke kiri dan ke segala arah.

Tanpa mempedulikan ucapanku Dina terus saja menaik turunkan mulutnya itu, sesekali Dina mengemut bijiku sampai ditarik2nya. Ku perhatikan wajah Dina ternyata matanya masih terpejam. Apa dia sedang mengigau atau setengah sadar.

“ Aaakkhhh hhhhhmmmm “ ku ikut menggoyangkan pinggulku mengimbangi permainan mulutnya. Untung saja ku menolak video call dengan Vika. Aku gk akan sempat menutup laptop dengan serangan mendadak Dina

Sekitar 20 menit Dina mengulum penisku dengan rpm sangat cepat dan akhirnya…..

“ AAAAAAkkhhhhhhhhh “ Ku muntahkan spermaku di mulut Dina, dihisapnya sampai habis. Setelah habis masih saja mulut Dina mengocok2 penisku seolah berusaha menghisap tetes2 terakhir spermaku.

Hingga penisku mengecil di dalam mulutnya barulah Dina berhenti tapi tetap penisku berada dalam mulutnya. Dina pun tertidur di perutku dengan mulut masih tersumpal penisku. Ku belai rambut Dina hinggaku tertidur pulas.


……

Pagi hari. “ Aaaaahhhh “ rasa geli menjalari penisku membangunkanku dari tidur pulasku. Ku buka mataku dan ku lihat penisku ternyata sedang di kulum Dina.

“ Ade lo udah bangun duluan tuh, bangunin gw “ ucap Dina. “ Udah ah makan yuk Dra nanti dilanjut lagi “ ajak Dina bangkit dari tempat tidurnya lalu memakai pakaiannya.

“ Ayuk gw udah laper banget nih “ ku pakai pakaianku lalu menuju meja makan dengan semangat.

Di meja makan sudah ada mamanya Dina, kang Karta dan teh Arni.

“ Hei Din yuk makan “ sapa mamanya Dina

“ Siapa ini, pacar kamu ya Din, ko gk dikenalin sama mama ? “ tanya mamanya Dina itu dengan senyum menghiasi bibirnya

“ Saya Andra bude “ ku sodorkan tanganku untuk bersalaman dengan mamanya Dina itu

“ Saya Listi “ tersenyum menyambut uluran tanganku

“ Dia temen Dina mam, satu2nya temen Dina saat ini “ dengan nada ketus seolah Dina menunjukan bahwa saat ini tidak ada orang yang ingin menjadi temannya. Hanya aku saja.

“ Ya semua ini karna Papamu Din, mama juga malu kalo ketemu sodara “ ucap bu Listi dengan nada lirih.

“ Sudahlah yuk kita mulai ma….. “ ucapan bu Listi terhenti saat melihatku sudah memulai duluan acara sarapan pagi itu.

“ Pantesan temenmu bisa bikin kamu kelojotan, makannya banyak “ celoteh Bu Listi keheranan melihatku makan.

“ Hooiii kwalian gak mwakan nantwi mwati lhow “ tanyaku pada kedua wanita birahi itu.

“ Berisik lo makan aja sana“ emosi Dina nampak memuncak, tangannya langsung menekan kepalaku ke bawah. Hampir saja mukaku menghantap piring yang terisi makanan.

“ Ha ha ha ha, temenmu kocak juga Din “ tawa Bu Listi sangat lepas sekali seolah tanpa beban, padahal keluarganya sedang tertipa masalah. Apa karna hujaman penis kang Karta tadi malam.

“ Oh iya Din mama seminggu ini di sini mau cek perusahaan di Bandung “ ucap Bu Listi

“ Iya mam, hari ini aku pulang ke Jakarta “ ucap Dina

“ Ya sudah ya mama tinggal dulu, mama mau belanja. Kasih makan yang banyak tuh temen kamu Din, jangan maunya kamu pake doang “ ejek Bu Listi lalu beranjang dari meja makan dan pergi meninggalkan kami berdua.

“ Heh kudanil cepet amat lo makan “ Dina melotot kearahku masih saja keheranan dengan tingkahku.

Setelah selesai makan kami berdua menonton tv sejenak.

“ Lo sama nyokap lo bocor juga ya Din, nyokap lo orangnya riang, sepertinya keluarga lo bahagia ya “ ucapku membuka pembicaraan.

Dina menyandarkan ke kursi “ Dulu memang kami keluarga yang bahagia “

Dengan membuka snack kentang “ Dulu bokap gw tuh orangnya bener, dia pengusaha yg lumayan sukses, bokap gw usaha kontraktor gitu, tapi dia gk mau terlibat proyek pemerintah. Jadi bokap gw tuh Cuma ngerjain proyek swasta aja. Semua jadi berubah saat bokap gw ketemu temen SMA nya sekitar tahun 2008 menjelang pemilu 2009 “

Flash back 2008

Di sebuah restoran seafod, sebuah keluarga kecil bahagia sedang makan malam bersama. Sepasang suami istri dengan 3 anak, 2 perempuan dan 1 laki-laki. Yup mereka adalah keluarga Dina.

“ Ini kado buat ulang tahun pernikahan mama ” Dina anak pertama mendapat urutan pertama memberi kado untuk orang tuanya lalu di ikuti oleh kedua adiknya.

“ Makasih ya sayang, mama sayang kalian semua “ Ibu Listi menciumi kening anaknya satu per satu.

“ Din gimana sekolah kamu, sebentar lagi UAN lho, kamu harus belajar yg giat. Nanti papa akan libur kerja selama sebulan sebelum kamu UAN sampai selesai UAN “ Ucap Bapak Dirta ayah Dina.

“ Udahlah pa gk usah repot kan ada mama yang ngajarin aku “ jawab Dina dengan tersenyum manis “

( Nyokap gw waktu itu masih sebagai ibu rumah tangga karna bokap gw pengen nyokap gw fokus sama anak2nya. Untuk urusan uang biar bokap gw yang mikirin )

“ Janji ya kamu belajar yang bener, jangan manja sama mama kamu. Mam kamu jangan manjain Dina ya “ tegas Pak Dirta mengarahkan Dina.

Ketika keluarga itu sedang asik bercengkraman tiba-tiba sesosok lelaki paruh baya datang menghampiri keluarga itu.

“ Hei kamu Dirta kan, masih ingat denganku tidak ? “ seru lelaki itu sambil menepuk pundak Pa Dirta.

“ Ohh ya ya ya aku ingat, kamu Roni kan “ Pak Dirta berdiri dan kedua pria itu berpelukan. Seorang sahabat yang lama tidak jumpa secara kebetulan bertemu di restoran.

“ Kamu mau makan di sini juga ? “ tanya Pak Dirta

“ Ya tapi aku sudah selesai makan dengan kolegaku, sekarang mereka sudah pulang duluan “ jawab Pak Roni.

“ Ya sudah kamu gabung saja dengan kami di sini “ Ajak Pak Dirta mempersilakan sobat lamanya itu duduk di kursi yang masih kosong.

“ Mau pesan apa kamu Ron ? “ tanya Pak Dirta

“ Tidak perlu aku sudah kenyang “ Pak Roni kembali menepuk pundak Pak Dirta

Mereka berbicang-bincang tentang banyak hal, mulai dari kenakalan waktu SMA, rebutan gadis pujaan sampai kepada bisnis yang mereka jalani saat ini. Pak Dirta seorang kontraktor di Jakarta walau skalanya tidak terlalu besar namun termasuk sangat sukses dengan beberapa cabang perusahaan yang ada di Bandung dan Jogja. Pak Dirta juga menjalankan bisnis bahan bangunan secara eceran. Dari yang teri sampai kakap di garap semua, begitu pula Pak Roni

Sedangkan Pak Roni adalah pengusaha otomotif, dia memiliki beberapa showroom di Jakarta, Tangerang dan Bogor. Mulai dari showroom motor, mobil untuk angkutan umum, mobil untuk pribadi sampai kendaraan besar seperti bus dan truk.

“ Wah kenapa kamu jadi terjun ke dunia politik Ron, apalagi kamu juga ngeluarin uang sampai milyaran begitu ? “ tanya Pak Dirta.

“ Ya memang sangat besar, bahkan showroom mobilku yang di Bogor aku jual untuk dana kampanye. Sedangkan gaji anggota DPR berapa sih, setahun tuh gk nyampe 1 milyar, masa bakti 5 tahun, gk bakal balik modal. Tapi Gung kamu pikir deh, yang buat usaha kamu maju tuh siap ? kamu buat mall dari yang biasa2 saja sampai yang lumayan elit, buat perumahan dari yang murah sampai yang mahal. Klo gk ada rakyat yang suka berkunjung ke mall, beli rumah mana bisa bisnismu maju. “ dengan meyakinkan Pak Roni menjelaskan alasan dia terjun ke duania politik.

Pak Roni memajukan badannya dengan tangan bertumpu pada meja makan “ Sama kayak aku tanpa rakyat yang mau beli produk yang aku jual dari mana bisnisku bisa maju. Aku terjun ke dunia politik jadi anggota DPR dan mengeluarkan dana yang besar untuk kampanye semata-mata hanya untuk membalas budi masyarakat yang sudah turut memajukan bisnisku “ omongan Pak Roni nampak sangat meyakinkan di mata Pak Dirta.

Kembali ke masa kini

Dina menyandarkan kepalanya di bahuku, menghela nafas panjang “ Huft setelah pertemuan di restoran itu, Pak Roni jadi sering ke rumah gw membawa anak istrinya. Bagas itu anaknya Pak Roni, hubungan keluarga gw sama dia semakin dekat. Bokap gw akhirnya mutusin untuk mengikuti jejak Pal Roni bernaung di partai yang sama dengan Pak Roni ” Dina kembali bercerita tentang ayahnya.

“ Pemilu 2009 secara mengejutkan bokap gw terpilih jadi anggota DPR sedangkan Pak Roni tidak terpilih. Dari sinilah awal mula bokap gw terjerumus untuk korupsi. Pak Roni yang tadinya berniat baik karna kecewa tidak terpilih akhirnya Pak Roni memiliki rencana yang licik. Dia menunggu kesempatan saat bokap gw ada proyek di komisi DPR nya “

“ Oohh bokapnya Bagas tuh bukan pejabat, gw kira kemaren pas nonton tv dia juga pejabat, pejabat gagal ternyata “ ucapku.

“ Yup dia sakit hati karna bokap gw yang terpilih padahal dia yang ngajakin jadi gitu lah kelakuannya “ Lanjut Dina

“ Pengadaan kendaraan Dinas untuk instansi2 pemerintahan yang perlu peremajaan kendaraan, tugas bokap gw sebagai anggota DPR, jumlahnya gak sedikit. Inilah kesempatan yang di tunggu Pak Roni, dengan segala hasutannya bokap gw yang tidak enak dengan Pak Roni karna Pak Roni tidak terpilih akhirnya mengikuti rencana Pak Roni “

“ Dengan rekan2 kerja bokap gw di DPR, mereka sering mengadakan pertemuan dengan Pak Roni di rumah gw. Membahas pengadaan kendaraan dinas, dengan Pak Roni sebagai distributornya. Harga yang ditawarkan adalah harga kendaraan dengan fitur yang maksimal tetapi kondisi kendaraan dengan fitur yang minimum. Harga max barang min, sudah pasti keuntungan yang diraih pihak distributor yang dipegang Pak Roni jadi sangat besar “

“ Dan pastinya juga keuntungan yang besar itu di bagi2kan kepada masing2 anggota. Mulai saat itu hampir 70 % aset kekayaan keluarga gw dialihkan atas nama kang Karta. Nyokap gw udah menyadari semua ini dari awal, sejak Pak Roni makin sering berkunjung ke rumah gw setelah pemilu 2009 “

“ Nyokap gw masang alat penyadap di seluruh ruangan di rumah gw kecuali kamar tidur dan kamar mandi saat bokap gk ada di rumah. Juga kamera CCTV di berbagai sudut dengan alasan keamanan. Nyokap gw yang mulai sibuk dengan bisnis keluarga karna bokap gw yang udah gk sempet ngurusin. Walaupun begitu nyokap gw masih sempet ngawasin pergerakan bokap gw beserta teman2 kerjanya “

“ Bokap gw semakin asik dengan korupsinya, segala macam pengadaan kendaraan dinas pemerintah di berbagai daerah selalu bekerja sama dengan Pak Roni, sampai2 membuat perusahaan palsu agar lebih leluasa menjalankan praktek korupsinya “

“ Saat itulah gw jadi kesepian lalu Bagas sering ikut datang dengan bokapnya. Akhirnya kami sering ngobrol lalu curhat masalah ortu yang makin sibuk dengan kerjaannya. Merasa mempunyai nasib yang sama kami jadi semakin dekat dan akhirnya pacaran. Kami berdua jadi anak yang broken home karna ortu kami yang sudah tak peduli lagi walaupun begitu gw bangga dengan status keluarga gw. Free sex, kehidupan malam, dugem, bir jadi menu sehari-hari gw dan Bagas. Ketenaran karna anak pejabat yang gw raih jadi membuat gw semakin bangga akan kehidupan gw itu “

“ Ketika gw sedang asik menikmati kehidupan gw yang menurut gw sempurna itu tiba2 hal yang sudah di prediksi nyokap gw terjadi. Yup bokap gw ketangkep KPK, sebagian besar harta gw di sita KPK kecuali harta yang udah di atas namakan kang Karta. Harta atas nama keluarga gw yang gk disita Cuma rumah sama mobil yang gw pake sekarang, karna menurut KPK harta itu didapat sebelum bokap gw jadi pejabat “

“ Gw benci sama ortu gw, ge benci dilahirkan dikeluarga ini “ Tampak air mata membasahi pipi Dina

“ Krauk krauk krauk Oowwww sunggwuh trwagis ya “ ku elus pipinya yg basah terkena air mata.

Tiba-tiba Dina mencengkram leher ku lalu menggoyang-goyangkannya seolah mau melepaskan kepalaku “ Lo tuh ya gk bisa apa serius dengerin cerita gw, lo tuh kan cwok dasar kudanillllll “ kemarahan Dina nampak memuncak

“ Tangan lo tuh kotor kena cikhi pake elus2 pipi gw segala, ikutan kotor bodoohh pipi gw “ Dina masih sama mencekek leherku.

“ Din Din Din gw gk bi bi bisa makan nih lo cekek “ ucapku terbata.

Dina melepas cengkramannya dan menangis, nampak kesedihan di wajah cantiknya itu. Ku peluk erat Dina, kusandar kan kepalanya di bahuku.

“ Jangan biarkan diri lo kalah pada kehidupan ini. Seorang perempuan harus kuat, apapun yang terjadi jangan pernah membenci saat lo dilahirkan. Tak masalah jika tidak ada yang memuji lo, selama lo terus tersenyum, hal2 yang membahagiakan akan lo dapati “ bisikku coba menenangkan Dina.

“ Jangan membenci orang tua lo karna seburuk apapun mereka tetap orang yang paling berjasa buat lo. Sekuat apapun usaha lo membalas jasa mereka, tetap saja lo gk akan bisa “ ucapku kembali.

Ku hapus air mata di pipinya, kali ini tanganku sudah ku lap. Ku belai rambutnya, ke kecup keningnya. Lala ku kecup keningnya sampai tangisannya reda. Ku angkat wajahnya lalu ke kecup bibirnya.

“ Dra thanks ya “ ucap Dina lirih, kembali Dina merangkulku erat dan bibir kami mulai berpagut.

Ku pererat rangkulan kami, sambil ku belai rambutnya yang wangi. Tanpa sadar lidah kami sudah saling bermain dalam pagutan. Ku rasakan nafas Dina makin tersengal, ku pejamkan mataku, ku nikmati tiap detik permainan lidah kami.

Dina melepas pagutan kami, kepalanya mendongak memberi isyarat padaku untuk menikmati lehernya itu. Aku pun sudah paham dan langsung ku jilati leher Dina dari pangkal leher sampai sela-sela telinganya. Terlihat olehku bulu2 halus kulit Dina berdiri, merinding menerima rangsangan lidahku.

Dina mulai menekan kepalaku turun ke bawah menuju payudaranya. Ku keluarkan payudara indahnya sebelah kanan yang masih terbungkus kaos dan bra nya. Ku keluarkan dari atas pakaiannya, sehingga membuat pakaiannya melar. Nampak lebih kencang payudaranya karna tertekan pakaiannya.

Ku remas-remas dengan lembut lalu ke emut putingnya yang sudah mengeras. Dina makin menekan kepalaku menjambaki rambutku tak karuan.

“ OOOuuuggghhh Dra enak banget, trs Dra nyot tetek gw yang kenceng “ keliaran Dina kembali muncul, Dina memang selalu liar seperti biasanya.

“ HHHHmmmmm “ sulit untukku bernafas karna wajahku tertekan payudaranya. Ku lepaskan tekanan Dina pada kepalaku. Kini kami saling memandang berhadapan dengan nafas tersengal.

Pandangan penuh birahi terpancar dari kami berdua. Ku ambil nafas dalam2 lalu ku rebahkan tubuh Dina di sofa. Ku lepaskan kaos dan branya dan ku lempar entah kemana. Dengan kasar ku remas kedua payudara yang menjulang menantangku, dan ku hisap kedua putingnya bergiliran.

Dina hanya bisa menggelinjang tak karuan sambil menjambaki rambutku.
“ Ooouuuggghhh terus Dra, lebih liar lagi Dra “ Dina semakin hanyut dalam birahinya, menekan dan menjabaki ku.

Ku buka celana dan cdnya nampak vagina Dina sudah terlumasi lendirnya sendiri. Langsung saja ku masukan jari tengahku kedalam vaginanya. Tanganku yang satunya lagi masih bermain meremasi payudaranya dan mulutku memilin-milin putingnya itu.

“ AAAAAAkkkkhhhhh sial lo Dra enak banget “ Dina menaikkan tubuhnya saat jariku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Ku kocok jariku itu membuat Dina makin tak karuan.

“ Ya ya ya begitu Dra, hhhhmmmm enak bgt sssssshhhhhhhh “ desah Dina menerima rangsangan di tempat2 sensitifnya itu.

Tangan Dina mulai mencari-cari penisku tapi ku hindari. Ku angkat tubuh Dina lalu ku posisikan Dina duduk mengangkang. Nampak vagina yang sudah sangat basah memanggil penisku.

Langsung kusapu vaginanya dengan lidahku, tak ada ku biarkan setiap mili vaginanya terlewatkan oleh lidahku.

“ Ooooohhhhh terus Dra “ Dina hanya bisa menengadahkan kepalanya dengan tangan memegangi rambutnya. Nampak seksi sekali dengan pose yang seperti itu. Tanganku merayap kembali menuju putingnya. Ku plintir2 mencari gelombang kenikmatan.

“ HHHmmmmm aaaahhhhh uuuuuuuuuhhhhhhhhhh “ Desahan Dina makin keras, pinggulnya mulai bergoyang menikmati sapuan lidahku di vaginanya. Tubuhnya mengejang tak karuan dan

“ Crott crott croottt “ cairan orgasme Dina menyemprot deras membasahi mulutku.

“ HHhhhhhmmmmmm Dra kontol lo mana “ pinta Dina yang sudah sangat ingin menikmati penis kerasku ini.

Ku berdiri di hadapan Dina dan Dina langsung memposisikan mulutnya ke penisku. Tanpa aba2 langsung melahap batang keras milikku. Seolah ingin membalas perbuatanku terhadap tubuhnya tadi. Dina memaju mundurkan mulutnya dengan sangat cepat, lebih cepat dari semalam. tangannya meremasi pantatku dan menekannya hingga penisku masuk lebih dalam di mulutnya itu.

Suara decik air liur Dina melumasi kuluman bibirnya di penisku mebuat Dina semakin menjadi-jadi. Kakiku sudah sangat gemetar hingga sulit untukku berdiri.

“ Plup “ suara mulut Dina melepaskan kulumannya.

Dina kembali bersandar pada sofa dan membuka kedua pahanya. Ku arahkan penisku menuju lubang kenikmatan yang terus menerus memanggil sedari tadi.

Slleeeeppppp dengan mudahnya penisku menerobos vagina yang sangat licin itu. Dina kembali mengadahkan kepalanya ketas dan mengangkat tangannya. Membuka akses lidahku menikmati area kegeliannya.

Ku jilati kembali lehernya dengan penis yang terus menerus memompa vaginanya makin kencang. Ku arahkan lidahku menuju sela-sela telinganya lalu turun menuju ketiaknya. Ku jilati ketiak halus tanpa bulu beraroma wangi menggugah rasa birahiku semakin tinggi.

“ Dra “ panggil Dina mesra menyebut namak. Ku hentikan sejenak dari aktifitas lidahku, ku tatap matanya yang berbinar penuh arti. Bibir kami saling mendekat, kami pejamkan mata kami hingga bibir kami bertemu. Kurasakan hembusan nafasnya yang begitu lembut.

Ku teringat dengan permainan Bu Listi dengan kang Karta semalam. Ku coba praktekan dengan Dina. Ku balikkan posisi Dina hingga Dina menungging dengan tangan bertumpu pada sandara kursi. Ku masukan penisku ke dalam vaginanya dari belakang. Kembali ku pompa vaginanya dengan RPM yang tinggi, ku tarik rambutnya ku angkat tubuhnya, kuremas payudaranya dengan kasar. Ku jilati tengkuk hingga lehernya.

“ SSSSSShhhhhhhhhhhhh oooooouuuuuggghhhhhhh Hhhmmmmmm aaaaaaaaakkkkggggg“ Dina hanya bisa mendesah-desah tak jelas. Sepertinya Dina sudah tak berdaya menikmati hujaman kenikmatan yang ku beri.

Tubuhnya kembali menegang, vaginanya makin mencengkram erat penisku. “ AAAhhhhhhhhhhhhhhhhhh Dra gw keluar lagi oooooooouuuuuuuuuuuugggggghhhhhh “ terasa cairan orgasme Dina menyemprotkan penisku.

Tubuh Dina yang sudah melepas ku tahan dengan kedua tanganku, ku masih asik memompa vaginanya. Tampa Dina sudah kelelahan meladeni permainanku.

“ Dra cape banget gw Dra “ ucap Dina lirih, seperti memohon padaku untuk menyudahi permainan ini.

“ Memek gw udah gk kuat Dra, pake mulut gw aja ya “ ku yang tak tega langsung mencabut penisku pada vaginanya. Ku baringkan tubuh Dina di sofa tapi Dina langsung bangkit dan membaringkanku ke sofa.

Dina pergi kedapur dan kembali dengan membawa botol dingin kulkas “ Siap sayang “ ucap Dina tersenyum.

Dina meminum air tapi tak ditelannya dan langsung mengulum penisku. “ Hhhhhhhmmmmmmm gila enak banget Din “ sensasi yang diberikan Dina sungguh luar biasa, air dingin yang mengalir membasahi penisku membuat rasa dingin campur nikmat yang baru ini ku rasakan.

Dina memaju mundurkan mulutnya sambil menghisap-hisap penisku dan tangannya ikut mengocoki penisku. Saat rasa dingin di penisku menghilang Dina kembali meminum air dingin dan kembali mengulum penisku.

15 menit Dina mengulum penisku dengan RPM yang tinggi, terasa penisku mulai mengejang, carian spermaku sudah berada di ujung, dan crot crot crot crot crotttttt semburan spermaku masuk menuju rongga2 mulut Dina. Tak mau berhenti Dina masih saja mengulum penisku sampai mengecil dan “ Plup “ Dina melepas penisku agar penisku bisa tidur dengan nyenyak.

Dina merebahkan tubuhnya di atas tubuhku, nafas kami ngos2an mengakhiri permainan yang semakin liar saja.

“ Lo makin hebat aja Dra “ puji Dina padaku.

“ Kan lo yang ajarin Din “ ucapku membalikan pujiannya.

Kamipun tertawa bersama dan tertidur sejenak melepas lelah di tubuh kami. Saat bangun kami baru sadar kalau pintu dan jendela dalam keadaan terbuka. Waduh kalo ada yang liat gimana nih tapi ku lihat tak ada ke kwatiran di wajah Dina. Yah dia memang gitu sih.


Part 8 ( Sisi lemah Dina )

“ Liburannya udah selesai nih Din “ ucapku lemas membawa barang2 ke mobil.

“ Belom, kan kita mau jalan2 dulu di Bandung, kita ke gedung satenya “ ucap Dina mengingatkan rencana kami.

“ Wow kita makan sate, baik banget sih lo “ dengan penuh semangat ku masukan semua barang bawaan kami ke mobil.

“ Gedung sate bodoooohhh bukan makan sate “ dengan sewotnya Dina memperjelas tapi tak ku pedulikan.

…….

“ Kang fotoin kita berdua donk “ pinta Dina pada kang Karta sambil mengalungkan tangannya ke leherku dan menarik kepalaku.

“ Woiii gw belowm siwap nih, mulwut gw masih pwenuh “ protesku karna poseku sangat gk banget. Dengan pipi yang mengembung karna mulutku tersumpal penuh dengan makanan. Pasti fotonya jelek deh.

“ Yuk kang Karta pergi dulu ya “ Dina pamit pada kang Karta. Kami pergi menuju gedung sate, sudah pasti untuk makan sate he he he he.

“ Hoooaaaammm ngantuk plus bosen nih Din ganti lagu donk “ ku mulai bosan dengan lagu2 korea yang di putar Dina di mobil. Huh dasar cewek terkena demam korea.

“ Lo bawel amat sih, nih liat ini aja “ Dina menaikkan baju dan juga branya sehingga payudaranya menyembul keluar.

“ Tapi gak jadi deh he he he he “ langsung ditutup kembali baju dan branya itu. Hanya membuat ku penasaran saja.

“ Makin gede aja tuh toket lo Din “

“ Iya lah lo grepein mulu tiap hari “

Sesampainya di gedung sate tiba-tiba wajah Dina menjadi pucat “ kok kepala gw pusing ya, vertigo gw kayaknya kambuh nih “ Dina menurunkan posisi jok mobilnya supaya dia dapat rebahan.

“ Lo kenapa Din ? kita ke dokter aja yuk “ tanyaku kwatir dengan keadaan Dina.

“ Gw lagi gk bisa bawa mobil Dra, gw istirahat sebentar aja “ ucap Dina memejamkan matanya.

“ Gw bisa nyetir ko, lo pindah ke jok gw aja “ ucapku lalu membantu Dina pindah ke jok sebelah. Dan aku menyetir mobil Dina menuju rumah sakit terdekat.

………………………

Saat di rumah sakit ku bangunkan Dina tapi gk bangun2 “ Din Din bangun Din kita sudah sampai “
Dina masih saja tertidur, oh apa dia mati “ Dinaaaaa jangan mati Din nanti siapa yang mau kasih jatah makan tambahan ke gw “

“ Bodoh mana mungkin gw mati meninggalkan cowok kelaperan kayak lo “ Dina perlahan membuka matanya dan bangun. Ku papah Dina masuk ke dalam rumah sakit.

setelah dokter memeriksa Dina “ Ini saya kasih resepnya, kamu jangan kecapean dulu ya “ ucap dokter memberikan resep obat.

Setelah ku tebus obat Dina kami langsung menuju mobil “ Kita balik lagi ke Villa aja ya, klo lo udah mendingan baru kita balik ke Jakarta “ ucapku

“ udah kita langsung balik aja ke Jakarta, besok kan kuliah, klo udah minum obat juga sembuh kok, udah biasa gw Cuma lupa bawa obat aja dari rumah “ Dina bersikeras untuk pulang ke Jakarta.

“ Ya udah kita makan dulu deh biar lo bisa minum obat “ ku stater mobil mencari tempat makan.
Saat di rumah makan “ tumben makan lo dikit banget Dra “ tanya Dina melihatku yang tak biasanya.

“ Masih kenyang “ jawabku yang kwatir sekali dengan keadaan Dina, hingga tak bernafsu makan.
Setelah makan dan Dina meminum obatnya kami pun pergi kembali ke Jakarta. Saat masuk ke dalam mobil Dina langsung merebahkan tubuhnya dan tertidur.

Beban Dina memang sangat besar, untunglah dia tidak pingsan tadi. Kehidupan sedang kejam terhadap dirinya tapi aku yakin nanti Dina pasti dapat menemukan kembali kebahagiaan sejati.

Aku jadi berfikir sebenarnya hubungan aku dengan Dina apa ????? temen ? tapi sampai bersetubuh, pacar ? tak pernah ada pengakuan antara aku dan Dina. Walaupun tak dapat ku hindari luapan perasaanku yang mulai mencintainya, tapi cintaku pada Vika masih sangatlah besar.

Oohhh aku jadi merasa bersalah pada Vika, kenapa tadi malam ku bohongi dia. Harusnya aku tak membuka laptopnya, harusnya aku tak online. Hai hai hai mengapa aku jadi terbawa perasaan yang merepotkan seperti ini.

“ Dra “ Dina terbangun lemas, sepertinya dia sudah mendingan. Ku tatap wajahnya “ lo udah baa wwwwwweeeeeeeeeeeeekkkkkkkkkkkkk “ entah iblis apa yang merasuki dirinya tiba2 saja Dina mencekikku. Reflekku langsung meminggirkan mobil lalu berhenti.

“ LO GK BILANG KLO BISA NYETIR, NGEBIARI SEORANG LADY JATUH SAKIT “ dapet energi darimana Dina bisa mencekikku dan marah seperti itu.

“ lo lo lo gk gk na na na nya sih “

“ TERUS KLO GW GK NANYA LO JADI TEGA GITU HAH “

“ soooo rrrryyyy Din “ ku tergeletak lemas tak berdaya, mata ku pejamkan dengan lidah menjulur keluar

“ Dra Dra Dra kenapa lo, jangan mati Dra gw gk ada niat matiin lo kok “ ucap Dina lirih.

“ Masasih gw udah mati, perasaan belom deh “ ku tersenyum dengan mata masih tertutup.

“ JEEEDDDEEERRRRRR “ jitakan Dina telak mengenai ubun2ku. Dina memalingkan wajahnya ke arah luar.

“ Udah yuk lanjut Din “

“ Iya “ wow ketus sekali Dina

Hujan deras campur badai mengiringi perlajanan kami saat di jalan tol, dan Dina masih saja cemberut tak mau memperlihatkan wajahnya kepadaku.

“ Haiiii cantik kok cemberut “ waduh masih saja Dina terdiam memalingkan wajahnya. Sepertinya marah besar nih

“ Din ini kan tol cipularang yang terkenal angker itu “

“ Konon dahulu saat jaman Belanda, di sini tuh terkenal dengan gadis2 cantiknya. Dan ada 1 gadis yang paling cantik, jika gadis itu lewat di tengah sawah maka laki-laki yang sedang memacul di sawah tanpa mereka sadari pacul mereka mengenai kaki. Karna mata dan pikiran para lelaki hanya tertuju pada gadis itu. Bahkan Mereka tidak akan terasa sakit terkena pacul dan akan berasa saat gadis itu hilang dari pandangan mereka “

“ Banyak menir2 Belanda yang jatuh cinta pake banget lagi sama gadis itu. Tapi gadis itu menolak pinangan menir2 Belanda itu. Karna kesal menir Belanda menghabisi seluruh keluarga gadis itu, betapa marah dan bencinya gadis itu terhadap para menir “

“ Untuk membalas dendam gadis itu merencanakan sesuatu “

“ Jeger jeger jeger suara petir bersaut-sautan. Ditengah hantaman petir yang menggelegar terdengar suara musik khas daerah ini dan terlihat seorang gadis menggunakan kebaya seksi meliuk-liukan tubuhnya mengikuti alunan musik tersebut. Yup gadis yang menari itu adalah gadis kembang desa ini, yang keluarganya dibunuh oleh para menir “

“ Dia menari ditengah sorak-sorai para menir yang dilanda mabuk. Tangan-tangan jahil para menir menjamahi tubuh gadis itu. Dengan senyum penuh air mata di hatinya gadis itu menyambut tangan-tangan jahil itu dengan lebih bergairah. Di arahkan tangan2 itu menuju area yang menyenangkan pada tubuh gadis itu “

( stop stop stop, kenapa jadi cerita erotis ya, kan niatnya mau cerita horor )
Balik ke gadis itu singkat kata singkat cerita

“ Setelah para menir asik berpesta minuman keras di temani tarian kembang desa itu. Mereka di ajak oleh gadis itu ke sebuah rawa. Gadis itu membuka seluruh pakaiannya dan merebahkan tubuhnya di atas rawa “

“ Silakan jilati seluruh tubuhku puaskan aku hai para lelaki tampan. Ucap gadis itu seolah memohon kenikmatan dari para menir. Di tengah guyuran hujan dan dentuman petir dengan nafsu yang sudah kepalang besar menir2 itu menjilati bagian2 tubuh wanita itu, dari ujung rambut sampai ujung kaki “

( Ssttttoooooppppp kenapa ceritanya erotis lagi sih )
Sabar napa bentar lagi nih nyampe nih sisi horornya. Gw rebus lo, balik lagi ke rawa2

“ Menir2 yang sedang dimabuk birahi tiba2 satu persatu tergeletak dengan tubuh mengejang hebat, wajah putih khas bangsa eropa berubah menjadi biru gelap. Ahhh ternyata gadis itu telah melumuri tubuhnya dengan racun kalajengking. Racun yg tidak mematikan tapi hanya melumpuhkan, racun yang tidak luntur terkena sapuan air hujan yang mengenai tubuh gadis itu “
“ Saat raungan penderitaan para menir yang bersaut-sautan seolah bersaing dengan suara petir.

Gadis itu mengambil sebilah pisau dari baju yang dia lepaskan tadi. Satu persatu mata para menir itu dicongkel. Jeritan kesakitan dari para pria bejat itupun semakin keras, disambut lolongan srigala lapar dari hutan. Seolah srigala2 itu tahu bahwa akan ada makanan di rawa nanti. “

“ Setelah puas gadis itu membalaskan dendam keluarganya, dengan pisau yang berlumur darah dia tusukkan kejantungnya sendiri. Gadis itu mati di tengah penderitaan para menir. Para menir tidaklah mati karna perbuatan gadis itu tapi mati karna tercabik-cabik srigala lapar dari hutan yang sudah mencium aroma darah dari rawa2 itu “

“ Arwah para menir tidaklah tenang, setiap hujan badai arwah2 itu mencari gadis yang sedang marah saat perjalanan untuk membalaskan dendam mereka. Dan itu di belakang lo siapa Din “

Sontak saja Dina ketakutan langsung memelukku erat. Tubuhnya bergetar begitu hebat, terdengar suara isak tangis yg sangat memilukan.

“ Jahat banget sih, nakut2in. Mana di rumah gw sendiri lagi, pokoknya lo harus nginep temenin gw “ ucap Dina, air mata nampak membasahi pipinya.

“ Makanya jangan cemberut aja “

“ Abisnya tega banget ”

Pukul 02.00 siang sampai di rumah Dina disambut oleh mba Tia untuk membantu membawa barang bawaan kami.

“ Huft lelahnya “ Dina merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

“ Bentar ya Din “ ku keluar kamar Dina menuju ruang makan. Laperrrrr nih sehabis perjalanan jauh. Kira2 mba Tia masak apa ya.

“ Eh mas Andra, mau makan mas “ sapa mba Tia yang sedang mempersiapkan makanan di meja makan.

“ Iya Mba “

“ Silakan Mas “

Saat sedang asik melahap makanan yang tersaji di hadapanku tiba2 saja Dina muncul dan duduk di sebelahku. Dengan tubuh yang masih lemas Dina menyandarkan kepalanya di bahuku tanpa mengucapkan sepatah katapun.

“ Lo gk makan Din, ntar mati lho “

“ Suapin “ ucap Dina lemas

Sejak kapan nih cewek jadi manja gitu. Ku suapi Dina dengan lembut, sangat lembut hingga setiap 1 suapan untuk Dina ku suap makanan 5 kali untukku.

“ Lo nginep di sini dulu ya Dra, gw takut gara2 lo nih, mana kondisi gw masih ngedrop “

“ Lo besok gk usah kuliah aja Din istirahat “

“ Tapi lo juga ya, lo ngerjain tugas di sini aja, kan lo bawa laptop, pulang sore. Kelas mah udah gk penting yang penting tugas lo kelar “

Waduuuuhhh padahal kan gw udah janji sama Vika untuk bahas tugas hari senin. Memang sih semester akhir sudah berkurang aktifitas pelajaran agar para mahasiswa fokus pada tugas akhirnya saja.

“ Gw udah janji sama temen gw Din untuk bahas tugas besok di kampus “

“ Kan selasa bisa, suruh temen lo ngerjain aja dulu terus selasa baru dibahas bareng. Gw kasih makanan yang banyak deh biar lo betah di sini Dra “

Klo janji sama si pelatih pesut sih gk masalah ku cancel, tapi kalo janji sama Vika itu bisa dilema.

“ Bentar gw sms temen gw dulu Din “ ucapku seraya mengambil ponsel dari sakuku.

“ Vik gw gk enak badan nih kayaknya besok gk bisa masuk, jadi kita bahasnya selasa aja ya “ ku kirim pesan ke nomor ponsel Vika.

Tak berapa lama Vika pun membalasnya “ Ah lo gimana si Dra, gw lagi buntu nih udah 2 hari gk bisa ngerjain tugas. Please ya besok lo masuk, gw kasih makanan yang banyak deh biar lo sehat “

Oh may oh may kedua wanita itu menjanjikanku hal yang sangat istimewa. Makanan dari Dina atau dari Vika nih yang aku pilih.

Aha cring, lampu di kepalaku menyala “ Din klo 3 jam aja gw ke kampus terus gw balik lagi ke sini gimana ? “

“ Ya udah gw kurangin jatah makan lo “ waduh gawat nih

“ Bentar2 gw sms temen gw lagi “ kembali ku keluar ponselku dari saku.

“ Vik kalo malem sekitar jam 7 gw ke rumah lo bahas tugas gimana ? “ sms ku kembali pada Vika

“ Ya udah gw kurangin jatah makan lo “

Sialan keduanya sama2 mau kurangin jatah makan buatku. Apa otak kedua wanita itu satu jenis ya. Galau level 11 nih kalo begini.

“ Ya udah deh gk papa jatah makan gw lo kurangin Vik. Oke ya besok jam 7 malem gw ke rumah lo “ akhirnya kuputuskan memilih Dina, biarlah makanan dari Vika berkurang toh keduanya tetap memberiku makanan. Sekalian modus ngapelin si Vika.

“ Iya “ tulis Vika dalam smsnya disertai emoticon marah.

“ Oke Din gw besok temenin lo seharian “

“ Nah gitu donk “ ucap Dina dengan senyum menghiasi bibirnya. “ Muach “ kecupan Dina menyambangi pipiku.

Saat malam hari tiba di pinggir kolam ikan rumah Dina, ku duduk termenung memandangi kolam itu.

“ Guk guk guk guk guk eeerrrrrrrrrr “ suara gonggongan anjing Dina sedari tadi tak bisa diam. Aku yang sudah terbiasa dengan suara itu sudah tidak takut lagi. Karna di kandangin juga sih jadi gk ngeri.

“ Brisik lo njing ntar ikannya kabur nih gk mau makan umpan gw “ bentakku pada anjing itu karna mengganggu aktifitasku memancing di kolam ikan Dina.

Sambil menunggu ikan nyangkut di kail ku, ku kipasi bara api untuk bakar ikan nanti.

“ EH KUDANIL ITU IKAN2 KESAYANGAN ADE GW NGAPAIN LO MAU PANCING, SEGALA ADA PANGGANGAN LAGI “ seru Dina dari depan pintu rumahnya. Sejak kapan si Dina muncul.

“ He he he iseng Din abis bete gw di rumah lo gk ada yang menarik “

Dina menghampiriku lalu menjewer telingaku “ Sini lo masuk ke dalem, kalo lo lepas dari pengawasan gw bisa2 anjing gw lo sate “

“ Din sakit Din klo gw mati terus arwah gw gentayangin lo gimana “

“ Diem deh jangan omong serem2 mulu “ langsung saja tubuh Dina gemetaran.


Part 9 ( Tidak Ingat )

Pagi hari ku buka mataku dan ku lihat di sampingku sudah tidak ada Dina. Terdengar suara gemerincik air dari dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur Dina. Ternyata Dina sedang mandi.

Ku beranjak dari tempat tidur untuk pergi ke dapur. Ku langkahkan kakiku “ GUBRAAAAAKKKKK “

Sialan siapa yang merantai kakiku di tempat tidur hingga ku jatuh tersungkur.

“ Crek “ suara pintu kamar mandi terbuka, Dina keluar dengan tubuh berbalut handuk biru.

“ Pagi Andra “ sapa Dina dengan wajah tersenyum puas.

“ Woiii cumi bakar pasti ini kerjaan lo “

“ Abis klo gk gitu bisa2 isi kulkas gw abis lo makan “

“ Lepasin gk “

“ Hhmmm Gimana ya, tuh ambil sendiri “ ucap Dina sambil mengambil kunci dari laci meja lalu melemparnya jauh dari jangkauanku.

“ Gw gk nyampe Din “

Dina membuka handuknya tanpa memperdulikanku. Diremas-remas payudaranya dihadapanku. Diambil kunci rantai yang dia lempar lalu digigitnya. Kembali Dina menggodaku yang tak mampu aku menjangkaunya. Dina meremasi payudaranya dengan mulut yang sedang menggigit kunci rantai.

“ Din jangan bercanda deh lo “

“ Iya2 bentar gw pake baju dulu “

Setelah mengenakain baju putih ketat dengan celana pendek motif bunga2 Dina membukakan rantai yang mengikat kakiku.

“ Mandi dulu sana baru kita makan “ senyum Dina penuh rasa puas.

“ Hmmm “ Akupun mengambil peralatan mandiku dari tas dan berjalan menuju kamar mandi, bagus juga kamar mandinya. Ada tempat berendamnya juga.

Setelah mandi ku lihat Dina sudah tidak ada di kamar, mungkin sedang menungguku sarapan. Ku ambil pakaianku dari dalam tas. Aha ada kaos putih juga nih, pake ah biar keliatannya couple gitu sama Dina.

Setelah memakai baju akupun bergegas menuju meja makan. “ Hai Din, gimana keadaan lo ? “

“ Udah mendingan Dra “

“ Thanks ya udah mau temenin gw “ ucap Dina penuh dengan senyum.

“ Din gw penasaran sama lo Din “

“ Penasaran apa Dra “

“ Kok lo bisa tau sih nama gw pas di tukang ketoprak, padahal kan kita belum kenalan sebelumnya ? kalo gw kenal lo sih wajar semua orang di kampus kenal lo, nah klo lo yang kenal gw itu yang bingung “ tanyaku sambil menyendok makanan ke piring yang ada di hadapanku.

“ Lo lupa sama gw Dra “

“ Lupa ????? “ ucapku keheranan

“ Waktu pertama masuk kuliah pas ospek, itu pertama kali kita kenal “

“ Hmmmm masa sih “ Ku heran kapan kami pernah kenalan

“ Waktu itu lo yang nolongin gw pas gw mau diperkosa sama senior2 “

Flash back saat masa ospek Andra dan Dina

“ Kak saya mau di bawa kemana ? “ ucap seorang gadis dengan kemeja putih, rok hitam dan rambut di kepang 2 serta name tag besar di dadanya bertuliskan “ DINA “ saat digiring menuju kantin kampus dengan 3 orang senior lelaki.

“ Makanya kamu tuh kalo disuruh senior jangan ngebantah “ ucap salah satu senior.

“ Bukannya ngebantah tapi saya gk bisa kak “

“ Udah jangan bawel, terima aja hukuman dari kita “

“ Kak kok tumben kantin jam segini sepi “ Dina semakin gemetaran saat melihat kondisi kantin yang tak biasanya. Biasanya kantin tutup sekitar jam 4 sore tapi masih jam 1 siang sudah tidak ada orang sama sekali.

“ Bro pegangin dia bro, jatah pertama buat gw “ perintah salah seorang senior kepada 2 orang temannya.

“ Kak apa2an…… “ mulut Dina langsung di bekap oleh kedua tangan lelaki yang memeganginya itu sebelum sempat meneruskan kata2nya.

Di sudut kantin lainnya muncul seorang pria, clingak clinguk “ Huh ko sepi nih kantin “

Pria dengan kemeja putih, celana hitam dan kepala botak serta name tag besar di dadanya bertuliskan “ ANDRA “. Itulah peraturan ospek untuk mahasiswa baru.

“ Oi oi ooii “ seru Andra kepada 3 orang senior dan juga Dina saat melihat mereka.

“ Gawat coy kita kabur kalo dia ngelapor bisa gawat nih “ ketiga senior itupun kabur.

Andra berlari menuju mereka tapi mereka sudah terlanjur jauh larinya. Hanya Dina seorang diri terdiam dengan air mata membasahi pipi serta tubuh yang gemetar ketakutan.

“ Oh ternyata mahasiswa juga, kirain yang jualan di kantin “ ucap Andra seraya memandang ketiga senior yang lari.

“ Eh Mbak yang jualan di kantin ya ? “ tanya Andra menoleh ke arah Dina.

“ Kok jam segini udah tutup sih mbak ? “

“ Eh kok nangis mbak, mereka gk bayar ya mbak makan di warung mbak ? ”

“ Pantesan sepi nih kantin mahasiswanya pada gk mau bayar sih, padahal gw laper banget nih “ ucap Andra sedikit sewot

Dina masih terisak-isak, dia masih ketakutan.

“ Ya sudahlah gw cari makan di luar kampus aja, gak asik kantin kampus nih “ Andra berlalu untuk meninggalkan kantin

“ Eh tunggu gw ikut “ ucap Dina sudah mulai tenang. Langkah Andra pun terhenti sejenak.

“ Mbak laper juga ya ? kasian mbak ya, gara2 mahasiswa tadi makan semua dagangan mbak tapi gk bayar “

“ Thanks ya, gw traktir deh lo “ ucap Dina yang sudah tak ada ketakutan lagi.

“ Wahhh ternyata mbak murah jantung sekali, padahal dagangannya gk dibayar malah mau traktir saya “

“ Yang bener murah hati “ mereka pun pergi berlalu mencari makanan.

Kembali ke masa kini saat di meja makan

“ Saat itu pertama kali kita kenal, sejak itu gw suka perhatiin lo, tapi lo cuek2 aja. Gw kan gengsi klo negor lo duluan, masa cewek negor cowok duluan. Lama2 gw jadi cuek sama lo karna semakin banyak orang yang deketin gw “

“ EH KUDANIL LO DENGERIN GW GAK SIH “ omel Dina saat melihatku sedang asik dengan makanan

“ Hmmmm “ ku hanya menganggukkan kepalaku saja.

Setelah ku telan semua makananku ku lihat Dina yang cemberut “ Ohhhh jadi lo mbak yang jualan dikantin “

“ Lo sampe sekarang masih nyangka cewek yang di kantin dulu itu penjual makanan ? Itu gw mahasiswi sama kayak lo kudanillllll “

“ Ohhh itu lo toh, abis dulu cupu sih jadi gw kira yang jualan di kantin “ ucapku santai

Dina nampak geram denganku dan menjewer telingaku “ LO PIKIR WAKTU ITU LO GAK CUPU APA HAH“

“ Eh Dra lo udah kelar makannya “ masih aja Dina terkejut denganku.

“ Bete nih enaknya ngapain ya Din “

“ Berenang yuk “

“ Kolam ikan lo kecil Din “

“ Siapa yang mau berenang di kolam ikan, di belakang tuh ada kolam renang. Sebenernya lo pinter gk si Dra “ ucap Dina menundukkan kepalanya.

“ Ohh gw kira berenang di kolam ikan lo. Tapi gw gk punya baju renang Din “

“ Gk usah pake baju aja, gw juga gk pake baju kok “

Wow bakal seru nih “ Oke ayo kita kemon “

Kami pergi meninggalkan meja makan, menuju kolam renang yang berada di halaman belakang. Pemandangan yang bagus, kolam renang yang luas dengan tembok grafiti pemandangan pedesaan.

Setelah kami menanggalkan seluruh pakaian kami “ Jeebuuuuurrrrrrr “

“ Woiii kudanil main nyemplung aja, pake sunblock dulu terus pemanasan biar gk kram. Males gw gotong2 lo klo kram “

“ Oh iya ya “ ku naik ke pinggir kolam renang menghampiri Dina yang sedang melumuri tubuhnya dengan sunblok.

“ Andukin dulu badan lo nih, terus pake sunblock “

“ Ya ya ya “ ku handuki tubuhku supaya kering.

“ Pakein sunblock ke punggung gw donk Dra “ pinta Dina memberi sanblock padaku.

Ku lumuri sunblock pada punggung Dina secara merata lalu ku turunkan tanganku menuju kedua paha mulusnya.

“ Hhmmm “ Lenguh Dina saat tanganku mengusap pahanya.

Ku mulai raba selangakangannya Dina menyambut dengan membuka sedikit pahanya itu. Ku mainkan jariku di sekitar vaginanya.

“ Oooohhhhh “ desah Dina meresapi permainan jariku.

Ku balikkan tubuh Dina lalu ke terkam bibir indahnya yang sedari tadi mendesah.

“ Dra gw pakein lo sunblock dulu ya “ ucap Dina melepas ciumanku.

Mulai dari wajahku Dina mengoleskan sunblock dengan lembutnya, lalu turun menjamahi leher menuju dadaku kemudian perut. Seketika ku merinding merasakan sentuhan jemari lembut Dina.

Lalu Dina membalikan tubuhku, menggosok punggungku hingga merata, tangan2nya mulai jahil menjamahi area sensitifku. Merabahai selangakanganku, membelai bulu2 penisku. Ditempelkan tubuh Dina dengan tubuhku, tangan Dina masih aktif menggelitik selangkanganku.

“ Ini musti dikasih sunblock juga biar gk kebakar “ bisik Dina saat jemarinya mulai melumuri penisku yang perlahan mulai tegang.

Di olesi sunblock di penisku dengan begitu lembutnya “ Geli banget Din “

Ku arahkan wajahku menuju wajahnya. Seperti sudah mengerti maksudku, Dina menyambut bibirku yang mendekati bibirnya. bibir kami pun menyatu, ku belai paha mulus Dina, ku cari2 letak vaginanya.

Binggo lubang vaginanya berhasi ku temukan, lalu ku belai lembut. Kami saling memainkan kelamin kami.

“ OOOooohhhhhh Jadi gini nih pemanasan sebelum renang Din“

“ Sssshhhhh iya Dra “

Penisku yang sudah berdiri maksimal dan vagina Dina sudah basah. Seperti saling memanggil, ku balikkan tubuh Dina lalu ku tuntun menuju kursi pantai yang ada di pinggir kolam renang.

Ku rebahkan tubuh indah tanpa berbalut apapun, hanya kalung pemberianku yang menghiasi tubuhnya. Dengan sigap Dina membuka kedua kakinya memberi akses penuh kepada penisku untuk memasuki vaginanya.

“ OOOOooooooooouuuuuuuuugggggghhhhhhhh “ Lenguhan kami bersautan ketika batang penisku menghujam seluruhnya memasuki liang vagina Dina.

Ku pompa penisku perlahan mencari setitik kenikmatan “ Aaaaakkkhhhhh Din “

“ Ohhh terus Dra “ Dina ikut menggoyangkan tubuhnya.

“ Udah Dra berenti dulu “ pinta Dina saat kami sedang dimabuk birahi.

Aku pun bangkit dan membantu Dina untuk berdiri

“ Kita lanjut di kolam renang aja Dra “

Kami langsung memasuki kolam renang, ku raih tubuhnya

“ Lomba renang yuk Dra “ hah kok jadi ngajakin lomba renang.

“ Suruh sabar ya kontol lo he he he “

“ Oke sapa takut “ ucapku menerima tantangan Dina

“ Yang kalah kena hukuman ya “

“ Hukuman gimana Din “

“ Terserah yang menang lah “

Kami menuju ujung kolam renang, Dina berada di sebelah kiriku dan mengambil kuda2 untuk meluncur ke kolam renang. 1….2….3 meluncur, saat ku muncul ke permukaan ku perhatikan depan, kiri dan kanan ternyata tidak kulihat Dina. Pasti Dina berada di belakangku, saat ku meluncur di hamparan air, sambil ku berfikir hukuman apa yang cocok buat Dina. Berani2nya dia menantangku.

“ HAAAAHH “ mataku terbelalak terkejut melihat Dina muncul ke permukaan air di ujung kolam renang. Jauh meninggalkanku, bagaimana si cumi bakar itu bisa menahan nafas begitu lama dan berenang secepat itu.

“ OOooiiiiii kudanil gw menang nih “ teriak Dina merasa senang telah mengalahkanku seraya melambaikan tangannya.

“ Hos hos hos “ nafasku tersengal lelah setelah sampai ujung kolam renang.

“ Lo kuat ya tahan nafas di air Din “

“ Ha ha ha gw menang, hukuman apa ya yang cocok buat lo Dra “

“ Ya terserah lo deh “

“ Aha lo jilatin memek gw aja deh sampe gw puas “

“ Oh Cuma gitu aja, ya udah yuk naik “

“ Klo naik mah bukan hukuman namanya, lo jilatin di sini “ ucap Dina seraya menunjuk selangkangannya yang berada di dalam air.

“ Mana kuat gw nahan nafas sampe lo puas “

“ Boleh lah sekali2 ambil nafas “ ucap Dina mengedipkan sebelah matanya.

“ Udah cepetan jilat “ pinta Dina seraya tangannya menekan kepalaku agar memasuki air untuk menjilati vaginanya.

“ Blub blub blub “ wow pemandangan yang menarik saat ku lihat bulu2 kemaluan Dina melambai-lambai terkena tekanan air.

Ku jilati vagina yang terlihat lebih merekah di dalam air. Ku permain dengan ujung lidahku kelentitnya. Tangan Dina semakin kencang menekan kepalaku dan juga menjambaki rambutku.

Ku masukan jari telunjukku ke dalam vagina Dina, sementara lidahku menyapu klitoris Dina yang makin halus terendam air. Terdengar sayup2 suara desahan Dina “ OOooooohhhhhh enak Dra “.

“ Hah hah hah “ ku muncul ke permukaan untuk mengambil nafas, jemariku masih menusuk-nusuk vaginanya di dalam air. Dengan nafasku yang tersengal Dina langsung memberi nafas buatan dengan mulutnya. Tapi bukannya memberiku nafas buatan malah tak memberiku kesempatan bernafas lega. Lidahnya merogoh rongga2 mulutku, naluriku menuntun untuk beradu lidah dengannya. Lidah kami saling mendorong, menjilati.

Dina melepas pagutannya di mulut kami “ Ayo laksanakan hukuman lo lagi “ Dina mendorong kembali kepalaku masuk ke dalam air menuju vaginanya. Kembali ku jilati vaginanya. Ku hisap liang surgawi Dina. Dina mulai menggerakkan pinggulnya, terasa vagina Dina makin licin, sepertinya lendirnya sudah mulai melumasi vaginanya.

Ku kembali bangkit untuk mengambil nafas “ Bisa mati gw Din klo begini “

“ Namanya juga hukuman, payah lo gk bisa lama nahan nafasnya. Liat nih “ Dina langsung turun masuk ke dalam air. Di sana dia mulai mengurut-urut penisku yang belum tegang lalu mengulumnya “ AAkkkhhhhh “

Otot2ku yang tegang karna berada di dalam air semakin tegang ketika mulut Dina melahap penisku yang masih tertidur hingga berdiri tegak mengeras. Dimainkannya kedua bijiku dengan jemarinya hingga terasa ngilu.

Cukup lama Dina bermain dengan penisku di dalam air, dia memang kuat menahan nafas. Terasa kedua pahaku dicengkram kuat oleh Dina.

Saat Dina muncul dari dalam air dengan tersenyum puas. Bukannya mengambil nafas dalam2 Dina malah menyergap bibirku, mengulumnya, menggigit pelan bibirku. Di arahkan tubuhku menuju pojok kolam renang sambil bibir kami saling berpagutan.

Setelah sampai di pojok Dina menaikkan 1 kakinya, mengarahkan penisku menuju liang vaginanya. “ Blessssssss “ sekali hentang penisku sudah masuk seluruhnya di vagina Dina. “ Oooouuugghhhhh “ lenguh kami melepaskan rasa birahi yang tertunda sedari tadi.

Ku gerakan pingguku diikuti pula oleh Dina. Ku jilati leher jenjangnya, Dina mengadahkan kepalanya agarku lebih leluasa menjelajahi lehernya. Tanganku merayap mulai dari pinggulnya naik menuju pinggangnya yang ramping dan berhenti di kedua bongkahan payudaranya yang semakin lembut.

Ku remasi payudaranya lalu ku plintir2 putting y coklat kemerahan. “ Ouuuughhh Dra “ Dina mencengkram kuat pundakku.

“ Sssssssshhhhhhh Din “ ku arahkan bibirku menuju putingnya yang mulai mengeras. Ku jilati putingnya, ku hisap2 sesekali ku gigit pelan.

“ AAAakkkkkkkhhh gila lo Dra enak banget “ Dina mempercepat gerakan pinggulnya, berburu mengejar kenikmatan yang semakin lama semakin menjadi.

“ Din oooooooohhhhhhh “ ku ikut pempercepat pompaan penisku di vagina Dina. Gemerincik riak2 air berncampur buih2 air menghiasi persenggamaan kami.

Ku angkat kedua tangan Dina, terpampang ketiaknya yang putih mulus. Ku jilati perlahan dari pinggir payudaranya hingga ke ketiak Dina hingga lengan dalamnya. Bergantian kiri kanan. Dina semakin menggelinjang tak karuan merasakan nikmat bercampur rasa geli yang ku berikan.

Setengah jam kami berbaur dalam birahi. Tubuh Dina nampak menegang, otot2 vaginanya terasa berkedut mencengkram penisku sangat kuat.

“ Drrraaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh “ desahan Dina sangat keras mengiringi orgasmenya yang begitu dahsyat. Terasa sekali cairan orgasmenya menyembur, melumuri penisku di dalam vaginanya.

“ Gw juga keluar Dinnn ooouuuuuugggggggggghhhhhhhhhhhhhhhh “ tubuhku juga menegang mengantarkanku menuju puncak kenikmatan bercinta “ Crot crot crot crot crot “
Ku kecupi bibir Dina mengakhiri persetubuhan kami. Tubuh kami yang sudah sangat lemas jatuh hampir tenggelam, untunglahku sigap, ku papah Dina naik ke pinggir kolam renang. Kami berdua rebahan di atas kursi pantai di pinggir kolam renang.

“ hufffttt cape banget Din main di dalam air “

“ Iya lah gerakan kita ngelawan tekanan air pasti cape “

“ Eh bincang2 gw gk pernah ngeliat ade lo Din “

“ Pulang malem mulu ade2 gw, semalem pulang lo sih udah tidur “

“ Pagi juga udah gk ada, mang kemana sih “

“ gk tau gw “

“ Hooooaaaaammmm ngantuk gw Din “

“ Sama gw juga ngantuk, ke kamar aja yuk “

Kami pun membersihkan diri di shower yang ada di pinggir kolam renang lalu mengeringkan tubuh kami dan memakai kembali pakaian kami. Setelah itu kami bergegas menuju kamar untuk tidur melepas lelah sehabis bercinta.

…………………………………………………………………………………………….

Sore hari menjelang malam di suatu sudut ruangan rumah Dina “ Huuuoooowwww kenyang banget gw “ kami duduk berdua memakan makanan yang tersedia sambil menonton tv.

“ Yah lo udah mau pulang ya Dra “

“ Yoi “

“ Kapan lagi nih kita jalan2 Dra “

“ Waduh gw lagi sibuk2nya nih Din. Nanti deh gw cari waktu senggang “

“ Iya sih gw tau, hhmmmmmm gimana ya “ Dina nampak kecewa tapi mau bagaimana lagi.

“ Udah mau malem Din gw pulang ya “

“ Ya udah hati2 ya kudanil “ ucap Dina sangat manis tapi ngeselin ujungnya.

“ Besok lo masuk kuliah kan Din “

“ Iya, jangan lupa jemput gw ya “

Ku berlalu menuju tempat motorku terparkir diantar oleh Dina. Ku starter motorku.

“ Eh kudanil bawa tuh barang2 lo, lo pikir kamar gw gudang apa “

“ Oh iya ya gw lupa. Haduh mana berat lagi “

Ku kembali memasuki kamar Dina mengambil barang2 bawaanku. Setelah semua beres ku bergegas menuju kosan ku.

Sesampainya di kosan rasa lelah masih menghinggapi tubuhku. Ku rebahkan tubuhku ke kasurku, tanpa ku sadari ku mulai terlelap.

…………………………………………………………………………..

Saat pagi hari ku terbangun terasa segar tubuhku karna tidur cukup lama. “ EEEEEEEE aaaaaaaaaaaaaa “ kurenggangkan otot2ku.

“ Hah “ sial aku lupa klo aku janji ke rumah Vika semalam. Ku cek ponselku banyak panggilan tak terjawab dan sms dari Vika. Isinya menanyakan keberadaanku karna tidak angkat telpon dan sms darinya, serta amarahnya padaku yang tak kunjung tiba.

Ku coba hubungi Vika tapi tidak ada jawaban, pasti Vika marah nih. Langsung ku menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar kos ku. Setelah mandi dan rapi2 ku bergegas menuju kampus. Ku pacu kendaraanku dengan kecepatan maksimal.

Tak lupa ku jemput Dina terlebih dahulu. Eh kenapa ku lebih ingat janji kepada Dina dari pada janji kepada Vika. Otakku sudah mulai tak beres rupanya. Setelah ku jemput Dina kembali ku pacu kendaraanku. Dina hanya terdiam memelukku erat karna kecepatanku berkendaraan sangat cepat.

Setelah ku turunkan Dina di tempat biasanya, ku ke kampus lalu ku masuk kelas. Ku lihat Vika beserta teman2 di sana sedang berkumpul.

“ Silakan2 dimakan, semalem gw masak kebanyakan, ini dimakan juga snack2nya, gk usah malu2 “ ucap Vika mempersilahkan teman2nya untuk memakan hidangan yang lumayan banyak.

“ Wow lagi ada pesta ternyata “ ku hampiri tempat Vika dan teman2 berkumpul.

“ Jleeebb “

“ AAAaaaauuuuuuuuuuuuwwwwwwww “ teriakku kesakitan ketika tiba2 Vika menusuk tanganku dengan garpu saat aku hendak mengambil makanan yang tersaji.

“ Ca ca ca ca ca ca Sakit banget Vik “ ku kibas2kan tanganku untuk mengurangi rasa sakitnya.

“ Gk ada kabar, gk ada kata maaf, dateng2 mau main comot aja “ ucap Vika sewot melihatku, mukanya merah padam sepertinya semua darah di tubuhnya berkumpul di kepalanya.

“ Sorry deh semalem tiba2 hujan deres banget, angin kenceng terus gw tambah meriang “ ucapku mencari alasan sambil meniupi tanganku yang terluka terkena tusukan garpu.

“ Hujan dari mana hah. Lo kira jarak kosan lo sama rumah gw tuh berapa jauh sih, di rumah gw cerah masa di kosan lo hujan gede “ kemarahan Vika semakin menjadi-jadi, dia berusaha menusuk-nusukan garpu ke tubuhku, sedangkan aku hanya berusaha menghindarinya.

“ Lo kira ada hujan badai khusus kosan lo aja hah “ semakin gencar saja serangan Vika. Teman2 kami hanya melihat aksi kami berdua tanpa berusaha mencegahnya.

“ Ya udah kita bahas sekarang aja yuk “ ku berlindung di balik tubuh temanku menghindari serangan frontal Vika.

“ Gk mau, gw udah ketemu cara nyelesainnya “ ucap Vika sewot tetapi dia sudah tidak melakukan serangannya padaku.

“ Yakin nih, bagus lah “ ku lepaskan temanku yang sebagai tamengku menghindari Vika. Ku kembali menuju tempan makanan tersaji.

“ Lo masih berani makan makanan gw “ teriak Vika berusaha menusukkan kembali garpunya padaku. Secara reflek ku hindari serangan itu.

“ Huffftttt hampir saja “

“ Jiaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh sakit tau “ teriak Adi, lengannya terkena serangan Vika yang meleset.

“ Sorry Di gw gk sengaja “


 Part 10 ( Tragedi )

“ Sialan lo Vik kenapa gw yang jadi kena sasaran amuk lo “ protes Adi sambil mengusap-usap lengannya.

“ Tuh gara2 si lutung gunung satu ini “ oceh Vika menunjuk mukaku.

“ Sorry dah, udah yuk kita mulai bahas tugasnya “ ucapku seraya mengobati luka tusukan di tanganku.

Kami mulai membuka laptop masing2 untuk membahas tugas. Kulihat tugas Adi di laptopnya “ Widihhh makin keren aja desain lo Di “ pujiku.

“ Dra gimana nih database gw, kok table master barang sama detail barang gk bisa sinkron sih jadi buntu gw “ tanya Vika.

“ Kata lo udah beres tadi “

“ Jleebbb “ Vika menusukan garpu ke meja kami “ Masih berani protes lo “ angker sekali tampangnya Vika.

“ Ya ya ya. Bentar gw liat dulu “ ku perhatikan database Vika, ku kutak katik

“ Bingo. Lo perlu penambahan script di kolom primary key nya. Baru tarik ERD nya. Sip coba kita execute, sukses “

“ Waaaahhh hebat juga lo Dra “

“ Klo ada masalah yang sama pada table2 yang lain lo copy aja scriptnya, tinggal ubah source nya aja “ ucapku mengerlingkan mata.

“ Oke kita coba penggabungan tugas2 kita, ini yang agak ribet nih, copy tugas lo2 pada ke flashdisk ? “ ucapku.

Setelah kupindahkan tugas mereka berdua ke laptopku mulailah ku satukan tugas kami. “ Perlu koding tambahan untuk penyatuannya nih “

“ Nah selesai, sekarang gw jelasin kinerja web kita “

Ku mulai menjelaskannya sementara mereka menyimak dengan seksama.

Sekitar 30 menit ku menjelaskan alurnya, sepertinya mereka sudah paham. Memang belum selesai tugas kami, masih 50 % saja tapi kerangkanya sudah terbentuk.

Kami pun selesai membahas tugas kami. Hhhmmm dari pada bosan.

“ Eh pesut main PES yuk “ ajaku pada Adi.

“ Boleh sapa takut, taroan yuk “ ucap Adi lebih menantangku.

“ Vik jadi wasit ya “ ucapku menoleh pada Vika

“ Ogah ah, gw mau ketemu cowok gw aja “

“ Ya udah, makanan lo tinggalin ya, itu kan jatah gw “ ucapku.

“ Lo masih anggap itu jatah lo ? “ ucap Vika sambil memperlihatkan garpunya yang mengkilap seolah hendak menusukku kembali.

“ Gk deh “ jawabku gemeteran. Ternyata Vika masih marah padaku.

…………………………………………………………………………………………………………

Waktunya pulang, ku berjalan menuju parkiran dan ku pacu motorku menuju tempat biasaku bertemu Dina.

Di kejauhan ku lihat Dina seorang diri menungguku. Sepertinya bete menungguku, suruh siapa main tunggu2an di tempat sepi.

Tiba2 saja ada sebuah mobil kijang warna merah berhenti tempat di depan Dina.

“ Masuk sini “ ucap seorang pria yang tiba2 keluar dari dalam mobil, menutup mulut Dina lalu menyeretnya masuk kedalam mobil, Dina coba melawan tapi tak berdaya. Lalu mobil itu melaju kencang.

Ku kejar mobil itu, ku berusaha menolong Dina dan sialnya mobil itu masuk Tol. Tidak mungkin motorku masuk ke dalam tol. Ku tetap kejar mobil itu melalui jalur umum di samping jalan tol. Tapi mobil itu melaju sangat kencang hingga ku kehilangan jejaknya.

Posisiku jelas tak mampu mengikuti mobil itu. Aku pun tak memperhatikan plat nomor mobil itu, apa aku harus melapor polisi. Tapi apa benar itu penculikan, pasti benar ah, Dina langsung dipaksa masuk gitu, jika bukan penculikan lalu apa.

Ahaaa cring aku bisa tahu di mana lokasi Dina diculik. Ku mulai pergi menuju tempat Dina berada.

Sesampainya di tempat yang ku duga tempat Dina disekap. Ku perhatikan lokasi sekitar, ku cari tempat aman untuk memarkir motorku.

Setelah menemui tempat aman ku berlalu menuju lokasi Dina.

“ Hmmm itukan mobil yang tadi membawa Dina, aku ingat ciri2nya “ gumamku saat menemukan mobil yang membawa Dina terparkir di depan sebuah rumah minimalis berlantai 2 di suatu komplek perumahan.

Ku mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah itu. Penjagaannya tidak terlalu ketat, ada seorang pria sedang tertidur di teras depan, air liurnya tanpa sadar mulai menetes, ku bersihkan ilernya itu dengan baju pria itu dulu kasian sepertinya dia.

Saat ku masuki rumah itu upss ada seorang pria lagi, sedang asik menonton girl band sambil bergoyang-goyang mengikuti gerak tari. Dasar maho, ku mengendap-ngendap mengambil remot yang ada di meja.

“ Hah kok berubah sendiri “ ucap pria itu kebingungan saat ku ganti saluran televisinya ke breaking news.

Pria itu clingak clinguk mencari tahu siapa yang mengganti, aku bersembunyi di belakang kursi yang ia duduki.

“ Lama gk di tempatin nih rumah kayaknya, sepertinya ada penunggunya nih “ ucap pria itu setengah ketakutan.

“ Jlebbb “ ku bekap mulut pria itu dengan sapu tangan yang sudah ku berikan obat bius. Saat di perjalanan ku sempatkan mampir membeli obat bius itu, walaupun Cuma membuat orang tertidur tapi lumayanlah untuk melumpuhkan sementara.

Ku kembali mencari lokasi Dina, ah ketemu tasnya Dina ada di suatu bipet rumah ini.

“ Tak tak tak tak “ terdengar suara langkah kaki seseorang, langsung ku bersembunyi di balik tembok. Ku lihat ada orang muncul dari sebuah ruangan membawa sepiring makanan. Waaaahhhh di mana lokasi dia mengambil makanan itu ya, dari aromanya sepertinya enak. Ah tidak2 aku harus fokus menyelamatkan Dina.

Ku ikuti orang itu melangkah dan sampai di sebuah ruangan, dia memasuki ruangan itu.

“ Oh ternyata lo yang nyulik gw. Lepasin gw begooooooo “ teriakan Dina terdengar olehku, pasti di situ lokasi Dina di sekap. Ku ambil kursi lalu ku intip melalui celah di atas pintu ruangan itu.

“ hai sayang aku tuh bawain makanan kesukaan kamu, kok kamu malah marah2 sih “ ucap pria itu. Setelah ku perhatikan pria itu sepertinya aku pernah melihat. Hhhmm oh dia pria yang waktu itu kulihat difoto yang ada di mobil Dina. Berarti dia itu Bagas mantannya Dina.

“ Gw gk suka makanan dari lo setaaaann “ teriak Dina yang sedang terikat oleh tali di kursi kayu.

“ Ini kan makanan kesukaan kamu, lihat tuh bistick sapi lada hitam yang pedesss banget masa kamu gk suka sayang “ ucap pria itu menaruh piring yang ia bawa ke meja.

“ Jangan panggil gw sayang bangsat “

“ Heh lo udah gw baikin malah bentak2 gw lagi “ bentak pria itu sambil menekan pipi Dina keras.

Ku yang kesal melihat pria itu memperlakukan Dina, mulai mengambil ancang-ancang 1…2…3 dan meluncur ku dobrak pintu itu sekencang-kencangnya……….. Sialan pintunya ternyata tidak dikunci, aku jadi meluncur tajam menabrak Bagas hingga kami berdua jatuh tersungkur, ku menindih tubuh Bagas.

“ Andra “ ucap Dina terkejut melihatku.

“ Wah Din mantan lo kayaknya mati nih “ ucapku santai saat melihat Bagas tak bergerak setelah ku tabrak. Sepertinya kepalanya terbentur lantai.

“ Eh gk deh masih ada nafasnya “ ucapku kembali saat memastikan nafas di hidungnya.

Ku bergegas bangkit dan membuka ikatan Dina “ Helo Din apa kabar “

“ Tau dari mana lo gw diculik di sini “

“ Nanti aja gw ceritain, yuk cepetan cabut nih tas lo pake “

Kami berdua pergi dari rumah itu langsung berlari menuju lokasi parkir motorku.

“ Dra lo bisa gk sih lebih keren sedikit kalo jadi pahlawan. Udah buang napa itu makanan, suasana lagi genting nih “

“ Saywang Din kalow dibuwang, lo sih gk mauw makan tadiw “ ucapku sambil memakan makanan yang disediakan Bagas untuk Dina tadi.

“ Lo parkir motor jauh amat sih, keburu kekejar kita nih “

“ Gw cari lokasi yang aman lah. Nah tuh dia motor gw “

Akhirnya kami sampai di lokasi motorku terparkir. Kami berdua menaiki motorku itu.

“ Tolong pegangin donk Din “ pintaku menyodorkan piring berisi makanan.

“ Lo mang gk tegang apa, jantung gw aja udah mau copot Dra “

“ Gw mana bisa nyetir klo megang piring. Lo suapin gw ya Din “

“ Ya udah sini, ribet ya punya pahlawan kayak lo “

Ku pacu motorku secepat-cepatnya membelah jalan raya “ Dra kayaknya kita di ikutin deh “

“ Sial ada 2 orang pake Satria FU ngejar kita Din mana pake ban cacing lagi “ ucapku seraya merauk semua makanan yang ada di piring dengan tangan kiri, lalu ku masukan semuanya ke mulutku.

Ku pacu lebih cepat lagi tetapi kecepatan motor mereka lebih unggul dariku, sehingga mereka makin mendekat.

“ Din ambilin botol air minum di tas gw donk “ pintaku pada Dina.

“ Jiaaah masih aja sih lo disaat seperti ini, gw lagi megang piring nih “

“ Lo buang napa piringnya udah kosong ini. Udah cepet ambilin botol air gw “

“ Nih “ ucap Dina menyodorkan botol air minum padaku.

“ Lo siram rem belakang gw Din “

“ Rem belakang lo dimana Dra “

“ Di ujung berung sono, ya di roda belakang lah “

“ Udah gw siram Dra “ ucap Dina setelah melaksanakan perintahku.

“ Siapp “ ke dua orang itu semakin dekat dan di depan sebuah gang sempit ku injak dalam2 pedal rem belakangku “ Ngggiiiiitttttttt “ decit suara remku, motorku pun langsung berhenti seketika.

“ Gubraaaaaaaaaaaakkkkkkk “ salah satu pengejar kami jatuh di sebelah kananku karna rem mendadak yang iya lakukan dan menabrak mobil yang ada di depannya.

Ku banting stir ke kiri dan kuturunkan posisi gear dari 4-3-2-1 lalu memasuki gang sempit di sebelah kiriku. “ Gubraaaaaakkkkkkkkkk “ satu lagi pengejarku terjatuh dan terpental saat ban depannya beradu dengan ban belakangku.

“ Huh sepertinya sakit banget tuh Din “ merasa aman ku mulai turunkan kecepatan motorku.

“ Lo hebat Dra, salut gw “

“ Melihat motor mereka yg lebih cepet dari motor gw, apalagi mereka pake ban cancing pasti lebih cepat. Di sinilah otak musti di pake. Rem belakang klo kena air pasti daya remnya sangat pakem, saat gw rem medadak pasti mereka juga ikut rem mendadak, tapi karna gw ngerem pake rem belakang gw gk bakal jatuh, sedangkan mereka klo Cuma pake rem belakang yang kondisinya kering gk mungkin bisa ngerem mendadak “

“ Mau gk mau mereka optimalkan rem depan, itu kesalahan mereka ditambah ban cacing yg mereka pake. Gk mungkin gk jatuh. Gw sengaja ngerem di depan gang, karna posisi mereka berada di kanan dan kiri. Yang kanan sudah pasti jika rem mendadak pasti sulit menghindari mobil yang ada di sebelah kanan, makanya dia jatuh dan nabrak mobil juga, klo gk mati paling koma “

“ Yang di sebelah kiri gw lihat udah oleng2 gitu mau jatuh, untuk memperparah jatuhnya dia, gw banting stir ke kiri masuk gang sempit. Pasti efek dari jatuhnya lebih dahsyat karna ban depannya beradu dengan ban depan gw “

“ Widiiiihhh ternyata lo udah menganalisa terlebih dahulu ya. Eh gimana cara lo tau lokasi gw sih ? “ tanya Dina yang masih heran.

“ Hmmmm waktu di Villa lo, gw denger suara HP lo bunyi terus, penasaran gw liat ternyata ada beberapa telpon dan sms, semua itu dari mantan lo. Gw iseng2 gw baca smsnya ternyata isinya ancaman kepada keluarga lo, supaya bokap lo tutup mulut jangan seret2 bokapnya mantan lo itu “

“ Dari situ gw mulai kwatir sama lo, gw taruh alat pelacak di hp lo tanpa lo sadari. Supaya sewaktu-waktu saat lo dalam bahaya gw bisa tau lokasi lo “

“ Lo hebat banget sih Dra “ Dina mulai terkagum-kagum dengan kepandaianku.

“ Sejak lahir kaliiiiiiiiiii, eh Din botol minum gw mana ? “

“ Nih “ Dina menyodorkan botol padaku.

“ Kok udah abis Din “

“ Kan lo nyuruh gw siram ke rem lo “

“ Iya tapi kan gw gk nyuruh sampe abis, mana pedes banget lagi makanan dari mantan lo “

…………………………………………………………….

Di tengah perjalanan “ Pak Satya tolong ke rumah saya sekarang ya “ terdengar Dina sedang menghubungi seseorang.

“ Siapa yg lo telpon Din “

“ Pengacara gw, gw mau kasusin si Bagas, biar rasa dia, gw juga masih nyimpen sms ancaman dia “

“ Bagus tuh Din, wah seru nih kayaknya “

“ Makanya selama ini gw gk mau ada orang yang liat kita sering bareng ke kampus. Yang nabrak gw dan tukang ojek itu, pasti si Bagas gw yakin tuh tapi gw gk punya bukti waktu itu “

“ Gw gk mau lo kenapa2 Dra, bukannya gw gengsi sebenernya “

“ Ohh jadi gitu. Udah gak usah kwatirin gw, mulai sekarang kita ketemuanya ya di kampus aja. Gk usah tunggu2an lagi di tempat sepi. Nanti lo diculik lagi “ ucapku

“ Tapi klo ada apa2 sama lo gimana Dra “

“ Jiaaahhhh gw gk takut kok “ ucapku tersenyum lebar.

“ Ya udah nanti kita lapor polisi sama pengacara gw. Lo jadi saksi ya Dra “

“ Oke “

Sesampainya di rumah Dina sudah ada Pak Satya, kami bertiga ngobrol2 membicarakan tentang kejadian penculikan Dina.

“ Hah saya mau diperiksa polisi pak ? saya gk mau dipenjara pak, makanan dipenjara katanya gk enak “ ucapku ketakutan.

“ Siapa yang mau menjarain kamu, Cuma diperiksa sebagai saksi aja kok “ ucap Pak Satya memperjelas.

“ Saya mau Bagas dipenjara Pak, waktu saya disekap di mobil, penculiknya udah ngancem2 saya aja. Katanya mau kasih peringatan untuk Ayah saya “ ucap Dina kesal.

“ Oke saya sudah paham dengan kasus ini. Ayo kita ke kantor polisi sekarang “ ajak Pak Satya.

Di kantor polisi kami menjelaskan seluruh kronologinya dan menunjukkan bukti2 terkait kasus ini. Setelah menunjukan TKP penculikan kami bergegas pulang. Semua akan ditangani polisi dan pengacaranya Dina.

Di tengah perjalanan ku minta Dina mampir sejenak ke toko elektronik.

“ Lo beli apa si Dra ? “ Tanya Dina saat ku masuk ke dalam mobil sekembalinya dari toko tersebut.

“ Pinjem kalung lo dulu donk Din “

“ Mau apa sih lo Dra ? “ tanya Dina kembali sambil menyerahkan kalung yang ku berikan waktu itu.

“ Liat aja nanti ah “ ucapku seraya menempelkan sesuatu di kalung Dina.

“ Nih kalung udah gw kasih pelacak dan juga tombol hazard, jadi klo lo dalam masalah lo teken nih tombol merah “ ucapku seraya menunjukan alat yang tertempel di kalung Dina.

“ Coba nih gw pencet ya “

“ Net not net not net not “ suara gadget di sakuku berbunyi.

“ Alat yang di kalung lo ini tersambung di gadget gw ini. Gw bisa tau lokasi lo dari alat ini, klo lo lagi dalam bahaya lo tekan tombol merah ini. Otomatis alarm di gadget gw bunyi. Jangkauan gadget ini sekitar radius 200 km, jadi lo jangan berpergian jauh2 tanpa gw. Klo masih daerah Jakarta gk masalah lah.

“ Hebat ya, udah kayak macgyver aja lo Dra “ puji Dina tersenyum melihat alat yang kuberikan.
“ Yoiiii gw gitu “

“ Tapi suaranya kok gk asik banget Dra, bisa di setting yang lebih asik gk ? “

“ Bisa Din ada beberapa pilihan nada nih lo pilih aja “ ucapku menyodorkan gadget itu.

Dina mendengarkan satu persatu nada alarm di gadgetku itu “ Gk ada yang asik Dra, bisa ngerekam gk ? “

“ Bisa2, coba aja lo rekam terus dijadiin nada utama “

“ Nanti aja di rumah, gw ngerekam suara gw “

Sesampainya di rumah Dina, aku duduk2 dulu sejenak menghilangkan lelah. Dina langsung mengambil gadgetku dan pergi berlalu entah kemana.

“ Dra lo tidur sini aja ya, gw takut nih “ ucap Dina sekembalinya dia.

“ Gw gk bawa salin Din “

“ Lo ambil dulu deh baju lo terus balik lagi ke sini “

“ Ya udahlah gw balik dulu ambil baju ya “

“ Hati2 ya “

Aku kembali ke kosanku untuk mengambil beberapa baju dan buku pelajaran. Ku kembali lagi ke rumah Dina. Ku kerjakan tugasku di rumahnya, sesekali Dina menjahiliku saatku serius dengan tugasku.

“ Eh cumi bakar, bisa gk sih lo gk iseng “

“ Abis gw dicuekin, gw kan jadi bete “

“ Kapan kelar tugas gw klo lo gangguin mulu “

“ Giliran ngentot aja lo semangat “

“ Aduh jadi ngaceng nih Din “

“ Bodo ha ha ha ha “ huft dasar tukang kentang goreng.

Lama mengerjakan tugas mataku jadi berat sekali, lebih baik ku tidur saja. Ku beranjak menuju tempat tidur. Disana sudah ada Dina yang tertidur sedari tadi. Ku tidur dengan memeluk Dina, hmm kenapa kehidupanku jadi bebas gini ya. Sudahlah nikmati saja.

Tiba2 saja Dina membelai penisku dari luar celana yang ku pakai “ Din lo belom tidur “

“ Gw nunggu lo dari tadi tau “

“ Tadi di ajakin gk mau “

“ Siapa yang gk mau, lo aja yang gk langsung beraksi malah sibuk sama tugas lo “ Dina memasukan tangannya ke dalam celanaku. Mencari-cari batang idamannya.

“ Gw udah ngantuk berat lagi Din “

“ Nanti juga gk ngantuk Dra “ Dina mulai membelai lembut penisku.

“ Oooohhhh enak Din “ penisku seketika langsung tegang.

Ku sergap bibir manisnya, ku lumati bibirnya dengan penuh nafsu. Ku permainkan lidahnya dengan lidahku.

“ Ssssssstttttttt “ Dina memainkan kedua biji zakarku.

“ Hhhmmmm geli Din “ ku yang tak mau kalah, tanganku menerobos celana bagian belakang Dina. Ku belai pantatnya yang mulus.

Ku cari2 lubang vaginanya tetapi kok malah lubang anusnya yang ku dapat.

“ Din lo gk cebok ya “ ejekku sambil ku cium jariku yang menyentuk lubang anusnya.

“ Sialan lo kudanil, jangan bikin mood gw ilang deh “ protes Dina.

Dina merebahkan tubuhku lalu Dina menindihku dan dia memposisikan vaginanya di mulutku dan penisku di mulutnya.

Langsung saja penisku dilahapnya hingga masuk seluruhnya di mulutnya. Aku juga tidak tinggal diam, langsung kusapu vaginanya, ku jilati seluruh bagian vaginanya. Ku sentil2 klitorisnya dengan lidahku.

Perlahan Dina menggerakkan pinggulnya, hisapan Dina di penisku makin lama makin kencang. Aku pun tak mau kalah, ku masukan telunjuku ke vaginanya, sementara lidahku asik memainkan klitorisnya.

“ Ooouuuggghhhh Dra enak banget “ Dina mengurut-urut penisku sambil menjilati kepala penisku yang sudah sangat mengkilap.

“ Sssshhhhhh geli Din “ ku percepat kocokan jariku di vagina Dina

Dina makin menggelinjang tak karuan. Tak lama Dina pun bangkit dan membalik posisinya, sekarang posisi vaginanya tepat berada di atas penisku siap untuk menyeruak masuk.

“ Sleeepppppp “ Dina menurunkan pinggulnya dan masuklah batang penisku yang telah berdiri tegak menyambut vagina Dina yang sudah basah dan licin.

Payudaranya naik turun mengikuti irama goyangan pinggul Dina. Tangannya diangkat mengacak-ngacak rambutnya sendiri sehingga nampak ketiak mulusnya membuat Dina terlihat makin seksi. Betapa binalnya perempuan yang sedang beradu birahi di atasku ini.

“ Oooouuuugggghhhhhh “ Dina mempercepat goyangannya, desahannya membelah kesunyian malam di rumahnya itu.

“ Aaaakkkhhhhhhh terus Din “ Aku bangkit lalu menjilati dada lalu hinggap di payudaranya yang makin terasa mengeras. Tak lupa puting2 imutnya ku lumat, ku hisap2 hingga Dina meronta-ronta menahan rasa nikmat yang tak terkira.

Ku arahkan jilatanku pada ketiak mulusnya itu. Bulu2 halus Dina nampak berdiri menahan geli yang menjalar kesekujur tubuhnya.

“ Sssssssshhhhhhhhhhhhh nikmat banget Dra “ Tiba2 Dina menghentikan goyangannya.

Setelah berhenti terasa olehku vaginanya berkedut-kedut seperti menghisap isi penisku. “ Ooouuugggggggghhhhhhhhhhhhhh “ Dina mengeluarkan jurus andalannya empot ayam.

Dina mulai menggerakan kembali pinggulnya perlahan, vaginanya masih berkedut2 menarik2 penisku.

“ Aaaaaaaaakkkkkhhhhhh “ desah kami berbarengan, kami merasakan kenikmatan yang mengantarkan kami meluncur bebas menuju awan2. Seluruh rasa, tenaga dan juga pikiran berpusat di kelamin kami yang sedang beradu nikmat lalu menyebarkannya kembali keseluruh tubuh kami.

Lama kami berpacu dalam birahi, menggerakkan tubuh kami ke segala arah untuk mendapatkan sebongkah kenikmatan. Tubuh kami mulai menegang mendakan kami akan sampai pada puncak tertinggi pendakian senggama.

“ Ooooooooouuuuuuugggghhhhhhh Dra “ lenguh Dina, sementara tangannya mencakar dadaku.

“ AAAAAAakkkkkkkkhhhhhhhhhh Din “ Desahku seraya tanganku meremas kedua payudara Dina.

“ Ooooooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhh “ jerit kami berbarengan disertai semburan2 cairan kenikmatan dari kelamin kami masing2 “ crot crot crot crot crot “

Cairan spermaku bercampur lendir orgasme Dina bercampur menjadi satu dan meluber hingga membasahi selangkangan kami.

Dina langsung roboh disampingku dan memelukku. Kamipun tertidur pulas hingga pagi menjelang.


……………………………………………………………………………………………………………..


Keesokan harinya, saat di kampus bersama Vika dan Adi. Kami membahas tugas kami. Tugas kami mengalami kemajuan yang memuaskan, aku yakin kami dapat lulus dengan nilai yang memuaskan pula.

“ Oooouuuggghhh Dra, gw dalam bahaya nih. Tolongin gw please, gw udah gk kuat nih sssssssssshhhhh “ terdengar suara desahan Dina memanggilku.

“ Suara apaan tuh “ Ucap Adi dan Vika berbarengan melihatku penuh tanda tanya di wajah mereka.

Sialan ternyata suara gadget tanda bahaya untuk Dina. Kurang ajar tuh si cumi bakar nada alarmnya dibuat seperti itu. Tapi dia dalam bahaya nih aku harus buru2.

Tanpa meperdulikan mereka aku langsung berlari menuju lokasi Dina berada dengan bantuan gadgetku itu. Sepertinya Dina berada di kantin kampus nih sesuai arahan gadgetku.

Sesampainya di kantin ku lihat Dina duduk manis sambil menyeruput jus apel. Di sebelah Dina ada seorang wanita. Tumben ada yang mau duduk di sebelahnya.

“ Haii Dra apa kabar “ sapa Dina manis saat melihatku.

“ Eh cumi bakar ngerjain gw aja lo, gw kira lo kenapa. Kenapa suara alarmnya gitu sih ? “ omelku.

“ Seksi kan suara gw Dra hi hi hi hi “ Dina nampak tersenyum puas sehabis mengerjaiku.


Part 11 ( Hilang dalam terang )

“ Stress lo Din, temen2 gw denger tau “ ku duduk di kursi depan Dina.

“ Eh kenalin nih Dra temen gw Sinta “

“ Oh Andra “ ku ulurkan tanganku pada Sinta.

“ Sinta “ Sinta menyambut uluran tanganku.

“ Sinta 1 angkatan di bawah gw “ ucap Dina

“ Akhirnya lo punya temen juga ya Din he he he h e “

“ Gw kagum sama kak Dina “ ucap Sinta, wanita berkuncir pinggir sebelah kanan. Dengan lengan baju dilipat.

“ Sejak kapan kalian berteman “ tanyaku sambil memperhatikan tas milik Sinta yang bergambar snow white dan Baju bergambar gadis berkerudung merah.

“ Kemaren kak, gw mulai negor2 kak Dina “ ucap Sinta.

“ Iya kemaren kita juga pas pulang jalan bareng sampe depan. Kita pisah pas gw nunggu lo di tempat biasa “ ucap Dina menyambungkan cerita Sinta.

“ Ohh ini yang kakak bilang kemaren mau nunggu tukang ojek “ ucap Sinta Polos.

“ Tukang ojek Din “ ku melotot ke arah Dina.

“ Kan udah gw jelasin, demi keamanan lo Dra “ Dina agak kebingungan melirik ke kanan dan ke kiri.

“ Oooooohhhhh gitu. Bentar ya Din “ ku bangkit dari tempat duduk, lalu menuju warung lontong sayur.

Ku kembali lagi menuju meja Dina berada “ Jeddddeeeeerrrrrrrrr “ suara pisau yang ku pinjam dari warung. Ku tancapkan di meja depan Sinta dan “ BRuaaaaakkkkkk “ sebagian meja kayu kantin hancur.

“ Siapa yang nyuruh lo “ Teriakku pada Sinta.

“ Aaaapaa maksud kakak “ tanya Sinta gemetaran.

“ Siapa yang nyuruh lo mata2in Dina “ teriakku kembali

“ Apa2an si lo Dra “ Bentak Dina

“ Wooooiiiiii mau ngapain lo, jangan bikin ribut “ teriak orang2 di sekitarku.

“ Diem lo semua “

“ Din lo gk nyadar apa, cewek kayak dia gk mungkin mengagumi lo “ ucapku pada Dina sambil menunjuk wajah Sinta.

“ Bagaimana yang nyulik lo bisa langsung tau lokasi lo nunggu gw. Gimana mereka bisa tau tempat itu sepi ? lo keluar kampus selalu lewat gerbang samping, gk ada orang yang bisa perhatiin gerbang samping klo lagi di dalam mobil karna letaknya di gang sempit yang berkelok “

“ Pasti ada orang yang selalu ngawasin lo di dalem kampus sampe lo keluar kampus. Lo liat penampilan cewek ini, gk mungkin dia kagum sama cewek model kayak lo “

Dina mulai terdiam menyadari penjelasanku.

“ Eh setan jangan beraninya sama cewek lo “ tiba2 saja seorang pria datang menghampiriku berusaha untuk memukulku.

“ Braaakkkk “ dengan sigap ku hindari pukulannya lalu ku tendang perutnya hingga dia jatuh.

“ Lo gk tau diem aja “ bentakku pada pria itu.

Ku duduk kembali di hadapan kedua wanita itu “ Heh Sin kasih tau siapa yang nyuruh lo “

“ Gw gk tau namanya Cuma mukanya aja gw tau, gw panggil dia bos “

Ku ambil kertas dan pensil dari dalam tasku, tak lama kemudian “ Apa ini orang yang nyuruh lo ?“ tanyaku pada Sinta menyodorkan sketsa wajah yang baru saja ku gambar.

“ Muka siapa tuh Dra “ tanya Dina.

“ Hah lo gk kenal Din, ini kan gambar mantan lo “

“ Jiaaahhh nyokapnya juga pasti gk ngenalin kalo gambar lo sejelek ini. Nih gw ada fotonya di hp gw. Dasar penyidik gagal “ Dina mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menunjukan foto Bagas kepada Sinta.

“ Iya2 betul kak itu orang yang nyuruh gw “ ucap Sinta saat melihat foto di ponsel Dina.

“ Please kak jangan laporin kepolisi ya, gw Cuma disuruh cari tau kapan kak Dina pulang, terus lewat mana, soalnya kan dia di sini udah gk ada yang deketin jadi susah cari tau tentang kak Dina. Terus ada orang nyuruh gw waktu gw pulang kampus, terus gw di kasih dwit deh. Gw gk tau klo niat orang itu jahat “ ucap Sinta ketakutan.

“ Gimana ya Dra, gw butuh dia buat memperkuat tuduhan gw ke Bagas. Tapi gw gk mau Sinta jadi tersangka “ tanya Dina

“ Lo omongin aja sama pengacara lo, mungkin dia tau caranya “

“ Iya juga ya. Sin lo bantu gw dan gw gk akan dijadiin tersangka, gimana ? “ tanya Dina pada Sinta.

“ Iya kak gw mau “ ucap Sinta lirih.

Ku pandang lelaki yang tadi ku tendang, nampak duduk meringis menahan sakit diperutnya. Ku hampiri dia.

“ hei bro tolong beliin kayu papan di toko depan donk, terus betulin tuh meja kantin “ perintahku pada pria itu sambil ku berikan beberapa lembar merah kepadanya.

“ Eh Dra klo mau dibenerin ngapain tadi lo rusakin ? “ tanya Dina keheranan.

“ Biar keliatan keren Din “

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………

Di taman kampus bersama Dina, kami duduk berdua menikmati bekal yang dibawakan Dina. Tanpa peduli pandangan sinis orang2 yang mengarah pada kami. Toh dunia ini bukan milik mereka saja, kami juga ingin menikmati dunia yang indah ini. Mungkin hanya kesabaran yang kami miliki untuk menahan pandangan penuh benci orang2 di sekitar kami.

“ LIAT-LIAT APA, MAU GW CONGKEL MATA LO2 ORANG “ omelku pada orang2 di sekitar kami

“ Dra Dra sabar Dra, tadi kan lo bilang sabar “ ucap Dina berusaha menenangkanku.

“ Emisi gw Din liat tuh orang “

“ Gimana klo kita ke ragunan “ ajak Dina.

“ Kayak bocah aja ke raguan “

“ Gw mau liat kembaran lo kudanil “ ucap Dina mengejekku.

“ Kita kemuara karang aja Din “

“ Mau ngapain kita ke sana Dra “

“ Gw mau makan lo cumi bakar “ ejekku membalas.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………….

Di kebun raya ragunan. Di pinggir kolam pelikan ku berdua Dina sedang asik melempar makanan untuk para pelikan. Diiringi angin sepoi2 dibawah pohon yang rindang Dina menyandarkan kepalanya di bahuku.

“ Dra itu makanan buat pelikan jangan lo makan “

“ Hah kenapa lo gk ngomong, pantesan gk enak “ ucapku terkejut.

“ Udah tau gk enak masih dimakan. Nih banyak snack juga “ ucap Dina menyodorkan makanan padaku.

“ Eh Dra lo tinggal di rumah gw aja ya, gw trauma Dra sama kejadian penculikan kemaren “ pinta Dina.

“ Wah Din gw udah bayar uang kos 1 tahun, sayang klo gk ditempatin “

“ Kenapa lo bayar setahun langsung, mang gk bisa perbulan bayarnya ? “ tanya Dina nampak kecewa di wajahnya.

“ Bisa sih tapi gw pengennya 1 tahun “

“ Ya udah gw ngekos aja di kosan lo “

“ Lo kan ada rumah di Jakarta ngapain ngekos “

“ Bosen. Kosan lo masih ada yang kosong gk ? “ tanya Dina mulai bersemangat.

“ Ada sih. Ya udah nanti kita ke kosan gw “

“ Sekarang aja yuk kita cabut “ ajak Dina dengan semangat penuh, berdiri lalu menarik tanganku.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………

Disebuah bangunan tempat kosku. Bangunan 3 lantai berbentuk letter U berlindung di balik pagar yang tinggi. Bertemakan bangunan eropa abad 18 bercat biru.

“ Di sini ada beberapa jenis kamar kos “ ucap Bu Maria pemilik kos.

“ Lantai pertama itu kamar kelas 3, kamar mandi di dalam tapi gk pake AC sebulan 1 juta. Lantai dua kamar kelas 2, kamar mandi di dalem plus AC aja sebulan 1,3 juta. Terus lantai 3 kamar kelas 1, kamar mandi di dalam plus AC dan makan 2 kali sehari pagi dan malam, sebulan 1,7 juta “ Bu Maria menjelaskan detail harga kos.

“ Klo si Andra yang mana bu “ tanya Dina.

“ Dia yang kelas 1, untung dia bayarnya setahun, klo bulanan mau saya naikin jadi 2 juta perbulan “

“ Kenapa bu “

“ MAKANNYA BANYAK “ ucap Bu Maria sewot menatapku.

“ Kulkas saya sampe saya rantai yang ada alarmnya Din“ ucap kembali bu Maria

“ Sama bu klo nginep di rumah saya bu, dia kakinya saya rantai biar gk keluyuran di dapur “

“ Di sini bebas, pintu gerbang tutup jam 10 malam, tapi klo kamu bisa ngerayu satpam saya gk masalah dia mau bukain diatas jam 10. Jadi kamu mau ngambil kamar yang mana nih “

“ Sama kayak Andra bu, di sebelahnya ada yang kosong gk bu “

“ Klo sebelah persis gk ada Din, ada yang jarak 1 kamar dari kamar Andra “

“ Ya udah gk apa2 bu “

“ Kapan kamu mulai tempatin “

“ Sekarang, saya udah bawa barang2 saya kok di mobil “


Ku bantu Dina merapikan kamar kosnya, di kamar sudah tersedia tempat tidur, lemari dan juga meja komputer. Ternyata wanita sangat ribet dalam mengatur kamar, geser sana geser sini, taruh sana taruh sini. 2 jam baru selesai kami merapikan kamar Dina. Memang sih hasilnya sangat rapi.

“ Dra kamar lo kayak gimana sih gw mau liat “

“ Gw laper Din bantuin lo ngerapiin kamar. capek “

“ Ya ela gw aja biasa2 aja tuh, masa lo kalah sama gw “

“ Eh cumi bakar, lo sih enak Cuma ngatur2 aja, tunjuk sana tunjuk sini. Nah gw yang geser2 tuh lemari, meja, tempat tidur. Gw yang ngangkat2in barang2 lo “

“ Ya udah ke kamar lo yuk, nanti gw pijetin deh “ ucap Dina coba merayuku.

Ku tunjukkan kamar kosku, kamar yang setiap hari menemaniku.

“ Wiiiihhh rapi juga kamar lo, biasanya kan kamar cowok tuh berantakan. Apa ada cewek lain yang suka ngerapiin kamar lo ? “ Dina menatapku penuh curiga. Sepertinya dia mulai cemburu padaku.

“ Ga ga gak ada kok Din “

“ Apa jangan2 lo itu cewek ya ? “

“ Kan lo udah liat, masih aja ragu “

“ Masa sih coba gw liat lagi “ Dina langsung menyergap celanaku berusaha membukanya. Waduh ternyata dia horny mencari alasan agar dapat terpuaskan.

Ku hanya bisa diam melihat perbuatannya mencabuliku. Tangan2 jahilnya mulai menjamahi sleting celanaku. Membukanya perlahan dan mengeluarkan isinya yang masih lemas.

“ Kok lemes sih, perlu dibuktikan nih kelelakian lo “ huh padahal sudah berkali-kali membuktikannya masih saja beralasan. Ku didorong hingga terjatuh ketempat tidurku.

“ HA’ “ Dina langsung meniban tubuhku yang terlentang di atas kasur koil. Dibukanya kaosku dan langsung menjilati leherku.

Lidah nakalnya mulai menjelajahi tubuhku, membasahi dengan liurnya tanpa menyisahkan 1 mm2 dari tubuhku. Lubang pusarku tak lepas dari sasarannya. “ Hhhhhhmmmmmmm “ geli sekali rasanya saat lidahnya bergerilya memasuki area pertahanan ring 1 ku.

Lidahnya mulai berputar-putar disekitar penisku memata-matai pusat komandu birahiku. “ Din pintu belum ditutup “

“ Sepi ini Dra “ ucap Dina disela kegiatan pengintaiannya itu. Jemari lentiknya menggelitik pahaku hingga bulu2 yang menumbuhi menjadi berdiri membentuk benteng pertahanan baru.

“ Slleeeppp “ lidahnya mulai mendobrak melalui kedua biji zakarku. Menanjang menuju mercusuar yang telah berdiri tegang.

“ Hap “ seluruh batang penisku dilahap masuk ke dalam mulutnya, hanya menyisakan 2 bola kecil menggantung.

“ Ooouuuggghhh Din, gw tutup pintu dulu Din “ ku berusaha bangkit untuk menutup pintu.

“ Jederrrr “ belum sempat ku bangkit dengan secepat kilat Dina menutup pintu lalu kembali melanjutkan aktifitasnya.

Penisku tanpa ampun disantapnya, aku hanya bisa bergerak-gerak tak jelas menahan rasa ngilu yang menjalari seluruh batang penisku.

“ Selamat tinggal kasih
Sampai kita jumpa lagi “

Kurang ajar suara ponsel Dina berdering mengganggu kenikmatan yang sedang kurasa.

“ Halo Pak Ada apa “ ucap Dina mengankat telpon

“ Oke gitu, ya udah saya ke sana sama Andra sekarang “ ucap Dina kembali seraya menutup telponnya.

“ Siapa Din “

“ Pengacara gw, katanya si Bagas dan anak buahnya udah ketangkep. Kita disuruh ke kantor polisi untuk identifikasi pelakunya “ ucap Dina menerangkan

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………..

1 bulan kasus penculikan barulah selesai, tuntutan hukum 12 tahun penjara menjadi 5 tahun karna berbagai hal. Kasus yang memerlukan beberapa kali persidangan, tapi aku dan Dina tidak menghadiri semuanya, hanya waktu2 kami diperlukan saja barulah kami hadir.

Kasus inipun sampai masuk media massa, nama Dina jadi mulai dikenal masyarakat. Dan karir politik Bagas pun hancur sebelum berkembang.

Selama di kosan Dina suka menginap di kamarku, begitu pula denganku bergantian tidur di kamarnya. Suatu hari di senin pagi ku lihat Dina sedang terburu-buru.

“ Din lo udah rapi “

“ Dra hari ini gw gk kuliah, gw mau nengokin bokap gw di KPK “

“ Oh ya udah, sama siapa lo ke sana “

“ Sama nyokap gw Dra, ya udah gw jalan dulu ya. Muach “ sebuah kecupan mesra mengiringi langkahnya.

Ku beraktifitas seperti biasa, ke kampus mengerjai tugas bersama kelompokku. Dan siang ku pulang ke kosanku.

Hari ini agak sedikit berbeda tanpa kehadiran Dina. Kulihat kamar kosnya nampak terkunci, sepertinya dia belum pulang. Hingga malam hari tiba ku tak melihat dia ada di kamar kosnya. Malam ini ku tutup mata tanpa dekapan Dina.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………..

Pagi hari ku terbangun dalam sepi. Ku kembali lihat kamar Dina tetapi sepertinya dia tidak ada. Ku coba cek ponselku tidak ada telpon ataupun sms darinya. Sepertinya dia tidur di rumahnya. Ku coba sms Dina, tak lama aku pun mendapat balasan darinya. Dia tidak masuk kuliah untuk beberapa hari ini.

Ku nyalakan TV dan menonton berita. “ Hah “ alangkah terkejutnya aku melihat Dina ada dalam pemberitaan pagi ini.

“ Jika Ayah saya dihukum mati, saya bersedia menjadi algojonya. Saya mahasiswa hukum dan bercita-cita menjadi hakim. Walau itu orang yang sangat berjasa bagi saya, saya tetap menghukumnya bisa dia bersalah “ ucap Dina di depan pencari berita setelah selesai menjenguk ayahnya kemarin. Sungguh pernyataan yang luar biasa terlontar dari anak seorang koruptor.

Tidak menutupi kesalahan Ayahnya malah justru ingin menjadi eksekutor bagi ayahnya. Semoga Dina menjadi hakim yang jujur.

Berkat statement itu Dina menjadi terkenal oleh masyarakat. Semua memuji ketegasan yang ia miliki. Walau wanita tapi Dina adalah wanita yang kuat. Karna itu Dina sering diundang talk show di stasiun2 TV, membahas korupsi di negri ini yang tumbuh subur.

Pernyataan2 Dina yang luar biasa setiap diwawancarai, membuat namanya makin dikenal umum. Bahkan dia tak hanya tampil di acara yang membahas berita nasional saja, acara2 tidak jelaspun dia hadiri. Sempat muncul di sebuah sinetron beberapa episode berperan menjadi seorang hakim yang jujur.

Dina pun menjadi super sibuk, orang2 di kampus mulai mendekatinya lagi. Bak seorang artis setiap langkah kakinya melangkah selalu diketahui orang sekampus.

Dina sudah tidak ku antar jemput lagi, dia ke kampus mengendarai mobil, dia sudah lupa denganku. Di kampus saat berpapasan denganku saja tak ada sapaan yang keluar dari bibirnya. Bagaimana mau menyapa memandang saja sudah tak sempat.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………….

Satu bulan sudah Dina menghilang dari hidupku. Aktifitasku hanyalah menyelesaikan tugas akhir. Mungkin dia sudah menemukan kebahagiaannya. Ya kepopuleran mungkin kebahagiaannya itu.

Tak ada kemesraan yang terjalin, tak ada rintihan2 kenikmatan yang terukir, tak ada gelak tawa yang tergambar dan yang paling utama tak ada jatah makanan tambahan dari Dina.

Ah sudahlah dulu juga tak ada yang namanya Dina dikehidupanku, kenapa sekarang aku jadi merana bila Dina tak hadir dikehidupanku. Paling tidak kupingku sedikit tentram karna tidak lagi mendengar curhatan Dina. Lebih baik aku lebih fokus dengan tugasku saja.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………….

Minggu pagi yang cerah, ku pakai sepatu ketku yang sudah lama terpajang di rak sepatu. Dengan celana pendek berwarna coklat dan kaos warna putih polos, ku langkahkan kaki berlari menuju taman dekat tempat kosku berada ditemani alunan musik pop.

Sesampainya di taman nampak seorang gadis duduk sendiri menunduk. Air mata terlihat menetes membasahi sepatunya. Gadis yang ku kenal selama ini, gadis yang menjadi teman 1 kelompok tugas akhirku.

“ Vik napa lo nangis di sini sendiri ? “ ku duduk di sebelahnya.

“ Gk kenapa2 Dra, gw Cuma pengen sendiri aja “ ucap Vika terisak-isak

“ Oh gitu, ya udah gw cabut dulu ya “ ku bangkit lagi ingin kembali melanjutkan olahraga.

“ Lo jadi cowok kok gk peka banget sih, udah tau gw nangis pasti ada apa2nya lah “ omel Vika, seketika itu niatku untuk berolahraga menjadi gugur.

Ku pandangin Vika penuh tanda tanya, kenapa jadi marah padaku. Kan dia sendiri yangbilang gak kenapa2.

“ Vik “ ku kembali duduk di sampingnya. Tetap memandangi wajah sedihnya yang terlalu melankolis.

“ Lo sebenernya kenapa Vik ? “ ku coba untuk memahami perasaannya saat ini.

“ Gw gk bisa cerita sama lo Dra “ Vika masih tertunduk menangis, air matanya terus membasahi bumi.

“ KLO GK MAU CERITA, KENAPA TADI BILANG KLO GW GK PEKA “ omelku kesal merasa dipermainkan.

“ Kok gantian lo yang marah Dra “ Vika mulai mengangkat kepalanya menatapku.

“ Abis lo bingungin orangnya “

“ Maksud gw tuh lo temenin gw dulu napa, jangan ngeloyor pergi gitu aja. Udah tau gw lagi sedih “

“ Ya udah “

Kami duduk berdua di taman tanpa berbicara apapun. Dia menikmati rasa sedih yang sedang di alami, sedangkan aku……………….

“ Bang bubur 2 mangkok ya “ pesanku kepada tukang bubur ayam yang sedang mangkal di tempat itu.

“ Gw gk laper Dra “

“ Siapa yang mau beliin lo, itu buat gw semua “

Tak lama pesananku tersedia.

“ Dra “ panggil Vika lemas, dengan pandangan sayu menatapku.

“ Hmmmmmm “ mulutku penuh dengan bubur ayam.

“ Gw udah gk perawan Dra “

“ Hah “ Ku terkejut menatap nanar wajah wanita yang selama ini selalu menjaga kesuciannya.

“ Malam minggu kemaren Dra, gw ml sama cowok gw. Gw sekarang jadi cewek yang kotor, yang gk ada harga dirinya “ ucapan Vika sangat menohokku, akupun juga sama dengannya. Aku sudah tak perjaka, perjakaku hilang tertukar oleh makanan dari Dina.

Sepertinya kupingku kembali harus mendengar keluh kesah seorang wanita “ Kok bisa lo ml sama cowok lo, mang gimana ceritanya ? “

“ Semalem gw sama cowok gw main ke rumah temen cowok gw. Acara ultah gitu, di tempat itulah semua kejadian itu bermula “

( Flash back seminggu yang lalu di sebuah rumah mewah )

Hiruk pikuk orang2 menghadiri pesta ulang tahun Reno. Nampak beberapa pasangan bermesraan di sudut2 ruangan, taman, teras, pinggir kolam renang dan di setiap sudut rumah yang sangat luas itu.

Di salah satu sudut ruangan “ Nih sayang minum buat kamu “ ucap Rudi memberikan segelas minuman berwarna merah, entah apa itu warnanya.

“ Makasih ya Bebs. Muach “ ucap Vika seraya mengecup pipi kekasihnya itu.

Beberapa teguk air mengalir melalui tenggorokan wanita yang sedang dimabuk asmara.

“ Bebs kok aku gerah banget ya “ keluh Vika seraya mengibas-ngibaskan bajunya menghilangkan hawa panas yang tiba2 menyerangnya. Minuman yang sudah tercambur obat perangsang itu tak perlu menunggu waktu lama untuk melihat reaksinya.

“ Kita cari tempat yang ademan aja yuk say “ Rudi menggandeng Vika menuju tempat yang dimaksud.

“ Ko di sini say “ Vika heran saat memasuki sebuah ruangan yang terdapat ranjang tak berpenghuni.

“ Iya di sini kan ada ACnya “ Rudi mencari alasan sembari menyalakan AC kamar itu.

“ Masih gerah bebs “

“ Ya udah lepas aja bajunya, Cuma ada kita berdua aja kok “ Rudi mulai merayu seraya membuka kaos Vika.

“ Jangan bebs “ mulut Vika menolak tetapi tubuhnya tak dapat menolak. Rasa birahi yang menjalari seluruh tubuhnya mengizinkan Rudi melakukan keinginannya.

“ Aku sayang kamu “ ucap Rudi coba menenangkan kekasihnya itu.

Vika yang sudah tak kuasa dihantam gejolak birahi bukannya menolak malah menuntun kekasihnya itu ke atas ranjang. Dengan nafsu yang tak kalah menggebu, Rudi menjarahi seluruh pakaian Vika yang sudah tergeletak pasrah menunggu kepuasan batin dari kekasihnya.

Tak perlu waktu yang lama bagi kedua insan itu melepas seluruh pakaian mereka. Tubuh bugil mereka berdua terhampar di atas sebuah ranjang besar nan empuk. Lidah mereka bersaut-sautan memberi rangsangan penambah gairah.

Tangan2 mereka beradu bakat menjamahi tubuh2 polos mereka. Seakan tak peduli lagi dengan status mereka yang baru sebatas pacaran. Kedua makhluk bernafsu itu melepas rangsangan2 brutal, memberi sebongkah kenikmatan.

“ Aaaaaaahhhhhhhh bebs enak banget “ dengus nafas Vika terasa benar dimulut Rudi.

Lidah Rudi mulai menjamahi leher jenjang kekasihnya itu. Vika yang sudah lepas kendali menuntun kepala Rudi agar lebih menjamahi area yang menurutnya sangat sensitif. Di turunkan kelapa kekasihnya itu menuju bongkahan payudara yang sudah mengeras. Dengan puting yang masih berwarna merah muda.

Puting yang mengeras pun di lahap dengan sepenuh nafsu. Di hisapnya kuat2 puting itu, seperti bayi yang sedang kehausan. Insan yang dengan haus birahi, menegung air kenikmatan yang mengalir melalui pori-pori mereka.

“ HHhhhhhhmmmmmm nikmat banget bebs “ desahan Vika tak berhenti, kenikmatan yang baru ia dapatkan ingin terus dan terus ia nikmati.

Digelitiknya putting indah yang baru terjamah oleh lidah lelaki itu. Membuat Vika makin menggelinjang tak karuan. Jemari Rudi yang sedari tadi merabahi perut ramping Vika mulai turun kebawah, menyibak bulu2 halus yang menjaga kesucian vaginanya.

“ Ooooouuuuuuuuuugggggghhhhhhh “ jerit Vika dalam birahi ketika jemari Rudi mulai menggesekan vaginanya. Bukannya hilang, Rasa gatal di sekujur vaginanya makin menjadi-jadi. Seolah jari Rudi tak cukup membuat vaginanya puas.

Vagina yang telah basah dengan lendir2 pengiring penis sudah siap untuk menerima tamu idaman.

“ Aku masukin ya say “

“ Sakit gk bebs “ suara Vika lirih antara takut dan ingin melihat penis Rudi yang sudah sangat keras siap memasuki rongga kenikmatan yang belum terjamah.

“ Kamu tahan say, nanti juga enak “ Rudi coba meyakinkan kekasihnya itu untuk melepas keperawanannya.

Dengan menutup mata Vika berusaha menahan rasa sakit yang akan segera dia rasaka.

“ Aaaaaakkkkkhhhhhhh “ erang Rudi ketika melakukan penetrasi pada vagina perawan itu.

“ Hhhhhmm sakit bebs “ Vika menahan sekuat tenaga rasa perih yang ia mulai rasakan.

“ slep “ kepala penis Rudi sudah memasuki liang vagina Vika. Nampak darah perawan Vika mengalir membasahi penis Rudi dan juga selangkangan Vika.

Rudi mendiamkan sejenak penis yang sudah sebagian masuk, untuk memberi kesempatan vagina Vika beradaptasi. Setelah dilihat tak ada tanda kesakitan dari Vika mulailah Rudi kembali mendorong penisnya itu.

“ Sleeeeeeppppppp “ seluruh penis Rudi akhirnya masuk ke dalam vagina Vika.

“ AAAAkkkkkkkhhhhhhhh sakit bebs “ Vika meringis menahan rasa perih yang teramat, keperawanannya kini sudah hilang.

Tidak ada gerakan dari kedua insan itu sampai rasa perih yang di alami Vika menjadi rasa nikmat barulah Vika mengambil inisiatif untuk menggerakan pinggulnya.

“ Ooouuuuggghhh enak banget bebs “ desah Vika yang sudah mulai menikmati batang penis seorang lelaki yang dicintainya.

“ Kamu suka say “ Rudi ikut menggoyangkan pinggulnya perlahan.

“ Iya bebs, enak bangettttt ssssshhhhhhhh “ Vika makin mempercepat gerakan pinggulnya.

Kecupan-kecupan liar Rudi menerjang leher Vika, hingga membentuk tanda2 kemerahan. Gesekan dada Rudi pada payudara Vika membuatnya makin bergairah.

“ Nyotin tetekku bebs “ pinta Vika membusungkan dadanya. Rudi dengan lahap langsung meraup payudara yang sudah menantangnya.

“ AAAakkkkkkkhhhhhh kayak gitu bebs enak banget “ Vika terus meraung2 meminta kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.

Semikn liar gerakan kedua insan bugil itu, meronta-rotan tak terkendali. Hujaman demi hujaman penis Rudi semakin genjar menyeruak ke dalam rongga vagina Vika.

“ SShhhhhhhhhhhhhh terus bebs lebih kenceng lagi “ erangan Vika meminta kenikmatan lebih dan lebih lagi.

Luapan birahi mereka terus mengalir tanpa memperdulikan gemuruh orang2 di luar menikmati pesta. Setengah jam sudah mereka mergelora, tubuh2 bugil bergelimpangan menjelajahi ranjang yang luas itu.

“ AAAAAAAAAAAkkkkkkkkkkkhhhhhhhh Oooooooooouuuuuuugggggg “ jeritan kedua manusia telah mencapai puncaknya. Cairan sperma Rudi dan cairan orgasme Vika saling menyemprot membasahi kedua kelamin yang saling beradu.

Sungguh pergumulan yang menguras tenaga, walau begitu mereka masih mengulangi sampai 3 kali dalam semalam. Hingga pagi menjelang barulah mereka mengakhirinya.
( Kembali ke saat ini, di sebuah bangku taman )

“ Gw pulang pagi, saat sampai rumah ortu gw marahin gw habis2an. Gw disuruh jauhin Rudi, tapi gw takut hamil, klo gw putus siapa yang mau tanggung jawab “ ucap Vika penuh emosi

“ Tapi kemarin gw lega karna gw mens. Yg gw khawatirin gk terjadi “

“ Setelah kejadian malam itu, setiap ketemu Rudi selalu ngajakin gw ml. Dan semalam Rudi kembali ngajakin gw ml tapi berhubung gw lagi halangan, gw gk bisa. Tapi dia tetep maksa minta gw oral, bahkan ngancam mutusin gw “ ucap Vika dengan air mata terus mengalir

“ Hati gw sebenernya berontak Dra setiap gw ml sama dia tapi gw sayang sama Rudi. Gw gk bisa menolaknya, gw juga menikmati. Hati kecil gw selalu menolak tapi kalah sama rasa sayang dan nafsu gw “

“ Setiap selesai ml gw selalu nyesel, tapi kenapa gw melakukan hal itu lagi dan lagi “ emosi Vika nampak meluap-luap

“ Dra tumben lo nyimak orang cerita. Biasanya klo lagi makan gk dengerin orang lagi cerita “ Vika mulai menoleh padaku.

“ Gw prihatin “ jawabku singkat.

“ menurut lo gw harus gimana Dra ? klo gw nolak ml sama Rudi selalu diancam putus. Klo gw putus mang masih ada cowok yang mau sama gw yg udah ternoda “

“ Miyabi no miyabi yes “


 Part 12 ( Awal yang manis )

“ Dra gw harus gimana Dra “ ucap Vika seraya menguncang-guncangkan tubuhku.

“ Biasa aja kali gw gk bisa makan nih “ protesku menahan guncangan dari Vika.

“ GW KACAU DRA KACAUUUUUUUU “ teriak Vika sekencang-kencangnya. Membuat semua mata orang2 di sekitar kami melihat kearah kami.

Ku jalan perlahan-lahan di tengah pandangan orang2 di sekitar kami “ Bukan temen saya lho “

“ Lo mau kemana Dra “ Vika berdiri coba menyusulku. Aku mulai berlari kecil menghindarinya.

“ Dra lo musti tanggung jawab “ teriak Vika mengejarku.

“ Jiiaaaahhh mang apa yg gw perbuat kok harus tanggung jawab “ ku percepat lariku menghindari Vika.

Vika terus saja mengejarku, kenapa dia jadi stress begini sih. Yang enak sapa yang susah siapa. Aku yang sudah mulai kelelahan pun berhenti di salah satu sudut taman.

“ Hos…hos….hos. Lo jangan stress napa Vik “

“ Abis gw bingung Dra “ kami berdua kembali duduk di kursi taman

“ Lo tenang dulu donk Vik. Bukannya lo berdua sepakat fokus ke tugas akhir masing2, kenapa lo malah kencan ? “ tanyaku memandang wajah Vika yang terdapat guratan bekas air matanya.

“ Itu dia gw nyesel kenapa gw mau waktu itu ke ultah temennya. Tadinya gw gk mau karna kita udah sepakat, tapi Rudi bilang Cuma sebentar aja “

“ Klo lo mau lanjut gw pikir lo harus merubah paradigma dia sekarang. Jangan mementingkan hawa nafsunya aja “ ucapku coba memberi masukan.

“ Klo dia gk mau, maksa2 gitu terus ngancam putus gimana Dra ? “

“ Tidak ada manusia yang sempurna, klo dia memang bukan untuk lo ya udah ikhlasin aja. Nanti lo juga dapet penggantinya “

“ Mang ada yang mau Dra “

“ Ada sih yang mau sama lo, mau muntah gitu “

“ LO BISA GK SI SERIUS SEDIKIT “ kembali Vika marah.

“ Ada lah yg mau kok. Gk semua cowok juga perjaka Vik “ Contohnya aku, Modus mode on.

“ Jadi gw cari cowok yang gk perjaka gitu “ yessss kesempatan untukku.

“ Maksud gw, gk semua cowok juga masih suci. Jadi udah gk usah sesali yang sudah terjadi “ ku coba memutar jalan pikiran Vika.

“ Jadi gk papa nih klo gw putus sama cowok gw “ yuhuuuuuuuuuu akhirnya masuk tahap2 krusial.

“ Klo cowok lo maksa lo terus ngancem putus, ya sudah biarin aja. Sekarang lo fokus aja deh sama tugas lo “ ku tepuk2 pundak Vika agar dia lebih tenang.

“ Oh iya ya. Sebentar lagi harus udah kelar tuh “ Vika mengangkat badannya sembari mengepalkan tangannya mulai bersemangat.

“ Nah gitu donk, itu baru Vika yang gw kenal “

“ Tapi mood gw lagi jelek hari ini Dra “

“ Terus biar bagus gimana caranya ? “

“ Gw pengen nonton bioskop Dra, gw butuh hiburan “

“ Ya udah lo nonton aja “

“ Lo gk mau ajakin gw nonton gitu ? dasar gk peka “

“ Mau lo apa sih, dari tadi bilang gk peka mulu ? “

Vika kembali tertunduk lemas memandangi tanah.

“ Ya udah. Nonton yuk Vik “

“ Ayo, karna lo salah lo yang bayar ya “ Vika kembali bersemangat. Sialan seenaknya saja dia memutuskan

“ Ya udah gw balik dulu ke kosan. Nanti siang gw jemput lo “

“ Oke “

“ Mas buburnya belum dibayar “ ucap seorang pria menepuk punggungku dari belakang.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………..

Di gedung bioskop sebuah mall

“ Wiiiiihhhh keluar juga nih film. Kita nonton ini yuk Vik, gw udah nonton yang pertama, musti nonton yang kedua “ ucapku menunjuk sebuah poster film action.

“ Klo film tembak2an gitu kuping gw pengeng Dra. Yang ini aja “ ucap Vika menunjuk sebuah poster film drama romantis.

“ Jiiaaahh lo kan lagi galau nontonnya yang beginian tambah galau nanti “

“ Kan lo yang salah, jadi lo harus turutin kemauan gw “

“ Siapa yang mutusin klo gw salah ? “

“ Lo marah sama gw Dra “ ucap Vika lirih menundukkan kepalanya.

“ Ya udah kita nonton film yg lo mau aja “ dasar wanita selalu memutuskan seenaknya.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………….

Di dalam teather bioskop

“ Hiks hiks hiks hiks “ Vika tersendu-sendu menatap serius layar lebar di sebelah kiriku.

“ HEH LO KLO NANGIS, NANGIS AJA GK USAH NGELAP PAKE BAJU GW DONK “

“ Sedih Dra sedih filmnya “

“ Eh popcorn gw kok jadi tambah asin sih Vik…. Jiaaahhh lo sonoan napa duduknya, air mata sama ingus lo netes nih “ ku dorong Vika agar menjauh dariku.

“ Apaan sih lo Dra, gk peka banget “

“ Bodo amat sama yang namanya gk peka, makanan gw jadi tambah asin nih “

“ PPppsssssssstttttttt “ suara beberapa orang penonton lainnya yang merasa terganggu dengan ulah kami.

“ Lo gk pernah nonton film di bioskop ya Dra “ bisik Vika mengejekku

“ Abis lo rese sih “ bisikku

“ Udah jangan ribut Dra, kita nonton aja “

“ Tapi jangan netes lagi tuh kecap asin lo “

…………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………….

Selesai menonton film

“ Haaaahhh akhirnya keluar juga “ ucapku lega telah keluar dari neraka kesedihan.

“ Sekarang kita mau kemana lagi nih Dra ? “

“ Pulang lah “

“ Gw masih bad mood nih. Kita keliling dulu yuk, gw mau ke toko boneka, mau liat2 “

“ Ya udah “ sepertinya dia minta dibelikan boneka nih. Kenapa jadi Vika yang modusin aku.

………………………………………………………………..

“ Ih lucu amat bonekanya Dra “ ucap Vika memeluk sebuah boneka beruang berwarna pink yang lumayan besar.

“ Hmmmmmm “ aku tidak akan terjebak lagi kali ini.

“ Klo ada boneka ini di kamar gw, pasti gw gk bad mood nih. Terus semangat deh ngerjain tugasnya “ Vika melirikku dengan mata yang berkaca-kaca.

“ Gitu ya “ ucapku membuang pandangan kesana kemari menghindari tatapan penuh harapannya.

“ Ohhh jadi lo berdua pacaran “ ucap seorang pria.

“ Rudi “ ucap aku dan Vika menoleh kearah suara itu. Rudi sedang memegang minuman bersama 3 orang pria dan 2 orang wanita berada di belakang kami.

“ Aku Cuma…….. “

“ Jangan banyak alesan. Jadi ini alasan lo nolak kemauan gw. Jadi ini yang lo bilang mau fokus ke tugas “ ucap Rudi memotong penjelasan Vika.

“ Lo salah sangka Rud “ ucapku coba menjelaskan.

“ Jangan banyak omong lo cowok gagal “ bentak Rudi padaku.

“ Byurrrr “ air minum yang ada di tangan Rudi disiram kewajahku. Membuat emosiku memuncak.

“ Jangan Dra, jangan buat keributan “ ucap Vika menahanku.

“ Lo gk berani sama gw, cowok gagal ? “ ucap Rudi kembali padaku.

“ Lo gagal deketin Dina, sekarang lo deketin cewek gw. Dina Cuma mau lo deketin saat orang2 menjauhinya. Tapi saat semua orang sudah mendekati dia, lo dilupain gitu aja. Dasar cowok yang malang “ Rudi mulai mengejekku. Sebenarnya aku sangat emosi tapi demi Vika akan ku tahan amarahku.

“ Lo mau sama dia Vik. Ya sudah silahkan “ ucap Rudi sambil melangkahkan kakinya.

“ Tunggu bebs “ Vika memegang tangan Rudi berusaha menahannya.

“ Gw udah gk mau sama lo dasar cewek murahan “ ucap Rudi seraya melepaskan tangannya dari genggaman Vika, lalu menampar Vika dan mendorongnya hingga jatuh.

“ Jedas…braakkk….jebreeeettt “ secepat kilat 3 kali tendanganku menghantap perut, dada, dan muka lelaki biadab itu. Hingga jatuh tersungkur dan mengeluarkan darah segar dari mulut dan pelipisnya.

“ Dengar!! Gk masalah lo nyiram gw atau menghina gw seperti apapun. Tapi gk peduli apapun alasannya, gk akan gw maafin pria yang menyakiti seorang lady “

Seketika itu ketiga orang lelaki yang bersamanya menyerangku. Ku hindari serangan dari ketiga lelaki itu lalu pukulan dan tendanganku mendarat di tubuh mereka satu per satu hingga mereka jatuh tersungkur.

Tak lama satpam mall datang menghampiri kami. Dan kamipun di lerainya. Akhirnya Rudi dan teman2nya pergi dari mall itu karna jelas mereka yang mencari masalah terlebih dahulu.

“ Gw laper banget Vik abis berantem tadi “

“ Ya udah yuk makan, karna lo udah belain gw, gw traktir deh “

“ Vik lo gk sedih, pasti lo diputusin kan karna kejadian tadi “

“ Seperti yang lo bilang tidak ada manusia sempurna. Gk perlu lagi disesali yang sudah terjadi “

Kami pun menuju food court mall. Kami memesan beberapa makanan.

“ Dra jebol dompet gw Dra lo makannya banyak “ Vika kebingungan melihat pesananku yang lumayan banyak.

“ Lo masih kaku aja sama gw Vik “ ucapku santai.

“ Gk apa2 deh, buat seorang pahlawan “

“ Tolong ya, jangan labeli gw dengan sebutan pahlawan. Karna jika pahlawan selesai menolong seorang wanita dia akan pergi begitu saja, sedangkan gw mengharapkan imbalan berupa peluk dan cium dari seorang wanita “

“ Ohh bukan makanan nih yang lo harapin. Jadi lo mau gw peluk dan cium ? “ Vika menggeser kursinya mendekatiku. Sejak kapan modusku berhasil.

“ Nihhh makan peluk dan cium “ hantaman kepalan tinju Vika telak mengenai kepalaku.

Selesai makan ku antar Vika ke rumahnya. Hari sudah sore sebentar lagi malam menjelang.

“ Gw langsung cabut aja ya Vik. Besok kita bahas tugas di kampus “

“ Iya Dra. Makasih ya Dra “ tatap Vika ke arahku.

“ Gk usah sungkan2, klo lo mau berterima kasih, ucapkan saja pada pipi gw “ ucapku seraya mataku melirik kanan dan kiri

“ Hati-hati ya Dra “ Vika berlalu tanpa memperdulikan ucapan terakhirku.

“ Semangat ya ngerjain tugasnya Vik “ aku pun berlalu menuju kosanku.

Sekembalinya dari rumah Vika. Di kosanku, ku lihat kamar Dina masih terkunci. Ku lihat dari jendela kamarnya, barang2nya masih ada.

“ Dra tadi pembantunya si Dina kemari, kasih uang kos untuk bulan depan. Dina sebenernya ke mana sih. Kosan Cuma dijadiin tempat titip barang “ tanya Bu Maria yang entah kapan berada di belakangku.

“ Saya juga gk tau bu, dia jarang masuk kampus. Sibuk syuting kali “ ucapku lemas mengingat Dina kembali.

“ Iya bisa jadi, sering saya liat Dina nongol di tv “ bu Maria berlalu pergi meninggalkanku.

Setelah memasuki kamar kosku, ku rebahkan tubuhku. Ku lihat gadget GPSku untuk mengetahui lokasi Dina berada. Sepertinya dia sedang tidak di rumah.

Aku jadi kepikiran kata2 Rudi tadi di mall. Apa benar Dina sudah benar2 melupakanku. Apa aku hubungi saja Dina menanyakan kabarnya. Ah tidak mungkin dia sibuk dan tidak ingin diganggu.

“ curut….curut…..curut “ suara ponselku berbunyi menandakan ada sms masuk.

“ Dra lagi pain “ tulis Vika dalam pesan singkatnya. Tumben nih cewek smsku pake basa basi, biasanya langsung aja ke masalah.

“ Lagi tidur “ Balasku.

“ Tidur kok bisa bales sms gw “

“ Kan yang bales tangan gw “

“ Apa bedanya combro “

“ Enak tuh Vik klo dimakan anget2 “

“ Gw bete nih Dra “

“ Klo gw laper Vik “

“ Gk peka banget sih lo “

“ Bosen gw sama yang namanya gk peka “

“ YM aja yuk Dra, pulsa gw udah mau abis nih “

“ Buzz “

“ Dra “

“ Buzz “

Beberapa kali Vika kirim pesan melalui YM. Ponselku terus2an berbunyi mendakan ada YM yang masuk.

“ Iya2 bentar napa, gw ribet nih klo OL di hp “

“ Pake laptop aja napa “

“ Ya udah bentar “

Ku buka laptopku dan berchat ria bersama Vika. Baru kali ini aku chat dengan Vika membicarakan hal2 yang tidak penting. Dari ngerumpiin mahasiswa2 gk jelas sampai kejadian2 konyol waktu Vika SMA. Kami chating sampai tengah malam hingga ku ketiduran dengan laptop masih menyala.

…………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………….

Saat ku bangun di pagi hari kulihat layar laptopku masih menyala, dan kulihat ada beberapa chat Vika yang belum sempat terbaca olehku karna ketiduran.

“ Dra
Buzz
Lo udah tidur Dra
Ya udah met bubu ya. Have a nice dream “

So sweet banget sih tuh cewek, biasanya galak. Ku tutup laptopku dan merapikannya ke tasku. Lalu ku mandi dan bersiap menuju kampus. Sebelum ku pergi ke kampus ku sempat melihat kamar Dina, ternyata masih kosong.

Jujur saja aku jadi merasa kehilangan Dina. Aku udah terbiasa dengan suaranya, tawanya, amarahnya. Apa di sana dia juga memikirkanku, apa dia masih ingat memori tentangku. Apa dia masih menyimpan kenangan antar kita berdua. Kehangatan peluknya masih terasa di tubuhku, kelembutan kecupannya masih menempel di bibirku, aroma tubuhnya masih hinggap di hidungku.

…………………………………………..

Siang hari di kantin kampus setelah kelas selesai. Aku bersama Vika dan Adi membahas tugas kami. Tapi pandanganku sesekali menoleh kearah dimana Dina berada bersama teman2nya. Dia nampak ceria berbicara bersama temannya.

“ Dra semalem bokap gw dari muara karang bawa ini “ Vika menyodorkan kotak makannya lalu membukanya.

“ Cumi bakar “ ucapku lirih teringat panggilanku untuk Dina saat melihat isi kotak makan Vika.

“ Woiiii tumben Cuma dipandangin aja tuh makanan “ ucap Adi langsung mengambil cumi bakar.

“ Ih jangan banyak2 Di “ Vika menepak tangan Adi yang merauk sebagian besar isi kotak makanannya.

“ Tugas kita sebentar lagi selesai, semoga bulan depan udah kelar jadi kita bisa sidang sesuai jadwal “ ku beranjak dari kursi kantin.

“ Gw cabut dulu ya “ ucapku seraya meninggalkan mereka berdua.

Ku pergi menuju tempat yg dulu dijadikan pertemuan aku dan Dina saat pergi dan pulang bareng kuliah. Walaupun sejak penculikan itu kami sudah tidak saling tunggu2an di tempat ini, tapi tempat inilah moment2 antara kami berdua tercipta.

“ curut…..curut….curut “ suara ponselku berdering.

“ Dra lo kenapa sih, kok aneh ? “ ternyata sms dari Vika. Kenapa Dina tak pernah lagi menghubungiku.

“ Gk apa2 Vik “ balasku singkat.

“ Lo lagi dimana Dra ? “

“ Masih disekitar kampus Vik “

“ Laptop lo nih ketinggalan “

“ Oh iya, ya udah tunggu ya “ aku lupa dengan laptopku, padahal di laptopku itu ada beberapa foto ku berdua dengan Dina. Kalo mereka lihat bisa gawat nih. Mana fotonya banyak yang vulgar lagi.

Sesampainya kembali ku di kantin kulihat laptopku masih pada posisi terakhir kutinggalkan. Dan reaksi Adi dan Vika pun tak menunjukan jika mereka melihat2 isi laptopku.

“ Gimana si lo Dra “ ucap Adi masih memakan cumi bakar dari Vika.

“ Dra yakin lo gk mau nih “ Vika kembali menyodorkan kotak makanannya.

“ Biarin aja napa Vik klo dia gk mau, udah sadar kali dia “ protes Adi

“ Eh ini buat gw nih “ ku mulai mengambil makanan yang tersedia.

“ Lo mikirin apa sih Dra baru nyadar sekarang ada makanan“ tanya Vika yang keheranan denganku.

Tiba2 Adi menerima telpon entah dari mana, sepertinya ada sesuatu yang gawat dan dia mesti segera pulang.

“ Gw cabut dulu ya ade gw kecelakaan “ ucap Adi terburu-buru lalu meninggalkan kami.

“ Hati2 bro, konsentrasi di jalan “ ucapku.

“ Eh Dra sebenernya lo kenapa sih ? “ Vika seperti penasaran denganku. Tapi aku enggan untuk bercerita.

“ Gk kenapa2 kok, Cuma kucing kesayangan gw mati aja “ ah kenapa jadi kucing yang dijadiin alasanku.

“ Sejak kapan lo punya kucing “

“ Udahlah jangan dibahas “ aku sudah kehabisan alasan sepertinya.

“ Dra gw udah resmi putus sama Rudi. Semalem dia sms gw “

“ Terus lo gimana Vik “

“ Gk gimana2 sih, kan gw udah tau pasti bakal seperti ini. Daripada gw harus turutin keinginan dia tanpa peduli kondisi gw “

“ Baguslah “

“ Eh Dra kita ke ancol yuk sabtu “

“ Saat seperti ini lo malah mau jalan2 mulu “

“ Ya ela tugas juga tinggal sedikit lagi ini selesai “

“ Boleh deh, tapi naik busway yuk gw lagi bosen naik motor “

“ Oke gk masalah “
…………………………………………………………………………..

Sabtu pagi ku bersiap untuk pergi ke ancol bersama Vika. Entah kenapa setiap keluar kamar kos, aku selalu menoleh ke arah kamar kos Dina yang sudah tak pernah disinggahi. Mengapa aku jadi selalu memikirkannya, bukankah saat ini aku memiliki kesempatan bersama Vika, wanita yang aku kagumi diam2.

Sesampainya di rumah Vika ku pamit kepada kedua orang tuanya untuk mengajak putrinya pergi. Oke ku coba buka lembaran baru bersama Vika. Walaupun dia sudah tak perawan, itu bukan masalah buatku, toh aku juga tak perjaka. Dia lebih baik dariku karna bisa jujur denganku sedangkan aku tak tahu bisa jujur terhadapnya atau tidak.

“ Waaaaaaahhhhhh semriwing angin pantai. Udah lama gw gk ke pantai Dra “ Berdua kami duduk di bawah payung tenda di pinggir pantai.

“ Jangan nora deh “

“ Apa maksud lo Dra “ Vika melotot padaku.

“ Sluruppppppppppppp “ segarnya menikmati kelapa muda di pantai.

“ Lo kok jadi cowok gk peka banget sih “ Vika memonyongkan mulutnya ke arahku.

“ Apa lagi sama si gk peka “ omel melihat Vika yang cemberut.

“ Udah abis berapa ekor itu ikan sama udang bakarnya, terus kelapanya udah abis berapa biji ? Gw gk ditawarin “

“ Nih masih ada tulang sama batoknya. Mau lo “

“ Gw jalan sama cowok yang salah “ Vika tertunduk lemas

“ Eh Vik lo bawa baju ganti kan ? Berenang yuk “

“ Yuk, gw bawa kok “ Vika nampak bersemangat kembali, wajahnya nampak merah merona.

“ Tapi Dra gw gk bisa berenang, apa lagi berenang di pantai gw ngeri “

“ Sewa ban aja, lagian kan ada gw tenang aja “ wajah Vika tambah memerah, apa karna matahari ya.

Setelah kami ganti pakaian dengan kaos dan celana pendek serta memakai sunblock, kami segera menuju pantai.

“ Cprat cprit cprot “ cipratan air yang Vika lempar2kan ke arahku.

“ Vik perih nih airnya asin “ ku tutupi mukaku agar tidak terkena air laut.

Kami bermain, bersenang-senang di pantai. Membuat istana pasir yang selalu hancur terkena ombak. Berenang kesana kemari, Vika menggunakan ban sementara aku mengejarnya dari belakang. Lama kami bermain di pantai hingga menjelang sore hari. Kami yang kelelahan berbaring di atas pasir pantai.

“ Huffttt cape banget gw Dra “

“ Sama gw Vik “

“ Dra “ Vika menatapku tajam

“ Vik “ ku balas tatapannya tak kalah tajam.

Kami hanya saling berpandangan tanpa mengucap sepatah kata. Biarlah mata kami yang berbicara memberi tahu isi hati kami masing2. Tanpa sadar wajah kami saling mendekat, dapat kurasakan deru nafasnya.

Cantik sekali wanita yang ada di hadapanku, yang selama ini ku kagumi. Perlahan semakin dekat wajah kami, entah siapa yang mendekat, ku rasa perasaan kami yang menarik kami.

Senja semakin rendah, matahari semakin memerah hendak berganti giliran dengan rembulan. Mengiringi bibir kami yang bersatu tanpa perintah dari otak kanan maupun otak kiri. Lembut, ya sangat lembut, bahkan lebih lembut dari Dina.

“ Sorry Vik gw kelepasan “ ku bangkit terduduk memandang ombak pantai yang mulai meninggi.

Vika ikut bangkit menyandarkan kepalanya di bahuku “ Lo percaya takdir Dra “

“ Hhmm “ ku menoleh ke arah Vika.

“ Semua yang kita alami sampai saat ini adalah takdir “ Vika menggenggam erat tanganku.

“ Ya gw percaya “ ucapku perlahan memandangi Vika yang masih bersandar di bahuku.

“ Tuhan tidak menjanjikan kita langit selalu biru Dra, tapi Tuhan selalu memberi pelangi setelah badai “

“ Gw gk tau sedekat apa hubungan lo sama Dina. Mungkin Dina adalah langit biru bagi lo dan kehilangannya adalah sebuah badai untuk lo. Tapi gw berharap gw bisa jadi pelangi untuk lo “

Ternyata Vika sudah mengerti tentang kegundahan hatiku selama ini. Memang perasaan wanita tak bisa diremehkan. Tapi mengapa Vika berkata seperti itu, apa dia mulai mencintaiku. Huftt jadi cowok tampan memang menyenangkan, tapi sulit dijalani.

……………………………………………………………………………

Setelah puas bermain di pantai kamipun bergegas pulang. Karna week end busway jadi penuh sesak, dan kami tak mendapat tempat duduk. Vika yang sangat lelah tertidur dipelukanku sambil berdiri.

Setelah turun dari busway ku bangunkan Vika tapi sepertinya dia sulit untuk bangun. Akhirnya ku gendong dia di punggungku menuju rumahnya.

Setelah mengantar Vika pulang, ku berjalan menuju kosanku di tengah gelapnya malam. Ku mulai berfikir tentang Vika……..

“ Bau apa ini “ ku endus2 sekitarku mencari sumber bau. Kenapa bajuku jadi lepek ya, perasaan Vika gk berat2 amat, tak perlu mengeluarkan keringat…………. Sialan ternyata bau jigongnya Vika yang membasahi bajuku.


Part 13 ( Lebih Dari WOW )

“ Curut….curut……..curut “ ponselku berdering. Ah hanya sms kosong dari Dina, apa maksudnya. Sudahlah sepertinya dia memang tidak niat menghubungiku.

Senin pagi di kampus

“ Di gimana ade lo udah baikan “ tanyaku pada Adi yang sedang duduk di salah satu kursi taman.

“ Udah Dra. Eh Vika gk bisa ke kampus Dra, adenya sakit, ortunya lagi pergi ke bogor sodaranya ada yang nikahan, jadi Vika yang rawatin adenya “ ucap Adi memberitahu tentang Vika.

“ Iya tadi dia juga kabarin gw Di. Kita ke rumah Vika ngerjain tugas di sana aja nanti “

“ Oke “

Siang hari di rumah Vika. Tugas yang ku perkirakan sebulan lagi kelar tapi hanya dalam sehari semalam dapat aku kelarkan, begitu juga dengan Vika. Apa ini karna aura cinta yang telah kami keluarkan.

“ Kayaknya semua udah beres deh tinggal masalah desain aja Di lo rapiin lagi “ ucapku

“ Yakin nih Dra gk ada penambahan script lagi “ ucap Vika.

“ Iya. Lo semua udah paham kan keseluruhan tugas kita “ ucapku kembali.

“ Paham sih, nanti tinggal pemolesan terakhir aja desainnya gampang kok “ ucap Adi.

“ Saatnya kita pesta untuk selesainya tugas kita “ ucapku bersemangat lalu berdiri dan pergi menuju dapur Vika.

“ Eh Dra mau kemana lo, seenaknya aja masuk ke dapur orang “ protes Vika.

“ Widiiiiihhh banyak amat makanannya Vik. Lo semua yang masak nih “ teriakku dari dalam dapur.

“ OOhh iya donk, Vika gitu lho “ ucap Vika dengan bangganya.

“ Bawa semuanya aja Dra “ teriak Adi.

“ Lo berdua jangan seenaknya deh “ protes Vika kembali.

“ Klo gw gk boleh makan masakan lo, berarti masakan lo gk enak “ ucapku keluar dari dapur seraya membawa piring2 berisi makanan.

Kamipun larut dalam suasana makan2 yang menyenangkan, tapi tetap tidak mengganggu adiknya Vika beristirahat di kamarnya. Hingga sore menjelang semua makanan di rumah Vika habis kami makan.

“ Enak banget Vik masakan lo “ pujiku.

“ Lo berdua kebangetan ya di rumah gw “ omel Vika

“ Lo juga ikut makan aja, pake protes “ ucapku mengejek Vika.

“ Udah sore gw balik ya Vik “ ku bangkit untuk kembali ke kosanku.

“ Balik yuk Di “ ku bangunkan Adi yang sedang tidur bersandar di kursi.

“ Woiiii Di “ ku guncang2kan tubuh Adi membangunkannya.

“ Tidur apa mati nih bocah “ ku tendang2 tetap gk bangun2.

“ Lo kasar banget sih Dra “ ucap Vika yang tak tega melihat perlakuanku.

“ Abis kagak bangun2 nih orang “

“ Gk mati kok Dra “ ucap Vika setelah memastikan nadi di tangan Adi masih berdenyut.

“ Ya udahlah gw cabut dulu Vik “

“ Eh jangan balik Dra, gw sama ade gw cewek, dia cowok bisa bahaya nih klo lo tinggalin dia di sini “

“ Oh iya ya, dia kan bujang lapuk. Hati2 lo Vik “

“ Makanya lo di sini dulu sampe dia bangun “

“ Iya deh “

Kami berdua duduk dilantai beralaskan karpet menonton TV sambil menunggu Adi bangun sampai sore berganti malam, tapi tetep saja si pelatih pesut yang satu ini belum bangun2. Padahal suara TV sudah ku keraskan, lalu ku siram air agar Adi bangun.

“ Vik ortu lo ko belum pulang “

“ Nginep mereka Dra, besok pagi baru balik “

“ Lo ada air keras gk Vik “

“ Buat apa Dra ? “

“ Buat bangunin noh si pelatih pesut “ ucapku kesal menunjuk Adi yang masih sibuk dengan mimpinya.

“ Udah ah biarin aja “ Vika mulai merebahkan kepalanya di pundakku.

Ah aku jadi gemetar, ku coba beranikan diri membelai rambutnya yang hitam mengkilap dan harum. Pake sampo apa ya kira2 si Vika.

Tubuh kami semakin merapat, terasa sekali kehangatan dari tubuhnya. Ku angkat dan ku tatap wajahnya. Wajah yang selalu terbayang dalam mimpiku, kini tepat di depanku.

Ku tempelkan keningku dengan keningnya, ku tatap matanya dan ku sentuh rambutnya “ gw sayang sama lo “ bisikku perlahan. Seketika itu wajahnya nampak memerah.

Hembusan nafasnya sangat terasa mengaliri wajahku. Perlahan bibir kami mulai bersentuhan, kelembutan yang kurasakan di pantai waktu itu kembali kurasa.

Lama kami berkecup hingga tanpa disadari bibir kami saling terbuka, memberi kesempatan lidah kami untuk saling berpagut. Permainan lidahnya masih terasa kaku bila dibanding dengan Dina, tetapi lidahnya masih sangat lembut daripada Dina.

Vika mulai melingkarkan tangannya ke leherku, ku juga mulai melingkarkan tanganku ke tubuhnya. Ku peluk erat, ingin kurasakan kehangatan yang lebih dari tubuhnya.

Tak ada kata yang keluar dari mulut kami, melainkan pancaran rasa yang muncul dari dalam hati kami berdua. Entah aku yang mendorong atau Vika yang menarik, hingga tubuh Vika kini terbaring di bawahku. Sementara Lidah kami masih sibuk dengan pagutan2nya.

Deru nafas kami semakin memburu menandakan birahi cinta mulai menyelimuti. Ku telusuri tubuh Vika mencari ujung pakaiannya. Setelah jemariku menemukannya, Vika mengangkat kedua tangannya seolah isyarat bahwa dia mempersilahkanku melepaskan pakaiannya.

Tubuh indah berbalut bra berwarna merah terpampang jelas olehku. Tonjolan payudaranya terlihat begitu halusnya. Ku kecupi dadanya yang sangat halus, Vika menaikkan tubuhnya memberi kode untuk membuka kaitan branya. Oohh payudara yang begitu indah menjulang kearahku. Tak sebesar milik Dina, dan lingkaran putingnya masih kecil berwarna pink. Berbeda dengan Dina yang coklat kemerahan.

“ Hhhmmmm “ lenguh Vika saat lidahku menelusuri bukit payudaranya. Lebih lembut dari Dina, lebih kencang pula. Ku permainkan putingnya yang masih mungil, jelas karna baru beberapa kali payudaranya dinikmati lelaki.

“ Dra “ ku tatap wajah Vika merespon panggilannya. Ku liat matanya terpejam tak lama tangannya menekan kepalaku untuk kembali mempermainkan payudaranya.

“ Ssssshhhh “ desahan Vika mulai keluar dari mulutnya. Membelai-belai rambutku, menahan rasa nikmat yang ku berikan. Ku hisap2 putingnya, ku gigit2 perlahan, tanganku mulai menjelajahi bagian pinggang Vika.

Perlahan ku buka kancing dan sleting jeans yang Vika kenakan. Ke cupanku turun ke arah perutnya berbarengan dengan turunnya celana Vika oleh tanganku. Vika menekuk kakinya membantuku melepas celana dan juga CDnya. Sekarang tubuh bugilnya ada di hadapanku. Indahnya tubuh wanita yg ku kagumi.

“ Sorry Vik “ ku tersadar, aku bangkit dan langsung ku tutupi tubuh Vika dengan pakaiannya.

Vika bangkit dan menyingkirkan kain yang menutupi tubuhnya. Dengan tersenyum Vika melingkarkan tangannya pada leherku.

“ Gw juga sayang sama lo “ Vika menariku kembali hingga dia rebahan di bawahku. Di lepaskannya bajuku, lalu dibuka kancing dan sleting jensku. Ku turunkan jens dan cdku. Saat ini tubuh kami sudah tak mengenakan apapun.

“ Gw gk mau lo nyesel Vik saat selesai “ku coba mengingatkan Vika, tapi tubuhku makin ku dekatkan.

Vika hanya menjawab dengan senyuman, vaginanya yang masih segaris ditumbuhi bulu2 yg rapi dan sedikit, terlihat sudah terlumasi oleh lendir. Dengan rasa ragu ku mulai melakukan penetrasi. Vika membuka kedua pahanya yang putih mulus mempersilahkan penisku untuk memasuki vaginanya.

“ AAAaakkkhhhhh “ erangku saat kepala penisku mulai memasuki vaginanya, masih begitu sempit vaginanya karna baru beberapa kali tercicipi. Vika hanya memejamkan mata dan menggigit bibir bagian bawahnya.

Ku jilati putting payudara Vika yang telah mengeras, menambah rangsangan terhadapnya. “ Ooouuuuggghhh Dra “ desah Vika saat seluruh batang penisku memasuki liang vaginanya. Tubuhnya dinaiki hingga payudaranya lebih menekan wajahku yang sedang bermain dengan putingnya.

Ku diamkan sejenak penisku di dalam vaginanya, kurasakan kedutan2 yang sangat mencengkram erat penisku. Untunglah ada lendir vagina, jika tidak mungkin penisku tidak akan bisa ku lepas. Andai bisa ku dapati perawannya mungkin akan terasa sangat sempurna.

Melihatku hanya berdiam saja, Vika yang sudah tak tahan mulai menggerakkan pinggulnya. Ku ikuti gerakan pinggulnya seirama. Ku tatap wajahnya yang sedang dilanda birahi….. oh begitu cantiknya wajah pasra meresapi kenikmatan yang mulai menjalar seluruh tubuhnya.

“ Vika “ ku pandangi pipi merahnya yang mulai teraliri keringat. Hujaman penisku makin ku percepat. begitu pula dengan gerakan pinggulnya. Lebih nikmat dari pada petualanganku bersama Dina. Mereka berdua wanita yang berbeda, Dina dengan keliarannya dan Vika dengan kelembutannya.

Ku jilati leher jenjangnya yang harum seharum bunga2 di taman surga. Oh walaupun belum pernah ku ke surga tapi harumnya dapat kurasakan di tubuh Vika. Bagai sekuntum bunga dari surga, yang bahkan jika bunga itu terjatuh ke neraka terdalam dan terombang ambing dalam lahar api sekalipun akan menyejukkan seisi neraka.

Dekat dengannya adalah suatu keindahan tapi menyatukan tubuh dengannya adalah hasrat tak terucap. “ OOooouuugggghhh “ Vika aura cintamu telah membakar birahiku, hingga ke tulang2ku ikut merasakan betapa indahnya bersamamu di tengah malam yang beratapkan langit, berselimutkan angin, dan bercahayakan bintang2.

“ Aaaaakkkkhhhhh Dra, gw sadar sepenuhnya berada dalam dekapan lo sssshhhhhhh “ ucap Vika diiringi desahan dan gerakan2 erotisnya yang semakin menerbangkan kami. Mungkin dia coba meyakinkanku bahwa nanti tidak akan ada penyesalan.

Vika membalikkan posisi kami, hingga saat ini dia berada di atasku. Digenggam kedua tanganku lalu direntangkan. Dengan bibir merahnya yang menyentuh bibirku, dia kembali menggerakkan pinggulnya. Lidahnya kembali menerobos bibirku yang masih terkatup, dicarinya tempat lidahku bersemayam lalu memainkan permainan yang tadi kami lakukan.

Kurasakan kedutan vagina Vika makin kencang mencengkram penisku, hingga membuat gerakan kami menjadi pelan. Kurasakan pula penisku mengejang, sepertinya sebentar lagi kami akan mencapai puncak percintaan kami.

“ OOooooouuugggggghhhh Draaaaaaaaaa “ erang Vika diiringi semburan cairan orgasmenya membasahi penisku.

“ AAAAAAAAAkkkkkkhhhh Viiiiiiiiik “ tak lama aku pun menyusul “ crot crot crot crot crot “ semburan spermaku membasahi liang vagina Vika. Rasa yang begitu nikmat menjalari tubuh kami yang menegang setengang – tegangnya. Vika tergeletak lemas di atas tubuhku, penisku masih berada dalam dekapan vagina Vika menikmati sisa-sisa kenikmatan seolah sayang untuk ditinggalkan walau sedetik.

“ Vik “ aku baru sadar jika kami tak menggunakan pengaman.

“ Gw lagi gk subur kok Dra “ ucap Vika yang sudah mengerti dengan apa yang ku pikirkan.

Setelah penisku mengecil dan keluar sendiri dari vagina Vika, kami langsung bergegas memakai semua pakaian kami. Kami sadar sedari tadi Adi ada di dekat kami tertidur pulas.

Kami duduk kembali saling bertatapan, ku lihat tak ada penyesalan dari wajah Vika. Lama kami termenung saling pandang dan akhirnya kami berdua tertawa. Lalu Vika merebahkan kepalanya di pahaku, ku belai rambut indahnya sambil kami kembali menonton tv yang sedari tadi menyala. Tak ada kata yang terucap dari mulut kami, seolah ada sesuatu yang sangat berat di bibir kami yang membuat lidah kami gugup tak bergerak. Aku hanya membelai, menikmati lembutnya rambut hitam mengkilap dari seorang wanita pujaanku.

Malam semakin larut nampak Adi tak ada tanda2 akan bangun. Akhirnya ku siram dengan air seember juga.

“ Stresss lo Dra, gk bisa pelan2 apa bangunin gw “ omel Adi yang terkaget bangun dari tidur karna siraman air dariku.

“ Dari sore gw sama Vika bangunin lo, tapi lo gk bangun2, gw kira lo mati “ omelku tak kalah sangar.

“ Udah malem ya “ Adi sudah mulai menyadari.

“ Yuk pulang, lo mau di grebek “ ucapku seraya menyeret Adi pergi meninggalkan rumah Vika.

“ Vik kita pulang dulu ya “ ucapku pamit pada Vika

“ Hati2 ya lo berdua “ ku lihat wajah Vika tersenyum sumringah melambaikan tangannya.

………………………………………………..

Pagi hari yang cerah secerah hatiku. Burung2 berkicau melantunkan tembang untuk sang matahari, yang dengan gagah mulai menyinari bunga2 yang layu terkena angin malam.

Seorang wanita yang kupuja dari awal ku melihatnya, kini telah berada sangat dekat di hatiku. Wanita itu kini tersenyum manis setiap menatapku.

Tanpa peduli dimana keberadaan Adi sekarang. Di taman kampus, di depan laptop kami masing2 yang terbuka, kami saling berbicara. Bukan tugas yang saat ini kami bicarakan…..

“ Dra lo kok jago banget sih, bagi gw weapon donk “ ucap Vika yang makin kesulitan memainkan game online yang kembali kami mainkan, setelah beberapa waktu tidak main karna fokus ke tugas.

“ Kan tadi udah gw kasih, berusaha donk jangan ngandelin gw aja “ ucapku memberi semangat pada Vika.

“ Lo gk peka banget sih Dra “ rungut Vika padaku.

“ Muncul lagi tuh si gk peka “

“ Ayolah Dra masa lo tega sama seorang lady “ rayu Vika mengharapkan pertolongan dariku.

“ Gw gk konsen nih klo lo bawel begini “

“ Ya udah tinggal kasih gw weapon, terus gw diem deh “

“ Ya udah, ya udah “ akhirnya aku menyerah dan memberinya bantuan kemanuasiaan.

“ Eh Dra gw diserang nih, musuhnya kuat banget lagi, tolong donk lo mainin game gw “ pinta Vika kembali heboh.

“ Gw juga lagi diserang nih Vik “

“ Lo pause dulu napa Dra. Gk peka banget sih “

“ MANA BISA GAME ONLINE DIPAUSE “ omelku pada Vika.

“ Ternyata lo galak banget “ ucap Vika tersendu-sendu

“ Sorry2 Vik, gw lagi konsen nih jadi sedikit emosi “ ku coba menenangkannya.

“ Ya udah mainin game gw “ pinta Vika manja. Terpaksa ku relakan kekalahanku demi seorang bidadari.

“ Eh Vik lo semalem gk nyesel setelah kita …………. “ aku bingung menyebut yang semalam kami lakukan.

“ Entah kenapa ya Dra, gw gk ada penyesalan. Mungkin karna gk ada paksaan, atau jebakan kayak obat perangsang gitu “ ucap Vika dengan senyumnya yg khas.

Kami berdua terdiam tak ada kata yang mampu kami ucapkan. Ku pandangi langit, ku saksikan awan2 yang sedang bergerak, seolah memata-matai kami. Jantungku berdegup kencang, begitu pula jantung Vika hingga dapat terdengar jelas olehku suara detakan jantungnya “ Dug dug dug “

“ Dwaaarrrr “ hah kok meledak.

“ Woii Dra kalah dah gw, lo gimana sih malah bengong mainin game gw, di bom dah tuh “ oh ternyata suara dari game yang kumainkan.

“ S…s…sorry Vik gk sengaja “

“ Mana udah jauh lagi “ Vika nampak kecewa.

“ Nanti gw bantuin lagi deh Vik “

“ Gk peka banget sih lo Dra “

“ Kok nongol lagi sih gk peka “

Saat kami sedang asik bermain game, tiba2 hadir sesosok tangan menyodorkan sebuah kotak makan. Kotak makan yang masih ku ingat dengan jelas.

“ Dina “ ucapku ketika ku menoleh wajah pemilik tangan tersebut.

Dina tersenyum manis menatapku. Aku hanya memandangnya terkejut melihat wanita yang menghilang begitu saja.

“ Dra kira2 Adi dimana ya, ada yang mau gw tanyain nih tentang tugas. Gw cari Adi dulu ya “ ucap Vika seraya menutup laptopnya dan merapikan ke dalam tasnya lalu meninggalkan kami berdua.

Apa yang dirasakan Vika ya. Sepertinya dia nampak tak senang dengan kehadiran Dina di tengah kedekatan kami.

“ Maaf Dra telah sedikit melupakan lo “ ucap Dina lalu duduk di sebelahku.

“ Nih jatah makan lo dari gw, maaf ya udah gk pernah kasih lagi “ ucap Dina kembali menyodorkan kotak makan yang dulu biasa dia berikan padaku. Memoriku kembali ke masa2 saat bersama dengannya. Tapi aku memikirkan Vika, entah apa yang Vika rasakan saat ini.

“ Lo marah sama gw Dra, kok diem aja ? “ tanya Dina memandangku

“ Gk kok Din, gw Cuma kaget aja, tiba2 lo pergi, tiba2 juga lo dateng “ ucapku menoleh ke arah Dina.

“ Maaf gw baru sadar, klo kebahagiaan gw tuh bukan ketenaran “

“ Hhhmmmm “

“ Kebahagiaan gw tuh saat sekarang ini, berada di samping lo. Apa lagi klo liat lo makan dengan lahap, seneng banget gw. Saat ini gw gk mau membuang satu detikpun atau satu meterpun di langkah pertama gw. Gw mau selalu bersama lo “ ucap Dina tersenyum lebar.

Aku terkejut mendengar ucapan Dina itu. Perasaan2ku serta ingatan2ku saat bersamanya terus menghujami kepalaku. Terkenang kembali masa dimana kami mengukir moment2 indah.

“ Selama ini lo kemana aja sih sebenernya “ ucapku sedikit sewot memandang wajahnya.

“ Maaf Dra “ sekali lagi dia mengucapkan kata maaf dengan kepala tertunduk.

“ Ya sudahlah “ ucapku mengalihkan pandanganku kearah laptopku.

“ Gw denger lo berantem sama Rudi ya, cowoknya Vika “

“ Lo kenal Vika? “

“ Iya lah dia sering di ajak Rudi nongkrong bareng sama anak hukum “

“ Rudi anak hukum juga mangnya ? “

“ Hah lo gak tau apa ? “

“ Peduli amat gw tau dia “

“ Katanya Rudi mergokin lo berdua pacaran di mall ya ? “ tanya Dina yang sepertinya penasaran.

“ Salah paham aja, Cuma dia yang gk mau denger akhirnya kasar sama Vika. Sebagai lelaki ya gw hajar aja tuh si Rudi “

“ Salah paham gimana Dra ? “ sepertinya Dina makin penasaran

“ Gw ke mall mau cari buku buat materi tugas kami, terus Vika ajakin mampir bentar liat boneka. Eh tau2 tuh si artis gagal dateng marah2 “ heh kenapa aku bilang cari buku. Kenapa tidak ku katakan aku habis nonton bareng Vika dan tidak ada hubungannya dengan tugas.

“ Huftt, gitu toh ternyata “ Dina menghela nafasnya.

“ Hhhmmmm “

“ Si Rudi jelek2kin lo mulu di depan gw, yang bilang lo ngejar2 gw mulu lah. Saat itu gw jadi kepikiran sama lo Dra. Ya udah gw maki2 aja dia, terus gw sadar klo selama ini gw udah ngelupain lo “

“ Biarin ajalah dia mau omong apa. Males gw berurusan sama banci “

“ Eh Dra tapi bener nih lo gk ada apa2 sama Vika ? “ pertanyaan yang sulit ku jawab

“ Aaaaaaaaaaaaaaa “ ku kehabisan kata2 nampaknya.

“ Tapi kayaknya lo tadi berdua seneng banget. Harusnya kan Vika sedih tuh ribut2 gitu antara lo sama cowoknya “

“ Gk tau “

“ Masa sih lo gk tau “ kenapa tiba2 Dina jadi kepo gini sih.

“ Din kemaren bu maria nanyain lo tuh, kok gk di tempatin kamar kos lo “ ku coba mengalihkan pembicaraan.

“ Hari ini gw mau tempatin lagi Dra “

“ Eh gw buka ya kotak makannya Din “ ucapku seraya membuka kotak makan yang Dina berikan tadi.

“ Tumben lo pake basa basi, biasanya main buka aja “ ucap Dina “ buka baju gw “ bisik Dina tepat di telingaku.

Ternyata Dina tak pernah berubah, selalu bergairah seperti biasanya. Eh selama tidak bersamaku apa Dina bermain dengan lelaki lain ya. Membayangkan Dina bercinta dengan lelaki lain membuat dadaku terasa sesak.

“ Selama gk ada lo gw tidur sendiri nih Dra, jadi sepi rasanya “ oh leganya tanpa perlu ditanya Dina sudah menjawab kegundahan hatiku.

“ Lo masih sibuk syuting donk sekarang ? “

“ Gw udah gk mau, ngapain semua udah di setting, gw Cuma pura2 aja di depan kamera. Mending juga seperti waktu sama lo aja “

“ Ohh gitu, jadi gk terkenal lagi donk lo “

“ Gk apa2. Eh tugas lo gimana Dra “

“ Udah selesai, tinggal diajuin aja sama dosen pembimbing “

“ Berarti kita bisa jalan2 lagi donk “

“ Hah “

“ Hmmmm kemana ya enaknya ?? “ Dina nampak kebingungan memikirkan rencana perjalanan kami. Aku juga bingung tentang Vika, alesan apa aku sama Vika. Walaupun tidak ada kalimat pacaran antara aku dan Vika tapi pasti dia akan menanyakan keberadaanku. Masa aku harus bilang pulang kampung lagi.

“ Tunggu dulu Din, gw harus bener2 mastiin klo tugas gw udah clear. Setelah itu baru kita jalan2 lagi “ ku coba ulur waktu untuk mengatur strategi.

“ Klo gk kita jalan2 yang deket aja, sekitar Jakarta gitu “ Aduuuhhh makin bingung aja aku. Coba tenang dan berfikir.

“ Klo di Jakarta mah gw bosen Din “ ku coba mencari-cari akal.

“ Sama gw juga bosen, tapi kan yang penting kita berdua bisa jalan2 menghabiskan waktu bersama “ Huh ada aja sih alasannya.

“ Ya sudah gw coba atur waktu dulu deh Din. Gw mau ke kelas dulu ya, mau cari Adi dan Vika “ ucapku seraya bangkit lalu berjalan meninggalkan Dina.

“ Ya udah, besok kita bareng lagi ya Dra, naik motor lo “ jebretttttt sepertinya masalah baru akan timbul.

Memikirkan hal ini membuat kepalaku terasa berat. Terlebih beberapa hari ini aku makannya sedikit. Hanya 3 kali sehari. Membuat tubuhku terasa lemas. Ku berjalan tergopoh-gopoh, langit yang berwarna biru menjadi nampak kuning olehku. Pandanganku menjadi kabur, lalu berubah semakin gelap dan akhirnya kesadaranku hilang.

Part 14 ( Neraka yang Bernama RIVAL )

Saat ku buka mataku, ku perhatikan sekitar ruangan tempatku terbaring lemas. Aku mengenal ruangan ini, ruangan yang saat itu menjadi saksi bisu gejolak birahi antara aku dan Dina. Ya ini adalah kamar Dina. Terdengar sayup2 suara wanita, ku bangkit dari tidurku menuju asal suara itu berada. Nampaknya suara itu ada di ruang makan.

“ Eh IT sember Andra itu perlu energi, sop kambing itu bagus buat ningkatin stamina “ teriak Dina pada Vika. Mereka berdua nampak sedang menyiapkan hidangan.

“ Eh hakim sembleb lo gk peka banget sih. Tensi darah Andra bisa naik klo makan kambing, bisa kena kolestrol juga dia. Lebih baik dia makan soto daging sapi “ bentak Vika tak kalah kencang pada Dina.

“ Lo gk denger apa tadi dokter gw ngomong apa. Si Andra tuh darah rendah jadi perlu makan kambing “ omel Dina kembali.

“ Itu mah akal2an lo aja sama dokter sotoy lo itu. Gk mungkin Andra darah rendah, dia kan makannya banyak “ Vika tak mau kalah sepertinya.

Aku hanya bisa terduduk di kursi meja makan, melihat mereka bertengkar. Huft kenapa jadi begini.

“ Eh Andra lo udah siuman “ ucap mereka berbarengan ketika melihatku terduduk lemas.

“ Hhmmmm “ tubuhku masih terasa lemas sekali.

“ Lo mesti makan yang banyak Dra “ ucap Dina menyendokkan nasi yang masih panas ke sebuah piring.

“ Eh hakim sembleb jangan banyak2 nasinya ntar kena gula si Andra “ omel Vika kembali seraya merebut piring yang ada dalam ngenggaman Dina lalu mengurangi nasinya.

“ Heh IT sember klo Andra makannya dikit mana bisa sembuh dia “ Dina tak mau kalah, dia rembut kembali piring itu dan menambahkan nasi kembali.

Ku pandangi langit2 rumah Dina di tengah terjadi perebutan piring nasi antara mereka berdua hingga tarik menarik, dan piring nasi itu terpental ke atas.

“ Pluuukkk “ tiba2 nasi panas hinggap tepat di wajahku “ PRaaannngggg “tak lama kemudian menyusul piring menghantam kepalaku.

“ Panas….panas……panas…….sakit…..sakit……sakit “ ku menggelinjang meratapi nasibku, hingga kursi yang kududuki tak mampu menahan tubuhku yang bergerak tak karuan.

“ Bruaaaaakkkkkk “ ku jatuh terlentang di lantai, kepalaku terbentur lantai. Pandanganku kembali kabur dan akhirnya kesadaranku hilang lagi.

………………………………………..

Saat ku buka kembali mataku, aku sudah berada di kamar Dina kembali. Ku lihat kedua wanita itu sedang tertidur bersama di lantai kamar dengan bersandar pada lemari. Kepala dan bahu mereka saling menempel, terlihat akur klo sedang tidur begini.

Eh kok kepalaku terasa dingin sekali ya.

“ CEWEK2 STRESSS BANGUN LO “ teriaku kepada kedua wanita itu saat mengetahui kepalaku betumpu pada sebuah balok es.

“ Eh Dra lo udah siuman lagi “ ucap mereka polos berbarengan.

“ Siapa yang naroh balok es di kepala gw ?? “ tanyaku pada para wanita stress itu.

“ Tuh si IT sember yang naroh “ ucap Dina menunjuk ke arah Vika.

“ Tapi gara2 si hakim sembleb tuh, dia bilang klo orang kebentur kepalanya harus buru2 di kompres pake es “ ucap Vika membela diri.

“ Tapi kan bukan balok es semberrrrrr “

“ Klo salah kenapa lo ikut bantuin gw tadi semblebbbb “

“ Kenapa kalian gk bunuh gw aja sih “ keluhku lemas

Huft keduanya masih saja terus bertengkar. Ku bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku. Ku berjalan gontai berpegangan pada tembok2.

“ Mau kemana lo Dra “ tanya Dina melihatku berjalan meninggalkan mereka.

“ Mau ke dapur “ ucapku lemas.

“ Lo sakit masih aja mau keluyuran di dapur “ ucap Dina.

“ Lo gk peka banget sih hakim sembleb. Andra tuh belum makan dari pagi “ omel Vika pada Dina.

“ Oh iya ya. Ah gara2 lo nih IT sember “ omel Dina tak mau mengalah.

Malam hari di rumah Dina. Suara jangkring bersautan menyambut datangnya malam. Tapi ada suara lain yang juga bersautan……………..

“ Si Andra itu sukanya lagu2 korea “ ucap Dina menyetel channel musik korea

“ Gk mungkin Andra suka, lo gk peka banget sih. Si Andra itu sukanya drama romantis “ ucap Vika merebut remote tv dari tangan Dina lalu memindah channel tv box office.

“ Hah kok film action sih “ Vika nampak kebingungan dan mengganti-ganti channel tv.

“ Norak lo, gk pasang tv kabel ya di rumah lo “ ejek Dina melihat kebingungan Vika.

“ Berisik lo hakim sembleb “

“ Eh IT sember kenapa lo gak pulang. Ntar ortu lo nyariin aja, lo kan anak mami gk boleh pulang malem2 “ ejek Dina.

“ Gw nginep di sini. Nih lo telpon ortu gw biar dia percaya, gw nginep di rumah cewek “ ucap Vika menyodorkan ponselnya pada Dina.

“ Seenaknya aja lo mutusin. Ini rumah gw, terserah gw siapa yang boleh nginep di sini “ protes Dina dengan kelakuan Vika.

“ Andra tuh lagi sakit perlu perhatian dari gw, klo lo yang jagain bisa2 dia lo tinggal clubbing lagi. Secara lo anak gaul yang bebas gitu “ ejek Vika tak pernah mau kalah.

Sepertinya pertengkaran mereka tak berhenti sampai di sini saja, huh kenapa jadi ribet begini sih.

“ Oke lo boleh nginep di rumah gw tapi lo tidur di sofa “ ucap Dina yang akhirnya mengizinkan Vika menginap.

“ Lo gk peka banget sih, gw kan tamu dan tamu itu adalah raja. Lo sediain kamar donk buat gw tidur bareng Andra “ protes Vika tak terima keputusan Dina.

“ Apa lo mau tidur bareng Andra, enak aja ya nanti bisa2 mimpi buruk si Andra. Dia tidur sama gw, lo di kamar tamu aja “ ucap Dina yang sulit menerima keinginan Vika.

Sepertinya hari2ku bakal semakin berat nih menghadapi keributan antara dua wanita ini. Sekali lagi ku bilang “ jadi cowok tampan memang menyenangkan, tapi sulit dijalani “

Akhirnya diputuskan kami bertiga tidur di kamar Dina. Ranjang yang ada di kamar tamu dipindahkan oleh satpam Dina ke kamar Dina. Kamar yang lumayan luas jadi masih cukup untuk 2 ranjang berada di kamar itu. Dina dan Vika tidur satu ranjang sedangkan aku tidur di ranjang yang berbeda.

Ku perhatikan wajah polos mereka saat sedang tertidur. Lucu juga, bahkan terkadang tanpa mereka sadari mereka saling berpelukan, rebutan selimut, rebutan guling, hingga rebutan area ranjang. Ku pejamkan mataku agar kesehatanku pulih kembali.

………………………………………………………….

Pagi hari, terdengar kicau burung bersautan menyambut sang mentari. Terlihat kedua wanita itu masih tertidur.

” Eeeeee aaaaaa “ suara Vika yang bangun dari tidurnya merenggangkan otot2nya.

“ Lo udah bangun Dra, gimana keadaan lo ? “ tanya Vika melihat kearahku.

“ Mendingan Vik “

Vika bangkit dari ranjang lalu hendak menuju kearahku, sepertinya ingin memberikan ciuman selamat pagi “ Crecek “ langkah Vika terhenti.

“ HAKIM SEMBLEB INI PASTI KERJAAN LO KAN “ bentak Vika melemparkan bantal kearah Dina saat Vika melihat kakinya terikat oleh rantai.

Dina yang kaget dengan lemparan bantal Vika akhirnya terbangun “ Apa sih lo IT sember pagi2 udah ngamuk aja “

Dina menoleh ke arah Vika yang sedang emosi “ He he he Klo lo gk gw rante bisa2 lo bergerilya ke ranjang Andra. Mana bau jigong nih bantal, lo ilerin ya “ Dina bangkit dari tempat tidur “ Crecet “ Dina terhenti.

“ IT SEMBER INI PASTI KERJAAN LO KAN “ teriak Dina saat mengetahui tangannya sedang terborgol pada kayu sandaran tempat tidur.

“ Hi hi hi klo lo gk gw borgol bisa2 lo nyolong2 ke ranjang Andra “ ucap Vika merasa puas.

“ Sember lepasin gk “

“ Lo dulu lepasin gw baru gw lepasin bleb “

“ Sama2 lemparin konci aja sini mber “

Hari ini kami bertiga tidak masuk kuliah, tubuhku masih lemas dan kedua wanita itu tidak ada yang mau mengalah tentang siapa yang merawatku. Sebenernya aku bisa merawat diriku sendiri tapi ya begitulah.

Di suatu sudut ruangan setelah makan lalu mandi aku dan Dina duduk berdua menonton tv. Sedangkan Vika sedang mandi.

“ Eh sembleb lo nonton musik apa tuh “ ucap Vika yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan rambut yang masih basah.

“ Musik korea mber “ ucap Dina menoleh ke arah Vika.

“ Eh sember ngapain lo pake2 baju gw “ omel Dina melihat pakaiannya dipakai Vika.

“ Gw gk bawa baju ganti, jadi terpaksa pake baju jelek ini. Oh ternyata baju lo toh “ ucap Vika setengah mengejek.

“ Eh ganti donk bleb, cari yang acaranya drama romantis gitu “ pinta Vika.

“ Korea juga ada tau drama romantisnya mber “

“ Oh ya “

“ Iya apa lagi klo yang main park ji sung mber. Huh sedih banget bisa2 nangis 3 hari 3 malam lo “ ucap Dina dengan ekspresi yang menyedihkan.

“ Masa sih bleb. Heh park ji sung bukannya pemain bola bleb “ ucap Vika keheranan.

“ Oh ya, berarti dia udah alih profesi ya mber “

“ Klo setau gw sih, drama korea yang sedih klo yang main tuh kim jong ill bleb “ ucap Vika berpendapat.

“ Lo juga tau ya tentang korea. Heh mber bukannya kim jong ill itu presiden korea utara yang baru meninggal waktu itu “ Dina terlihat kebingungan.

“ Masa sih bleb, berarti dia milih berkarir di korut karna bisa jadi presiden daripada di korsel Cuma jadi artis “ ucap Vika dengan wajah polosnya.

“ Heh artis korea tuh yang ada namanya loo ma ho “ ucapku menyela pembicaraan kedua wanita itu.

“ Lee min ho bodoh. Klo gk ngerti diem aja deh, ini obrolan cewek, cowok gk usah ikut campur “ teriak mereka berdua serentak. Sebenernya mereka ngerti gk sih yang sedang mereka bicarakan.

“ Ah klo gw gk gitu suka drama asia, gw sukanya drama eropa, amerika gitu, hollywood dah pokoknya “ ucap Vika setengah sombong.

“ Oh gitu mber “

“ Eh kebetulan gw bawa DVDnya, lo mau nonton gk “ ajak Vika yang sudah mulai akur dengan Dina.

“ Boleh2 mber “ Dina nampak antusias menerima ajakan Vika.

Vika lalu beranjak mengambil DVD yang ada di tasnya.

“ Nah ini dia bleb “ Vika menunjukan sebuah DVD original pada Dina.

“ MOHABBATEIN “ hah aku dan Dina hanya bisa termenung.

“ Ceritanya sedih banget, ternyata tuh cinta mereka gk direstui terus yang cewek bunuh diri. Nah cowoknya mau balas dendam sama bokap ceweknya. Tapi bukan mau bunuh bokapnya lho, Cuma mau menyadarkan aja bahwa cinta mereka tuh abadi. Pokoknya sedih dah klo nonton apalagi theme song-nya oooohhh bisa kering air mata “ ucap Vika coba menerangkan sekilas tentang film itu. Aku dan Dina hanya bisa terdiam membisu.

“ Eh sember. Setau gw itu tuh film India. Korea sama India itu sama2 ada di Asia. Ini mah bukan Hollywood tapi Bollywood “ Dina coba memberi tahu.

“ Eh masa sih, bukannya India di eropa. Sejak kapan pindah ke Asia “

“ Sejak nenek lo belum lahir juga udah ada di Asia sembeeerrrrrrrr “

“ Gw kira eropa, soalnya pemain2nya tuh tinggi2, mancung2 lagi “

“ Dra cewek 1 kelompok lo pinter gk sih “ Dina menoleh ke arahku.

………………………………………………………..

Ke esokan harinya, tubuhku sudah lebih baik. Walaupun hatiku sangat jauh dari kata baik. Ku hendak berangkat kuliah dengan naik kendaraan umum, karna motorku berada di kampus.

“ Dra bareng gw aja naik mobil gw “ ajak Dina yang melihat aku dan Vika hendak pergi ke kampus.

“ Eh sembleb si Andra tuh mau naik angkot bareng gw “ teriak Vika.

“ Eh sember naik angkot tuh banyak polusinya, klo Andra sakit lagi gimana “ teriak Dina berargumentasi.

Iya juga ya, untuk kali ini lebih baik naik mobil Dina saja dan sudah pasti Vika juga ikut menaiki mobil Dina.

“ Sember siapa yang izinin lo naik mobil gw “ bentak Dina.

“ Eh sopir diem aja, udah lo nyetir aja ke tempat tujuan tuan dan nyonya “ Ejek Vika.

Aku yang duduk di bangku depan bersama Dina yang sedang mengemudi. Sedangkan Vika duduk tepat di belakangku.

“ Ha’ “ tiba2 Vika menurunkan jok tempatku duduk, hingga posisiku terbaring.

“ Eh sember lo ngapain sih, jangan aneh2 deh, mobil mahal nih “ bentak Dina yang melihat aksi Vika.

“ Andra itu perlu istirahat, jadi dia musti berbaring gini “ ucap Vika seraya tangannya membelaiku.

“ Sember jangan ngambil kesempatan deh, minggirin gk tangan lo dari wajah Andra “ ucap Dina yang jengkel terhadap Vika.

“ Eh supir, lo tuh harus fokus klo nyetir demi keselamatan tuan dan nyonya. Ngerti gak sih “ ejek Vika kembali.

“ Awas lo mber, gw turunin di tol nangis lo “ ancam Dina yang tak mampu berbuat apa2 karna sedang nyetir.

……………………………………………………….


Di kampus saat kelas Pak Dedi, dosen tugas akhir kami sedang menerangkan tentang tugas kami. Vika yang biasanya duduk dekat teman2 wanitanya, kini dia duduk tepat di sampingku.

“ Heyyy siapa itu di luar “ bentak Pak Dedi yang melihat bayangan wanita dari balik jendela.

“ Ohhh pasti si hakim sembleb tuh. Biar saya yang urus pak “ ucap Vika penuh semangat, menggulung lengan bajunya, lalu pergi keluar kelas.

“ Heh sembleb ngapain lo ngintip2 kelas gw, lo mau mata2in gw sama Andra hah “ teriakan Vika dari luar terdengar sampe ke dalam kelas.

“ Siapa yang ngintip, gw Cuma kebetulan lewat aja kok “ Dina nampak mencari alibi.

“ Banyak alesan lo sembleb “ teriak Vika kembali.

Suara2 keributan membuat kelas menjadi ikut bergemuruh. Huft untunglah tugasku sudah selesai, hanya tinggal Adi saja yang penyelesaian tahap akhir. Jika belum mana bisa aku fokus jika kondisinya seperti ini.

…………………….

Di kantin ku hampiri Adi yang sedang duduk sendiri menikmati makanan dihadapannya.

“ Woi gimana keadaan lo Dra. Bikin heboh aja sih “ tanya Adi menoleh kearahku.

“ Lebih buruk Di. Heboh gimana Di “ tanyaku keheranan.

“ Lo pingsan si Dina jerit2, akhirnya lo di gotong ke mobil Dina terus di bawa ke rumahnya. Udah gitu Vika yang baru tau klo lo pingsan, dia pergi ke anak2 hukum, pake toa nanyain rumah Dina. Udah dapet alamatnya gw di suruh anterin Vika. Mana di motor brisik banget lagi “ ucap Adi menerangkan kejadian saatku pingsan.

“ Seheboh itu ya “ ucapku tertunduk lemas.

“ Gw udah selesai ni Dra tugasnya “ ucap Adi kembali.

“ Bagus deh. Besok kita ajuin ke bu Rina “

……………………………………………………………….

Di ruang dosen Bu Rina, aku, vika dan Adi sedang membahas tugas kami.

“ Oke tugas kalian sudah bagus, nanti tinggal nunggu pengumumannya saja dari TU kapan daftar sidang dan sidangnya. Paling pendaftarannya pertengahan bulan ini Agustus, terus sidangnya bulan september “ ucap Bu Rina kepada kami bertiga.

“ Oke deh bu kita pamit dulu ya “ ucap Vika, dan Kami bertiga meninggalkan ruangan Dosen.

“ Dra kita mau kemana nih sekarang. Kan udah santai “ tanya Vika

“ Gw mau main PES sama Adi “ ucapku enteng.

Vika yang cemberut langsung meninggalkan kami berdua entah kemana.

…………………………………………………………..

Di salah satu sudut kampus aku dan Adi sedang asik bermain PES.

“ Goooooooooooolllllll “ teriak Adi saat team yang dimainkannya berhasil mencetak gol. 0 – 1 untuk keunggulan Adi.

“ Sialan bakal gw bales “ ucapku penuh emosi.

“ jrengjeng……..jrengjeng…….. jrengjeng “ Ponselku sedari tadi tak berhenti berbunyi. Beberapa kali Vika telpon tapi tak aku angkat. Sms pun tak aku pedulikan, aku sedang fokus bermain karna pake taruhan.

“ Ooooooooooh…….aaaaaaaaaaaaaahhhhhh…..oooooooo “ terdengar suara desahan.

“ Suara apa tuh Dra “ ucap Adi kebingungan.

Ah sialan pasti itu GPSku, lagi-lagi Dina membuat nada alarm yang aneh, Dina sedang dalam bahaya sepertinya. Segera ku lihat GPSku untuk mengetahui lokasinya. Hah ternyata ada di luar kampus, mungkin ada yang berusaha menculiknya lagi. Bertahanlah Dina, aku segera ke sana. Dengan kecepatan penuh ku berlari menuju lokasi Dina di luar kampus. Sesampainya di lokasi yang kutuju…………….

“ Gw menang mber, Andra ngerespon panggilan gw, berarti lo yang harus keliling kampus dengan dandanan kayak orang gila “ ucap Dina kepada Vika dengan penuh kesenangan.

“ Awas lo hakim sembleb gw bakal bales. Pake cara curang segala “ ancam Vika.

“ Sini masuk ke mobil gw, biar gw dandanin, ha ha ha “

Ternyata aku hanya dijadikan bahan taruhan mereka berdua. Berarti sedari tadi Vika meneleponku sedang taruhan dengan Dina.

………………………………………………………….

Bulan september disuatu pagi, akhirnya kami bertiga akan melaksanakan sidang. Aku mendapat giliran pertama, disusul Vika, lalu Adi terakhir. 5 menit menuju pukul 9 saat sidang dimulai, kami bertiga duduk di luar ruangan sidang.

“ Gw grogol nih “ ucapku gemeteran.

“ Grogi bodoh “ ucap Vika membenarkan.

Teeeeetttttt tepat pukul 9 aku memasuki ruangan sidang dengan sebuah ketegangan yang luar biasa.

Skip skip skip 1,5 jam.

Aku keluar dengan muka yang berseri-seri.

“ Gw lulus “ ucapku dengan penuh kegembiraan disambut ucapan selamat dari Vika dan Adi.

Setelah itu Vika dan Adi sidang secara bergiliran. Sidang yang menegangkan bagi kami bertiga dan akhirnya kami lulus. Akhirnya perjuangan kami selama 4 tahun kuliah selesai juga.

“ Andra selamat ya “ ucap Dina yang memelukku dihadapan Vika dan Adi saat tahu aku lulus.

“ Norak lo bleb “ ucap Vika sentimen.

“ Lo pake dukun apa mber, kok bisa lulus “ ucap Dina mengejek.

“ Eh calon mahasiswi karatan, diem deh klo gk bisa lulus jangan sirik sama mahasiswi yang lulus seperti gw “ ucap Vika tak mau kalah mengejek.

“ Gw tuh bukannya gk bisa, Cuma belum mau aja “ ucap Dina beralasan

“ Otak lo gk nyampe kali ngambil hukum, sok2an segala “ ejek Vika kembali

“ Hei kalian jangan bikin ribut di sini, lagi ada sidang. Pergi sanaaaa !!! “ omel salah seorang dosen yang keluar dari ruang sidang.

……………………………………………….

Untuk merayakan kelulusan aku dan teman2 di jurusan MI ingin mengadakan kegiatan camping di daerah sukabumi. Karna rencana anak MI dan anak hukum sama maka kami sepakat untuk bergabung dalam 1 kegiatan.

Rapat pembentukan panitia dihadiri sekitar 100 mahasiswa dari jurusan MI dan hukum. Ketua dan wakil ketua diambil dari jurusan MI dan hukum. Begitu pula seksi2 dipilih dari kedua jurusan itu. Tiap seksi terdiri dari 2 orang yg berbeda jurusan. Di tetapkan Diki dari MI sebagai ketua dan Arman dari hukum sebagai wakil ketua.

“ Oke gw udah ada daftar calon seksi2 yang bertugas, udah gw diskusiin sama Arman. Jika keberatan silahkan disampaikan, nama yang gw sebutkan nanti juga boleh keberatan “ ucap Diki menjelaskan.

“ Sekertaris. Bela dari MI dan Uci dari hukum. Ada yang keberatan “ ucap Diki

“ Gak ada “ jawab para hadirin serentak.

“ Selanjunya. Seksi acara, Indah dari MI dan Ani dari hukum. Gimana ada yang keberatan “

“ Gak ada “ jawab para hadirin serentak.

“ Selanjutnya seksi perlengkapan, Andra dari MI dan …….. “

“ Gw aj…. Gw aja “ teriak Dina dengan semangat memotong ucapan Diki.

“ Eh sembleb main potong aja, lo kan gk lulus ngapain lo ikut2an “ ucap Vika kesal.

“ Ada yang keberatan tuh, berarti pencalonan lo gugur Din “ ucap Diki setengah mengejek.

“ Gw terusin yang tadi kepotong. Seksi perlengkapan Andra dari MI dan Toni dari hukum. Ada yang keberatan, kecuali Dina “ ucap Diki melirik Dina sinis.

“ Gk ada “ ucap serentak

“ Oke lanjut. Seksi konsumsi………. “

“ Gw aja…gw aja “ ucap Vika penuh antusias memotong ucapan Diki.

“ Eh sember apa2an sih lo main potong aja “ omel Dina.

“ Kebetulan seksi konsumsi belum ada yang gw calonin. Oke boleh deh Vika “ ucap Diki antusias.

“ Apa2an lo Dik, tadi gw nyalonin jadi seksi perlengkapan lo tolak giliran Vika gk masalah “ ucap Dina kesal menarik kaos Diki.

“ E..e….emang belum ada nama yang gw calonin, nih liat sendiri “ ucap Diki terbata sambil menunjukan sebuah kertas.

“ Ya udah jadiin gw seksi konsumsi juga “ pinta Dina kesal

“ Oke2. Seksi konsumsi Dina dari hukum dan Vika dari MI. Gw harap kalian berdua bisa bekerja sama “ ucap Diki.

“ Ohh tentu saja “ ucap Vika dan Dina berbarengan saling menatap begitu tajam. Sunggu menyeramkan tatapan mereka berdua.

“ Oke lanjut ya. Bendahara Mala dari hukum dan Siska dari MI. Udah ya gk usah ada yang keberatan “

“ Yaaaaaa “

“ Lanjut. Seksi transportasi Ari dari MI dan Ardik dari hukum. Ada yang keberatan “

“ Gak ada “

“ Seksi dokumentasi. Ronal dari MI dan Anton dari hukum. Ada yang keberatan “

“ Gk Ada “

“ Terakhir seksi kebersihan. Hmmmm gw belum ada calon nih. Ada yang bersedia mencalonkan diri “ tanya Diki kepada para mahasiswa

“ RUDI “ ucap Dina dan Vika serentak penuh emosi.

“ Apa2an nih, kok gw “ protes Rudi.

“ Oke yang pertama Rudi dari hukum, selanjutnya yang kedua siapa nih “ tanya Diki kembali

“ Dia aja sendiri “ ucap kembali Dina dan Vika serentak masih dengan emosinya. Rudi hanya bisa menunduk lemas menerima nasibnya.

“ Oke panitia sudah terbentuk, kita bahas perkiraan anggaran besok pagi ya, setelah itu baru kita tentuin besar iuran tiap orangnya “

Rapat panitia untuk membahas perkiraan besar anggaran, lokasi dan waktu camping sudah ditentukan. Setelah dana terkumpul dari tiap mahasiswa, masing2 seksi kini menjalankan tugasnya masing2. Seksi acara melakukan survei lokasi, aku dan Toni mencari perlengkapan yang dibutuhkan, seperti booking untuk sewa tenda dan lain-lain. Sementara Vika dan Dina entah apa yang mereka lakukan.

…………………………………

Rapat panitia selanjutnya untuk membahas perkembangan dari tugas2 tiap seksi.

“ Dina, Vika kok lo ngabisin 80% anggaran sih. Heh Mala, Siska ngapain lo kasih dana sebanyak itu ke mereka “ omel Diki yang terkejut melihat 80% anggaran terpakai hanya untuk konsumsi saja.

“ A….a…anu gini, gimana nih Mal “ ucap Siska terbata kebingungan menoleh kearah Mala.

“ A…..aduh gw juga bingung Sis ngejelasinnya “ ucap Mala tak kalah bingungnya.

Huh sepertinya ada hal yang mengerikan pada kedua bendahara itu. Sedangkan Vika dan Dina hanya tersenyum iblis menatap kedua bendahara itu.

“ Masa kita harus naikin anggaran lagi sih, bisa banyak yang batal nih klo begini “ omel Diki kembali.

“ Kalian berempat harus tanggung jawab “ ucap Arman menunjuk ke empat wanita tersangka utama.

“ Kok gw sama Mala juga kena sih “ ucap Siska memprotes keputusan Arman.

“ Lo kan bendahara yang bertanggung jawab masalah keuangan “ ucap Arman kembali.

Selesai rapat ku samperi Dina dan Vika yang sedang berada di kantin kampus.

“ Eh lo2 orang apain tuh 2 bendahara kita, kok kayak ketakutan gitu “ tanyaku kepada Dina dan Vika.

“ Gk di apa2in ko. Cuma gw sama sember bawa mereka ke ruangan kosong terus tangan diborgol sember dan kaki gw rante. Abis itu gw telanjangin mereka terus sember yang fotoin tubuh bugil mereka “ ucap Dina menerangkan kejadian pemerasan.

“ Klo gk mau kasih dana yang gw minta, gw ancem bakal gw sebar foto mereka ke mahasiswa mesum di sini. Hi hi hi “ ucap Vika meneruskan.

“ Lo pada kok kejam banget sih “ omelku lagi.

“ Lo kan makannya banyak Dra, jadi kita perlu dana banyak untuk konsumsi “ ucap Dina.

“ Tenang Dra nanti gw pisahin jatah makan lo yang lebih banyak di perkemahan nanti deh “ ucap Vika.

“ Kalian kompak untuk hal yang menyesatkan “ ucapku tertunduk lemas. Ternyata ini alasan mereka menjadi seksi konsumsi.


Part 15 ( Dibalik Senja Merah )

Dirinya dirikmu
Tergila-gila padaku

Cintanya cintamu
Sama besar kepadaku

Mungkinkah kiranya
Cinta segi tiga
Kan mencapai bahagia

Reff :

Tentu saja dia tak mau mengalah
Melepas diriku untukmu
Dan begitu juga kamu tak kuasa
Melepas diriku untuknya

Sedangkan kutahu cintaku padamu
Sama seperti kepadanya
Hingga aku ragu bahkan tidak mampu
Untuk menentukan yang mana

Dia atau kamu

( Cinta segitiga Rhoma Irama )

Alunan musik dangdut menghiasi pagi hari ( tepatnya subuh ). Terhampar 2 orang insan sedang dimabuk birahi bergumul di sebuah ranjang.

“ Masukin Dra udah lama nih memek gw gk kemasukan kontol lo “ pinta wanita binal bernama Dina, memohon hujaman batang kenikmatan.

“ Sabar napa Din, baru mulai pemanasan “ ucapku seraya mengecupi bongkahan payudara Dina, coba mengulur waktu agar Dina makin terbakar birahi.

“ udah basah banget memek gw nih “ ceracau Dina yang semakin tak kuat menahan nafsu.

Aku tak pedulikan permohonannya. Bibirku masih merayap di kedua bukit indah yang telah lama tak kukunjungi. Seperti bernostalgia, Dina terus saja meronta-ronta membuatku sedikit kesulitan menguasai payudaranya.

Tangannya yang sedari tadi mencari penisku yang masih tertutup rapat oleh celana pendekku. Selalu kuhindari agar dia semakin penasaran. Kuraba pinggiran vaginanya dengan jariku. Lendir vaginanya telah membasahi hingga ke pinggir. Pinggul Dina bergoyang2 seolah pencari posisi jemariku berada agar masuk ke dalam vaginanya.

“ Sialan lo Dra “ Dina yang mulai kesal dengan permainanku, mulai bangkit dan membalikkan tubuhku hingga kuterbaring di tempat tidur.

Bagai srigala lapar yang mencabik mangsanya, Dina mencabik seluruh pakaianku hingga tak bersisa. Kini tubuh kami sudah tak berbusana sama sekali. Diraihnya penisku yang sudah tegang dengan tangannya, tak lama “ hap “ penisku sudah masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.

Dikulumnya penisku dengan sepenuh nafsu yang bergejolak. Aku hanya bisa pasrah menghadapi Dina yang sudah dikuasai oleh iblis birahi. Diremasnya kedua pahaku, sementara mulutnya menghisap serta menaik-turunkan penisku.

“ Ooouuuuggghhhh “ penisku menjadi tegang setegang-tegangnya diperlakukan sekejam itu oleh Dina. Tak lama Dina mengulum penisku, lalu ia memposisikan penis tepat di bawah Vaginanya, duduk di atasku. Siap untuk memasuki babak utama dalam percintaan kami.

“ AAAAAAAAAAakkkkkkkkhhhhhhhh “ erang kami berdua saat penisku amblas sepenuhnya kedalam vagina Dina. Langsung mencengkram penis yang sudah lama tak bertamu ke vagina Dina. Walaupun cengkramannya tak sekuat Vika tapi masih sangat nikmat.

“ Ooooohhhhhh udah lama banget Dra, gw kangen kontol lo “ Dina langsung menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan yang luar biasa, seolah ingin menguras habis spermaku.

“ Din jangan cepet2, nanti kontol gw patah “ pintaku yang nampak tak dipedulikan oleh Dina.

“ Aaaahhhh ooooohhhhh gila enak banget Dra “ Bagai joki pacuan kuda yang sedang mengincar mendali emas, terus menggerakkan pinggulnya agar dapat ke podium tertinggi.

Kugenggam tangan Dina, kutarik hingga seluruh tubuhnya menindih tubuhku. Kulumat bibir manisnya, kucari-cari lidah liarnya agar dapat beradu keliaran dengan lidahku.

“ HHhhmmmmmm “ bak dua satria pedang yang beradu pedang, lidahku dan lidah Dina saling beradu menentukan siapa yang menang.

Kubalikkan posisi kami, sehingga kini Dina di bawah kendaliku. Mulut kami masih dalam keadaan saling lumat, kugenjot vaginanya yang telah mekar karna hujaman penisku dengan RPM yang tinggi. Dina yang tak mau kalah juga ikut menggerakkan pinggulnya, bahkan tubuhnya ikut bergerak tak karuan.

“ OOOOOOuuuuuuuugggghhhhhhh, ssssssssshhhhhhhhhh, aaaaaaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhh “ erangan2 kenikmatan yang tersamarkan oleh suara musik dangdut, bergemuruh di balik tembok2 bisu. Decit2 ranjang yang bergoyang kencang seolah tak mampu menahan luapan nafsu kami berdua.

“ Hah, hah, hah “ deru nafas yang semakin berat, menandakan nafsu yang semakin tinggi melayang. Kecupan2ku dileher dan dada meninggalkan bercak2 merah. Keringat yang mengalir tanpa henti mengaliri setiap inchi tubuh kami.

“ OOOOuuuugggghhhhhhhhh “ erang Dina yang telah mencapai puncak persenggamaannya. Terasa jelas olehku semburan cairan orgasme pada penisku. Tubuhnya langsung lunglai tergeletak dihamparan seprei berwarna putih. Gerakannya semakin lama semakin pelan hingga terhenti.

“ Bentar Dra, gw cape banget nih “ ucap Dina dengan nafas yang tersengal.

“ Lo sih main liar amat, jadi cepet cape “ ucapku memandangi wajah Dina yang penuh dengan peluh. Sementara penisku masih tertancap keras di dalam vaginanya.

“ Gara2 si IT sember nih kita jadi susah punya waktu berdua “ ucap Dina nampak kesal dengan ulah Vika. Mungkin Vika juga kesal dengannya karna aku dan Vika juga sulit untuk berdua.

Kucabut penisku, lalu kuangkat tubuh Dina dan kuposisikan tubuhnya menungging. Tak lama langsung kuhujam penisku dari belakang.

“ AAaaaahhhhh Dra buru2 amat sih lo. Mana posisinya begini lagi, aturan mah tadi pas gw belum cape “ protes Dina yang tak kuhiraukan. Kupompa penisku ke vagina yang berlumuran cairan kenikmatan itu.

Kuangkat tubuhnya, kuremas payudaranya, sementara bibirku mengecupi bagian leher lainnya yang masih belum mendapat cap merah olehku.

Kuplintir2 kedua putting payudaranya yang mengeras sedari tadi. Kujilati punggungnya yang begitu mulusnya. Pompaan penisku semakin k percepat, Dina hanya bisa pasrah menerima hujaman nafsu liarku yang semakin membara.

Kuturunkan tubuhnya, lalu kumiringkan, kuangkat satu kakinya bertumpu pada pundakku. Langsung kembali kuhujamkan penisku masuk menerobos vagina yang memerah.

“ Aaaaaaakkkkhhhhhhhhh Dra terus Dra, enak banget Dra “ ceracau Dina yang mulai kembali bergairah. Pinggulnya mulai ia gerakkan walau tak sekencang tadi. Entah sudah berapa liter keringat yang telah kami produksi, terus saja mengaliri tubuh bugil kami.

“ Ooooohhh Din enak banget memek lo “ kupacu gerakan penisku menjadi tak beraturan, menggelitik syaraf2 vagina Dina yang semakin kencang berkedut, menandakan orgasmenya tinggal menunggu hitungan menit.

Penisku juga mulai terasa berkedut, cairan spermaku telah bersiap menyembur vagina Dina. Terus mengalir menuju puncak luapan lahar birahi kami berdua.

“ OOOOOOOOOOOOOOOuuuuuuuuuuuuuuggggggggghhhhhhh, aaaaaaaaaaaaaaakkkkkkhhhhhhhhhhhh “ jeritan kami berbarengan “ crot crot crot crot crot “ semburan cairan kenikmatan kami saling melumuri kelamin kami.

Tubuhku terhempas di samping Dina, menatap langit2 meresapi kenikmatan yang baru saja diraih. Basah sangat basah tubuh kami bermandikan peluh. Deru nafas yang berat terdengar dari mulut kami.

Tak terasa mata kami pun terpejam, kami tertidur pulas untuk mengembalikan energi kami yang terkuras habis.

………………………………………………………..

“ Tok tok tok tok “ suara pintu di ketuk membangunkan tidur kami.

“ Dra…. Andra lo ada di dalam gk “ teriak suara wanita yang kukenal. Yup Vika sedang berada di depan kamar kosku. Untunglah aku dan Dina sedang berada di kamar kos Dina. Walaupun hanya berjarak 1 pintu.

Aku langsung mengenakan semua pakaianku, sedangkan Dina ke kamar mandi dan keluar hanya dengan berbalut handuk biru. Langsung membuka pintu kamar kosnya.

“ Woi sember nyari Andra lo “ tanya Dina dari pintu kosnya.

“ Udah tau gw manggil Andra pake nanya lagi “ ucap Vika sewot.

“ Dia lagi ada di kamar gw nih mber “

“ Wah ngapain lo berdua satu kamar “ Vika yang geram langsung menghampiri Dina.

“ Lo liat gw Cuma pake handuk, lo tebak aja sendiri ngapain gw sama Andra “ ucap Dina setengah berbangga.

“ Jangan bikin gw emosi dah, mana Andra “ omel Vika seraya matanya berkeliaran memandangi isi kamar kos Dina.

“ Cari aja sendiri di kamar gw “ ucap Dina setengah sombong

Vika langsung memasuki kamar Dina untuk mencariku. Di lihat kolong tempat tidur, kamar mandi, di buka lemari pakaian Dina dan di balik jendela kamar tetapi tak menemukan diriku.

“ Eh sembleb Andra gk ada tuh, jangan bohong ya, manas2in gw aja “ omel Vika kembali.

“ Ada tadi sama gw, beneran dah “ ucap Dina yang yakin akan keberadaanku. Dicarinya diriku di tempat2 yang tadi di cari oleh Vika. Tapi tetap tidak menemukan aku.

“ Lo jangan ngibul deh bleb, mau nunjukin betapa hebatnya diri lo apa “ ejek Vika yang tak mempercayai kata2 Dina.

“ Beneran tadi sama gw di sini. Nih lo liat bekas cupangan Andra. Berani sumpah demi apapun deh gw “ ucap Dina berusaha meyakinkan Vika. Seraya menunjukan tanda merah di leher.

“ Bodo amat ah, gw gk percaya, paling itu juga hasil kerokan “ ucap Vika yang tetap tak percaya.

“ Kemana ya si Andra, padahal gw bawa makanan yang gw masak sendiri nih, banyak lagi “ ucap Vika nampak lemas.

Hah makanan, tidak2 hampir saja kutergoda dan langsung turun dari atas lemari. Untunglah kubisa menahan diri, klo Vika sampai tahu aku di kamar Dina bisa gawat nih. Kutetap memperhatikan gerak-gerik kedua wanita itu dari atas lemari.

“ Ya udah gw titip makanan buat Andra bleb, klo dia dateng bilangin nanti siang suruh kerumah gw. Penting “ ucap Vika seraya memberi rantang ke Dina lalu pergi berlalu pulang ke rumah.

Setelah Vika pergi Dina langsung menutup pintunya. Setelah kurasa kondisi cukup aman, Aku pun langsung turun dari atas lemari.

“ Woiii kudanil sempet2nya lo naik ke atas lemari. Pantesan di cari2 gk ketemu “ omel Dina yang terkejut melihatku turun dari atas lemari.

“ Ini buat gw kan Din “ kuambil rantang dari Vika yang ada di tangan Dina.

Kami berdua menyantap makanan yang diberikan Vika. Dina nampak begitu cantik saat dia tersenyum penuh arti padaku.

“ Dra, lo cinta gw ? “ pertanyaan yang mengejutkan jantungku. Hampir saja makanan yang berada di mulutku menyembur keluar. Tak ada kata yang mampu kuucap untuk menjawab pertanyaan Dina.

“ Andai waktu itu gw gk lupa sama lo, mungkin Vika gk akan masuk di hati lo. Tapi gw tau kok klo lo juga punya rasa sama gw “ ucap Dina lirih. Vika sudah ada sejak dulu di hatiku, justru aku yang baru ada di hati Vika.

“ Din gimana perkembangan kasus bokap lo ? “ kucoba mengalihkan pembicaraan.

“ Mungkin hukumannya bisa lebih ringan dari tuntutan, soalnya bokap gw ikut membantu tugas penyidik. Apa lagi nyokap gw punya rekaman siapa2 aja yang terlibat “ ucap Dina

“ Eh Dra lo kan udah santai nih gk ada tugas, jalan yuk “ ajak Dina bersemangat.

“ Kemana Din “

“ Enaknya kemana ya Dra “

“ Ke cigamea yuk, bogor. Di sana banyak curugnya “ ucapku memberi ide.

“ Air terjun gitu ya. Boleh2 week end ya Dra “

………………………………………………..

Siang hari saat aku berkunjung ke rumah Vika.

“ Hai Vik lagi pain nih “ sapaku yang melihat Vika sedang duduk di teras rumahnya.

“ Lagi nyulam “

“ Nyulam apa lo, dasar emak2 “ ejekku yang disambut tusukan jarum ke jidatku.

“ Sembarangan lo klo ngomong “ omel Vika. Aku hanya bisa mengelus2 jidatku saja.

“ Eh Dra tadi pagi lo kemana, gw kok ke kosan lo gk ada “

“ Lari pagi biasa “

“ Ohhh gitu. Enak gk masakan gw “

“ Enak banget kok Vik. Nih gw balikin rantangnya “ ucapku mengembalikan rantang yang kubawa dari kosanku.

“ Tapi lo gk kenapa2 kan abis makan tadi ? soalnya tadi makanan gw titipin si sembleb, takut di racunin aja, dia kan seneng klo nama baik gw tercemar “ tanya Vika yang mencurigai Dina.

“ Gk kenapa2 kok Vik. Ada apa lo minta gw dateng ke sini “

“ Gk ada apa2, Cuma pengen lo dateng aja, abis tadi pagi lo gk ada di kosan “

“ Hah gk ada hal yang penting donk “ ucapku terkejut.

“ Lo gk peka banget sih, Cuma dateng aja harus pake hal yang penting “ omel Vika seraya menunjukan jarum yang berkilau di tangannya.

“ Dra jalan yuk, bete gw nih Cuma di rumah aja “ ajak Vika

“ Boleh. Kemana nih enaknya ya “

“ Gw mau ke pantai Dra “

“ Bosen gw ke ancol Vik “

“ Ke anyer gimana Dra “

“ Jauh, klo Cuma sehari mah bikin cape doank “

“ Gimana ya izinnya sama bokap gw “ Vika mulai berfikir agar dapat jalan denganku.

“ Klo gw yang izin pasti gk bakal diizinin Vik “ ucapku.

“ Ah gw ada cara. Udah lo balik aja ke kosan lo, nanti gw ke sana “ ucap Vika penuh semangat.

Akupun kembali menuju kosanku. Eh kan di sana ada Dina, dia pasti penget ikut klo aku dan Vika jalan2 nih.

“ Eh Dra lo mau kemana lagi “ tanya Dina melihatku membawa tas keluar kamar kos.

“ Sodara gw di Bogor ada yang meninggal, gw mesti ke sana sekarang “ sejak kapan ku memiliki saudara di Bogor.

“ Ya udah hati2 ya. Kabarin gw ya klo udah sampe “ ucap Dina. Aku pun langsung pergi menuju sekitar rumah Vika.

“ Vik gw udah ada di depan gang rumah lo, lo gk usah ke kosan gw “ smsku pada Vika.

Tak beberapa lama Vika datang menemuiku, dengan membawa tas juga. Kamipun pergi menuju anyer.

“ Eh Vik lo alesan apa sama bokap lo “ tanyaku penasaran dengan alasan Vika.

“ Gw suruh temen gw cewek ke rumah gw, izinin sama bokap gw “ ucap Vika. Ada saja akalnya wanita yang satu ini.

…………………………………………………………………

Malam hari kami sampai di anyer, kami menyewa kamar hotel yang berada di sekitar pantai. Pemandangan yang menarik dari atas balkon kamar hotel, mengarah pada lautan.

Deru ombak lautan yang memecah kesunyian malam, di pinggir pantai berselimutkan angin malam. Kuberdua Vika memandangi pantai. Gemerlap bintang di langit bagai mata dewa yang menyaksikan 2 insan yang saling di mabuk asmara.

Diam selama beberapa saat, akhirnya Vika membuka obrolan “ Dra, kita kan udah lulus nih, rencana lo apa kedepannya “

“ Gw mau menikmati masa2 kelulusan gw ini, urusan kedepannya gimana, nanti aja gw pikirin. Gw males memikirkan hal merepotkan seperti itu “ ucapku santai.

“ Oh gitu “

“ Nah lo sendiri apa rencana lo Vik “

“ Gw sih ditawarin kerja sama temen bokap gw. Tapi gw juga masih pengen menikmati masa2 ini “ jawab Vika santai.

“ Dasar remaja alay pikirannya senang2 mulu “ ucapku santai.

“ JAWABAN LO SAMA JAWABAN GW APA BEDANYA “ omel Vika

Malam semakin larut, kuberdua Vika melepas rasa. Aku semakin hanyut dalam suasana remang malam.

“ Dra, gw seneng di dekat lo “ bisik Vika meletakkan kepalanya pada bahuku. Dipeluk erat tanganku.

“ Gw juga Vik “ ucapku, kurebahkan pipiku di ujung kepalanya. Menatap indahnya suasana malam di pantai, di terangi sinar bulan dan gemerlap bintang2. Biarlah hati kami saling menyapa, karna begitu dekatnya.

Dina sedang apa ya di kamar kos sendiri, atau dia sedang berada di rumahnya saat ini. Ah kenapa aku jadi kepikiran Dina saat bersama Vika. Tak bisa kubohongi bahwa hatiku kini terisi oleh kedua wanita itu.

“ Dra “ Vika mengangkat wajahnya, menatapku sayu. Kuhanya bisa membalas tatapannya. Bibir kami pun saling tarik, hingga menempel satu sama lainnya. Kelembutan bibir Vika begitu dapat kurasa, sangat lembut hingga menyentuh kedasar hatiku.

Kugenggam erat jemarinya, tak ingin kulepas kelembutan itu dari tubuhku. Hingga tubuh kami tergeletak di hamparan pasir pantai. Dari kecupan bibir kami menjadi lumatan, serta lidah2 kami ikut dalam permainan cinta yang bergejolak.

Tanpa sadar tangan kami sudah melucuti habis pakaian kami. Yang tersisah hanyalah tubuh2 tanpa busana yang bertaburan pasir pantai. Lidahku yang mulai bergerilya ke arah leher Vika, sementar tanganku menjelajahi kehalusan tubuhnya.

Vika hanya bisa tergeletak menikmati jamahanku, menatap indahnya bintang2 merangkai gugusan. Lidahku akhirnya sampai di sebuah gundukan indah, putih nan mulus lengkap dengan putting berwarna pinknya.

Ku permainkan putingnya dengan lidahku sementara tanganku meremasi bongkahan payudaranya yang kencang itu. Hingga membuat Vika menggelinjang menahan rasa geli bercampur nikmat.

Kuturunkan jilatanku menuju vaginanya. Kujilati dari ujung ke ujung bagian vaginanya hingga keluar cairan dari dalam vagina.

“ OOoouuugghhh Dra enak banget, baru kali ini gw dijilatin sssssssshhhhhhhh “ erang Vika yang ternyata baru merasakan nikmatnya oral sex.

Tak lama Vika memiringkan tubuhnya, otomatis aku pun ikut miring, lalu Vika memposisikan mulutnya tepat di depan penisku.

“ Ooooohhhh “ hisapan Vika walau tak sedahsyat kuluman Dina tapi tetap lembut sekali. Aku yang tak mau diam saja Ku permainkan klitorisnya sedangkan lidahku masih asik menjilati vaginanya.

Vika mulai menggelinjang menahan amukan birahi. Di percepat kuluman pada penisku, aku juga makin liar mempermainkan vaginanya. Berguling-guling di tengah hamparan pasir, mencari-cari mutiara yang bernama kenikmatan.

Lama kami saling menyicipi kelamin satu sama lain, hingga ku bangkit dan berada di atas Vika. Penisku sudah bersiap menusuk ke dalam vagina Vika yang telah basah.

“ Blesssssss “ seluruh penisku masuk ke dalam vagina Vika dan disambut dengan cengkraman yang luar biasa ketatnya. Ini yang ku suka dari tubuh Vika, vaginanya terasa lebih menggigit dibanding Dina.

“ Oooooouuuggggggghhhhhh Dra “ Vika yang tak kuasa mulai menggerakkan pinggulku, serta tangannya menarik rambutku agar bibir kami dapat bersatu kembali.

Ku mulai pompa penisku, naik turun secara perlahan. Lidah kami saling berpagut menambah rasa yang dalam di tengah percintaan kami. Vika menurunkan kepalaku menuju lehernya.

“ Dra kecupi leher gw donk “ pinta Vika sepertinya ingin kubuatkan cap yang sama seperti Dina.

Kembali lidahku menjelajahi leher mulusnya. Dengan sedikit tarikan oleh bibirku, kini lehernya tampak memerah. Tubuh indah bertabur pasir itu kini makin mempercepat gerakannya.

“ Vik “ ucapku lirih, kupandangi wajahnya yang sedang dilanda birahi. Nampak keringat mulai membasahi wajahnya manisnya itu. Sejauh inikah hubunganku dengan Vika. Ada sedikit rasa bersalahku pada Vika, karna telah menikmati tubuhnya, walaupun dia sangat enjoy dengan percintaan kami ini.

Kubalikkan tubuh Vika, hingga kini posisinya menungging membelakangiku, bertumpu pada tangan dan lututnya. Kumasukan penisku dari belakang, ku remasi payudaranya, ku plintir2 putting payudaranya.

“ Ooooouuggghhh enak banget Dra “ erang Vika menaikkan kepalanya. Lidahku mulai menggeliat menelusuri punggungnya hingga ke payudaranya, kutarik kulit payudaranya dengan bibirku. Cap2 merah pada payudaranya menandai perkelanaan bibirku di tubuhnya.

Beberapa saat dalam posisi itu, kurasakan vagina Vika makin kencang berkedut, dan mencengkram penisku begitu kuat. Diperlakukan seperti itu penisku juga ikut berkedut karna begitu kencangnya hisapan vagina Vika.

“ AAAAAAAkkkkkkkhhhhhhh oooooooooooouuuuuuuuggggggggghhhhhhhhhh “ lenguhan panjang kami mengiringi semburan cairan2 kenikmatan yang diproduksi oleh kelamin kami. Lenguhan yang mengalahkan suara deburan ombak yg memecah bebatuan pantai.

Hingga kami terbaring lemas di atas pasir. Menatap gemerlap bintang2 yang menyaksikan percintaan kami yang begitu dahsyat. Dinginnya angin malam yang menerpa tubuh bugil kami tertutupi oleh panasnya pergumulan kami berdua. Masih terngiang di tubuh kami betapa nikmatnya rasa yang begitu dalam.

Setelah cukup beristirahat kami memakai pakaian kami lalu kembali ke hotel. Di sana kami tidur hingga pagi menjelang.

…………………………………………………………

Subuh saat ayam2 mulai berkokok.

“ Dra bangun Dra “ ucap Vika yang terlebih dahulu bangun

“ Masih ngantuk gw Vik “ ucapku lemas, mataku masih terpejam.

“ Gw mau liat sunrise “ ucap Vika bersemangat membangunkanku.

Dengan mata yang masih berat ku ikuti kemauan. Suasana masih gelap, kami duduk berdua berpelukkan menikmati suara deburan ombak, menyambut sang mentari datang memberi kehangatan bagi bumi. Hingga tibalah saatnya matahari menampakkan sinarnya.

“ Dra kok udah terang gk keliatan mataharinya ya “ ucap Vika kebingungan tak melihat wujud dari matahari, walaupun sinarnya sudah menerangi bumi.

“ Heh anyer kan di sebelah barat, matahari terbit sebelah timur. JELAS AJA GK BISA LIAT SUNRISE “ ucapku sedikit sewot, aku baru sadar.

“ Yah jauh2 gk bisa liat sunrise donk “ ucap Vika yang kecewa.

“ Nanti sore baru bisa liat sunset “ ucapku setengah kesal.

“ Oh gitu ya “

“ Udah ah, gw mau tidur lagi “ ku beranjak dari kursi dan hendak kembali ke kamar meneruskan tidurku yang terganggu.

“ Dra lo gk peka banget sih, malah mau tidur lagi “ omel Vika menarik bajuku agarku kembali duduk bersamanya.

“ Cuci muka dulu gih Vik, iler lo kemana-mana tuh. Pantesan ada bau2 gk enak “ ejekku melihat jejak2 liur di pipi Vika.

………………………………………………………..

Di pantai ku berdua Vika menghabiskan waktu bersama.

“ Dra naik banana boat yuk “ ajak Vika menuntun tanganku berlari menuju orang yang menyewakan banana boat.

“ Lo kan gk bisa berenang Vik, nanti tenggelam ke dalam lautan luka dalam lho “

“ Kan pake pelampung Dra, ada lo juga “ ucap Vika tersenyum manis padaku. Manisnya lebih manis dari madu terbaik sekalipun.

Kupeluk erat Vika dari belakang, memberinya rasa aman. Teriakan2 Vika di atas banana boat seakan memecahkan gendang telingaku.

“ Byyuuuuurrrr blub blub blub “ akhirnya seluruh penumpang banana boat dijatuhkan ke dalam laut.

“ Seru banget Dra, gw mau lagi donkkkk “ rengek Vika manja. Kamipun mengulanginya beberapa kali, sampai mata Vika nampak memerah terkena air laut.

“ Dra mata gw perih banget nih “

“ Temen gw pernah kayak lo juga tuh Vik “

“ Terus gimana nyembuhinnya Dra “

“ Dicongkel matanya, dari pada infeksi nyebar keseluruh tubuh “

“ Yang bener lo Dra “

“ Pandangan lo kabur kan Vik “

“ Iya “

“ Waduhhh gawat tuh Vik “

“ Gw lemes nih Dra jangan nakut2in apa “ Vika nampak semakin gemeter tubuhnya.

“ Udah yuk kita ke kamar “ ucapku menuntun Vika yang nampak begitu ketakutan.

Di kamar hotel kuteteskan obat mata lalu kukompres matanya. Kubelai rambut hitam mengkilapnya hingga Vika tertidur. Sebenarnya tidak ada masalah dengan matanya, hanya iritasi saja.

………………………………………………………

“ Curut……curut……curut “ suara ponselku berdering.

“ Dra lagi pain, gw bete nih di kosan sendirian “ tulis Dina dalam smsnya.

“ Lagi duduk2 aja “ balasku.

“ Week end lama amat ya, gw udah pengen jalan2 nih “ tulis sms Dina kembali.

“ Sama Din “

“ Lo pulang kapan Dra “

“ Besok paling “

“ Ya udah hati2 ya Dra “ tulis Dina diakhir smsnya dengan beberapa emoticon kiss.

Aku jadi kepikiran pertanyaan Dina tadi pagi. Apa benar dia mencintaiku, ah dia kan menanyakan “ apa aku cinta dia “ bukan berarti dia cinta padaku. Tapi masa sih dia gk ada rasa padaku, melihat apa yang dia lakukan untuku. Sudah2 aku malas memikirkan hal merepotkan seperti ini.

…………………………………………………….

Sore hari

“ Vik bangun Vik “

“ Ada apa Dra “ ucap Vika lemas

“ Mau liat sunset gk “

“ Mau mau “ ucap Vika beranjak dari tempat tidur lalu menggandengku untuk menuju balkon.

“ Tapi lap dulu tuh iler, jangan merusak suasana deh “ ucapku ketus.

“ Bentar ya “

Selesai cuci muka aku dan Vika duduk di balkon menunggu terbenamnya matahari bertukar tempat dengan bulan.

“ Vik enakan juga liatnya dari pinggir pantai “ ucapku seraya bangkit dari dudukku lantas menuntun tangan Vika berjalan menuju pinggir pantai.

Ketinggian mentari sudah sejarak jengkal. Kami berdua duduk di sebuah tumpukan bebatuan yang memecah ombak pantai. Di tengah hembusan angin semilir, ku lingkarkan tanganku pada pinggang Vika dari arah belakang tubuhnya.

Kuhembuskan nafas cintaku merasuki sela-sela telinga mungilnya. Lalu kubisikan “ Jangan jauh dari dekapan ini “. Vika menggenggam erat tangganku seraya menyandarkan kepalanya pada dadaku. Sesosok wanita lembut berbalut kaos merah kini berada dalam dekapanku. Menatap mentari yang semakin rendah mulai menampakkan sinarnya yang memerah, semerah wajah Vika saat ini.

Seleret petir yang jauh nampak membelah langit, tapi jauh sebelumnya petir cinta Vika sudah lebih dulu membelah dadaku. Yah walaupun bukan hanya petir cinta Vika saja, melainkan ada juga badai cinta Dina yang mengobrak-abrik isi dadaku.


Part 16 ( Satu Moment )

Pagi hari saatnya bersiap untuk kembali ke Jakarta. Kami berkemas merapikan barang2 bawaan kami berdua.

“ Gw masih pengen di sini Dra “ ucap Vika lemas karna akan menyudahi kebersamaan kami berdua. Ya aku juga masih ingin bersamanya tetapi aku sudah berjanji week end ini pergi bersama Dina. Aku perlu mengistirahatkan tubuhku dulu.

“ Next time kan bisa “ ucapku coba memberi harapan kepadanya. Entah apa yang kupikir saat ini. Aku mencintai 2 orang wanita.

Perjalanan yang lumayan panjang dengan sesekali beristirahat untuk melemaskan otot-otot yang kaku di atas sepeda motor. Vika seperti biasa dengan keceriaannya, walaupun sedikit bodoh untuk urusan geografi. Sepanjang perjalanan dia memelukku sangat erat, menyandarkan kepalanya pada punggungku.

Sesampainya di gang dekat rumahnya kami berpisah. Aku perhatikan langkahnya menuju rumah, nampak tak ada kelelahan pada tubuhnya. Dia memang gitu sih.

Saat aku tiba di kosanku, kulihat kamar Dina terbuka. Ternyata dia sedang asik menonton TV. Dina menoleh kearahku saat mendengar suara langkah kaki.

“ Eh baru pulang Dra “ ucap Dina dengan senyuman khasnya menyapaku.

“ Iya Din. Lo udah makan Din “ tanyaku sedikit berbasa-basi.

“ Oh iya, lo kan abis perjalanan jauh pasti laper Dra “ ucap Dina dengan wajah berseri lalu bangkit dan mengambil beberapa makanan yang tersedia di kamarnya.

“ Taruh dulu tas lo di kamar lo terus makan di sini “ ucap Dina kembali.

Setelah ku taruh tasku di kamar kosku, aku langsung menuju kamar Dina. Tak bisa aku ingkari bahwa aku merindukannya.

“ Kemaren lo di sini apa di rumah lo Din “ tanyaku membuka pembicaraan sambil menyantap hidangan yang tersedia.

“ Di sini, bete gw di rumah. Di sini banyak temennya jadi gk bete, ada bu Maria juga yang bisa gw aja ngobrol “ jawab Dina.

“ Ohh gitu. Gimana Din persiapan lo untuk acara di sukabumi nanti “

“ Gw udah pesan kue-kue, gitu buat cemilan, nah untuk menu utama katanya si sember yang mau masak sendiri pas di perkemahan. Tapi kemaren gw mau pastiin dianya gk bisa dihubungi “

Dina dengan kaos putih berpadu rok biru berenda selutut nampak lebih cantik dari biasanya. Baru kali ini kulihat dia menggunakan rok. Dengan rambut yang digerai berwarna kemerahan membuat kesan anggun di mataku.

………………………………………………………………..

Malam hari di kamar kosku, aku berdua Dina sedang membaca sebuah majalah fasion. Dina nampak antusias memperhatikan lembar demi lembar model-model pakaian yang tercetak di majalah itu. Meminta pendapatku bila Dina menggunakan pakaian seperti yang tertera di majalah. Ya tentu saja komentarku selalu diprotes olehnya.

“ Heh sembleb ngapain lo berduaan dikamar Andra “ teriak Vika dari depan pintu kamar kosku. Mengagetkan kami berdua dan langsung menoleh kearahnya.

“ Lagi mesra-mesraanlah, lo kira lagi mancing apa “ ucap Dina dengan nada ketus.

“ Bohong lo, pasti lo lagi ngomongin gw kan, jelek-jelekin gw di depan Andra “ omel Vika yang selalu mencurigai Dina. Lalu menghampiri kami berdua.

“ Ogah amat gw. Nyebut nama lo aja gw anti, apalagi ngomongin lo semberrr “

Ku mengendap-ngendap pergi menuju kamar mandi. Menghindari peperangan antara mereka. Walaupun suara mereka masih terdengar. Ku perhatikan saja gerak-gerik mereka dari balik pintu kamar mandi.

“ Eh sembleb lo kemaren kemana gk bisa gw hubungin “ tanya Vika ketus. Untunglah saat tiba di hotel pantai terlebih dahulu aku blokir nomor Dina di ponsel Vika saat Vika sedang di kamar mandi, sehinga mereka berdua tak dapat saling menghubungi.

“ Lo tuh yang kemana gw telpon gk bisa, di sms gk masuk “ ucap Dina tak kalah ketus.

“ Oh klo gw kemaren jalan sama Andra berduaan gitu di pantai, satu kamar lagi di hotel “ ucap Vika pongah

“ Bohong lo mana buktinya “ tanya Dina tak percaya.

“ Nih cupangan si Andra “ ucap Vika seraya menunjukan cap merah di leher.

“ Ah gk percaya, paling itu bekas bekam “ Dina tetap tak percaya.

“ Klo bekas bekam tuh bulet-bulet semblebbb gk kayak gini “ Vika semakin sewot menghadapi Dina.

“ Penyakit lo kan aneh, sama kayak orangnya “ Ejek Dina

“ Nih gw punya foto gw sama Andra di pantai “ ucap Vika tak mau kalah, seraya mengambil ponsel dari tasnya. Di kutak-katik ponselnya mencari foto kami berdua

“ Mana lama amat sih buka foto doank, hp baru ya, belum bisa makenya “ Ejek Dina yang melihat Vika hanya mengutak-atik ponselnya saja.

“ Selama di pantai gw foto-foto lho sama Andra, kok sekarang fotonya gk ada ya “ ucap Vika keheranan karna tak menemukan 1 fotopun saat kami di pantai. Untunglah saat mau pulang ku sempatkan menghapus foto-foto kami berdua terlebih dahulu.

“ Aduh aduh dasar tukang ngibul gagal “ ejek Dina kembali.

“ Eh sember lo udah pesen kue-kue belum “ tanya Vika mengalihkan pembicaraan

“ Udah bleb. Lo gimana, mau masak di perkemahan apa pesen katering aja ? “ tanya Dina

“ Masaklah, klo katering takut basi soalnya kan kita 1 minggu. Klo masak kan kita bisa masak hari ini seperlunya, terus besok masak lagi. Bahan-bahan mentah yang belum mau dimasak dipress aja biar gk busuk. Gitu bleb, dasar lo oon juga ya “ ucap Vika menjelaskan diiringi ejekan.

“ Bener juga kata emak-emak satu ini “ ucap Dina setengah mengejek.

“ EH LO NGOMONG APA BARUSAN “ teriak mereka berdua berbarengan.

“ Eh ngomong-ngomong si Andra kok lama amat di kamar mandi “ ucap Vika kebingungan.

“ Jangan-jangan dia kena diare mber “ ucap Dina kwatir.

“ Wah lo kasih makan apa bleb dia sampe diare. Lo kan gk bisa masak, pasti beli makanannya asal deh “ omel Vika.

“ Lo tuh pake segala dateng, Andra mules liat muka lo tau “ omel Dina tak kalah galak.

“ Ada apaan sih berisik amat “ ucapku keluar dari kamar mandi.

“ Lo dikasih makan apa Dra sama si sembleb “ ucap Vika.

“ Gw gk kenapa - kenapa “ ucapku.

“ Eh sember lo gk balik, udah malem nih “ ucap Dina ketus.

“ Lo juga sembleb balik ke kandang lo sono “ ucap Vika tak kalah ketus.

Huft jika mereka berdua bertemu selalu saja ribut begini. Saat Vika pulang dan Dina kembali ke kamar kosnya saatnya ku beristirahat, mengembalikan energiku yang hilang karna ulah mereka berdua. Yah walaupun Dina kembali lagi ke kamar kosku saat memastikan Vika sudah tak ada jejaknya di kosan.

“ Lo balik lagi Din “

“ Klo si sember tau gw tidur di sini, dia pasti mau nginep juga. Terus minta gw telponin bokapnya “ ucap Dina ketus

……………………………………………………………………………………..

Jumat sore aku bersiap mengemas barang yang akan dibawa pergi bersama Dina.

“ Dra jangan ke curugnya ya, kita ke pemandian air hangat aja. Kan nanti di sukabumi juga kita ke curug jadi sekarang gk usah “ pinta Dina yang juga telah siap dengan tasnya yang lumayan besar.

“ Ya boleh “ ucap seraya memasukan pakaianku ke dalam tas.

Dina menggandeng erat tanganku menuju parkiran mobil di area kosan. Tangannya begitu hangat dan lembut. Lagi-lagi Dina mengenakan rok, ya rok berwarna pink berenda selutut bermotifkan bunga-bunga, dipadukan kaos ketat berwarna putih polos berlengan panjang. Rambut yang tergerai berhiaskan bandana berwarna serupa dengan kemejanya. Benar-benar terlihat cantik.

“ Hai makhluk cantik yang berada di sampingku, sudahkah kamu siap pergi denganku “ sapaku dari depan kemudi pada Dina, sedikit gombal.

“ Makhluk ? lo kira gw apa “ protes Dina.

“ Karna gw gk tau bidadari itu termasuk manusia atau malaikat “ ucapku dengan senyuman kearahnya. Langsung saja muka Dina memerah dan tertunduk. Bisa juga aku ngegombal

“ Udah yuk ah berangkat “ ucap Dina dengan wajah masih tertunduk.

Ku pacu mobil berwarna putih itu, menuju tempat tujuan. Ternyata Dina bisa juga berpenampilan anggun seperti ini. Fokusku dalam menyetir jadi berkurang karna sesekali kupandangi wajah cantiknya itu. Setiap ada kesempatan selalu pandanganku tertuju padanya, saat macet, lampu merah.

“ Sejak kapan lo ganjen begini Dra, lirik-lirik gw mulu “ ucap Dina yang tertunduk, tak mampu melihatku yang sedang menatapnya. Kedua tangannya dirapatkan dan dijepitkan dikedua pahanya.

“ Low hawriw iniw cantiwk bangewt Dwin “ ucapku dengan mulut penuh makanan. Ternyata mengasikkan juga makan sambil melihat bidadari.

“ BISA SERIUS SEDIKIT GK SIH KLO LAGI MEMANDANG LADY “ omel Dina, wajah yang merah merona berubah menjadi merah padam. Wujud aslinya keluar juga.

……………………………….

Sesampainya di kawasan gunung bunder, udara sudah terasa menusuk tulang. Suasana sudah gelap, kami penginap pada sebuah resort. Ku parkir mobil dan langsung memasukan barang bawaan kami ke dalam Villa yang tersedia di resort itu. Villa yang lumayan untuk kami berdua, dengan 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi serta 1 ruang keluarga.

“ Kok serem ya Dra “ ucap Dina clingak-clinguk

“ Namanya juga nuansa alam pedesaan “ ucapku santai

“ Villa gw di lembang gk gini-gini amat “ ucap Dina masih ketakutan

“ Udah ah, tidur yuk biar besok kita bisa bangun pagi-pagi “ ku tuntun Dina menuju kamar tidur. Kamar tidur yang luas, dengan kamar mandi berada di samping kamar tidur.

Ku rembahkan diriku ke atas ranjang yang cukup luas untuk kami berdua setelah mengganti pakaian, begitu juga dengan Dina. Ku coba pejamkan mataku, aku lelah setelah perjalanan yang lumayan jauh.

“ Dra gw gk bisa tidur nih “ ucap Dina gemetar merangkul tubuhku.

“ Kan ada gw, gk usah takut napa. Lagian juga ada temen lo juga tuh di sebelah lo, pake baju putih, rambutnya panjang “ ucapku santai

“ Apaan sih lo Dra “ tubuh Dina makin bergetar, keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Walaupun suhu di tempat ini sangatlah dingin.

“ Udah tidur ah, gk ada apa-apa kok “ ucapku seraya kembali memejamkan mataku. Masih kurasakan rangkulan Dina yang bergetar kencang. Sampaiku tertidur pulas

…………………………………….

Di tengah mimpiku tiba-tiba ku terbangun ingin pipis. Dengan mata masih sangat berat kuberanjak dari tempat tidur, lalu kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi……..

“ Gubrrrraaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk “ tubuhku terhepas ke lantai, sialan si Dina lagi-lagi merantai kakiku. Apa maksudnya coba.

“ Lo mau kemana Dra “ tanya Dina yang terbangun dari tidurnya. Kulihat kakinya juga terantai terhubung dengan kakiku.

“ Pipis. Lo apa sih maksudnya ngerante kaki gw di kaki lo “ ucapku sedikit sewot.

“ Gw ikut, klo kaki kita gk di rante nanti lo main pergi ninggalin gw sendirian “ rengek Dina sedikit manja.

Ku berdua Dina menuju kamar mandi, padahal dia tidak ingin pipis. Dasar penakut. Kok kami berdua kayak tawanan perang sih kakinya di rantai gini. Setelah pipis aku dan Dina kembali tidur. Dina masih saja gemeteran memeluk erat tubuhku.

“ Dra suara apa tuh “ ucap Dina yang mendengar suara lolongan binatang.

“ OOhhhh, lo masih inget cerita gw di tol cipularang “ ucapku santai

“ Tentang kompeni yang di congkel matanya terus di makan srigala itu “

“ Ya betul, gw baru inget ternyata kejadiannya bukan disana, tapi di sekitar sini dan yang lo denger itu adalah para arwah srigala lapar yang dulu mencabik tubuh para menir “

“ Bleeekkkkkkk “ Dina langsung terpejam lemas tak berdaya.

“ Akhirnya tidur juga nih cewek “ heh tidur apa pingsan ya, biarlah yang penting dia sudah tak mengganggu tidurku lagi.

………………………………….

Sabtu pagi yang cerah, suara burung-burung bernyanyi menyambut pagi, kabut yang tebal membatasi pandangan. Tapi tetap terlihat pemandangan yang begitu indah. Ku hirup udara segar pagi hari dalam-dalam. Tiba-tiba Dina merangkulku dari belakang.

“ Dra “ ucapnya mesra. Kehangatan tubuhnya dapat menghilangkan hawa dingin pegunungan.

“ KENAPA LO SEMALEM BIARIN GW PINGSAN HAH “ teriak Dina, pelukannya semakin kencang. Ini sih bukan meluk tapi mencengkram tubuhku layaknya seorang pesumo.

“ Sa…sa….sakit Din “ ucapku terbata tak dapat bergerak.

“ Lo tega ya buat gw pingsan, bangun-bangun kepala gw pusing tau “ omelan Dina tak berhenti, begitu juga dengan cengkraman tangannya.

“ A…a…abis lo rese sih “

“ Gw kan takut Dra “ ucap Dina lirih, cengkramannya sudah melemah. Dina menyandarkan kepalanya pada punggungku. Ku genggam erat tangan yang melingkar di tubuhku.

“ Kan ada gw Din, gk usah takut “ ucapku coba menenangkan Dina.

“ TAPI KOK LO MALAH NAKUTIN “ teriakan Dina kembali hadir, tangannya mencubit kedua sisi pinggangku dengan sangat kencang.

Ternyata fasilitas resort ini lumayan lengkap, ada pemandian air panasnya pula. Aku tak sempat memperhatikannya saat sampai disini karna sudah lelah dan hari sudah malam. Setelah sarapan kami menuju lokasi pemandian air hangat.

Di tempat itu terdapat pemandian privat juga, pemandian terbuka dengan view pemandangan alam yang indah. Walau terbuka tetapi bisa dipastikan tak ada yang bisa melihat aktifitas kami berdua karna sifatnya yang privat. Dengan ditemani segelas lemon tea hangat dan beberapa biskuit aku bersama Dina berendam pada kolam air panas. Tak memakai apapun, ku peluk Dina dari belakang, dia bersandar pada dadaku seraya pandangan kami tertuju pada hamparan hutan pinus yang berada di bawah area resort.

Kupeluk erat tubuh Dina, kukecup pundaknya. Indah sekali hari ini, aku tak ingin waktu berlalu cepat. Aku masih ingin menikmati kebersamaanku.

“ Dra apa ini “ ucap Dina merasakan tangannya menyentuh sesuatu yang agak aneh.

“ Hmmmmm “ aku tak mampu berkata-kata

“ Hah kok ada daging dibungkus plastik sih Dra “ ucap Dina keheranan menemukan daging dalam plastik ada di kolam pemandian.

“ Enak tau daging yang direbus di air belerang “ ucapku clingukan

“ Dapet teori dari mana lo, dari si sember ya “ ucap Dina ketus.

“ Teori sendiri Din. Kita aja klo berendem di air panas yang mengandung belerang tubuh kita pasti jadi lebih segar. Apalagi daging “ ucapku berargumen

“ Dasar asal. Ini kan pemandian bisa aja lo apa gw kencing disini “ omel Dina

“ Makanya itu Din gw masukin ke plastik biar gk langsung kena air “

“ Sejak kapan lo naruh daging disini sih “ ucap Dina tertunduk lemas.

“ Jangan marah mulu donk cantik “ ucapku menggodanya, dagunya kunaikan lalu kukecup pipinya.

“ Ah Dra “ muka Dina mulai memerah, oh betapa cantiknya Dina saat dia malu seperti ini.

“ Kita makan berdua yuk dagingnya “ ajakku.

“ Ogaaaaahhh, mending mateng apa, jorok lagi “ omel Dina kembali. Huft dasar wanita labil, selalu berubah-rubah suasana hatinya.

Setelah selesai mandi kami berkeliling area resort menikmati udara segar dan suasana yang indah. Kami bergandengan tangan menatap pegunungan yang mengelilingi wilayah ini. Walaupun makanan disini gk ada yang enak, di resort makanannya gitu-gitu aja. Sekitar sini juga Cuma warung-warung kelontong gitu aja.

“ Klo setiap hari hidup gw seperti ini pasti menyenangkan sekali Dra “ ucap Dina yang ceria.

“ Bosen juga kali Din klo Cuma gini-gini aja “ ucapku.

“ Iya juga sih. Hhhmmm gimana klo sebulan sekali kita ke tempat-tempat seperti ini Dra “ ucap Dina penuh semangat.

“ Boleh ja sih. Tapi lo fokus juga sama kuliah lo Din “

“ Sebenernya gw udah males kuliah Dra. Asal bersama dengan lo, gw udah senang ko “ Dina tersenyum menatap wajahku. Aku hanya dapat memandang wanita yang ada di hadapanku ini. Betapa cantiknya dia hari ini, hari-hari lain juga sih tapi hari ini lebih dari kemarin.

“ Dra kok lo bengong. Muach “ kecupan Dina di pipiku menyadarkan lamunanku. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Wajahnya kini berbeda seperti saat pertama kami mulai dekat, Wajah murung Dina tidak pernah kulihat lagi. Kini wajah yang berseri kemerahan yang selalu kulihat.

Semilir angin pegunungan melewati tubuh Dina, hinggap di hidungku sehingga tercium aroma wangi bunga dari tubuhnya. Kudekap tubuhnya yang nampak sedikit menggigil walau sudah mengenakan jaket yang cukup tebal.

“ Din perasaan kita belum pernah malem minggu jalan keluar “ ucapku

“ Iya Dra “ wajahnya mulai merona kembali

“ Ke puncak yuk nanti malem Din, siang jam 2an kita berangkat “
“ Asik tuh Dra, oke deh nanti siang kita cek out “ ucap Dina nampak bersemangat dengan pipi yang kemerahan

“ Iya kita nongkrong di pinggir jalannya, kan banyak tuh warung-warung makan di puncak. Ada jagung, ikan bakar juga ada, ayam bakar pasti ada, pokoknya ada banyak deh makanan enak disana dari pada disini “ ucapku bersemangat.

“ Oh jadi karna makanan alasan lo ngajak gw ke puncak “ ucap Dina tertunduk lemas.

…………………………………………………………….

Malam minggu di puncak, udara yang sangat dingin hingga menusuk ke tulang. Banyak pula muda-mudi memadu kasih bercengkraman mesra di setiap sudut area peristirahatan.

Begitu pula aku dan Dina berdua di sebuah lesehan yang terbuat dari bambu, Dina merebahkan tubuhnya, kepalanya bertumpu pada pahaku. Pandangannya sangat tajam mentapku yang sedang terduduk menopang kepalanya.

“ Lo bisa gk Dra makan jangan blepotan. JATOH DI MUKA GW NIH MAKANAN LO “ omel Dina.

“ Udah tau gw lagi makan, ngapain lo tiduran di paha gw “ protesku.

“ Kenapa gw bisa jalan sama lo sih “ ucap Dina lemas

“ Sorry deh Din “ ku belai wajah cantiknya coba menenangkannya.

“ CUCI TANGAN DULU KLO MAU MEGANG MUKA GW “ omelan Dina kembali bergema. Lalu bangkit dan mencekik leherku.

“ WWweeeeeeekkkkkkkkk, g….g…gw gk bisa makan Din “ sepertinya dia mulai kemasukan iblis penunggu pegunungan.

Dina yang nampak kesal menyandarkan kepalanya di bahuku, sepertinya untuk menghilangkan amarahnya. Dilingkarkan tangannya pada pinggangku. Dengan sura lirih Dina berbisik padaku “ Suapin donk Dra “

Akhirnya Dina mulai bermanja-manja denganku. Dengan segenap perasaan, ku ambil makanan dengan tanganku lalu kusuapi Dina dengan penuh kasih sayang.

“ AAAAAAauuuuuuuuuuwwwwwwwwww “ tiba-tiba Dina mengigit jemariku yang masuk kedalam mulutnya untuk menyupinya.

“ Sorry Dra gw laper “ ucap Dina santai dengan senyuman iblisnya.

Aku hanya bisa meniupi jemariku yang nampak bengkak karna gigitan wanita monster satu ini. Ternyata Dina sadis juga, apa karna sering bertengkar dengan Vika jadi ketularan sadisnya.

“ Udah ah jangan cemberut gitu. Muaaacchhh “ Dina mencium tanganku yang tadi dia gigit.

“ Sembuh kan “ ucap Dina dengan senyuman manisnya.

“ Apanya yang sembuh klo Cuma dicium doank. Mana gigi lo taring semua lagi, gk bisa makan gw nih “ ucapku sewot.

“ Ya udah sini-sini gw suapin deh. Tapi jangan bales dendam ya “ ucap Dina lembut.

Dina mulai menyupaiku dengan sangat lembut. Perlahan-lahan takut jika aku tersedak. Dengan wajah yang selalu memerah, sangat menyenangkan untuk dipandang. Siluet-siluet petir yang menghiasi langit seolah mengabadikan moment indah kami.

“ Din lo klo nyuapin gw yang banyak sekali suap. Terus jangan tunggu sampe mulut gw kosong baru nyuap lagi “ protesku dengan cara Dina menyuapiku.

“ Lo ya bikin gw sewot mulu, nih makan semuanya “ ucap Dina kesal, lalu menuangkan semua makanan yang ada di piring ke dalam mulutku.

“ Oooiiii Dwiiiinnnn gw gk bi…bi…bi sa na……fas nih “

Kami menghabiskan malam berdua di puncak, dengan berbagai hal romantis yang kami lewati ( menurutku entah menurut Dina ). Sekitar pukul 4 pagi kami kembali ke Jakarta, Dina yang sudah sangat lelah tertidur di mobil. Wajah polosnya saat tidur sangat menggemaskan.

Sekitar pukul 6 kami tiba di kosan, kugendong tubuh Dina menuju kamar kos ku, ku tidurkan dia di ranjangku. Aku yang lelah juga ikut tertidur.

Perjalanan kali ini benar-benar berbeda, Dina yang terlihat anggun di mataku dan lebih cantik dari biasanya. Pipinya selalu memancarkan cahaya kemerahan ( walau kadang merah padam ), kelembutannya yang sangat terasa sampai ke titik terdalam hatiku ( walaupun terdapat beberapa lebam di tubuhku ). Moment terbaikku bersama Dina.

Dina!!! aku rela menjadi jembatan batu, dan menderita 500 tahun oleh angin, 500 tahun oleh panas matahari serta 500 tahun oleh hujan. Aku hanya ingin agar kau selalu melewati jembatan batu itu.
 


Part 17 ( Saatnya Pesta )

2 minggu kemudian tepatnya hari Senin, setelah semua persiapan camping sudah beres. Semua mahasiswa berkumpul di kampus untuk berangkat menuju sukabumi. Kami menyewa 2 bus untuk transportasi, bus 1 diisi oleh mahasiswa Hukum yang dikoordinir oleh Arman, sedangkan bus 2 diisi oleh mahasiswa MI yang dikoordinir oleh Diki.

“ Oke gw absen ya, yang gw sebut namanya masuk ke bis “ ucap Diki dengan toa di tangannya.

“ Ali “ panggil Diki

“ Hadir “ ucap seorang pria lalu melangkahkan kakinya menuju bus

“ Ayu “

“ Hadir “ ucap seorang wanita

Skip...skip...skip

“ Siska “ ucap Diki

“ Ya hadir “ ucap seorang wanita dan melangkahkan kakinya menuju bus

“ Eh sembleb nama lo kan bukan Siska, lagian bis anak hukum tuh di depan “ omel Vika menarik kaos bagian belakang Dini yang berpura-pura jadi Siska

“ Gw tukeran bis sama Siska, tanya aja sama orangnya “ omel Dina seraya melepaskan tarikan Vika pada kaosnya

“ Wah jangan-jangan lo pake cara yang kemaren ya ” ucap Vika setengah berbisik

“ Lo kira lo doang yang nyimpen tuh foto “ ucap Dina tersenyum iblis

Skip...skip...skip

Setelah namaku disebut akupun bergegas menuju bus, saat kunaiki bus terlihat dibangku sebelah kiri bus. Yup bangku untuk 2 orang disana sudah ada Vika dengan bangku bertuliskan “ VIKA “, “ ANDRA “ pada sandarannya.

“ Duduk sini Dra, udah gw tandain kok bangku buat kita berdua “ ucap Vika bersemangat seraya tangannya menepuk bangku di sebelahnya yang bertuliskan namaku

“ Disini aja Dra, lengkapan juga duduk sama gw “ ucap Dina yang berada di sebelah kanan bus, bangku untuk 3 orang yang bertuliskan “ DINA “, “ ANDRA “, “ MAKANAN “ ( tentu saja terdapat makanan ) pada sandarannya.

“ Waaahhhhh lo lagi pesta Din “ ucapku bersemangat seraya mengambil duduk di sebelah Dina, lalu kubuka snack yang tersedia disebelahku.

“ Eh hakim sembleb licik banget lo, udah numpang bis orang “ omel Vika

“ Eh ada yang sendirian, tau gitu gw tadi bawa anjing gw buat nemenin lo “ ejek Dina.

Vika yang kesal langsung bergegas menuju kursi di belakangku, dengan menyingkirkan orang yang sedang duduk disana “ Eh sembleb makanannya higenis gk nih, coba gw cicipi “ ucap Vika seraya mengambil makanan yang ada di kursi sebelahku.

“ Eh sember gw gk nyediain buat lo “ omel Dina merampas makanan dari tangan Vika.

“ Sembleb lo kan orangnya gk ngerti tentang makanan, klo makanan yang lo beli beracun gimana “ terjadi saling rampas makanan antar kedua wanita itu.

“ Eh ada tv dan DVD player ternyata di bis ini “ ucap Vika kagum saat melihat fasilitas bus.

“ Ih norak deh lo, gk pernah naik bis executive ya “ ejek Dina melihat tingkah Vika.

“ Kok acaranya gk jelas gitu sih, kebetulan gw bawa film romantis nih “ ucap Vika seraya mengambil DVD yang ada di tasnya lalu coba memutar film yang ia bawa.

“ KUNTILANAK “ heh apanya yg romantis

“ Aaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkhhhhhhh “ jerit Dina ketika melihat film itu. Langsung memelukku dengan wajah merapat kepundakku.

“ Brisik sembleb, belom juga mulai filmnya udah teriak “ omel Vika, sepertinya dia tau klo Dina sangat penakut dengan hal-hal berbau horor

“ Lo jangan aneh-aneh deh, apanya yang romantis itu, ganti gk “ teriak Dina ketakutan, sambil melempar makanan kearah tv.

“ Dasar penakut. Eh ini kan bis anak MI, lo Cuma numpang jangan ngatur-ngatur deh “ ucap Vika santai.

“ Eh sembleb ada tangan di bawah kolong bangku lo, mau narik lo tuh “ ucap Vika membisikkan Dina yang sedang memelukku erat.

“ Aaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhh “ sontak saja Dina langsung menaikkan kakinya keatas bangku. Tubuhnya bergetar sangat kencang, semakin erat pula genggaman tangannya yang berkeringat dingin.

Karna komplain dari mahasiswa yang berada di bis maka film horor diganti menjadi video musik. 5 jam perjalanan menuju Sukabumi, kami bernyanyi bersama, bercanda gurau bersama. Suasana yang menyenangkan walaupun ada peperangan antara dua wanita monster itu. Dan sampailah kami pada tujuan kami.

“ Huuuuaaaaaaaa “ kuhirup dalam-dalam nafasku menikmati segarnya udara disini. Area parkir yang sangat luas, dan ada banyak warung yang menjual makanan ataupun pernak-pernik sebagai cindera mata.

“ Dra sini Dra “ ucap Vika menarik tanganku menuju tempat penjual pernak-pernik.

“ Bagus ya kalungnya Dra ? “ tanya Vika saat memegang kalung terbuat dari batu yang diasa, seperti yang pernah kubelikan untuk Dina saat di tangkuban perahu.

“ Ya lumayan “ jawabku singkat.

“ Pak berapa nih kalung harganya ? “ tanya Vika kepada bapak penjual pernak-pernik

“ 200 Ribu aja neng, gk mahal kok, “ jawab bapak itu.

“ Segitu mah mahal pak, kurangin ya “ ucap Vika berusaha menawar

“ Ya udah 180 ribu lah buat pelanggan pertama hari ini “

“ Masih mahal pak “

“ Udah mentok itu neng, nih kalung unik neng, semakin lama semakin mengkilap warnanya, apalagi klo aura yang make bagus tambah mengkilap “

“ Masa sih pak “

“ Bener neng, klo bohong balikin aja, saya kembaliin duit neng 2x lipat “ ucap bapak itu sangat meyakinkan.

“ Ya udah 100 Ribu ya, kan pelanggan pertama, nanti saya doain deh semoga laku “Vika kembali berusaha menawar

“ Gk dapet neng “

“ Masa sih, modalnya paling Cuma 50 Ribu “

terjadi tawar menawar yang sangat sengit antar kedua orang itu, aku sudah malas mendengarkan transaksi mereka dan akhirnya……..

“ Ya sudahlah 100 Ribu buat neng deh, semoga pacar neng bisa tenang di saat terakhirnya “ ucap bapak itu menyerah seraya matanya menatap kearahku. Maksudnya apa omong begitu.

“ Dra gw udah nawarin tuh, sekarang gantian lo yang nawarin “ ucap Vika menatapku dengan tatapan sayunya.

“ Maksudnya apa Vik “ perasaanku mulai gk enak

“ Maksudnya, lo nawarin diri untuk beliin tuh kalung buat gw. Gk peka banget sih lo “ jiiiaaaahhhh modus gembelnya kumat lagi. Daripada ribet kubelikan sajalah kalung yang Vika inginkan.

“ Eh Vik lo ngomong apa sama tuh bapak, kok dia jadi nyerah terus kata-kata terakhirnya tuh penuh misteri “ tanyaku pada Vika.

“ Oh, gw bilang klo cowok yang di samping gw ( Andra ) itu punya penyakit kanker stadium akhir, gk punya duit buat berobat. Tapi mau beliin buat ceweknya ( Vika ) kenangan untuk mengenangnya saat dia meninggal. Kasih aja harganya segitu daripada arwahnya gk tenang “ ucap Vika santai

“ Lo kejam banget Vik bilang gw mau mati “

“ Eh sembleb lo beli apa tuh “ tanya Dina yang berada dihadapan kami.

“ Kalung donk, bagus kan, dibeliin Andra nih “ jawab Vika seraya menunjukan kalung di lehernya.

“ Idih kok lo ikutan beli kalung gitu. Gw udah punya lebih dulu nih, dibeliin Andra pas di tangkuban perahu “ ucap Dina tak mau kalah menunjukan kalung.

“ Eh sembleb kok kalung lo lebih mengkilap sih “ ucap Vika memperhatikan kalung Dina.

“ Oh iya donk, secara aura gw lebih bagus daripada aura lo terus gw udah lama dibeliinnya “ ucap Dina berbangga.

Sontak saja Vika kembali menuju penjual pernak-pernik itu, menanyakan apa ada yang lebih mengkilap lagi. Tapi sayang semuanya seperti itu warnanya.

“ Wooiiiii semua ngumpul jangan pada mencar “ teriak Diki dengan toa di tangannya.

Setelah semua mahasiswa berkumpul barulah kami berjalan menuju lokasi perkemahan. Lumayan jauh dari lokasi parkir kendaraan, jaraknya sekitar 1 km dengan jalan yang menanjak yang sangat melelahkan. Tapi semua itu terbayar saat sampai di lokasi yang sangat alami, cukup luas di kelilingi pepohonan juga ada fasilitas out bond-nya dan dilengkapi juga dengan fasilitas untuk mck ( mandi, cuci, kakus ).

Kami semua membuat tenda di lokasi tersebut, ada 20 tenda dan setiap tenda terisi oleh 5 orang. Dan juga ada 1 tenda yang besar untuk memasak dan menyimpan bahan makanan. Untuk keamanan kegiatan memasak dilakukan diluar tenda, tapi saat mengolah tidak masalah berada di dalam tenda, saat selesai barulah kompor dimasukan kedalam tenda.

Setelah semua rapi para mahasiswa bergantian menggunakan kamar mandi. Sambil menunggu giliran, aku dan Adi seperti biasa bermain PES dengan taruhan tentunya.

“ Dra “ ucap Adi setengah berbisik.

“ Napa “ jawabku

“ Gw lagi demen nih sama anak hukum, namanya Uci. Lo tau dia kan Dra, senyumnya itu lho bikin darah gw beku Dra. Apalagi suara serak-serak basahnya membuat gw seolah berada di taman surga. Dan terutama wajahnya itu Dra cantik melebihi bidadari, gw gk sanggup lama-lama menatapnya. Nanti saat acara api unggun gw mau nembak dia Dra, gw mau ngomong sama seksi acara biar dikasih waktu. Pasti berkesan banget tuh menyatakan cinta di malam hari di tengah orang-orang yang mengelilingi api unggun sebagai saksi “ ucap Adi dengan sangat dramatisnya.

“ Sorry gk terima curhatan cowok “ ucapku santai. Yang membuat Adi tertunduk lemas

“ Lo kan temen gw, seharusnya lo dukung gw napa “ ucap Adi mengangkat kepalanya. Terlihat pipi yang dipenuhi air mata.

“ Cengeng amat si lo jadi cowok, baru gitu doank udah nangis apalagi klo ditolak nanti “ ucapku kembali.

“ Lo tega banget sih, malah buat gw down gitu “ air mata Adi semakin deras saja membasahi pipinya. Haduh….haduh cowok bukan sih.

“ Udah ah gw mau mandi dulu, udah sepi kayaknya kamar mandi “ ucapku seraya pergi setelah mengambil perlengkapan mandiku.

“ Eh tunggu dulu taruhan kita gimana nih “ teriak Adi

“ Gk jadi “ teriakku

Setelah selesai mandi, ku mencium bau harum makanan dari tempat masak. Sepertinya Dina dan Vika sedang memasak sesuatu yang sedap nih. Ku langkahkan kaki menuju tempat mereka berdua menyiapkan hidangan. Disana sudah terdapat Dina, Vika dan juga teman-teman wanita lainnya yang membantu memasak.

“ Eh sembleb lo dari tadi diem aja sih. Ngerjain apa kek “ omel Vika yang melihat Dina hanya diam memperhatikan teman-temannya memasak.

“ Heh sember, gw tuh mandor tugas gw tuh ngawasin kerjaan lo terus nyicipin hasil masakan lo, enak apa gk buat Andra “ omel Vika tak mau kalah

“ Lo udah pernah gw rebus belum bleb. Sini lo gw rebus “ omel Vika kembali.

“ Eh sember ajarin gw masak donk “ ucap Dina mendekati Vika

“ Kemasukan arwah siapa lo bleb, tiba-tiba mau belajar masak “ ejek Vika

“ Jangan omong tentang arwah deh “ protes Dina

“ Lo mang mau masak apa ? “ tanya Vika

“ Apa aja yang penting mah enak “ jawab Dina

“ Ya udah lo gw ajarin masak air aja deh “ ucap Vika enteng

“ Heh sember nenek-nenek sekarat juga bisa klo Cuma masak air doank mah “ Protes Dina tak terima dengan ucapan Vika.

“ Sorry deh gw kira lo udah nenek-nenek “ ucap Vika dengan santainya.

“ Jangan bikin gw emosi deh mber “

“ Nih coba lo ulek dulu bumbunya “ ucap Vika menyodorkan cobek beserta rempah-rempah di atasnya.

Dina mengikuti perintah Vika, dia tumbuk bumbu yang banyak ke dalam cobek yang lumayan besar itu. Semakin lama semakin banyak saja bumbu yang diperintahkan oleh Vika untuk ditumbuk.

“ Aduh mber pegel tangan gw nih “ keluh Dina yang sudah tak kuat

“ Baru gitu aja ngeluh lo bleb “ ucap Vika

“ Eh Andra itu daging belom mateng, buat acara barbeque nanti malem “ ucap Vika setengah ngomel padaku.

“ Puaaahhhhh “ kumuntahkan daging yang sedang ku kunyah

“ Pantes gk enak rasanya “ ucapku sembari mengambil segelas air lalu berkumur dan membuang air tersebut.

“ Lagian sejak kapan sih lo ada disini. Ngembat makanan lagi “ protes Dina yang juga kesal terhadapku.

“ Ih lo gk peka banget sih bleb. Andra pasti laper tuh, lo sih dari tadi diem aja “ omel Vika pada Dini.

“ Ini gara-gara lo sember, lo sih masaknya lelet. Sebenernya bisa masak gk sih lo “ omel Dina tak mau kalah.

Sepertinya hanya mereka berdua saja yang ramai. Para wanita lainnya yang juga ikut membantu memasak tidak begitu ramai.

…………………………………………………………………

Malam hari, seluruh mahasiswa mengelilingi api unggun yang sangat besar. Menghangatkan tubuh-tubuh yang kedinginan. Dalam suasana kehangatan, kebersamaan dan kegembiraan kami berkumpul mengadakan malam kenangan. Berdiri ditengah seorang lelaki, ketua panitia Diki akan memberikan sepatah dua patah kata pembuka sebelum memulai pesta.

“ Oke kawan-kawan hari ini kita bergembira karna kelulusan kita kecuali satu orang “ ucap Diki

“ Satu orangnya jangan diomongin dan jangan liat gw dengan pandangan kotor kalian “ omel Dina tak terima dengan ucapan Diki.

Dengan senyum menyeringai Diki kembali melanjutkan omongan tak bergunanya “ Setelah kita melewati tahun-tahun penuh perjuangan, doa dan air mata, setiap menit………. “

“ MARI SAATNYA PESSTAAAAAAAAAA “ teriakku menyela omongan membosankan dari Diki.

“ YYYYOOOOOOO “ teriak seluruh mahasiswa menyambut ucapanku. Dan kami pun berpesta ria, memanggang daging, bakar jagung, bernyanyi-nyanyi, tertawa, semuanya bergembira bersama kecuali…………….

“ Gw kan ketua panitia kenapa omongan gw gk dianggap “ ucap Diki lemas dengan mode suramnya.

“ Kami kan seksi acara, harusnya ada acara baca puisi, kenapa jadi begini “ ucap Indah dan Ani juga dengan mode suram

“ Gw kan rencananya mau nembak Uci, kok malah berantakan gini sih acaranya “ gerutu Adi seraya berlutut lemas, lebih suram dari ketiga orang itu.

“ Kok lama banget sih matengnya Vik “ gerutuku yang sedang mengipasi daging panggang.

“ Sabar napa makan yang lain dulu sana “ ucap Vika yang berada di sampingku.

“ Heiiiiii semua merapat kesini. Gw mau bercerita tentang petualangan gw di hutan terlarang yang ada di balik gunung ini “ teriak Chandra seorang petualang ( dalam tanda kutip ) yang katanya sering menjelajahi area-area terlarang di negri ini.

Dan entah kenapa masih aja ada yang mau dengar ocehan bodohnya itu. Apa mereka sudah kerasukan iblis penghayal juga. Mereka berkumpul mendengarkan Chandra yang berada di atas tumpukan batang pohon, segera memulai celotehan tak bergunanya itu.

“ Eh Chandra ada uler tuh di bawah kaki lo “ teriak salah seorang mahasiswa.

“ Aaaaahhhhhh mana ulernya mana “ teriak Chandra berlari dan bersembunyi di balik tenda. Katanya petualang sama uler aja gemeter. Padahal bukan uler tapi ulet bulu dasar pengecut

“ Kenapa Ani, kenapa kau hianati cintaku yang tulus kepadamu. Aku pergi bukan untuk hura-hura Ani. Aku pergi untuk mencari uang agar bisa melamarmu. Mengapa kau malah memilih lelaki lain, ku akui dia lebih kaya dariku, lebih segala-galanya dariku, tapi Ani cintaku itu suci kepadamu “ seru Rudi dengan gaya melankolis ala rhoma irama. Disambut tepukan tangan dari teman-teman idiotnya itu.

“ Hebat gk akting gw, gw udah masuk 10 besar waktu casting film layar lebar, tapi sayang pas final gw sakit. Terpaksa deh gw nyerahin kemenangan gw yang udah didepan mata “ ucap Rudi si artis gagal dengan bangganya itu bercerita tentang pengalaman ngaconya di dunia hiburan.

“ Jangan pake-pake nama gw klo mau main akting-aktingan “ omel Ani seraya menghantamkan tinjunya tepat di kepala si artis gagal itu.

“ Minggir-minggir kasih gw jalan, gw anak jendral nih, gw punya kartu nama bokap gw nih “ ucap Salim dengan gaya petentang-petentengnya sambil menunjukan sebuah kartu nama yang tak jelas.

“ Gubraaaaaaaaaaakkkkk “ tiba-tiba Salim terjatuh karna tersandung batu yang tak ia lihat. Dan tentu saja orang yang disekitarnya menyorakinya. Ada-ada saja tingkah si tukang mimpi itu.

“ Kita harus rubah sistem pendidikan di negri tercinta ini. Agar adik-adik kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita bisa mengenyam pendidikan yang layak. Mari saudara-saudara kita perjuangakan nasib generasi penerus kita, jangan sampai kita kalah dengan kaum-kaum kapitalis yang menjajah negri ini baik secara micro ataupun macro “ teriak Hadi mahasiswa tukang demo berorasi di depan sekelompok mahasiswa lainnya. Disambut dengan teriakan-teriakan pembakar semangat juang.

“ Ada satpol PP “ teriak salah seorang mahasiswa.

“ Wah gawat membahana cyin. Ayo cyin lari nanti kita di tangkep “ teriak Hudi lalu berlari berjinjit sambil menenteng sendalnya masuk ke dalam tenda. Ada ya makhluk astral seperti itu.

Heh ngomong-ngomong dimana si Dina ya kok tau-tau menghilang, ku coba mencari-cari di sekitar tempat kami berkumpul tak ada. Jangan-jangan dia di culik kolong wewe. Coba ku cari di tendanya dan ternyata dia sedang duduk merenung di dalam tenda seorang diri. Sepertinya dia sedang murung, apa karna dia satu-satunya yang tidak lulus disini jadi dia minder.

“ Hai Din lagi pain nih “ ucapku seraya ke sentuh pundaknya. Tak ada jawaban apapun dari Dina, hanya menoleh kearahku dan langsung memelukku erat. Terdengar isak tangis dengan tubuh yang gemetar.

Ku belai rambutnya coba menenangkannya, mungkin Dina sedang teringat oleh keluarganya. Yah siapapun pasti akan sedih bila mengalami hal yang dialami Dina. Sungguh sangat menyedihkan, di usianya yang masih muda, dia harus mengalami cobaan hidup yang begitu berat.

“ Ta..ta…di “ ucap Dina terbata mulai terbuka olehku.

Dengan tatapan nanarnya Dina melanjutkan ucapan yang terputus “ Tadi si IT sember bilang klo kita buat keramaian disini, penunggu sini pasti minta 1 tumbal. Dan tumbal yang diinginkan penunggu sini tuh adalah satu-satunya orang yang beda dari yang lainnya. Dan lo taukan disini satu-satunya orang yang beda itu gw, gw belum lulus sedangkan yang lain lulus. Gw takut Dra klo gw jadi tumbal “

Heh ternyata Dina Cuma kena korban jahilnya Vika saja. Dasar penakut, semakin kencang saja pelukan Dina, dan semakin banyak saja produksi keringat dingin dari tubuhnya.

Kuangkat wajahnya yang sudah basah oleh keringat dan air mata. Kukecup bibirnya agar mengurangi rasa takutnya itu. Dapat kurasakan bibir yang bergetar perlahan mereda berganti dengan permainan bibir seperti biasa dia berikan padaku.

Kecupan-kecupan lembut bibirnya mengundang lidahku untuk keluar dari mulutku dan masuk ke dalam mulutnya untuk mencari-cari lidahnya yang ternyata sudah menunggu di dalam. Ku belai tangan yang terbalut sweater tebal berwarna putih itu, kugenggam jemari halusnya. Kurapatkan tubuhnya agar lebih menghangatkan kami di malam yang begitu dingin ini.

Tubuh indah berbalut pakaian tebal kini berada dalam dekapanku, bibir mungilnya bersaut-saut tak bersuara beradu dengan bibirku. Dengan mata terpejam menikmati percumbuan yang telah sering kami lakukan. Tak memperdulikan sorak-sorai para manusia yang tengah dalam kegembiraan. Kesenangan kami berdualah yang lebih menyenangkan dibanding mereka.

“ Uuupppfff “ terdengar sayup-sayup suara lenguhan Dina tertahan. Belaian mesra jemari lembutnya mengelilingi punggungku, terasa sedikit geli.

Dina mulai melepas cumbuan kami dan mulai membuka sweaternya dan sweater yang kugunakan. Tubuh kami saat ini terlindung oleh kaos tipis dan celana training panjang.

Ku rebahkan tubuh indah yang sudah mulai terbakar nafsu. Kembali cumbuanku hinggap dibibirnya, lidah kami saling menggeliat menggali nafsu agar lebih berkobar. Ku naikkan kaosnya hingga nambah bra berwarna hitam sangat kontras dengan kulit kuning langsatnya itu. Kumulai turunkan lidahku menuju perut ratanya itu. Kujilati lubang pusarnya hingga Dina menggelinjang kegelian menerima rangsanganku.

Kusingkap bra yang membungkus payudara besar nan sekalnya dan kunaikkan lidahku menuju jalan setapak yang membelah kedua bukit indahnya. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Dina merentangkan tangannya diatas kepalanya lalu mengunyel-ngunyel rambutnya sendiri.

“ Ooooohhhhssssssss “ desahan Dina mempertegas bahwa nafsunya telah mulai meninggi. Sudah tidak ada ketakutan lagi pada dirinya. Kini yang ada hanya kebinalan yang menjadi ciri khasnya dalam bercinta.

Kumulai melirik seonggok daging kecil berwarna merah kecoklatan yang berada diujung payudaranya. Lidahku mulai merangkang naik menuju puncak bukit kebanggaannya. Setelah sampai tanpa menunggu perintah ataupun isyarat mulutku langsung mencaplok putting yang sudah mengeras. Kupermainkan dengan lidahku putting yang berada dalam kulumanku.

Tangan Dina mulai menelusuri kepalaku, menekan kuat kepalaku agar lebih dalam lagi saat mengulum puttingnya. Tanganku juga tak tinggal diam, kuremasi bukit yang sedari tadi tegang agar lebih tegang lagi. Terlihat urat-urat payudaranya menghijau mempercepat sirkulasi darah pada payudara Dina.

Kukulumi bergantian kedua putting payudaranya yang selalu menantangku “ Oooouuuggghhhh “ desahan Dina semakin kencang menerima perlakuanku yang semakin liar.

Dina yang sudah tak tahan menurunkan kepalaku kearah vaginanya yang masih terbungkus celana training itu. Aku yang sudah paham mengenai keinginannya langsung menurunkan celana beserta cd-nya sampai ke lutut Dina. Dengan sekali sapuan lidahku menelusuri ujung ke ujung vagina yang sudah basah.

Jilatan pada vaginanya diiringi oleh remasanku dikedua bongkahan payudaranya. Dina makin menggelinjang ke kiri dan ke kanan menikmati gejolak birahi yang terus mengalir seiring gerakan lidah dan tanganku memainkan tubuh halus nan indahnya.

Kusudahi permainan lidahku pada vagina Dina. Sekarang saatnya ke menu utama, ku turunkan celanaku hingga sebatas lutut, dan langsung mengacung tegang penisku yang sudah sangat mengeras sedari tadi. Ku belai-belai vagina Dina dengan ibu jariku sebelum melakukan penetrasi. Setelah kupastikan bahwa vaginanya telah siap menerima hujaman penisku barulah kumulai memasukkannya secara perlahan.

“ OOoooouuuggggghhhh “ lenguh kami berbarengan menikmati setiap inchi pergesekan antar penisku dan vagina Dina. Saat penisku menyentuh sisi terdalam vaginanya, akupun tak kuasa untuk menahan gejolak cinta dalam balutan nafsu.

Kini baru aku sadari cinta bisa hadir saat bersama mengarungi lautan birahi, dengan perlahan tapi pasti merasuk ke jiwa ini setiap bait kenikmatan yang terukir. Sejenak hilafku lupakan Vika yang sedang membakar daging untukku.

Kini tubuh binal wanita bernama Dina berada di bawahku dalam kendaliku. Tubuh yang meliuk-liuk kesana-kemari, meresapi nikmat yang terlalu dalam untuk kami berdua rasakan. Desahan-desahan binal dari mulutnya membuatku semakin berambisi untuk lebih kokoh menancapkan penisku memaku vaginanya yang telah mengembang memberi akses keluar – masuk.

Semakin lama waktu berjalan semakin kencang gerakanku memompa vaginanya. Begitu pula Dina dengan gerakan pinggulnya yang semakin binal membuat penisku lebih kencang tersedot oleh vaginanya.

Tenda yang tebal membuat orang-orang diluar tak dapat melihat aktifitas kami di dalam yang sedang berpacu dalam birahi. Memberi kami rasa nyaman yang membuat kegiatan percintaan kami semakin bergelora.

“ AAAAAAAAAaaaaakkkkkkkkhhhhhhhhh Drraaaaaaaaaaa “ leguh Dina saat mendapatkan orgasmenya.

“ Ooooooouuuuugggggghhhhh Diiiiiiiin “ begitu pula denganku saat spermaku menyembur dan membasahi dinding vagina Dina.

Berdua digelapnya malam dan pikiran kami melayang, menerawang jauh terbang melintasi awan dengan rasa nikmat yang tak berhingga. Ingin sekali kami gapain puncak dari langit tak beratap, saat kami raih semua orgasme dan sejuta rasa tak terucap yang terlepas dari seluruh keinginan nafsu yang terus menerus membakar tubuh-tubuh terbalut semilir angin pegunungan.

Tubuh kami akhirnya terhembas, tergeletak di atas kasur angin yang menjadi alas persenggamahan kami berdua. Nafas kami yang berat menandakan betapa lelahnya kami bercinta di tengah udara pegunungan yang tipis ini.

“ Dra….Dra dimana sih lo “ terdengar suara Vika sedang mencariku, sepertinya telah berada di depan tenda tempat aku dan Dina berada.

“ Eh ada lo disini sembleb “ ucap Vika ketika membuka tenda dan melihat Dina berada di dalam.

“ Kok lo main buka aja si sember “ omel Dina yang terkejut dengan kedatangan Vika.

“ Ihhhh lo abis ngapain kok toket sama meki lo kebuka gitu. Abis onani ya lo “ tanya Vika yang heran melihat kondisi Dina. Buru-buru Dina menutupi bagian tubuhnya yang terbuka itu.

“ Gw abis berdua sama Andra, lo tebak aja sendiri gw sama Andra abis ngapain “ ucap Dina

“ Andra ? mana Andra gk ada. Dari tadi gw nyari gak ada, setiap tenda gw liat gk ada Andra “ ucap Vika bingung dengan ucapan Dina.

“ Lho ngilang kemana tuh si Andra, tadi ada di sini sama gw mber “ ucap Dina ikutan bingung.

“ Kemana Andra ya padahal dagingnya udah mateng tuh “ ucap Vika

“ Hah udah mateng Vik “ ucapku yang berada di belakang Vika. Untunglah saat mendengar suara Vika aku langsung keluar tenda menerobos bagian bawah tenda dan langsung merapikan pakaianku. Tenda memang mudah untuk di terobos jadi tak perlu khawatir.

“ Heh kudanil sejak kapan lo ada di luar tenda “ ucap Dina kaget melihatku

“ Lo kemana aja sih gw cari-cari baru nongol “ ucap Vika setengah mengomel.

“ Ayo Din kita mulai makan-makannya “ ajakku seraya menarik tangan Dina agar bangkit dan menuju tempat makanan. Dina hanya bisa bengong melihatku.




Part 18 ( Manusia Lemah )

Pagi hari saat makhluk-makhluk mungil berkicau diantara ranting-ranting pepohonan. Sinar matahari menerobos kabut embun yang membuyarkan pandangan. Para mahasiswa masih tertidur lelap karna lelah pesta semalam. Aku terbangun dari tidurku, sayang untuk dilewatkan pagi yang indah ini. Ku keluar tenda untuk menyapa makhluk mungil itu dan sang mentari pagi.

Terlihat seorang wanita duduk di dekat tumpukan kayu gosong bekas api unggun semalam. Asapnya masih keluar dari celah-celah batang kayu gosong itu. Ku hampiri wanita itu untuk menyapanya.

“ Hai Vik. Tumben udah bangun ? “ sapaku pada Vika yang sedang duduk.

“ Iya Dra. Gw lagi galau nih “ ucap Vika memandangi kayu gosong yang menyembulkan asap.

“ Galau kenapa Vik “ tanyaku penasaran. Apa dia ingin balikan dengan mantannya itu, atau aku telah menyakitinya.

“ 2 minggu lagi gw sama keluarga gw mau ke Lampung selama 2 minggu “ jawab Vika nampak tak bersemangat.

“ Ohhh mau pulang kampung. Kenapa galau sih ? “ pasti kampungnya itu kampungan banget, gk ada hiburan atau semacamnya. Mungkin channel TV juga Cuma TVRI doank. Sungguh menyedihkan 2 minggu berada di pedalaman.

“ Gw sepi gk ada lo Dra. Kesempatan buat si hakim sembleb tuh ngelangkahin gw “ ucap Vika sedikit emosi.

“ Abis dari sini gw juga mau balik ke kampung gw, sekitar 1 bulan sampe waktunya wisuda kok “ ucapku seraya merangkul tubuh Vika.

“ Kok lamaan lo, mang lo betah di kampung gk ada gw. Apa lagi kampung lo kan kampungan banget, gk ada hiburan atau semacamnya. Mungkin channel TV juga Cuma TVRI doank. Mang lo betah apa 1 bulan disana “ oceh Vika men-judge kampung halamanku. Kenapa bisa satu pemikiran gitu sih kami.

“ Ngapain juga di Jakarta klo gk ada kegiatan mending gw sama adik-adik gw di kampung “ ucapku sedikit ketus.

“ Kasian ya si sembleb klo gitu, gk ada lo dan gw, mau berantem sama siapa dia nanti “ ucap Vika membayangkan nasib Dina. Sejak kapan dia peduli dengan Dina.

“ Ke curug yuk Vik “ ku ulurkan tanganku yang disambut dengan uluran tangan Vika, untuk menuntun Vika menuju curug yang berada di sekitar pegunungan itu.

Kutuntun Vika melalui jalan setapak yang sedikit licin dan berkelok. Sebelah kiri jalan terdapat tebing yang mengalirkan mata air segar, Sedangkan sebelah kanan terdapat semak-semak dan juga jurang yang hanya dipagari oleh kayu-kayu rapuh. Pohon-pohon besar juga terdapat di sepanjang kiri kanan jalan setapak itu.

“ Dra ngeri amat jalannya “ ucap Vika erat berpegangan pada tanganku.

“ Pelan-pelan jalan Vik “ ucapku seraya menuntun jemari lembutnya.

“ Kok kayak gini sih jalannya Dra “

“ Namanya juga pegunungan Vik “

Dalam genggamanku terasa jemari halus itu mengalirkan kehangatan yang menusuk hingga ke jantung. Vika adalah anugrah yang Kuasa yang bila tersentuh betapa indahnya. Sungguh lemah diriku, tak berarti hidupku bila tak ada dirimu. Andai kubisa akan kubalas semua cinta yang engkau berikan. Tapi cintamu sangat egois, datang disaat taman hatiku sudah bermekaran bunga-bunga cinta Dina.

Salahkah aku bila mencintaimu dan mencintainya. Dosakah aku bila tidak memilikmu. Mungkinkah aku harus meninggalkanmu, setelah aku mencintai dirimu. Memang bukan hanya kau yang bersemanyam di hatiku. Tapi kau selalu ada di hatiku sejak pertama ku melihatmu.

Jika kadar cintaku adalah 100, maka cinta untuk Vika adalah 100, sedangkan untuk Dina adalah 100. Bukannya aku jahanam, kuhanya menerima takdir.

“ Wiiiiiiihhhh air terjunnya keren ya Dra “ teriak Vika saat sampai lokasi curug. Air terjun yang besar hingga cipratan airnya mengenai kami berdua, dan banyak bebatuan sungai, seolah mengobati kelelahan kami saat menelusuri jalan kecil berliku menuju lokasi.

“ Lo mau berenang Vik “ tanyaku

“ Gk ah, alirannya deres, airnya dingin lagi “ ucap Vika dengan tubuh menggigil.

Kutuntun Vika melewati bebatuan kecil menuju batu besar yang berada di tengah sungai. Kami duduk berdua disana, kulingkarkan tanganku pada perutnya, kupeluk Vika dari arah belakang, kukecup pipi halusnya.

“ Dra “ ucap Vika lirih dan membelai rambutku. Kubiarkan bibirku tetap pada kedudukannya di pipi Vika untuk beberapa saat, sambil menikmati deburan air yang jatuh dari atas tebing nan tinggi di hadapan kami.

Vika !! Cintamu dapat kucium di udara, dapat kudengar di air, dapat kurasakan di bumi. Di tepian hati kutemui, cinta indah penghibur hati. Tapi aku tak bisa mengikat janji walau telah kuberikan cinta berhiaskan safir.

Walau Telah lama kau kucinta, bersamamu ku sangat ingin hingga merasuki mimpiku. Kau adalah pelangi yang berseri menggoreskan senyum di langit setelah badai.

“ Vika, apa yang lo inginkan ? bunga ? akan gw taburkan di kasur lo setiap malam. Permata? Akan gw carikan yang lebih besar dari mata lo. Jika lo ingin menjadi ratu, akan gw rebut sebuah kerajaan untuk lo “ bisikku pada telinga mungil Vika.

“ Ih apaan sih lo Dra “ ucap Vika lirih dengan wajah yang langsung memerah.

Oh pagi!! dapatkah kau saksikan wanita yang berada dalam dekapanku ini. Wanita yang dulu sering kuceritakan kepadamu menjelang aktifitasku setelah malam pergi. Kini wanita itu sudah berada sangat dekat denganku.

Oh siang!! Dapatkah kau lihat wanita yang bersandar di tubuhku. Wanita yang dulu sering kuhayalkan kepadamu saat kulihat wajahnya. Kini wanita itu selalu tersenyum manis kepadaku.

Oh malam!! Dapakah kau dengar suara hati wanita yang ada dipelukku. Wanita yang dulu sering kuimpikan kepadamu saat kumulai pejamkan mata. Kini wanita itu sudah menempatkan aku pada relung hati terindahnya.


“ Dra balik yuk “ ucap Vika.

“ Kok buru-buru sih Vik “ protesku.

“ Gw udah kedinginan banget nih, dari tadi kecipratan air terjun. Lo sih enak di belakang gw gk kena cipratan air “ ucap Vika setengah mengomel.

Setelah perdebatan panjang ( gk juga sih ), akhirnya aku dan Vika berlalu meninggalkan curug menuju lokasi perkemahan. Kugenggam erat jemari Vika yang terasa bergetar. Jelas saja Vika kedinginan, karna baju yang ia gunakan basah terkena cipratan air terjun.

“ Clak….clak….clak “ di tengah perjalanan, terdengar suara langkah kaki orang dari arah depan kami, sepertinya ada banyak orang yang hendak menuju ke curug.

“ Heh sember kok lo udah duluan ke curug sih “ ucap Dina yang melihat Vika kembali dari curug.

“ Ya iya lah, berdua kan lebih romantis dari pada ramai-ramai “ ucap Vika pongah.

“ Berdua ? “ ucap Dina heran.

“ Lho kok ranting kayu. Tadi gw sama Andra ke curug, tadi Andra ada di samping gw “ ucap Vika kaget saat melihat benda yang berada dalam genggaman tangannya.

“ Woiiiii lo pada kok ninggaling gw sih “ ucapku dari belakang rombongan mahasiswa yang hendak ke curug. Saat mendengar suara langkah orang banyak, aku yakin jika mereka adalah teman-teman kampusku dan pasti ada Dina diantara mereka. Dengan secepat kilat kutukar tanganku yang berada dalam genggaman Vika dengan ranting kayu yang ada di sekitarku. Dan secepat kilat pula aku loncat ke semak-semak yang berada di sampingku dan mengendap-ngendap menuju arah belakang rombongan mahasiswa.

“ Lo kemana aja sih Dra dari tadi dicari-cari gk ada, tau-tau nongol di belakang “ omel Dina.

“ Gw lagi ke warung tadi “ ucapku beralibi. Kulihat Vika hanya bengong menatap ranting kayu yang masih dalam genggamannya.

“ Eh Vik kok lo udah basah duluan sih “ ucapku santai di hadapan Vika.

Akhirnya aku dan Vika kembali lagi ke curug bersama rombongan. Vika yang mengigil kedinganan tak berkata apapun. Kuberikan jaketku untuk mengurangi rasa dinginnya.

“ Dra tadi lo sama gw kan ? “ ucap Vika masih tertunduk lemas.

“ Hhhmmmm “

“ Dra nih ranting kayu lumayan juga klo kena kepala orang “ ucap Vika mempertegas ranting kayu yang masih berada dalam genggamannya.

“ Glek “ kuhanya bisa menelan ludah melihat ekspresi Vika yang dalam emosi tingkat tinggi.

“ Akhirnya sampai juga “ teriak salah seorang dari kami ketika sampai tempat tujuan.

“ Dra ayo nyemplung, jernih nih airnya “ ucap Dina seraya menarik tanganku.

“ Aduh Din gw gk bawa baju ganti nih “ ucapku menahan tarikan tangan Dina.

“ Lagian kenapa lo gk bawa baju ganti sih “ protes Dina.

“ Lo sih ninggalin gw, jadi gw buru-buru deh, gk sempet bawa ganti “ ucapku memberi alasan.

Dengan bibir yang maju kedepan, Dina menceburkan diri ke dalam sungai bersama teman-temannya. Aku hanya duduk di bebatuan, mematung melihat kawan-kawanku asik bermain air di sungai. Aku duduk di samping Vika yang sedari tadi diam dengan ranting kayu yang masih dipegangnya.

“ Vik “ ucapku membuka omongan.

“ APA “ omel Vika dengan tatapan tajamnya, seolah ingin menerkamku.

“ Kita kesana yuk “ ucapku menujuk salah satu sudut tempat yang agak jauh dari lokasi teman-temanku bermain air. Disana nampak sepi, hanya ada sebuah pohon besar nan rindang.

“ Yuk “ ucap Vika tersenyum melihat lokasi yang aku tunjukkan. Sepertinya dia sudah tidak marah padaku.

Setelah sampai di lokasi yang kami inginkan. Kami duduk di akar-akar pohon yang keluar dari dalam tanah dan bersandar pada batang pohonnya. Berdua menyaksikan tubuh-tubuh basah yang menggigil bermain air, saling lempar air ke arah wajah mereka. Ada pula yang bertapa di tengah aliran sungai.

“ Vik “ panggilku dengan menggemgam erat jemari halus Vika.

“ Ya Dra “ sahut Vika begitu manisnya menatapku dengan tatapan sayunya.

Lama kami hanya saling pandang, tanpa ada lagi kata yang kami ingin ucapkan. Cukup dengan tatapan kami sudah tahu isi hati masing-masing. Lalu Vika menyandarkan kepalanya di bahuku.

“ Dra, lo cinta gw ? “ tanya Vika yang membuatku semakin terdiam dan membeku. Udara dingin pegunungan saja tidak sanggup membuatku beku. Tapi mengapa pertanyaan dari Vika sanggup membekukanku. Bahkan udara di sekitarku terasa membeku hingga aku sulit untuk bernafas.

“ Mungkin lo berfikir klo lo Cuma buat pelarian gw aja, setelah gw putus sama Rudi. Tapi itu gk bener Dra, gw udah mulai cinta sama lo saat kita 1 kelompok tugas akhir. Saat kita ngerjain tugas bareng, disaat itu gw nemuin sosok yang smart “ ucap Vika dengan suara begitu lembutnya.

“ Uhuk…uhuk….uhuk “ ucapku sedikit berbangga dibilang smart.

“ Yah walaupun lo suka nyebelin dan gk peka, tapi itu keunikan lo dibanding cowok lain. Karna waktu itu gw udah berkomitmen aja sama Rudi jadi gw gk bisa lebih dekat lagi dengan lo “ sambung Vika.

“ Tapi syukurlah takdir memutuskan hubungan gw sama Rudi, dan gw bisa lebih dekat lagi dengan lo “ ucap Vika kembali. Aku masih dengan pose patung membeku mendengar pernyataan dari Vika.

Tanpa ia utarakanpun aku juga sudah tahu isi hatinya. Cinta itu bukan kata tapi rasa, tak perlu diucapkan dengan kata, hanya perlu dengan merasakan kehadirannya dalam hatiku, aku dapat tahu rasa cintanya padaku.

“ Vik gw laper nih belum sarapan “ ucapku

“ Oh iya, kita kan belum makan dari tadi. Lo sih segala pake balik lagi kesini “ protes Vika.

“ Udah balik yuk ke perkemahan “ ajakku

“ Yuk, lagian gw dingin nih disini “ ucap Vika

Tanpa sepengetahun teman-teman termasuk Dina, aku dan Vika kembali lagi ke perkemahan kami. Di perkemahan hanya ada Adi dan beberapa orang lainnya untuk menjaga barang-barang kami. Mereka sedang asik membakar jagung yang tersedia pada perapian.

“ Woiiiii siapa yang suruh kalian bakar jagung “ omel Vika sang seksi konsumsi.

“ Ya elah Vik pelit amat sih, gw udah bayar mahal nih buat ikut acara ini “ sahut Adi memprotes omelan Vika.

“ Kwok gk adwa raswanya sih “ ucapku saat mengunyah jagung yang telah selesai dibakar.

“ Payah lo bakar jagung aja gk bisa “ ejek Vika pada para lelaki itu.

“ Sini gw yang bakar aja “ ucap Vika seraya mengambil duduk di depan perapian.

“ Adi ambilin margarin, sama air asin kesini “ perintah Vika yang langsung dikerjakan oleh Adi.

……………………………………………………………………

Siang menjelang sore hari semua orang telah berkumpul di lokasi perkemahan. Akan diadakan acara lomba diantara kami. Ya walaupun tidak ada hadianya tapi tetap disambut antusian untuk menambah seru kegiatan kami.

Dengan toa di tangan Ani si seksi acara berdiri di tengah para mahasiswa untuk menjelaskan lomba seperti apa yang akan dimainkan

“ Oke semuanya, lomba kali ini terdiri dari 2 tim, setiap tim berjumlah 2 orang dan dari jurusan yang berbeda supaya lebih akrab. Kalian lihat ban yang ngegantung di pohon itu “ ucap Ani menunjung 2 buah ban yang bergantung di pohon pada arah yang berlawanan, berjarak 20 meter.

“ Ya itu adalah gawang. Pertandingan terdiri dari 2 babak, 1 babak dinyatakan selesai apabila salah satu tim berhasil memasukkan bola pada ban itu. Jika terjadi sekor 2-2 maka dilanjutkan dengan babak tambahan sebagai penentu “ ucap Ani menerangkan aturan permainan.

“ Pemain tidak boleh membawa bola lebih dari 5 langkah, harus segera dioper jika sudah 5 langkah. Bola tidak boleh jatuh ke tanah. Tidak boleh berbuat kasar kepada tim lawan. Apabila melangkar bola menjadi milik tim yang tak melangkar. Akan ada lemparan bebas “ ucap Ani kembali menerangkan peraturannya.

“ Untuk daftar tim dan pertandingan silahkan liat disini “ ucap Ani seraya menempelkan sebuah kertas berisi daftar tim dan jadwal pertandingan

“ Heh An, kenapa gw 1 tim sama si sember sih “ protes Dina yang tak terima 1 tim dengan Vika.

“ Kalian kan seksi konsumsi jadi sekalian aja jadi 1 tim “ ucap Ani menjelaskan alasannya.

“ Mang gk ada orang lain apa “ protes Dina kembali.

“ Udah ah ini kan Cuma hiburan aja “ ucap Ani santai.

“ Huh bisa repot gw nih klo 1 tim sama si hakim sembleb “ ucap Vika pelan.

“ Lo ngomong apa mber “ ucap Dina mendengar ucapan Vika.

“ Lo main yang bener ya sembleb, jangan takut kuku lo rusak “ ejek Vika.

“ Brisik lo sember, awas lo bikin tim kita kalah “ omel Dina tak mau kalah dengan Vika.

Skip skip skip

Pertandingan antara Dina dan Vika yang menggunakan rompi merah melawan Bela dan Uci yang menggunakan rompi biru segera dimulai. Kedua tim bersiap-siap melakukan pemanasan terlebih dahulu.

“ Minggir lo sember ganggu pemanasan gw aja “ omel Dina seraya mendorong ke samping tubuh Vika dengan lengannya agar menjauh darinya.

“ Di samping lo masih luas kali sembleb, ngapain lo ngambil tempat pemansan gw “ omel Vika menahan dorongan dari Dina. Terjadi saling dorong antar kedua wanita itu dan saling tatap dengan tatapan tajam setajam silet.

“ Priiiiiitttt “ suara peluait ditiupkan oleh Indah sebagai tanda dimulai.

Bola pertama dipegang oleh Bela dari tim biru, lalu dioper kepada Uci. Uci berlari menuju gawang tim merah, sebelum langkah ke 5 Uci melempar bola untuk dioper kepada Bela, tapi “ tap “ dengan sigap Dina memotong aliran bola itu dan berlari menuju gawang tim biru. Setelah 5 langkah Dina mengopernya ke arah Vika.

“ Bruaaakkkk “ bola tepat mengenai wajah Vika yang membuat Vika hilang keseimbangan, untunglah Vika masih bisa menahan tubuhnya agar tidak jatuh ketanah.

“ Heh sembleb lo sengaja ya, ngelempar kenceng banget “ omel Vika

“ Lo aja yang oon, gk bisa nangkep operan gw secara gw atlit profesional sedangkan lo amatir “ ejek Dina dengan senyuman iblisnya itu.

“ Heh wasit ini namanya pelanggaran nih “ omel Vika kepada Indah sang wasit.

“ Kalian kan 1 tim jadi gk diitung pelanggaran itu “ ucap Indah.

“ Awas lo sembleb gw bales deh “ ucap Vika mengancam Dina.

Karna bola menyentuk tanah maka bola menjadi milik tim biru. Kembali Uci mengoper bola kepada Bela, lalu meliuk-liuk Bela diantara tim merah berusaha melewati pertahanan dari tim merah. Lalu dioper kembali bola kepada Uci.

Kedua wanita dari tim merah langsung menghampiri Uci yang sedang memegang bola, dengan cerdik Uci langsung mengoper kembali kepada Bela. Tim merah yang geram langsung menghampiri Bela untuk merebut bola.

“ Gedabruuuuuukkkk “ kedua wanita dari tim merah jatuh berbarengan, karna kaki mereka saling mengait satu sama lain. Dengan begitu mudah bagi tim biru memasukan bola ke gawang tim merah.

“ Priiiiiiitttttttt “ peluit berbunyi tandanya goal dan berakhirnya babak pertama.

“ Lo klo gk bisa main jangan halangin gw deh “ omel Dina yang masih tergeletak di tanah.

“ Lo tuh yang gk becus, ikutin gw mulu, orang mah mencar klo main “ omel Vika tak mau kalah dan juga masih tergeletak di tanah.

“ Huh lawan tim cere kayak mereka mah gk perlu tenaga maksimal “ ucap Uci dengan sombongnya.

“ Yoi bener itu, pake 1 tangan juga bisa menang kita “ sahut Bela tak kalah sombong.

“ LO BERDUA NGOMONG APA “ ucap Dina dan Vika berbarengan dengan sangat berapi-api.

“ Priiiiitttttt “ babak kedua dimulai dengan bola pertama untuk tim merah.

Ada yang berbeda dengan tim merah kali ini. Mereka jadi lebih kompak, operan-operan silang keras yang terarah tepat tak mampu dipotong oleh tim biru. Bahkan meskipun tim biru dapat menyentuh bola yang dioper tapi tak dapat memotong aliran bola itu karna begitu kerasnya aliran bola. Hingga membuat tangan wanita dari tim biru menjadi memerah.

“ Goooaaaallll “ bola berhasil dimasukkan oleh Dina, skor untuk tim merah yang sudah sangat baik dalam permainannya.

“ Hebat kan permainan seorang pro seperti gw “ ucap Dina dengan bangganya.

“ Klo gk ada gw gk mungkin kita bisa cetak goal “ sahut Vika tak kalah bangga.

Kedua wanita itu kembali saling berpandangan dengan sangat tajamnya. Seolah api keluar dari dalam tubuh mereka.

“ Priiiitttttt “ peluit kembali dibunyikan memulai pertandingan babak tambahan.

Bola milik tim biru, langsung direbut oleh tim merah ketika tim biru melakukan operan. Dengan secepat kilat terjadi operan-operan yang makin terlihat ganas. Bahkan bola tak terlihat kapan diopernya, tau-tau sudah ada aja di tangan mereka bergantian.

“ Goaalll “ Vika berhasil memasukkan bola ke gawang, pertandingan dimenangkan oleh tim merah, Dina dan Vika.

Sekarang giliran regu putra yang bermain. Tak perlu diceritakanlah tim-tim yang bertanding lainnya, apa lagi timku yang langsung kalah pada pertandingan pertama di regu putra. Tak seperti tim Dina dan Vika yang melaju sampai ke Final, bahkan mereka berhasil menjadi juara di regu putri.

Tak ada yang menandingi kehebatan 2 wanita monster ini dalam pertandingan. Mungkin klo juara dari regu putra di adu oleh merekapun aku yakin pasti 2 wanita itulah pemenangnya.

“ Ha ha ha ha seorang jenius gk ada yang bisa nandingin “ ucap Dina dengan sombongnya seraya bertolak pinggang.

“ Hi hi hi hi permainan berubah saat seorang yang cerdas mulai serius “ ucap Vika tak kalah sombong dengan tangan menyilang di dadanya.

“ Blebek…blebek…..blebek “ suara perutku bergemuruh di tengah perayaan kemenangan Dina dan Vika, sepertinya ada yang mau keluar nih, sial bener-bener ada yang mau keluar. Langsung kuberlari menuju toilet.

Beberapa saat kemudian “ Huh leganya “ tapi kok eneg ya mulutku “hooooeekkkkk….hooooeeeekkkk “ kumuntahkan isi perutku. Kok jadi lemes gini ya

“ blebek….blebek “ sepertinya ada yang mau keluar lagi. Sialan buru-buru kukembali ke toilet.

Skip…skip….skip

Sudah 10 kali lebih aku muntah dan buang air besar, sepertinya aku terkena muntaber. Tubuhku sangat lemas sekali, semua makanan yang tadi kumakan keluar semua. Setiap diisi selalu saja keluar lagi dari jalur atas dan bawah.

“ Heh sember lo masakin apa, si Andra kok jadi muntaber gini “ omel Dina melihat keadaanku. Semua orang berkumpul mengelilingiku. Kenapa jadi pusat perhatian gini sih.

“ Gk mungkin klo dari makanan yang gw masak “ ucap Vika membela diri.

“ Lagipula dalam acara perkemahan ini, gw khusus menyediakan makanan untuk Andra 100 kali lebih teliti daripada untuk kalian. Gw selalu memastikan makanan segar untuk Andra yang gw masak mengandung gizi yang tinggi. Sisanya baru untuk kalian, dan sisa paling buruk untuk si hakim sembleb ini “ ucap Vika kembali menjelaskan tentang makanan yang ia masak.

“ Sialan lo sember untuk gw gk kenapa-kenapa “ omel Dina mendengar pernyataan Vika.

“ Kurang ajar lo Vik, tega bener sama kita-kita “ ucap salah seorang mahasiswa.

“ Itu aja sudah enak sekali kok “ ucap Adi tersenyum lebar.

“ Selain makan dari yang gw sedian, lo juga makan di luar ya Dra ? “ tanya Vika.

“ Gk Vik, gw gk beli makanan di warung “ ucapku dengan tubuh gemetar karna perut kosong.

“ Duuuuuuuaaaaaarrrrrrr “ tiba-tiba saja terdengar suara letusan, seperti suara dari senjata api.

“ Woiiiii apa maksud lo Rud “ ucap seorang mahasiswa yang melihat Rudi sedang mengacungkan sebuah pistol rakitan ke udara.

“ Ayo sini “ bentak 2 orang mahasiswa lainnya yang juga membawa pistol berjenis revolve, menarik lengan Vika dan Dina seraya menodongkan pistolnya ke arah kepala kedua wanita itu. 2 orang mahasiswa yang bernama Iwan dan Ari, mereka dari jurusan hukum. Apa yang Rudi dan juga kedua temannya rencanakan.

“ Diri lo Dra “ ucap Rudi saat menghampiriku, dia juga menodongkan pistolnya ke arah kepalaku. Semua mahasiswa berkumpul di belakangku, sementara Dina dan Vika berada di sampingku bersama kedua pria yang menodongkan senjatanya itu. Tak ada yang berani bertindak karna pistol di tangan ketiga pria itu.

“ Vika. Karna cowok ini lo jadi mutusin dari gw. Dan lo juga Din, karna dia lo jadi jauhin gw “ bentak Rudi menatap kedua wanita itu.

“ Gimana klo cowok ini mati dihadapan kalian. Gw dendam banget saat dia menghajar gw di mall dan sekarang saatnya pembalasan “ ucap Rudi kembali dengan tatapan bengis ke arahku. Aku hanya bisa menatapnya seraya tanganku memegang perutku yang terasa mules sekali.

“ Gw yang naruh racun dimakanan lo Dra, sekarang lo gk bisa berbuat apa-apa. Ha ha ha ha “ si artis gagal itu tak bisa berhenti mengoceh sedari tadi. Membuat aku muak saja.

Dengan tatapan kebengisan mengarah ke arah kedua wanita seolah ingin menunjukkan betapa hebatnya dia “ Sekarang lo liat berdua lelaki yang kalian bela ini mati dihadapan kalian “ teriak Rudi sekeras-kerasnya.

“ Brruuuuaaaaaaaakkkk “ tendanganku tepat mengenai tangannya, saat Rudi sedang lengah menatap kedua wanita itu. Hingga pistol ditangannya melayang ke udara.

“ Bruuuaaakkk “ kembali tendanganku lancarkan, kali ini tepat mengenai perutnya hingga dia jatuh terduduk di tanah. Kuambil pistol yang telah jatuh ke tanah dan kutodongkan ke kepalanya.

“ Manusia lemah seperti lo masih terlalu cepat 1000 tahun buat melawan gw “ ucapku.

“ Dra taruh pistolnya atau gw tembak cewek ini “ ucap Iwan yang sedang menodongkan pistol kearah Dina.

“ Gw hitung sampai 5 klo gk cewek ini juga gw tembak “ ucap Ari yang juga sedang menodongkan pistol ke arah Vika.

“ Gw hitung sampai 3, lepasin kedua wanita itu “ ucapku tegas.

“ Sedikit aja lo lukain Rudi, gw gk akan ragu buat nembak kepala cewek ini “ teriak Iwan mengancamku.

“ Bruuuaaaakkkk “ sekali lagi tendanganku tepat mengarah ke muka artis gagal itu.

“ Coba aja tembak klo berani. Lo tembak, gw juga tembak orang ini “ gertakku tak kalah galak.

“ Dra lo pengen gw mati apa “ teriak Dina ketakutan.

“ Iya Dra. Lo gk peka banget sih, klo gw mati gimana “ teriak Vika tak kalah ketakutan.

“ Tidak ada negosiasi untuk manusia lemah macam mereka. Sorry Dina, Vika. Sepertinya kalian harus berbagi nasib dengan Rudi “ ucapku santai.

“ APA MAKSUD LOOOOOO “ teriak kedua wanita itu berbarengan.

“ Tenang aja, gw akan usul kepada rektor untuk memberi kalian penghargaan. Dan keluarga kalian akan bangga “ ucapku kembali dengan santainya.

“ GW GK BUTUH PENGHARGAAN ITUUU “ teriak mereka kembali berbarengan.

“ Hei kalian 2 cowok suram, peluru kalian paling Cuma berisi 10 peluru disetiap senjata. Sedangkan disini ada 100 orang. Klo kalian menembakan peluru itu Cuma ada 20 orang yang bisa kalian bunuh, dan sisanya akan meringkus kalian dan memasukkan kalian ke dalam penjara. Lo tau gimana rasanya hidup di penjara. Makanannya gk enak, kerja kuli gk dibayar, dan lebih parah lagi di penjara tuh banyak lelaki kesepian. Tak ada wanita, priapun jadi, lo mau disodomi, bukan Cuma pake barang cowok tapi pantat lo juga bakal dicoblos pake linggis. Lo berdua mau ? “ ucapku coba menakutkan mereka.

“ Woiii Dra gw gk mau jadi salah satu dari 20 orang itu “ teriak salah seorang mahasiswa.

“ iya gw juga gk mau “

“ Gw juga “

“ Sama gw juga “ suasana menjadi sangat heboh sekali. Karna mereka takut menjadi korban pembunuhan.

“ Berisik lo semua dasar pengecut “ bentakku kepada mereka mahasiswa pengecut.

“ Heh gimana lo mau gk seperti itu “ ucapku kembali kepada 2 pria yang sedang menodongkan pistol kepada kedua wanita.

Kedua pria itu langsung gemetar, hingga membuat mereka menjatuhkan pistol dari genggaman mereka.

“ Gw gk mau masuk penjara Dra, maafin gw deh. Gw Cuma disuruh sama Rudi dan dijanjiin bakal dibayar “ ucap Iwan tertunduk berlutut.

“ Iya gw juga gk mau Dra “ ucap Ari.

“ Dra maafin gw Dra, gw Cuma bercanda kok “ ucap Rudi dengan tubuh mengigil hebat.

“ Bruuuaaakkk “ untuk kesekian kalinya tendanganku hinggap ke wajah Rudi hingga membuat dia tak sadarkan diri.

“ Duar…duar…duar…duar “ kutembakkan pistol yang ada ditanganku ke arah langit untuk menghabiskan pelurunya. Setelah itu kubongkar senjata rakitan itu dan kumasukkan kedalam pelastik agar tidak ada yang menyalah gunakanny.

Ku hampiri Dina dan Vika yang masih ketakutan akan peristiwa tadi. “ udah kalian gk usah takut semua udah beres kok “ ucapku coba menenangkan mereka.

“ Klo tadi dia bener nembak gw gimana Dra “ ucap Dina gemetaran.

“ Iya bener tuh kata sembleb “ ucap Vika juga gemetaran.

Kuambil kedua pistol yang dijatuhkan oleh Iwan dan Ari. Kemudian kuarahkan ke kepala kedua wanita itu “ Dorr..dorr “

“ Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa “ kedua wanita itu berteriak dan ada juga teriakan dari wanita lainnya yang kaget dengan tembakan yang barusan terdengar.

“ Gk mati kan kalian. Ini tuh senjata palsu yang Cuma bisa ngeluarin suara letusan, yang asli Cuma yang dipegang Rudi aja “ ucapku santai.

“ Heh “ Dina dan Vika heran.

“ Alasan pertama. Liat aja cara Rudi megang senjata, tangannya gemeter. Sedangkan Iwan sama Ari terlihat biasa saja. Senjata asli lebih berat, untuk Rudi yang masih amatir itu membuatnya kesulitan. Dan 2 orang temannya juga amatir tapi kenapa mereka biasa saja saat memegang senjata. Pasti itu karna senjata yang mereka pegang senjata palsu atau mainan “

“ Alasan kedua. Senjata Rudi rakitan sedangkan senjata kedua temannya buatan pabrik sejenis revolve. Disini Rudi sebagai bosnya karna dia yang bayar kedua orang itu. Gk mungkin seorang bos malah pegang senjata rakitan, kecuali revolve itu palsu pasti bosnya milih yang asli “ ucapku memberikan analisaku.

“ Bruak…bruak “ tiba-tiba saja kedua wanita itu merebut senjata dari tanganku dan serentak memukulkannya ke kepalaku.

“ EMANG INI GK BISA BIKIN GW MATI. TAPI BISA BIKIN JANTUNG GW COPOT BODOOOOHHH “ teriak mereka sangat kompak dalam menyiksaku. Ternyata mereka sewot karna main asal menembakkan senjata palsu itu ke arah kepala mereka.

“ Masuk lo ke tenda, lagi muntaber jangan banyak tingkah deh “ omel Dina seraya menyeretku ke tenda.

“ Kalian semua iket ketiga cowok ini di pohon. Gw mau cari obat dulu buat Andra “ perintah Vika kepada para mahasiswa.


 Part 19 ( Lembaran Lama )

1 minggu sudah kami berpesta merayakan kelulusan kami. 1 minggu yang sangat menyenangkan, dan akan selalu kami kenang seumur hidup kami. Semua orang bergembira, yah walaupun ada yang belum lulus ikut-ikutan tapi gk masalah. Dan walaupun ada inseden kecil tak membuat suasana kegembiraan dan kebersamaan jadi hilang.

Kami semua sepakat untuk memaafkan perbuatan Rudi and the gank, dan tidak membawa masalah ini sampai ke kepolisian. Senjatanyapun telah kubuang ke jurang yang tak mungkin ada orang yang menemukannya. Walaupun setelah insiden itu mereka menjadi kikuk dengan kami, itu resiko mereka.

Terlihat wajah-wajah sayu tergambar disetiap orang, tertidur di bangku bis. Mereka sangat lelah melewati 1 minggu yang begitu berkesan. Mungkin 10 tahun lagi saat kami reuni momen ini lah yang akan kami obrolkan saat itu. Teman-teman seperjuangan, hhhhmmm seperti apa ya kami 10 tahun yang akan datang. Kami semua turun di kampus untuk mengambil kendaraan pribadi yang terparkir di sana.

“ Dra lo langsung pulang kampung nih ? “ tanya Vika saat turun dari bis.

“ Lusa Vik, hari ini gw mau istirahat, besok siap-siap baru lusanya berangkat “ jawabku.

“ Woiii Dra, mber ayo mau balik gk “ teriak Dina yang sudah ada di dalam mobil.

“ Kemasukan malaikat apa lo bleb nawarin gw “ ucap Vika heran melihat Dinayang menawarkan tumpangan.

“ Lo kan gk dijemput bokap lo, klo lo naik angkot terus angkotnya kecelakaan terus lo mati, gk ada orang yang gw hina-hina lagi “ ucap Dina setengah mengejek.

“ Sialan lo sembleb “ ucap Vika sewot seraya menaiki mobil Dina. Begitupun denganku. Ku duduk di belakang dan merebahkan tubuhku, sedangkan Vika duduk di depan, di samping Dina.

“ Oke ayo kita berangkat, supir “ ucap Vika mengejek.

“ Eh sialan lo, gw turun di semak-semak pinggir tol nangis lo “ ancam Dina sembari menjalankan mobilnya.

“ Emang gw penakut kayak lo apa bleb “ ucap Vika santai.

“ Woi berisik, gw ngantuk nih “ omelku kepada kedua wanita itu.

………………………………………………

Sesampainya di rumah Vika, aku bantu dia membawa barang bawaannya masuk ke dalam rumah. Sedangkan Dina menunggu di mobil. Setelah selesai aku pamit untuk segera kembali ke kosan bersama Dina.

“ Gw balik dulu ya Vik “ ucapku dari dalam mobil.

“ Iya Dra. Eh sembleb hati-hati ya, jangan sampe mati “ ejek Vika

“ Kurang ajar lo sember, awas lo klo ketemu lagi gw kerjain “ ancam Dina kepada musuh abadinya itu.

……………………………………….

2 hari kemudian.

Siang hari pukul 1:00 semua barang bawaanku telah rapi, tak perlu bawa pakaian banyak-banyak, di kampung juga masih ada pakaianku. Oke tinggal cari ojek untuk mengantarku ke terminal. Dengan tas carrier dipunggung, setelah mengunci kamar kos, aku temui Bu Maria terlebih dahulu untuk menitipkan kunci karna aku akan tinggal pergi lama.

“ Heh mau kemana lo Dra “ tanya Dina yang sedang asik menonton TV dengan Bu Maria di salah satu sudut ruangan.

“ Mau pulang kampung Din “ jawabku.

“Titip konci ya Bu “ ucapku pada Bu Maria seraya menyerahkan kunci kamar kosku.

“ Berapa lama kamu pulang kampung Dra “ tanya bu Maria

“ satu bulan Bu “ jawabku.

“ Hah lama amat Dra “ ucap Dina terkejut.

“ Iya Din, sampe waktu wisuda baru gw balik lagi kesini “ ucapku pada Dina.

“ Gw ikut donk Dra, bete gw nih “ pinta Dina.

“ Ntar dicariin ortu lo lagi “ ucapku.

“ Gk lah, kayak lo gk tau keluarga gw aja. Bentar ya gw beres-beres dulu “ ucap Dina seraya pergi menuju kamar kosnya untuk merapikan pakaian yang akan dia bawa nanti.

“ Gk terasa ya Dra kamu udah lulus “ ucap Bu Maria. Kududuk di samping Bu Maria sambil menunggu Dina.

“ Iya Bu, makasih ya Bu “

“ Sama-sama. Oh iya jangan lupa bawain saya oleh-oleh ya “

“ Oh tenang aja Bu “

1 jam aku menunggu Dina merapikan barang-barangnya. Dasar wanita lama sekali Cuma merapikan pakaian saja. Apa Dina sedang mencoba-coba pakaian yang dia mau bawa nanti. Huft keburu sore nih.

“ Yuk Dra gw udah kelar nih “ ucap Dina dengan 1 tas dipunggung dan 1 tas dia tenteng. Mengenakan kaos lengan panjang berwarna biru muda dipadu dengan rok selutut berwarna sama.

“ Din banyak amat bawaan lo. Kita naik ojek nih “ ucapku heran

“ Naik mobil gw aja kaliiii “ ucap Dina.

“ Stresss lo kira kampung gw dimana “ omelku.

“ Mang dimana Dra ? “

“ Wonosobo, jawa tengah. Hampir 500 km dari Jakarta, kurang lebih 16 jam perjalanan naik bis “

“ Kenapa lo mau naik ojek Dra, naik bis aja lama “

“ Naik ojek ke terminal pulo gadung, dari sana baru naik bis “ ucapku ketus.

“ Naik taksi aja ke terminalnya Dra “

“ Ya iya lah klo kondisinya kayak gini “

Setelah pamit dengan Bu Maria, kami bergegas menuju terminal. Di jalan kami sempatkan mampir ke sebuah mini market untuk membeli beberapa makanan. Setengah jam perjalanan akhirnya kami tiba di terminal pulo gadung.

“ Kok terminal kayak gini ya Dra? “ tanya Dina seraya matanya keliling-keliling memperhatikan suasana terminal.

“ Jangan udik deh “ ucapku ketus.

“ Heh lo tuh yang udik, gw tuh biasanya ke bandara “ omel Dina tak terima dengan ejekanku.

“ Udah ah, gw mau beli tiket dulu “ aku pergi menuju agen bus yang ada disekitar sana.

“ Gw ikut, nanti gw diculik lagi “

“ Paling juga dijadiin pengemis lo klo diculik “ ejekku.

……………………………………………………………


Mengingat dan membuka
Kisah lembaran lama
Membuatku tak bisa bicara

Ingin kucium bumi
Tempat aku berpijak
Agar terhapus semua penyesalan

Seputih awan yg di langit
Menghiasi angkasa
Sebening hatiku melepas
Masa lalu yg penuh hitam

Hilang, hilanglah sudah
Bergugur membisu jauh
Di dasar hatiku

Lepas, lepas semua
Lepas masa lalu
Jadikan kenangan yg terindah

Ingin kucium bumi
Tempat aku berpijak
Agar terhapus semua penyesalan

Seputih awan yg di langit
Menghiasi angkasa

Sebening hatiku melepas
Masa lalu yg penuh hitam

Radja : Lepas Masa Lalu

Lengkingan suara pengamen di dalam bus menyanyikan lagu dari band Radja, membuat suasana menjadi semakin ramai. Belum lagi penjual cangcimen ( kacang, ciki, permen ) menjajahkan dagangannya kepada setiap penumpang bus antar propinsi tersebut.

Semilir angin pantura berhembus melalui celah jendela bus yang terbuka sedikit. Aku dan Dina duduk bersama menikmati perjalanan panjang menuju kampung halamanku. Entah apa yang aku katakan kepada orang-orang di kampung nanti tentang Dina.

Setelah bernyanyi beberapa lagu, kini saatnya si pengamen mengeluarkan pusakanya ( kantong plastik bekas snack, mereka menyebutnya kincringan ). “ Cring….cring….cring “ suara uang logam dari dalam pusaka itu menandakan sang pengamen mengharapkan ada sekeping / selembar uang sisa dari penumpang untuk dihibahkan kepadanya.

“ Cring….cring….cring “ kini pusaka itu telah hadir di hadapanku dan Dina. Aku rogoh saku celanaku untuk ambil selembar uang bergambar patimura bawa golok untuk aku masukan kedalam pusaka itu.

“ Hooooeeeeeekkk………….hoooooeeekkkkk…………hooooeeeekkkk “ seluruh isi perut Dina dimuntahkan.

“ Wah mbak kok muntahnya di kincringan saya sih “ ucap pengamen itu dengan nada judes, tak terima pusakanya dijadikan tempat penampung muntah.

“ Maaf mas, saya kira mas sengaja buat nampung muntahan saya “ ucap Dina polos.

“ Kotor deh uang saya “ ucap pengamen seraya berlalu dengan wajah lesu.

“ Norak amat si lo Din, naik bis aja mabok “ ucapku seraya memijat tengkuknya. Kuberikan kantong plastik hitam untuk menampung muntahannya.

“ Brisik lo Dra, gw gk pernah naik bis ekonomi begini. Kenapa gk milih yang executive sih “ Omel Dina dengan suara lemah.

“ Klo yang executive itu adanya jam 2 siang sama jam 7 malam. Lo sendiri aja tadi di kosan lama amat beres-beresnya. Lo juga gk mau lama-lama di terminal, ya udah gw pilih aja yang langsung berangkat “ ucapku memberi penjelasan. Bakal ribet nih diperjalanan.

“ Pusing banget gw Dra “

“ Ya udah tiduran sini di paha gw “

“ Gw eneg banget gk bisa tidur Dra “

“ Nih makan permen dulu “ ucapku memberi sebuah permen mint untuk menghilangkan mualnya.

“ Klo tau lo mabokan aturan tadi lo minum antimo dulu Din “

“ Kenapa lo baru ngomong sekarang Dra “

“ Gw mana tau klo lo bakal mabok. Biasanya sih di tukang cangcimen jual tuh antimo “

“ Ya udah klo ada tukang itu naik beli ya “ ucap Dina.

“ Tapi sekarang kita baru aja masuk tol, liat aja tuh. Tukang jualan, pengamen udah pada turun sebelum pintu tol tadi “ ucapku santai.

“ Kenapa lo tadi gk langsung beli sih, gw kan muntahnya tadi sebelum masuk tol “ ucap Dina lemas.

“ Baru kepikiran Din “ ucapku.

“ Jangan buat harapan kosong klo gitu. Seandainya gw punya tenaga, udah gw cekek lo “ ancam Dina.

Setelah kuberikan pijatan eklusif di tengkuknya, serta gosokan minyak angin di perut, kening dan hidungnya, akhirnya Dinapun tertidur dipangkuanku. Aku juga mencoba memejamkan mataku, tapi pandanganku selalu mengarah ke wajah cantik Dina, yang sedang tertidur. Wajah polos campur lemas, sangat menarik untuk kupandangi. Tangankupun tak sanggup untuk tak membelai kulit halus wajahnya itu.

………………………………………………………….

Pagi hari di bawah tugu gilar-gilar Wonosobo, aku dan Dina setelah turun dari bus yang mengantar kami sampai tujuan. Sejuk udara yang sudah 4 tahun tak kurasakan. Kupandangi sekeliling tempat ini, hhhmmm hanya perubahan kecil yang terjadi selama 4 tahun.

“ Hei Andra udah pulang toh “ ucap seorang bapak-bapak dari atas dokar.

“ Ohhh Pak Sarno, apa kabar “ sapaku kepada pak Sarno yang sudah sedari aku kecil ia bekerja sebagai kusir dokar.

“ Baik Dra, ayo naik dokarku “ ucapnya mempersilahkan aku menaiki dokar kesayangannya.

“ Dra gk ngeri Dra, klo kudanya ngamuk gimana “ ucap Dina ketakutan dengan tangannya yang merangkulku erat.

“ Udah gk usah takut ah “ ucapku, seraya menaikkan barang bawaan kami ke atas dokar, baru selanjutnya kami menaiki dokar milik Pak Sarno.

“ Siapa ini Dra, cantik sekali “ tanya Pak Sarno saat melihat Dina.

“ Calon istri pak “ ucapku seadanya. Yang membuat wajah Dina langsung memerah.

“ Oalaaahhh lama ndak pulang, sekali pulang bawa calon istri “ ucap Pak Sarno. Aku hanya tertawa kecil sambil menggaruk kepalaku,

“ Calon istri Dra ? “ tanya Dina berbisik padaku.

“ Klo gw bilang lo itu teman atau pacar, bisa-bisa heboh orang satu kampung “ jawabku juga berbisik.

Hamparan kebun tembakau di kiri dan kanan mengiringi perjalananku menuju rumah. Terdapat beberapa orang yang menyapaku ketika melihat kedatanganku.

Setelah beberapa saat, disebuah rumah joglo khas jawa tengah kami turun dari dokar. Rumah yang lumayan besar terbuat dari kayu, serta ukiran-ukiran pada dinding kayu tersebut menghiasi rumah. Nampak 4 pendopo kecil di setiap sudut halaman rumah yang cukup luas, halaman yang ditumbuhi rerumputan halus menghiasi pekarangan rumahku.

“ Mas Andra udah pulang “ teriak salah seorang adikku memberitahu kepada adik-adikku yang lain tentang kedatanganku. Tak lama kemudian adik-adikku yang berjumlah puluhan orang datang menghampiriku yang masih berada di halaman rumahku. Satu persatu mereka menyalamiku.

“ Dra siapa mereka “ tanya Dina heran melihat adik-adikku.

“ Adik gw Din “

“ Banyak amat adik lo Dra “ makin heran saja Dina mengetahui jumlah adikku yang banyak.

“ Ini sih baru sebagian “ ucapku.

“ Eh mas Andra siapa cah ayu ini “ ucap seorang adikku menunjuk kearah Dina.

“ Calon istri, mba Dina namanya “ ucapku santai.

“ Waaaaahhh mas Andra wis punya calon istri “ ucap adik-adikku serentak. Lalu satu persatu mereka juga menyalami Dina.

“ Haaaaaauuuuuuwwwwww “ suara binatang mengaung dari belakang kami.

“ Macan………macan……..macan “ teriak Dina saat menoleh ke belakang. Lalu memutar tubuhku dan bersembunyi debelakangaku.

“ Ini kucing persia namanya Alex “ ucapku seraya membelai binatang peliharaanku itu.

“ Kucing persia abad keberapa. Ini macan tauuuuuu “ omel Dina masih gemetar.

“ Gk usah takut udah jinak kok “ ucapku seraya menarik Dina agar melepaskan cengkramannya. Alex pun mengulurkan tangannya ( lebih tepatnya kaki ) ke arah Dina.

“ Kayaknya Alex mau kenalan tuh sama lo Din “ ucapku seraya menggerakkan tangan Dina agar menyambut uluran kaki si Alex.

Dengan gemetar Dina menyalami Alex sebagai tanda perkenalan mereka. Tanpa diduga Alex langsung mencium tangan lembut Dina. Sontak saja hal itu membuat Dina ketakutan dan menarik tangannya kembali.

“ Dra macan lo genit banget sih “ ucap Dina heran.

“ Bruaaakkkk “ tendangan Dina tepat mengenai muka Alex ketika mengetahui kepala Alex sudah berada dibawah selangkangan Dina, dengan wajah menghadap keatas seolah ingin melihat isi rok Dina.

“ Dasar macan mesum sialan “ omel Dina yang sepertinya sudah hilang rasa takutnya.

“ Hauw hauw hauw “ aungan Alex terdengar lirih menerima tendangan dari Dina.

“ Udah yuk istirahat dulu “ kutuntun Dina menuju kamarku. Kamar yang lama tak aku tempati, walaupun begitu kamarku sangat rapi dan bersih karna adik-adikku selalu merawatnya.
…………………………………………………………………

Sore hari, aku duduk disebuah kursi rotan di teras rumah sambil menikmati secangkir teh hangat. Sudah lama aku tak merasakan suasana seperti ini. Kupandangi hujan yang mulai turun sedikit demi sedikit membasahi pekarangan rumahku.

“ Haiii mas Andra, kok pulang ndak ngomong-ngomong toh “ ucap Joko salah satu adikku, membuyarkan lamunanku.

“ Oh Joko, sini duduk Jok “ dengan menyalakan sebatang rokok hasil lintingannya sendiri, Joko duduk di kursi rotan sebelahku.

“ Rokok mas “ ucap Joko menawari rokok kreasinya.

“ Kamu tau kan aku ndak ngerokok “ ucapku.

“ Kirain tinggal di Jakarta jadi berubah “

“ Bapakku ngelarang aku ngerokok Jok “

“ Yo mas aku sudah tau. Eh ngomong-ngomong mas bawa calon istri ya. Mana mas calonnya ? “ tanya Joko celingukan.

“ Lagi tidur, mabok dia selama perjalanan “ jawabku

“ Dra rumah lo bagus banget “ ucap Dina dari arah belakangku.

“ Udah bangun Din “

“ Oalahh ayu tenan mas calon istrimu “ ucap Joko saat melihat Dina.

“ Kenalkan ini Joko Adikku “ ucapku memperkenalkan Joko.

“ Joko “

“ Dina “ merekapun berjabat tangan.

“ Mas Andra ini pengusaha muda lho mbak. Kebun tembakaunya ada 20 hektar, mba Dina tau pasti tadi kesini lewat kebon tembakau kan, nah itu kebon punya mas Andra, terus sapi ada 100 ekor lebih yang ada di belakang rumah yang nomor dua, sama kebun jati ada 5 hektar, tuh yang di sebelah rumah. Semua itu dia rintis dari kecil “ ucap Joko nyerocos menceritakan asetku. Dina hanya bisa diam mematung.

“ Oh iya, mbak silahkan duduk “ ucap Joko kembali seraya berdiri memberikan kursi yang dia tempati untuk Dina.

“ Makasih Jok “

“ Aku tinggal dulu ya mas, mbak “ ucap Joko lalu pergi entah kemana.

“ Dra, gw gk nyangka klo lo orang berada juga “ ucap Dina yang heran dengan kondisiku.

“ Masih hebatan keluarga lo Din, rumah gw Cuma pake kayu doank. Sedangkan lo pake bata, 2 lantai lagi “ ucapku merendah.

“ Apaan Cuma pake kayu, tapi kayunya kayu jati semua, luas banget lagi. Ada ukirannya di dindingnya, kamarnya gw liat juga banyak “

“ Udah gitu peliharaan lo juga serem banget Dra “

“ Masih sereman anjing lo. Klo ada cewek telanjang mau nyuri di rumah gw, pasti dibiarin sama si Alex. Klo anjing lo kan gk bakal “ ucapku kembali.

“ Oh iya, adik lo kok banyak amat sih Dra, ada berapa semuanya “ tanya Dina dengan penuh tanda tanya di kepalanya.

“ 100 lebih lah klo di total “ ucapku santai.

“ Haaaaahhh banyak amat “

“ Mereka semua anak-anak terlantar yang udah gk punya orang tua, gk punya tempat tinggal. Jadi gw tampung, gw pekerjakan di kebun dan peternakan gw. Mereka semua gk gw anggap sebagai pekerja tapi sebagai adik gw “

“ Orang tua lo dimana Dra dari tadi gw kok belum ketemu “ tanya Dina kembali.

“ Orang tua. Ibu gw meninggal saat melahirkan gw, sedangkan bapak gw meninggal saat gw umur 10 tahun “ jawabku. Mengingat kedua orang tuaku membuatku meneteskan air mata.

“ Sorry Dra. Gw turun berduka cita. Tapi gimana lo bisa seperti ini Dra, sampe bisa nampung adik-adik lo yang banyak ini “ tanya Dina semakin penasaran.

“ Tentang bagaimana gw seperti ini dan tentang adik-adik gw, itu cerita yang berbeda. Bersambung “ ucapku santai

“ CERITAIN SEKARANG “ omel Dina.

“ Ya sudah gw ceritain sekarang. Semua ini bermula saat gw masih berusia 10 tahun “ ucapku memulai cerita.

( FLASH BACK 13 tahun yang lalu )

Di pinggir kali yang mengalir jernih. 3 orang bocah sedang melakukan kegiatan memancingnya.

“ Dra empannya jangan dimakan, nanti mancingnya pake apa “ ucap Kardi teman sebaya Andra.

“ Abis empannya roti sih, empan tuh mustinya cacing “ ucap Andra kecil berargumen.

“ Ikan sekarang tuh seleranya tinggi-tinggi. Udah ndak doyan yang namanya cacing “ ucap Kardi.

“ Woooooiiii Dra, bapakmu wis pulang, sekarang lagi ada di rumahku “ teriak Yoko sepupuh Andra dari atas jembatan.

“ Iya mas Yoko aku kesana sekarang “ ucap Andra dengan gembiranya mendengar tentang kepulangan bapaknya. Pak Waluyo, bapak dari Andra seorang perwira angkatan darat berpangkat letnan satu. Kembali ke desanya setelah 1 tahun bertugas di Aceh.

Sesampainya dirumah Pak Wardi kakak dari bapaknya Andra. Andra langsung loncat memeluk bapaknya yang sudah 1 tahun tak ia temui.

“ Gimana kamu Dra, nakal gk sama pakdhe dan budhemu ? “ tanya Pak Waluyo bapaknya Andra.

“ Andra gk mau saya suruh tinggal disini, maunya tinggal di rumahnya aja “ ucap Pak Wardi. Walaupun begitu bu Mirna istri pak Wardi, selalu mendatangi rumah Andra untuk memberikannya makanan serta mengurusi kebutuhan Andra lainnya.

“ Aku kan lelaki gk boleh takut klo tinggal sendiri “ ucap Andra dengan lantangnya.

“ Uhuk…uhuk….uhukkk “ suara batuk pak Wardi terdengar berat sekali, dengan tangan menutupi mulutnya.

“ Mas kamu masih merokok “ tanya pak Waluyo.

“ Susah kang masmu ini klo dibilangi Dik “ ucap bu Mirna, istri dari pak Wardi.

“ Aku ndak bisa sehari tanpa rokok “ ucap pak Wardi dengan santainya.

“ Wis kayak bocah klo dilarang, rokok tak buang pasti ngambek, ndak mau makan seharian “ ucap Bu Mirna sewot.

“ Uhuk….uhuk….uhuk “ kembali pak Wardi terbatuk. Dan terlihat darah dari mulut membasahi telapak tangannya.

“ Bahaya ini mas, harus periksa ke dokter “ ucap pak Waluyo kwatir dengan keadaan kakaknya.

“ Udah ndak apa-apa “ ucap pak Wardi tidak menghiraukan ucapan Adik dan istrinya.

………………………………………………………

Dibelakang rumah yang sangat sederhana kedua bapak dan anak sedang berlatih bela diri. Pak Waluyo sedang melati Andra agar menjadi lebih kuat.

“Auuuwww “ jerit pak Waluyo saat Andra memukul perutnya.

“ Sakit ya Pak “ ucap Andra senang.

“ Lumayan, pukulanmu sudah mulai berasa. Sekarang kita latihan menembak “ ucap Pak Waluyo seraya mengambil senjata laras panjang.

“ Liat kamu harus bidik targetmu terlebih dahulu, tangan jangan kaku, tapi juga jangan lemas. Setelah itu baru. Duaarrrr “ seketika burung yang sedang bertengger disebuah ranting pohon tertembak jatuh.

“ Hebat bapak “ ucap Andra kagum dengan bapaknya.

Setelah berlatih cukup lama, Andra dan pak Waluyo beristirahat di bawah pohon yang rindang. “ Dra bapak Cuma 1 bulan disini, bapak bulan depan ditugasi ke kalimantan “

“ Iya gk apa-apa pak, bapak kan seorang tentara, harus membela negara “ ucap Andra dengan bangganya.

“ Sebenarnya bapak gk boleh mengajarkan kamu menembak, tapi bapak percaya sama kamu, klo kamu gk akan menyalah gunakan kemampuan kamu itu. Kamu harus jadi anak yang kuat, jika kelak kamu memiliki seseorang yang berharga, kamu harus bisa melindunginya “ ucap Pak Waluyo memberi arahan kepada Andra.

“ Iya pak “ jawab Andra dengan fokus.

“ Sekarang kita ke hutan, kita berburu menjangan yuk, ganti bajumu dulu sana. Ingat jangan pakai baju warna putih, karna terlalu mencolok bisa ketahuan musuh / buruan. Pake baju warna hijau karna menyatu dengan alam “ ajak pak Waluyo. Merekapun berburu ke hutan hingga sore hari baru pulang dengan seekor menjangan hasil buruan.

…………………………………………………

Pagi hari, suasana desa sangat heboh. Orang-orang berlarian entah apa yang terjadi. Bahkan orang dari desa sebelah pun berlarian seolah sedang mengungsi.

“ Ada apa toh pak “ tanya Pak Waluyo yang baru saja keluar dari rumah, saat melihat ada kepanikan di desanya.

“ Desa sebelah lagi ada baku tembak polisi sama teroris. Jadi penduduknya di evakuasi kemari. Ada sebuah rumah yang di duga tempat bersembunyi teroris “ ucap salah seorang bapak.

“ Wah gawat…gawat kita juga harus ngungsi ini “ ucap salah seorang warga desa berlari menuju pos keamanan yang letaknya tak jauh dari rumah Andra.

“ Tok…tok…tok…tok….tok “ suarang kentungan di pukul-pukul orang itu, untuk mengumpulkan seluruh warga desa. Tak lama warga desapun berkumpul

“ Ada apa toh pak “ tanya salah seorang warga lainnya.

“ Kita juga harus mengungsi, karna polisi yang menggrebek para teroris di desa sebelah, sedang dalam keadaan terjepit. Ada kelompok teroris lainnya yang mengepung mereka dari arah belakang. Klo polisi dapat dikalahkan sudah pasti target mereka adalah warga desa itu dan desa disekitarnya termasuk desa kita ini “ ucap orang itu dengan tergesa-gesa.

“ Bagaimana bisa polisi terjepit seperti itu, seharusnya mereka ada pasukan cadangan yang siaga untuk memberi bantuan bila kondisinya seperti itu. Apa mereka kecolongan “ gumam pak Waluyo. Sontak dia langsung masuk ke dalam rumah dan keluar membawa senjata laras panjangnya.

“ Mas Wardi titip Andra ya “ ucap pak Waluyo kepada kakaknya itu. Seraya pergi menuju tempat terjadinya baku tembak.

“ Bapak aku ikut “ teriak Andra yang tak dihiraukan oleh bapaknya.

“ Udah kamu disini sama aku Dra “ ucap Pak Wardi kepada Andra seraya memegang erat tangan Andra agar tak menyusul bapaknya.

……………………………………………………….

Disebuah bukit pak Waluyo membidik satu-persatu teroris yang sedang melakukan penyerangan dari arah belakang kepada polisi itu. Satu-persatu mereka jatuh ,tanpa mengetahui siapa yang sedang menembaki. Polisi yang sedang terjepit, sedikit bisa leluasa bergerak, karna teroris sedang dalam keadaan panik, setelah anggotanya ditembak dari kejauhan.

“ Ooohh jadi disini toh orang yang menembaki kami “ ucap salah seorang teroris yang berhasil menemukan tempat Pak Waluyo melakukan serangan. Dengan pistol diarahkan ke kepala Pak Waluyo, sang teroris hendak menembaknya.

“ Jleeebbb “ sebuah bambu runcing, tepat menyambar leher dari teroris itu sebelum menembakkan senjatanya di kepala pak Waluyo. Langsung membuat teroris itu jatuh tersungkur dengan bersimbah darah segar yang keluar dari lehernya.

“ Andraaa “ ucap pak Waluyo terkejut ketika menoleh ke arah datangnya bambu runcing itu. Dan ternyata sang anaklah yang melemparkannya.

“ Aku mau melindungi bapak, aku rela mati demi bapak. Aku udah bunuh ibuku, aku gk mau bapakku meninggal “ ucap Andra dengan lantangnya.

“ Durhaka seorang anak apabila mati mendahului orang tuanya. Bukan kamu yang bunuh ibumu, tapi ibumu yang telah merelakan nyawanya demi kelahiran kamu Dra “ teriak sang bapak menjelaskan kepada anak semata wayangnya.

“ Kamu sudah diselamatkan oleh ibumu ketika kamu lahir, ingin mati setelah diselamatkan itu adalah hal yang bodoh “ teriak pak Waluyo kembali.

“ Pulanglah, ada saatnya kamu akan melindungi orang yang kamu sayangi. Saat ini adalah saatnya bapakmu melindungi orang yang bapak sayangi, melindungi kamu anakku yang paling aku sayangi. Bantuan dari markas akan tiba dalam waktu 30 menit, bapak dan polisi hanya harus bertahan selama 30 menit saja. Jika bapak biarkan teroris itu mengalahkan polisi sebelum bantuan datang, maka teroris akan mengincar warga desa. Situasinya akan sangat sulit bila itu terjadi “ ucap pak Waluyo seraya memeluk anaknya.

Andrapun langsung berlari menuju desa, terdengar suara-suara tembakan yang saling bersautan. 1 jam sudah sejak Andra pergi meninggalkan bapaknya berjuang. Setelah situasi aman semua orang kembali ke rumah masing-masing. Termasuk Andra, terduduk lemas di teras rumah menunggu kepulangan bapaknya.

“ Kamu Andra ya “ ucap seorang pria bertubuh tinggi besar, dengan pakaian militer.

“ Bapak ini siapa “ tanya Andra saat menoleh ke arah pria itu.

“ Saya Pak Wahab, atasan bapakmu nak “ jawab bapak itu kembali.

“ Hormat komandan “ ucap Andra lantang seraya berdiri dan memberi hormat.

“ Bapakku bilang klo dia harus menghormati atasannya. Klo bapakku menghormati, berarti aku juga harus menghormati anda “ jawab Andra tegas.

“ Anak pintar, pantas klo bapakmu sangat bangga padamu nak “ ucap pak Wahab seraya memeluk dan mengusap kepala Andra.

“ Tapi pak komandan, bapakku kok belum pulang ya ?“ tanya Andra.

“ Sebentar lagi pulang kok nak. Bapakmu lagi tidur, tidurnya pules banget. Klo nanti bapakmu pulang masih tidur, jangan kamu ganggu ya “ ucap Pak Wahab.

“ Siap pak komandan. Tapi kenapa perasaanku ndak enak banget ya “ ucap Andra lirih.

“ Oh mungkin karna kamu masih takut karna ada teroris tadi “ ucap pak Wahab coba menenangkan Andra.

“ Ndak aku ndak takut sama teroris, tadi aku bunuh 1 teroris yang mau nembak bapakku. Semuanya bisa aku lawan kecuali Tuhan. Aku Cuma takut sama Tuhan “ ucap Andra kembali.

“ Hebat kamu nak, darah tidak bisa berbohong, kamu memang anak dari seorang Lettu Waluyo “ ucap pak Wahap Lirih.

“ Ngiiiiiiuuuuuuuu….ngiiiiiiiiuuuuu……ngiiiuuuuuuu “ suara sirine terdengar meraung, nampak dikejauhan sebuah mobil putih yang mengeluarkan suara tersebut, bertuliskan ambulance.

“ Nah itu bapakmu sudah datang “ ucap Pak Wahab seraya menunjuk ke arah ambulance tersebut.

“ Kok naik ambulance pak ? “ tanya Andra heran melihat mobil yang membawa bapaknya.

“ Mobil yang lainnya sedang dipakai, ada Cuma mobil ambulance. Tapi ndak masalah toh, yang penting bisa nganter bapakmu “ jawab pak Wahab.

Sebuah peti coklat dengan ditutupi kain merah putih di keluarkan dari dalam ambulan oleh beberapa orang berpakaian TNI. Terlihat wajah pucat dengan sedikit senyum tergurat, berbalut kain putih, ketika peti jenazah di buka.

“ Pak komandan, kenapa bapakku pake baju putih. Dia ndak suka pake baju putih, kemaren tetangga meninggal juga pake baju putih sama kayak bapak. Bapak kenapa pak komandan, kenapa ? “ teriak Andra penuh tanya dengan tangis yang memilukan.

Dengan pelukan yang sangat erat pak Wahab coba memberi pengertian kepada Andra “ Kamu harus kuat nak, bapakmu gugur demi menyelamatkan rekannya, demi melindungi desanya dan juga demi melindungimu. Kamu harus bangga nak, seperti bapakmu bangga kepadamu “

“ Baappppaaaaaaaaaaakkkkkkkk….. baaaapaaaaakkkkkk “ teriak Andra sejadi-jadinya menyaksikan bapaknya terbujur kaku. tangis pilu seorang anak yang begitu menyayangi bapaknya menggelegar mengiringi kepergian sang bapak.

“ Sabar nak sabar. Mengetahui kehilangan dan penderitaan, berteriak dan menangis adalah jalan untuk menjadi lelaki sejati. Menangislah nak, menangislah sampai kamu puas lalu bangkitlah “ ucap Pak Wahab lirih yang juga tak dapat membendung air matanya.


Takdir memilih awal dari hidup,
dan takdir pula yang menentukan akhir dari hidup.

Membawaku menuju jalan yang harusku ambil,
Menuntunku melintasi jalan yang tajam.

Terbungkus nyeri dan penderitaan,
sangat kuat hingga membuat sempit hidup ini.

Bahkan jika harus menghilang dari dunia,
Aroma penderitaan tetap selalu memimpin perjalanan ini.

Tapi aku tidak perlu takut, karena tekad api terwarisi di hati.
Aku tidak harus gentar, karena orang-orang yang berharga menungguku kelak.
Aku harus maju menuju cakrawala biru.
 
 
Part 20 ( Metamorfosis )

Karna perjuangannya, Letnan Satu Waluyo mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Kapten Waluyo. Pak Waluyo wafat dengan meninggalkan 1 hektar tanah, rumah seluas 100 m2 dan 2 pasang sapi sebagai warisan untuk Andra.

Suasana pemakaman pak Waluyo berlangsung dengan cara militer. Pasukan TNI angkatan darat serta warga desa menghadiri pemakaman tersebut, dan juga hadir perwakilan anggota kepolisian sebagai bentuk penghormatan atas jasa pak Waluyo. Termasuk Andra kecil yang berdiri di atas lubang kubur bapaknya, menatap tajam peti jenazah bapak tercinta yang akan segera dikebumikan.

“ Kepada Jenazah, Kapten Waluyo, HORMAT SENJATAAAAAAA GRAK “ teriak komandan upacara lantang. Diiringi ayunan senjata ke arah langit oleh para anggota TNI.

“ Duar….duar……duarrrrr “ letupan tembakan salvo sebagai penghormatan terakhir, mengiringi penurunan jenazah ke liang lahat.

Lengkingan suara azan dari sang kakak ( Pak Wardi ) yang terdengar sangat berat, menjadi kata pengantar kepergian Adiknya. Andra hanya bisa diam menahan sesak di dadanya, air matanya tak berhenti mengalir. Bu Mirna hanya bisa memeluk erat keponakannya itu untuk memberinya kekuatan.

………………………………………………………………………………………………..

Setelah selesai upacara pemakaman pak Waluyo Pak Wahab dan Andra menujukediaman Pak Wardi. Untuk membicarakan nasib Andra setelah ditinggal bapaknya.

“ Sekolah Andra akan ditanggung negara sampai SLTA, klo Andra mau masuk SMA taruna hubungi saya aja. Siapa tau Andra pengen kayak bapaknya. Terus untuk kehidupan sehari-harinya, Andra akan menerima uang pensiun bapaknya serta santunan dari negara. Karna yang mengasuh Andra adalah pak Wardi, dan karna Andra masih berusia 10 tahun, maka untuk pemberian uang pensiunan dan santunan untuk Andra akan diwakilkan oleh pak Wardi. Tolong dijaga Andra ya Pak Wardi “ ucap Pak Wahab dengan suara yang dalam, menjelaskan detail apa saja yang akan diterima Andra dari negara sebagai ahli waris Pak Waluyo.

“ Iya pak “ jawab pak Wardi singkat menatap tajam mata pak Wahab, meyakinkan bahwa dia akan merawat Andra dengan sepenuh hati

“ Ya sudah saya pamit dulu ya Pak. Andra kamu yang kuat ya nak “ ucap Pak Wahab seraya mengusap kepala Andra, dan berjabat tangan dengan pak Wardi

Andra masih saja terdiam dalam tangisnya, seolah tak percaya jika bapaknya telah pergi meninggalkannya. Seperti saat Andra ditinggal bapaknya tugas, Andra tidak mau tinggal di rumah pakdhenya, dia lebih memilih tinggal di rumahnya seorang diri, walaupun sudah dirayu oleh pakdhe dan budhenya sekalipun.

Saat di rumah Andra memasuki kamar bapaknya, dipandangi kamar yang menjadi tempat bapaknya beristirahat. Terdapat ranjang, kursi, sebuah meja, senjata laras panjang serta pedang yang tertempel di dinding kamar, dan kepala menjangan hasil berburu. Andra duduk di kursi rotan milik bapaknya itu, di depan terpampang meja yang biasa bapaknya pakai untuk menulis buku harian militer. Di bukanya laci meja itu dan menemukan sebuah catatan pribadi bapaknya. Di atas buku itu terdapat secarik kertas yang teripat dan bertuliskan “ Untuk Andra anakku tercinta “. Dibukanya kertas itu untuk melihat isi di dalamnya.

Andra, anakku tercinta.

Jika kamu menemukan surat ini dan membacanya, berarti bapak sudah bersama ibumu. Beberapa hari ini ibumu selalu masuk kedalam mimpi bapak, dengan keadaan yang sangat cantik, ibumu menuntun bapak ke sebuah taman yang indah, dan menyaksikanmu dari kejauhan.

Oh iya bapak belum pernah bercerita tentang ibu kamu ya. Maaf Dra, karna tugas bapak jadi gk sempat untuk bercerita banyak tentang ibumu. Tapi yang pasti ibumu melebihi harapan bapak untuk menjadi seorang istri serta seorang ibu. Kamu harus bangga.

Jika nanti bapak bertemu ibumu, bapak akan bercerita tentang kamu Dra. Pasti ibumu tidak akan menyesal memberikan nyawanya untukmu Dra.

Mungkin itu firasat bahwa umur bapak sudah tak banyak lagi. Maafkan bapakmu Dra, tidak bisa menemani kamu lebih lama lagi, walaupun bapak sangat ingin. Ibumu meninggal saat kamu dilahirkan, dan bapakmu ini sering bertugas keluar daerah sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dan kamu juga tidak mau tinggal di rumah pakdhemu. Tapi itu menunjukkan jika kamu bisa hidup mandiri tanpa orang tua, jadi bapak tidak terlalu khawatir bila meninggalkanmu untuk selama-lamanya

Anakku, mungkin sekarang kamu sendiri, tapi kelak kau akan bertemu orang-orang yang berharga. Orang yang harus kau lindungi, dunia sangat luas kelak kau pasti bertemu. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dilahrikan benar-benar sendiri. Teruslah maju kedepan, jangan pernah menoleh kebelakang. Tertawalah disegala keadaan, walaupun kamu sedang sedih, tertawalah maka kesedihanmu akan berkurang.

Saat nanti bapak bertemu ibumu, akan bapak ceritakan betapa hebatnya dirimu Dra, anak kami. Di alam yang berbeda bapak dan ibumu selalu memperhatikanmu Dra. Doa bapak dan ibumu selalu menyertaimu. Bapak dan ibumu selalu mencintai dan menyayangimu anaku Andra. Jadilah pria yang kuat, karna kau adalah bukti jika aku ada.


Tertanda

Waluyo


Satu bulan kemudian.

Disebuah rumah sakit daerah, Bu Mirna dan Yoko sedang terduduk di depan ruang IGD. Andra lari tergesa-gesa menghampiri budhe dan sepupuhnya.

“ Budhe, pakdhe Wardi kenapa ? “ tanya Andra dengan nafas tersengal, kedua tangan bertumpu pada lututnya. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut bu Mirna, hanya air mata yang terus membasahi pipinya.

“ Bapak tadi di pasar batuk-batuk sampe ngeluarin darah, terus pinsan. Orang-orang di pasar mebawa bapak ke rumah sakit “ ucap Yoko menjawab pertanyaan Andra, matanya terlihat nanar saat bertatapan dengan Andra

Tak lama dokterpun keluar ruangan. Dengan wajah datar dokter itu menghampiri mereka bertiga “ Ibu, istri dari Pak Wardi ? “ tanya dokter itu kepada bu Mirna.

“ Iya dok, bagaimana keadaan suami saya “ ucap Bu Mirna tak sabar mengetahui keadaan suaminya. Ditatapnya mata dokter itu dengan sejuta tanya, walau hatinya hanya memiliki sedikit harapan.

“ Sabar ya bu, hidup dan mati sudah ditakdirkan oleh yang Kuasa. Pak Wardi sudah tidak ada umur “ ucap dokter itu dengan nada lirih, memegang pundak Bu Marni.

Bu Mirna hanya terdiam, tak mampu berkata-kata. Air matanya semakin deras membasahi pipinya. Dengan langkah yang gontai bu Mirna memasuki ruangan untuk melihat jenazah suaminya untuk yang terakhir.

“ Bapaaaaaaakkkkkkk “ suara tangis bu Mirnapun pecah saat memeluk tubuh suaminya yang telah dingin. Begitu pula dengan Yoko dan Andra, mereka bertiga memeluk tubuh pak Wardi seraya menangis sejadi-jadinya.

………………………………………………………………………

Satu bulan sudah pasca kepergian Pak Wardi. Sejak pak Wardi wafat, bu Mirna sudah tidak pernah mengunjungi rumah Andra. Sudah tidak pernah memberinya makanan atau uang saku kepada Andra, uang pensiun dan juga santunan tidak pernah sampai ke tangan Andra lagi. Untunglah sekolah Andra sudah ditanggung sampai SMA, sedangkan untuk makan Andra mengandalkan dari sisa uang tabungannya. Itupun harus diiris sedemikan rupa, agar bisa makan esok harinya. Tiada hari tanpa rasa lapar menghinggapi perut Andra.

“ Kenapa budhe gk pernah kesini ya, setiap aku kerumahnya selalu menghindar “ gumam Andra, bingung akan perubahan sifat bu Mirna sejak kepergian suaminya.

Sejak itu Andra mulai berfikir untuk menghasilkan uang sendiri. Dengan tanah peninggalan bapaknyam dia membeli bibit tembakau dari uang tabungannya. Andra mulai menanam tembakau, dari penyemaian, penanaman hingga perawatan. Setiap subuh Andra pergi ke ladang tembakaunya untuk merawat ladangya dan mencari rumput untuk 2 ekor sapinya. Barulah ia pergi kesekolah setelah aktifitas berkebunnya selesai.

Pulang sekolah tak lupa Andra menengok kembali kebunnya untuk melakukan perawatan kembali, lalu pergi ke pasar untuk menjadi kuli panggul di sana. Setelah pulang dari pasar Andra mencari rumput kembali untuk ternaknya dan kembali kekebun hingga matahari terbenam.

“ Waahhh hari ini aku dapet banyak. Makasih ya Pak “ ucap Andra terkejut menerima upah sebagai kuli panggul yang lebih banyak dari biasanya.

“ Tokoku rame, kamu juga kerjanya jadi lebih berat, makanya aku kasih lebih “ ucap Pak Kasdi pemilik toko sembako di pasar.

“ Aku pulang dulu ya pak, makasih banyak nih “ ucap Andra seraya berlalu menuju padang ilalang untung mencari rumput segar.

Di salah satu toko yang sudah tutup terdapat seorang anak tertidur. Anak itu juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar.

“ Hei kamu kok tidur disini “ tegur Andra menunduk melihat bocah yang terbaring lemas.

“ Aku ndak punya rumah mas “ jawabnya tanpa melihat kearah Andra.

“ Orang tuamu mana “ tanya Andra kembali seraya mengambil posisi disebelah anak itu lalu duduk di sebelahnya.

“ Wis meninggal “ jawab anak itu lirih

“ sama kayak aku, orang tuaku wis meninggal, tapi aku masih punya rumah. Kamu mau temenin aku di rumahku “ ajak Andra. Anak itu hanya terdiam melihat Andra menawari tempat tinggal.

“ Kok malah bengong, aku tinggal sendirian, gk punya teman “ ucap Andra kembali seraya mengulurkan tangannya.

“ Beneran mas, makasih banget nih mas “ ucap Anak itu girang, menyambut uluran tangan Andra.

“ Aduh aku lemes banget mas “ ucap Anak itu susah payah bangkit dari tidurnya, walaupun sudah dibantu oleh Andra.

“ Kamu kenapa “ tanya Andra

“ Aku belum makan 3 hari mas “ jawab anak itu.

“ Ya udah kita makan dulu yuk “ Andra coba membopong tubuh lemas anak itu menuju warung makan.

……………………………………………………

“ Kenyang banget aku mas “ ucap anak itu ketika selesai menghabiskan makanannya.

“ Oh jadi nama kamu Joko. Umurku 1 tahun lebih tua darimu ya, berarti kamu adik aku sekarang “ ucap Andra.

“ Iya mas Andra. Eh ngomong-ngomong kenapa mas makannya lebih banyak dari aku ? “ tanya Joko heran. Dia yang belum makan 3 hari kenapa paling banyak makannya si Andra.

“ Kata bapakku, kita harus makan yang banyak, biar klo ketemu musuh, kita punya tenaga yang cukup untuk melawannya “ ucap Andra santai.

“ Mas ada duit buat bayar makanan ini semua “

“ Tenang Jok, hari ini aku dapet rejeki banyak. Toko pak Kasdi lagi rame, aku gotong barang lebih banyak “

“ Tapi inget Jok, kita harus nabung. Kita juga harus saling kerja sama, kita ndak boleh menyerah kepada dunia yang kejam ini “ ucap Andra bersemangat.

“ Iya mas “ ucap Joko penuh keyakinan.

Sejak itu kedua anak tersebut saling bahu-membahu dalam mencari uang. Setiap Andra sekolah, Joko lah yang menggembala sapi dan mengurus kebun. Ketika Andra pulang sekolah barulah Joko ke pasar untuk menjadi kuli panggul, sedangkan Andra gantian yang menggembala sapi dan mengurus kebunnya. Pada malam harinya setelah Andra mengerjakan tugas sekolah, ia lantas mengajari Joko pelajaran, karna Joko sudah putus sekolah.

“ Mas aku masih laper mas “ ucap Joko lirih.

“ Sama Jok aku juga, hari ini kita dapat uangnya sedikit. Kita harus sabar ya Jok “ ucap Andra coba menenangkan Joko

3 bulan kemudian. Saat musim panen tembakau tiba.

“ Waaahhhh hasil penjualan tembakaunya lumayan banyak mas “ ucap Joko gembira saat panen tembakau yang hasilnya lumayan bagus.

“ Iya ini karna cuacanya juga lagi bagus, karna kita juga saling kerja sama. Klo ndak ada kamu Jok, aku bakal kerepotan ngurusi kebun ini “ ucap Andra.

“ Inget Jok, kita harus tabung sebagian dari hasil penjualan tembakau ini “ ucap Andra kembali.

“ Iya mas “

“ Suatu saat aku pasti bakal menyekolahkan kamu Jok “ ucap Andra berjanji pada Joko.

“ Sudahlah mas, aku ndak perlu sekolah, kan ada mas Andra yang ngajari aku “ ucap Joko.

“ Ilmu itu ndak Cuma dari aku saja, klo sekolah kamu bisa menimba ilmu dari mana saja “ ucap Andra kembali.

“ Mas ke hutan yuk, cari kayu, soalnya kandang sapi sudah mulai rapuh “ ajak Joko.

“ Yuk Jok “

………………………….

Sesampainya di hutan mereka menemukan seekor anak macan sedang meraung-raung di samping induk macan yang terbaring tak bergerak.

“ Wah mas ada kucing tuh, kayaknya di tinggal mati induknya “ ucap Joko.

“ Iya Jok. Ah aku tau, ini tuh kucing persia, aku pernah baca di buku perpustakaan sekolah “ ucap Andra melihat ke arah binatang itu.

“ Kasian ya mas, kayak kita masih kecil udah kehilangan orang tua “ ucap Joko lirih.

“ Gimana kalo kita rawat, dia senasib sama kita. Setiap makhluk yang senasib dengan kita harus kita rawat Jok “ ucap Andra tegas.

“ Baik mas “ ucap Joko bersemangat.

Dengan membawa kayu-kayu serta anak macan, kedua bocah itu pulang kerumah. Setelah memperbaiki kandang sapi. Barulah mereka beristirahat.

“ Mas namanya siapa ya untuk kucing itu “ tanya Joko.

“ Kasih nama yang keren aja Jok “ ucap Andra memperhatikan wajah anak macan yang sedang terbaring lemas di atas kain tebal.

“ Hhhhmmm apa ya, aku ndak dapet ide tuh “ ucap Joko kembali.

“ Gimana klo namanya Alex “ ucap Andra.

“ Wiihh keren amat mas namanya “

“ Lebih bagus dari nama kamu Jok ha ha ha ha “ ledek Andra.

“ Oke. Alex salam kenal ya “ ucap Joko sedikit ketus.

“ Kayaknya laper tuh si Alex “

“ Kasih rumput mau gk ya “

“ Masa kucing makannya rumput, yang bener aja Jok. Lagi pula kayaknya dia masih bayi deh. Kasih susu aja ya “ ucap Andra dengan tatapan kearah Alex.

“ Sapi kita belum bisa ngeluarin susu “ ucap Joko.

“ Kita beli saja, gk papalah demi adik kita yang baru Jok “

Semakin hari tubuh Alex semakin besar, dan sudah mulai dapat membantu pekerjaan Andra dan Joko. Seperti menjaga sapi yang sedang Joko gembalakan, selagi Joko merawat kebun tembakaunya. Dengan ketekunan, kerja keras, dan didukung kepandaian Andra dalam mengelola keuangan, perlahan usaha mereka semakin maju. Luas kebun Andrapun semakin luas dari tahun ke tahun, begitu pula ternak sapi Andra berkembang biak semakin banyak.

Setiap ada anak terlantar, yang sudah tidak meliliki orang tua ditampung oleh Andra di rumahnya. Mereka dijadikan Adik oleh Andra. Bukan hanya merawat mereka, bahkan Andra melindungi mereka, apabila ada yang menyakiti adik-adiknya tak segan-segan di hajar oleh Andra.

“ Mas Andra, si Surti digodain sama pemuda dari desa sebelah pas abis belanja di pasar “ ucap Joko

“ Siapa yang berani godain adikku. Ayo adik-adikku yang cowok kita hajar mereka “ teriak Andra memanggil adik-adiknya.

“ Yoooo mas Andra “ segera adik-adiknya memenuhi panggilan Andra dengan membawa kayu sebagai senjata.

……………………………………………….

“ Mas Andra Alex dikroyok warga gara-gara ketahuan ngintipin gadis mandi “ teriak adikku berlari dikejauhan.

“ Dasar si Alex, biar aku yang urus “ ucap Andra, berlari ketempat Alex dikeroyok
………………………………………………..

“ Bibit apa itu mas “ tanya Joko melihat Andra membawa sekotak bibit.

“ Bibit jati, aku mau tanam di tanah yang baru aku beli. Buat bikin rumah yang besar “ jawab Andra.

“ Jati lama lho mas tumbuhnya. Bisa sampe 10 tahun baru bisa kita jual “ ucap Joko.

“ Buat investasilah. Lagi pula aku mau bikin rumah pake kayu jati “ ucap Andra.

( KEMBALI KE MASA KINI )

“ Yah begilah Din kehidupan gw “ ucapku setelah panjang kali lebar sama dengan lega, menjelaskan rentetan lika-liku kehidupanku.

“ Pribadi yang kuat, selalu lahir dari penderitaan yang hebat “ ucap Dina dengan gaya mario teguh.

“ Kenapa lo menganggap orang disini adik lo “ tanya Dina kembali.

“ Keluarga bukan hanya orang yang memiliki hubungan darah saja, melainkan orang yang bersama-sama dengan kita saat susah maupun senang. Keluarga adalah hal yang gw inginkan, karna hidup sendiri itu sangat menyakitkan buat gw. Lebih baik mati dari pada hidup seorang diri “ kupandang wajah Dina yang nampak antusias dengan kehidupan pribadiku.

“ Terus gimana keadaan budhe lo sekarang. Dia kan udah makan hak yang menjadi milik lo “

“ Dia tetap saudara gw, dan juga punya jasa terhadap gw. Gw gk mikirin perbuatan buruk terhadap gw. Gw tetap bantu mereka “

“ Pantes waktu di tangkuban perahu lo bisa ngomong seperti itu “ ucap Dina mengingat ucapanku saat memberinya semangat di tangkuban perahu.

“ Nah lo kenapa gk ke SMU taruna aja, sesuai kata-kata atasan bokap lo “

Gk ah Din, gw gk mau pergi-pergi ninggalin orang yang gw sayangi karna tugas “

Hujan yang sudah reda sedari tadi, menggeser awan hitam yang menyelimuti. Nampak bulan sudah menampakan dirinya, sepertinya malam ini akan terang bulan. Aku menoleh kearah Dina dan menatapnya dalam-dalam. Kini ia sudah tahu masa laluku yang sangat berat. Dia juga sudah tahu kehidupanku.

“ Dra kenapa lo selama ini menutupi jati diri lo. Kelakuan pertama kali ke rumah gw, gw kira lo orangnya udik “ ucap Dina.

“ Lo tuh yang udik, naik bis aja mabok “ ejekku.

“ Eh sialan lo kudanil, lo tuh yang udik “ omel Dina tak terima dengan ejekanku.

“ Eh Dra kenapa lo kuliah ngambil MI, aturan mah ngambil pertanian aja ? “ tanya Dina.

“ Gw mau buat sistem untuk usaha gw ini, supaya lebih mudah dalam manajemennya. Terus gw mau buat web untuk promosiin usaha gw dan desa gw. Orang klo mau pesan tembakau, susu, daging sapi bisa pesan online juga. Lagi pula klo gw ngambil jurusan pertanian mah buat apa, gw udah tau caranya bertani. Mahasiswa pertanian juga sering KKN disini, jadi gw bisa nimba ilmu dari mereka “ jawabku.

“ WOoooooiii mas Andra, pestanya sudah siap nih. Ayo kesini “ teriak Joko dari halaman rumah, disana sudah berkumpul seluruh adik-adikku pria ataupun wanita.

“ Sapi sudah di potong tadi, sudah tinggal di bakar saja. Anggurnya juga sudah siap “ teriak kembali Joko.

“ Yuk Din, kita kesana “ ajakku seraya beranjak dari kursi dan menuntun Dina menuju halaman rumah.

“ Ayo semuanya kumpul “ teriakku memanggil adik-adikku yang berpencar di halaman.

“ Nih Din buat lo “ kuberikan segelas besar anggur kepada Dina. Dina hanya terdiam menerima gelas itu.

“ Tenang aja Din, gk bikin mabok kok. Anggurnya Cuma diperas dan disaring aja, gk sampe diendapin. Jadi belum ada proses fermentasinya. Ini racikan sendiri lho “ ucapku menjelaskan pada Dina.

“ Yaahh gk bisa ngefly donk, udah lama gw gk minum-minum nih “ ucap Dina sepertinya kecewa. Dasar tukang mabok

“ Semuanya. Untuk kelulusan mas Andra, dan calon istrinya mari bersulanggggggg “ teriak Joko yang berada di tengah-tangah kami.

“ Yooooooooo “ teriak semua orang disini menyambut ucapan Joko.

“ Musikkkkk “ teriakku, yang di sambut dengan suara 4 buah speaker aktif besar, disetiap sudut halaman.

♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Pergi mengantar sebotol anggur ♪
♪ Ayo ikuti angin laut dan gelombang! ♪
♪ Di langit malam ada mentari merah bersinar♪
♪ Dan burung-burung pun bernyanyi menyambut kehidupan yang menyenangkan ♪
♪ Selamat datang, di kampung halamanku! ♪
♪ Mari menyanyikan lagu persatuan! ♪
♪ Saat kami berangkat mengarungi gelombang perak dan emas ♪
♪ Saat kami mengangkat layar menuju lautan ♪
♪ Badai yang datang bagaikan iringan pukulan drum ♪
♪ Laut pun bergolak saat mentari tiba ♪
♪ Wahai para pengecut, berharaplah kalian tidak pernah dilahirkan! ♪
♪ Karena kalian akan tenggelam di dasar laut sebelum melihat mentar i♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪
♪ Yo-hohoho, Yo-hohoho, ♪

Binks' Sake- Brook

“ Sini….sini gw mau coba panggang daginggnya “ ucap Dina mengambil 1 potong daging untuk di bakar.

“ silahkan mbak “ ucap salah seorang adikku mempersilahkan Dina.
“ Hauww hauww hauww “

“ Aaaaaaahhhhhh macaaannnnn “ teriak Dina begitu mengetahui Alex ada di belakangnya

“ Pergi sana, makan nih daging “ ucap Dina menyodorkan sepotong daging mentah

“ Mba Dina si Alex ndak suka daging mentah “ ucap Joko

Susana keakraban, rasa rindu dan berbagai macam kejenakaan adik-adikku mewarnai malam ini. Malam yang seharusnya sunyi dan tenang menjadi riuh sekali karna kedatanganku.

“ Woiii ada yang liat Rinto ndak “ teriakku mencari salah seorang adikku yang bernama Rinto, tadi aku lihat sepintas, sekarang sudah tak terlihat lagi.

“ Tuh mas di pendopo lagi galau sepertinya “

“ Ndak ada wanita yang tulus mencintai lelaki, mereka hanya melihat harta, kedudukan dan apalah yang membuat gengsi mereka menjadi terangkat. Cinta wanita palsu, tidak ada yang MURNI. Oke aku single bukan karna ndak laku, tapi karna aku ndak punya satria fu atau ninja R “ gerutu Rinto di pojokan pendopo terduduk menunduk meratapi nasib seorang jones.

“ Jangan sebut-sebut namaku klo lagi galau. Ndak laku karna tampang aja cari alasan “ omel adikku Murni seraya melempar sepotong daging mentah tepat mengenai wajah kusam Rinto

“ Surti, betapa indahnya dirimu dalam pandanganku, ah bukannya aku tak sanggup memandangmu. Oh sinar terangmu dapat membutakan mataku. Surti, merdu suaramu membuat aliran darahku begitu cepat mengalir ke dalam jantungku. Ah bukannya jantungku bisa berhenti bila kau membisikkan kata cinta. Surti, gerakkan lembutmu selalu terekam jelas di kepalaku, ah bukannya kepalaku bisa pecah bila memimpikanmu. Surti maukah kau menjadi kekasihku “ lantunan syair terlontar dari mulut Bimo, yang sangat menyukai Surti dan berharap Surtilah cinta terakhirnya.

“ Ndak mau “ ucap Surti, singkat, padat dan jelas. Memalingkan muka lalu pergi begitu saja.

“ Ha…ha….ha…ha selamat ya, selamat ini udah ke 30 kali kamu ditolak Bim. Hebat rekor kamu belum ada 1 orangpun yang mampu nandingin “ ucap 5 orang adikku mengelilingi Bimo, seraya menaburkan bunga-bunga kearah tubuh Bimo. Bimo hanya bisa meratapi kegagalannya yang sudah berulang kali.

………………………………………………………………..

“ Ayo Dra sini “ ucap Dina menarikku yang sedang berada di tengah pesta. Mengajakku masuk ke kamar.

Setelah masuk ke kamar dan menguncinya, Dina langsung mencium bibirku, lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku, seraya melucuti seluruh pakaianku. Akupun tak tinggal diam, kuterima tantangannya bermain lidah, begitu pula dengan pakaiannya kulucuti habis tak bersisa.

Kupandangi wajah cantiknya, nampak seberkas cahaya berpancar dari keindahan raganya. Tubuh polos bercorak kuning langsat itu kini berdiri di depanku. Rambut yang tergerai indah, menambah kilau pesona jiwa membutakan pandangan.

Tak ubah duri berbunga mawar, pekat harumnya mengundang rasa untuk menjamahi. Kubaringkan ke ranjang, tubuh yang terdapat segala bentuk keindahan didalamnya. Kutelusuri dengan lidahku jejak-jejak keindahan yang bertabur harum disekujur tubuhnya. Dina hanya bisa memejamkan matanya, sesekali terdengar desahan lirih dari bibir manisnya.

Sejak aku mengenalinya berbagai macam rasa terjalin membentuk jembatan antara hatiku dan hatinya. Dengan mudahnya Dina masuk ke dalam hatiku, begitu pula diriku. Dan kini mahkluk indah yang bernama Dina itu telah berada dalam peraduan kenikmatan bersamaku. Merajut bait-bait cinta dalam dekapan birahi.

“ Ouuhhh “ mata sayu itu menatapku yang sedang asik bermain dibongkahan mulus payudaranya, yang selalu dan selalu membakar birahiku. Mata yang seolah berbicara “ jangan, jangan ragu untuk memberiku kepuasan “, menarikku untuk segera masuk kedalam tahap teratas dalam daftar birahi kami.

Kedua kaki mulusnya dilebarkan, dengan mata terpejam dan bibir terbuka, memberi isyarat padaku untuk segera memasuki lubang berlendir. Tak peduli dengan isyarat yang diberikan, aku hanya menggesekan penisku pada vaginanya saja. Kupagut bibir tipisnya yang lembut, seraya tanganku berpetualang diantar bukit kembar nan halus.

Dina yang sudah semakin tak dapat menahan luapa birahinya, berusaha mencari penisku dengan tangannya yang merayap kearah selangkangan. Tapi dengan sigap kugenggam jemari lentiknya agar tak dapat sesegera mungkin mendapatkan harta karunku yang paling berharga.

Semakin keras usaha Dina untuk mendapatkan kendali penuh atas permainan kami. Tubuhnya berusaha mendorong tubuhku, tapi aku juga berusaha mengendalikan permainan. Kutahan tubuh yang sudah mengelepar-gelepar itu. Kutelusuri wajah cantik yang bercahaya bak sinar lampu petromak di malam yang tanpa sinar bulan. Kecupan-kecupan lembutku berjajah di pipi, kening dan dagunya.

Berlawanan dengan ucapan Khalil Gibran. Bila nafsu memanggilmu, janganlah kau ikuti segera kehendaknya, walau liukan tubuhnya begitu menggoda. Bila nafsu mencengkrammu, tahanlah walau dekapan birahi bagai pedang di sela-sela sayap begitu menyiksa.

“ Dra jangan siksa gw “ lenguh Dina yang sudah nafsu bukan kepalang, menerima hujaman rangsangan yang berjalan terlalu santai.

Kuhentikan seluruh aktifitasku, Kutatap wajahnya dalam-dalam, kutahan seluruh gerakannya yang meronta. Kucari partikel cinta terkecil di hatinya, ingin kumiliki seluruh cinta yang ia punya. Egois memang tapi begitulah bila cinta sudah bertahta di singgasananya. Semuanya yang indah hanya untuk cinta.

Perlahan penisku mulai penetrasi ke dalam liang surgawi yang memanggil-manggil sedari tadi. “ Aahhh “ lenguh Dina perlahan saat inchi demi inchi penisku menggesek dinding vaginanya.

Kudiamkan sejenak penisku saat memasuki seluruh bagiannya. Kembali kupandangi wajah ayunya yang masih terpejam, meresepi kenikmatan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui tetes-tetes darah.

Perlahan kugerakkan penisku naik-turun, seirama dengan gerakan pinggulnya. Kembali lidah kami saling pagut, jemariku menelusuri bagian-bagian tubuh halus, tak akan kulewatkan kelembutan kulitnya walau hanya 1 mili.

Rintik peluh membasuhi tubuh polos yang meliuk-liuk di atas ranjang kebebasan hasrat. Hiruk-pikuk manusia yang sedang bergembira di luar sana, seolah tenggelam oleh deburan ombak birahi bernyanyikan lenguh kenikmatan.

Lengan indah nan halus Dina bergerak menelusuri lebar punggungku. Mencabik-cabik lembaran kulit, seperti kesal tadi kupermainkan hasratnya yang sudah di ujung. Dengan mata sedikit terbuka Dina menatapku sayu, memperlihatkan rona wajah yang telah berubah menjadi kemerahan. Memandang penuh daya tarik agar lebih menghujamkan penisku, agar lebih kuat menggesek dinding rahimnya, agar api birahi makin besar berkobar.

“ AAAAAakkkkkkkkhhhhh “ jerit kami berbarengan, begitu juga cairan kenikmatan kami yang sudah bertumpuk di dalam tampungannya. Bersemburan, berhamburan, bercampur menjadi satu hingga mengalir keluar membasahi selangkangan Dina.

Wajah manis nan ayu yang terbasahi peluh, kini hanya bisa saling menatap denganku dalam-dalam. Sembari menyela nafas yang nampak berat sehabis diterpa badai orgasme. Rambut indah yang tergerai tak beraturan, serta tubuh lemas yang sedang kugagahi. Terpancar rona kepuasan dalam tubuh kami.

Kubiarkan penisku masih tertancam, menikmati sisa-sisa kenikmatan. Sayang rasanya bila disudahi begitu saja. Kukecup keningnya seraya tersenyum memandangnya. Tak ada kata yang terucap hingga penisku keluar sendiri dari dalam vaginanya. Dan kamipun tidur terlelap hingga pagi hari.

…………………………………………………………………………………..

Saat kubuka setengah mataku, terasa berat sekali padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Mungkin karna aku belum beristirahat total setelah perjalanan dari Jakarta. Kulihat sebelahku sudah tidak ada Dina di tempat tidur, mungkin saja dia sedang mandi atau sedang melihat-lihat.

Kulangkahkan kami menelusuri setiap bagian dari rumahku, tampak sepi sekali, hanya terlihat beberapa adik perempuanku sedang memasak di rumah belakang khusus wanita. Rumahku ada 2 yang depan khusus laki-laki dan yang belakang khusus wanita. Ah aku baru ingat, sesuai dengan perhitunganku bahwa hari ini panen tembakau. Pasti adik-adikku sedang di kebun tembakau.

Kubergegas mandi dan langsung menuju kebun tembakau. Kuberjalan kaki ke kebun yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Nampak di kejauhan adik-adikku sedang memetik tembakau dan memasukkannya ke dalam karung. Adapula yang sedang merapikan kedalam truk untuk dijual ke pabrik rokok.


♪ Lir-ilir, Lir-ilir ♪
♪ Tandure wus sumilir ♪
♪ Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar ♪
♪ Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi ♪
♪ Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro ♪
♪ Dodotiro, dodotiro kumitir bedhah ing pinggir ♪
♪ Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore ♪
♪ Mumpung padhang rembulane , mumpung jembar kalangane ♪
♪ Yo surako… surak iyo… ♪

♪ Lir-ilir, Lir-ilir ♪
♪ Tandure wus sumilir ♪
♪ Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar ♪
♪ Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi ♪
♪ Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro ♪
♪ Dodotiro, dodotiro kumitir bedhah ing pinggir ♪
♪ Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore ♪
♪ Mumpung padhang rembulane , mumpung jembar kalangane ♪
♪ Yo surako… surak iyo… ♪

Terdengar sayup-sayup dendang dari mulut adik-adikku. Lagu yang selalu kami nyanyikan setiap panen tiba. Semuanya bergembira menyambut hasil kerja keras kami selama kurang lebih tiga bulan berbuah manis. Tembakau yang nampak menghijau royo-royo, panen yang melimpah ruah.

“ Draaaa gw udah dapet 3 karung nih. Hebat kan “ teriak Dina di kejauhan, nampak di sampingnya terdapat tiga karung tembakau. Semangat sekali dia, padahal aku saja masih letih.

“ Hebat banget lo Din “ ucapku tersenyum kepadanya. Kubantu dia menaikkan karung tembakau ke atas truk.

“ Asik banget ya klo lagi panen gini “ ucap Dina nampak sangat senang sekali berada di tengah suasana yang menyenangkan ini.

“ Lo udah gk capek Din “ tanyaku mengkhawatirkan keadaannya. Aku masih ingat dia tidak boleh terlalu lelah.

“ Gk Dra, gw senang suasana seperti ini. Kekeluargaannya sangat kental Dra “

“ Ya gitulah, keluarga adalah hal yang berharga “

Entah sudah berapa kali 2 unit trukku mondar-mandir mengambil hasil panen untuk dijual. Tak terasa hari sudah sore. Masih banyak tembakau yang belum sempat kami petik, akan dilanjutkan keesokan harinya. Setelah merapikan alat-alat kami semua bergegas kembali ke rumah.

“ Eh Danang kamu liat Alex ndak “ ucapku menanyakan keberadaan Alex yang dari tadi pagi belum aku lihat. Kuperhatikan sekeliling halaman rumah tak ada tanda-tanda Alex.

“ Ora genah mas, tadi di sungai juga aku ndak lihat Alex. Makanannya dari pagi juga masih utuh “ jawab Danang yang juga bingung akan keberadaan Alex.

“ Sweee wewewewengggggg “ suara gergaji yang dinyalakan Joko mengagetkan aku dan Danang.

“ Jok, emang persediaan kayu kita habis “ tanyaku melihat Joko menenteng gergaji mesin.

“ Ini bukan buat nebang pohon mas, tapi buat ngelepasin rantai yang ngiket Alex “ ucap Joko seraya pergi menuju kamar mandi umum yang letaknya di belakang rumah.

“ Hah rantai “

“ Iya, ada yang ngerantai Alex di kamar mandi “

“ Udah-udah ndak usah digergaji, biar aku yang urus “ ucapku, seraya berjalan menuju Dina yang sedang bersama Surti di pendopo, sedang asik mengobrol.

“ Eh Din…. “

“ Abisnya ngintipin gw mandi, gw rante aja. Masih untung gk gw congkel matanya “ ucap Dina menyela omongannya, sepertinya dia sudah tau aku ingin bertanya apa.

“ Lagian lo ngapain mandi di belakang rumah sih, itu kan pemandian umum buat adik-adik gw “

“ Emang ada ya kamar mandi di dalem rumah lo “

“ Adalah “

“ Aduh abis gw udah kebelet, terus gw pikir biasanya kan kamar mandi di kampung ada di belakang rumah “

“ Ya udah lepasin si Alex. Dia gk bakal ngintip lo lagi deh “

“ Bener nih ya. Nih kuncinya “ ucap Dina seraya memberi kunci rantai kepadaku.

Ternyata Dina bisa lebih buas dari hewan buas bila privasinya terganggu. Huft hari ini sangat melelahkan sekali. Rasanya inginku beristirahat total malam ini. Semoga tidak ada keributan lagi.

…………………………………………..

3 hari sudah aku berada di kampungku, Dina sepertinya sangat menikmati keberadaannya di desa kelahiranku. Karna sibuk panen tembakau, aku jadi belum sempat mengajak Dina ke tempat wisata yang ada disini. Pasti dia sangat senang berwisata disini.

Pagi hari, udara dingin yang menusuk tulang membangunkanku dari tidurku. Terlihat Dina nampak kebingungan mengobrak-ngabrik lemari pakaian. Sepertinya dia mencari-cari sesuatu tapi entah apa itu.

“ Dra “ ucap Dina memanggilku saat melihat aku sudah bangkit dari tidurku.

“ Hmm “

“ Anterin gw ke pasar yuk beli celana dalam sama BH. Gw kan kesini bawa celana dalam sepuluh terus BH sepuluh juga, masa sekarang tinggal setengahnya “ ucap Dina ternyata kehilangan aset pribadinya itu.

“ Ohh gitu “

“ Apa gk sengaja diangkat adik lo ya, waktu masih ada di jemuran “

“ Udah yuk ikut gw “ ucapku seraya turun dari ranjang dan menuntun Dina keluar kamar.

Kuajak Dina ke sebuah ruangan yang berada di teras rumahku. Saat kubuka ruangan itu nampak Alex sedang terbaring di atas tumpukan celana dalam dan BH yang bermacam-macam model dan warnanya.

“ Woiii minggir Lex “ kutendang Alex yang sedang tertidur lelap. Alexpun menyingkir dan keluar ruangan.

“ Lo cari aja mana punya lo “ ucapku menunjuk ke arah tumpukan kain-kain pribadi wanita.

“ Macan lo normal gk si Dra, mau gw rante lagi apa tuh binatang mesum “ omel Dina melihat kelakuan Alex.

“ Normal lah, diakan cowok. Oh iya dia tuh kucing persia “

“ Bodo amat “
Part 21 ( Taman Diandra )

Hmmmmm, suasana pagi hari di kampung halamanku begitu kusuka. Udara pagi disini dapat membersihkan jantungku. Kabut pekatnya dapat mendamaikan pandanganku. Suara binatang-binatang yang mulai sibuk mencari berkah di bumi menenangkan pendengaranku.

“ Diunjuk kang mas Andra “ ucap lembut seorang wanita, menghidangkan segelas teh hangat di meja hadapanku. Oh lembut sekali suaranya, bagai lenting getaran senar kecapi, yang merambat hingga menggetarkan jantung ini. Segera kunikmati teh hangat yang terhidang, sebelum gema suara lembut itu hilang dari pendengaranku.

“ Dina !!!!!! “ terkejut sekaget-kagetnya, hingga teh yang ada di mulutku berhamburan keluar. Betapa jantung ini sangat ingin terlepas dari kedudukannya, ketika kulihat Dina berpenampilan sangat berbeda. Dengan balutan kebaya putih dipadu rok batik semata kaki berwarna biru tua. Oh mahkotanya pun berubah, rambut hitam legam, terurai lurus dan bergelombang di ujungnya, tanpa sebuah aksesoris.

Apakah ini perwujudan dari makhluk peranakan, hasil kawin silang antara malaikat dan bidadari. Iblis paling hina sekalipun, akan tobat apabila melihat makhluk seindah ini. Bahkan hewan paling buas sekalipun, akan jinak bila tersentuh oleh kelembutan auranya.

“ Kok bengong gitu toh kang mas “ ucap Dina tersenyum manis menatapku, menarik sebuah kursi di sampingku lalu mendudukinya.

Ada apa ini, darahku serasa beku, bahkan panas pada inti matahari, tidak akan mampu mencairkan darahku. Menerima kehadiran makhluk dari khayangan yang sudi turun ke bumi, hanya untuk mengantarkan secangkir air surga.

“ D….Din “ ah tiba-tiba saja aku jadi gugup, pandanganku jadi tertunduk, tidak mampu menatap lebih lama indah binar matanya.

“ Iya kang mas “ ohh suara lembut itu kembali menusuk telingaku. Meresap ke bilik-bilik jantungku, dan memompa darahku lebih kuat lagi.

“ L..lo k…k….kesurupan a..a…apa “ sangat sulit bertutur kata dihadapannya saat ini.

“ Lo tuh ya, ngapain sih ngomongin kesurupan. Udah tau gw parno sama hal-hal seperti ini. Ngerusak suasana aja sih. Lo kira gampang apa bersikap dan berpenampilan seperti ini. Susah payah gw ngelakuinnya tauuuuuu “ omelan Dina terus-menerus berserakan keluar dari mulutnya. Huft akhirnya Dina kembali ke wujud aslinya, hampir saja aku mati melihat perubahan sikapnya.

“ Yaaahhh mbak Dina ndak bisa bertahan lama nih “ oceh Surti dari dalam rumah, lalu menuju teras tempat kami berdua duduk.

“ Abis mas lo ini ngeselin “

“ Itu wajar nanya kayak gitu. Soalnya kan mba Dina berubah total, jadi orang yang ngeliatnya pasti heran “

“ Berarti harus ekstra sabar donk ngeladenin pertanyaan-pertanyaan nyinyir kayak gitu “

“ Iya mba, yo wis ayo aku ajarin lagi, biar mba Dina lebih dan lebih lagi “ ajak Surti seraya menuntun Dina memasuki rumah kembali.

“ Pelan-pelan Sur, gw ribet nih jalan pake rok kayak gini “ ucap Dina terpelanting-pelanting dituntun Surti.

Walau hanya sekejap, Dina benar-benar menampakkan sesosok makhluk yang benar-benar indah. Apa Tuhan telah menciptakan makhluk baru bernama Dina ?. Semua pelukis terhebatpun akan menjadi pecundang karna tak dapat melukis keindahannya, dan tak akan mampu menangkap cahanyanya.

………………………………………………

Suatu siang di halaman rumahku. Suasana yang tenang, kulihat Dina sedang asik bersama adik-adik perempuanku termasuk Surti di dalamnya. Mungkin dia sedang diberikan pelajaran kembali. Dina nampak antusias mendengarkan ocehan adik-adikku. Apa yang sedang mereka rencanakan kira-kira. Apa akan ada kejutan lagi untukku.

Kuberjalan menghampiri Dina yang sangat ayu dengan penampilan barunya “ Din jalan-jalan yuk “ ajakku.

“ Ndak ah kang mas, besok-besok aja kan masih lama kita disini “ ucap Dina, sial lembut sekali suaranya membuat nadiku semakin sempit untuk mengalirkan darahku, hingga sandi-sandiku lemas.

“ Bagus mba Dina “ bisik Surti. Ini dia biang keroknya.

“ Mbak Dina pesenanmu udah datang tuh “ teriak Joko dari depan gerbang rumahku. Dan nampak sebuah truk yang memuat kaca-kaca tebal berhenti tempat di depan gerbang.

“ Iya Jok, masukin aja semua barangnya “ sahut Dina.

Dua orang yang berada di truk mulai menurunkan kaca-kaca itu, dan diletakkan di salah satu sudut halaman. Banyak sekali kaca yang dipesan Dina, beserta engsel-engselnya, besi-besi lainnya dan juga ada beberapa lampu yang besar. Dengan ukuran luas kaca yang berbeda-beda, Dina mulai menghitung satu persatu.

“ Oke semua sudah lengkap “ ucap Dina ketika selesai menghitung kaca pesanannya. Terlihat sangat bersemangat sekali nampaknya.

“ Ini mbak tagihannya “ ucap supir truk itu seraya memberikan secarik kertas kepada Dina.

“ Oh iya pak, sebentar ya “ sahut Dina.

“ Joko, bayar ini, abis itu kumpulin pasukan, kita mau kerja bakti “ ucap Dina menyerahkan kertas itu kepada Joko.

“ Siap mbak, aku ambil dulu duitnya “ dengan penuh semangat Joko menerima kertas itu dan berbalik hendak menuju ke dalam rumah.

“ Heh Jok, sejak kapan kamu keluarin duit tanpa persetujuanku “ protesku.

“ Ah mas Andra gimana sih. Mba Dina kan calon istri mas, berarti sekarang dia kepala keuangan disini. Setiap pengeluaran dengan persetujuan mba Dina sudah cukup “ ucap Joko menjelaskan, terlihat Dina bertolak pinggang seraya manggut-manggut membenarkan ucapan Joko.

“ Ribet amat sih lo Dra “ ucap Dina

“ SALAH “ teriak Surti dari pendopo.

“ Eh, maksudku. Ndak apa-apa toh kang mas Andra, sekali-sekali “ ucap Dina merevisi ucapannya yang tadi.

Ah mulai lagi kesurupannya. Tapi yang seperti ini yang membuatku menjadi tak kuat berlama-lama di dekatnya. Sial kenapa aku jadi canggung begini. Gema suaranya yang lembut tapi telak menusuk kejantungku. Oh makhluk khayangan ini mulai lagi membekukan darahku.

Saat aku terdiam dan terpaku pada pijakanku, Dina pergi menghampiri adik-adikku yang telah berkumpul. Entah apa yang akan mereka kerjakan. Sebidang bagian halaman rumahku ditutupi oleh lembaran-lembaran triplek, hingga aku tak tau apa yang mereka kerjakan di dalam dengan kaca-kaca itu.

Hanya terdengar suara-suara gemuruh seperti tukang yang sedang membangun sesuatu. Adik-adikku yang perempuan juga nampak menyiapkan makan dan minum untuk mereka yang sedang kerja bakti itu. Ah sudahlah lebih baik aku masuk kerumah dan menuju ruang kerjaku.

Ruang kerja yang sudah lama tak kutempati, hmmm selalu rapi pasti adik-adikku selalu merapikannya. Kududuk dikursi yang terbuat dari kayu jati, dengan dudukan serta sandaran dilapisi busa tebal. Terdapat satu unit komputer di sisi kiri meja, lengkap dengan printer. Kupandangi sekeliling ruangan, di sebelah kanan meja terdapat dua buah lemari. Satu lemari untuk arsip dan satu lagi untuk pajangan. Di tembok depan mejaku terdapat dua buah lukisan Ibu dan Bapakku.

Bapak, Ibu sedang apa kalian disana. Hmmm aku bawa gadis cantik ke desa, kuperkenalkan dia kepada warga dan adik-adikku sebagai calon istriku. Ya walaupun itu hanya sebuah alasan belaka agar tak terjadi ocehan, tapi aku mencintai dia. Jika kalian melihatnya tolong berikan pendapat untuk anakmu ini ya. Karna anakmu ini sekarang lagi bingung, ada satu wanita lain yang sedang berada nun jauh disana juga aku cintai.

Tapi sepertinya kalian sreg sama yang saat ini berada disini. Pagi hari aku dikejutkan oleh sebuah penampakan yang sangat indah. Binar matanya itu lho, begitu menyilaukan, andai saja aku tak buru-buru menunduk, sudah dapat dipastikan aku akan buta. Dan suaranya itu, ah sial jika keingat oleh suaranya serasa tubuh ini dicengkram erat hingga tak bisa bergerak.

Bahkan seorang kahlil gibranpun, pasti langsung membakar habis semua syairnya bila melihat makhluk seindah itu. Karna tidak ada satupun syair yang mampu mengungkapkan keindahan makhluk itu.

Dina namanya, makhluk indah dari khayangan yang sedari tadi kuceritakan. Bagaimana, apa kalian suka ?. Oh iya nanti aku akan bawa ke makam kalian untuk membuktikan segala ucapanku barusan.

“ Mas “ ucap Joko membuyarkan lamunanku. Membawa sebuah file besar.

“ Iya Jok “

“ Ini rekap keuangan selama 4 tahun “ ucap Joko meletakkan file itu di mejaku.

“ Oh, ini yang kamu kirim lewat email ya “

“ Iya Mas “

“ Aku sudah baca, taruh saja di lemari arsip “

“ Oke mas “ ucap Joko, seraya menaruh file itu ke dalam lemari arsip.

“ Jok “

“ Iya “

“ Kalian di doktrin apa sama Dina, kok jadi nurut gitu “ tanyaku.

“ Mba Dina kan calon istrinya mas Andra, jadi kita musti nurut lah “

“ Menurut kamu dia gimana Jok “

Dengan antusias Joko mengambil duduk di kursi depan mejaku “ Gimana ya mas. Hhhmm asik aja orangnya, lucu juga sih. Apalagi waktu diajarin Surti supaya lebih anggun “

“ Terus kalian bikin apa tuh di halaman “ tanyaku penasaran

“ Oh tidak bisa klo itu. Kata mba Dina ndak boleh bilang-bilang sama mas Andra “

“ Heh, kok kalian jadi nurutnya sama Dina sih dibanding sama aku “

“ Udah ya mas, mba Dina nyuruh aku ndak boleh lama-lama perginya. Masih banyak kerjaan nih di halaman “

Sialan, sekarang Dina sudah mulai mengambil alih kendali atas adik-adikku. Tapi tidak apa-apalah, aku senang dia cepat akrab dengan suasana disini. Liatkan Pak, Bu. Wanita itu dengan cepat mengambil hati adik-adikku. Aku yakin jika kalian masih ada, makhluk indah itu pasti juga dengan mudah mengambil hati kalian.

…………………………………………

Tiga hari sudah Dina dan adik-adikku melakukan pekerjaan yang tak dapat kusaksikan. Aku mulai menebak-nebak apa yang sedang dibangun oleh mereka.

Saatku keluar rumah, kulihat triplek yang menutupi aktivitas mereka sudah tidak ada. Dan wow indah sekali, terdapat rumah kaca yang di dalamnya ditumbuhi berbagai tumbuhan dan bunga yang indah. Kulangkahkan kaki menuju tempat itu, walau terhalang oleh kaca tetapi harumnya dapat kucium dari luar.

“ Bagus tidak kang mas tamannya “ suara lembut itu kembali bergema di telingaku.

“ Yuk masuk kang mas “ tarik Dina, menuntunku masuk ke dalam rumah kaca itu.

Ah indah sekali, taman yang digelari rerumputan hijau, dengan jalan berbatu kolar setapak yang membelah rumput menjadi berpetak-petak. Tumbuhan dengan batang meliuk setinggi satu meter lebih, berdiri disetiap petaknya. Dikelilingi bunga-bunga yang berwarna warni. Dan ada beberapa lampu ditiap sudutnya.

Ouh apa ini, sebuah tumbuhan yang dibuat sedemikian rupa hingga membentuk seperti dua ekor angsa yang sedang berhadapan membentuk hati. Dan juga ada sebuah bangku taman dengan sandaran jeruji besi yang ditumbuhi tumbuhan berjalar. Di depan bangku taman terdapat sebuah kolam dengan air mancur di tengahnya.

Kami duduk di bangku taman, seluruh tubuhku menjadi dingin berada di samping Dina. Digenggam telapak tanganku, Dina menatapku begitu dalam, tatapan yang tak biasanya.

“ Hah capek gw Dra klo mesti ngomong begini “ akhirnya Dina menghentikan siksaannya padaku. Ucapannya kembali seperti semula. Huft aliran darahku telah normal, detak jantungku sudah kembali seperti semula.

“ Lagian apa sih yang Surti ajarin ke lo “ tanyaku.

“ Kata dia, sebagai calon istri lo, gw harus berpenampilan yang ayu dan berkata yang lembut “ hei hei hei calon istri kan hanya sebagai pengalihan isu saja, kenapa dibuat serius olehnya.

“ Eh ngomong-ngomong, bagus banget taman yang lo buat ini Din, tapi kok pake rumah kaca segala ya “

“ Oh iya donk. Gw buat di dalem rumah kaca soalnya kan disini tuh sering hujan, udah gitu jarang ada sinar matahari. Tumbuhan seperti ini gk baik klo kena air terus, lo liat tuh di rumput ada penyemprot air otomatis, setiap 6 jam air bakal kesemprot ke seluruh taman, nah gw kasih lampu-lampu gede tuh buat pemanas tumbuhan saat matahari jarang muncul, kaca juga bagus buat lebih menghangatkan tumbuhan “

“ Ternyata lo hebat juga ya menghias taman “

“ Iya donk “

“ Nama taman ini apa ? “ tanyaku. Dina berfikir sejenak sebelum meneruskan kata-katanya.

“ TAMAN DIANDRA “ ucap Dina penuh semangat.

“ Wow nama yang bagus “

“ Yup, artinya taman Dina And Andra “

Kupererat genggaman tangannya, kutatap wajah cantiknya. Wajah yang telah menerbangkanku menuju sebuah keindahan. Mungkin disana tempat dia berasal, ya disanalah khayangan itu. Dan taman ini adalah perwujudan khayangan yang ada di bumi.

“ Gw cinta sama lo Dra “ ah kata-kata yang terlontar dari kedua bibir manisnya, terasa begitu manis dari seluruh pemanis yang ada di dunia ini. Bunga-bungapun ikut tersenyum mendengar kicau manis dari sang makhluk seindah Dina.

Kupandangi wajah indahnya, kutatap dalam-dalam binar matanya “ Menikahlah denganku adinda Dina “ ucapku dengan segenap hati, segenap perasaan.

Dina hanya terdiam, bibirnya bergetar. Binar matanya semakin terang. Dapat kurasakan deru nafasnya yang semakin berat. Suhu tangannya yang lebut turun drastis, lebih dingin dari salju, lebih lembut dari sutra.

“ Dra…. “ peluk erat Dina yang tak dapat meneruskan ucapannya. Tubuhnya bergetar hebat, terdengar lirih isak tangisnya.

“ Seandainya gw diberi kesempatan untuk hidup sebanyak lima kali. Gw akan tinggal di lima benua yang berbeda, merasakan lima kuliner yang berbeda, menjalani lima profesi yang berbeda, dan lima kali mencintai orang yang sama “ ucap Dina disela tangis haru kebahagian yang tengah menyelimutinya.

Saksikanlah wahai bunga-bunga indah, yang berjajar rapi menghiasi rerumputan hijau, yang memberi harum di bumi ini. Saksikanlah janji indah kedua pasang makhluk ini, yang satu manusia dan yang satunya adalah sebuah keindahan tak terucap, maha karya sang pencipta tak terbanding.

Oh mawar, anggrek ataupun dahlia. Manakah diantara kalian yang lebih indah, yang cocok untuk menggambarkan keindahan cintanya untukku ini. Aku yakin bunga-bunga disini akan layu jika bersanding dengan rasa yang diberikan oleh Dina untukku. Layu karna merasa tak lebih indah dari rasa itu.
…………………………………………..

Disebuah pemakaman umum, tepatnya di depan makam ibuku. Aku dan Dina berziarah, aku memang tidak pernah melihat wajah ibuku secara langsung, hanya lewat foto yang aku bisa lihat. Tapi kasih sayangnya selalu terasa olehku.

“ Hai Tante, eh anda kan calon mertua saya, ralat deh. Hai Bu, salam kenal ya. Nama saya Dina, sebagai calon istri kang mas Andra, saya mau nanya nih. Ibu waktu hamil Andra ngidam apa sih, kok dia ngeselin gitu sih ?. Tukang ngabisin makanan, sering berbuat seenaknya. Hmmm seandainya Ibu masih ada, saya ingin berbicara banyak hal. Tentang pakaian apa yang nanti saya pakai saat pernikahan, dekorasi, hmmm apa lagi ya. Pokoknya banyak deh “ Dina terus menerus berbicara seolah Ibuku ada dihadapannya. Terlihat linangan air mata turun ke pipinya. Setelah selesai berbicara nampak Dina merapal tangannya menengadah ke langit. Entah doa apa yang dia panjatkan kepada Tuhan untuk Ibuku.

“ Makam bokap lo dimana Dra “ ucap Dina setelah selesai berdoa.

“ Gk jauh dari makam nyokap gw kok “ ucapku seraya mengulurkan tangan hendak menuntun Dina menuju makam bapakku.

Kami berjalan menelusuri makam-makam dari penduduk desa. Hanya beberapa orang terlihat yang sedang berziarah. Tidak seperti makam di Jakarta yang selalu ramai, bahkan menjadi objek wisata. Makam disini ramai hanya hari-hari besar saja, dimana warga menziarahi makam kerabatnya.

“ Nih makam bokap gw Din “ ucapku

Dina hanya memandangi makam bapakku saja, terdiam selama beberapa saat. Setelah itu barulah ia mulai memanjatkan doa untuk bapakku. Entah apa yang ada dipikirannya saat melihat makam bapakku.

“ Lo kok Cuma diam aja Din “ tanyaku saat Dina selesai berdoa.

“ Gw gk punya kata-kata untuk bapak lo. Bahkan setelah meninggalpun, aura keberanian seorang tentara masih terpancar di makamnya “

“ Sudah, pulang yuk Din “ ajakku.

………………………………………………………………..

Temarang malam di bawah sinar bulan purnama, merambat melalui celah kayu merasuk ke dalam ruang. Ruang yang terisi sepasang tubuh tak berbalut benang, dalam kesunyian malam, hati kami meyakinkan hasrat untuk mengukir indah kebersamaan abadi.

Gemerlap indah raga seharum kasturi, memancar melalui celah pori-pori tubuh Dina. Kini terdiam pasra menerima rintik birahi dariku. Kupegang erat tangannya, kubelai lembut halus kilau wajahnya. Hingga bibirku bertahta di atas bibirnya yang terhias guratan senyum manis penggetar jiwa, pengantar kenikmatan.

Kucium bibirnya, bibir yang coba membunuhku dengan kelembutan suaranya. Bibir yang berhasil meruntuhkan dinding-dinding keegoisanku, bibir yang telah menghentikan aliran darahku.

Pagutan lembut mulai berhamburan dikedua mulut kami, memancing nafsu dipelupuk hasrat. Dalam aliran sang malam yang mengeluarkan hembusan dingin, kupeluk Dina, kurasakan getaran jantung yang terpacu cepat. Kelembutannya dapat sangat kurasakan, hingga melembutkan tulang-tulangku.

Lidahku mulai bergerak mengelilingi tubuhnya. Dimulai dari dagu lalu menukik tajam menuju leher jenjang yang telah menunggu untuk kujamahi. Kugenggam erat tangannya lalu kerentangkan keduanya. Dina hanya terpejam dengan hembusan nafas yang semakin berat.

Tanpa disadari lidahku sudah mendaki bukit kembar yang mulai mengeras. Menyentuh lembut yang mengungkapkan bagaimana lidah ini, berhasrat lembut pada payudaranya. Terngiang dari kedua bibir Dina, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.

Semakin turun lidahku hingga kini sudah berada dalam liang surgawi. Terlihat jelas bagaimana cairan nafsu itu telah melumuri bibir vaginanya. Kurentangkan kedua paha yang coba menghalangi lidahku. Jilatan-jilatan lembutku pada pinggir vagina Dina mulai memberi rona merah wajahnya yang terselimuti birahi.

Liurku mulai turun dari dasar rongga mulut, yang kemudian berbaris rapi ikut campur dalam memberi pelumasan pada vagina Dina. Lidahku mulai kututurkan memasuki liang vagina yang telah mekar, lidah yang dapat menghentaki jantungnya karna desiran nafsu yang menjalar hingga ujung kepala Dina.

“ Dra “ lenguh Dina memanggilku, jemari-jemarinya berkeliling diantara rambutku, mengacak-ngacak.

Aku hanya tersenyum memandangi rona merah wajah ayu yang terpampang menatapku. Menghentikan sejenak petualanganku dibawah perutnya. Kupandangi makhluk yang lari dari kerajaan surga di khayangan, lalu tiba di atas ranjangku dan masuk dalam dekapan birahiku. Setelah itu mulailah ia berkicau lenguhan desah nafsu dengan suara bergetar.

Dina menarik kepalaku, menuntunnya keatas. Dicumbui bibirku ketika tepat berada di atas bibirnya. Dipeluk tubuhku sangat erat, pisau-pisau birahinya kini telah menancap disetiap inci tubuhku.

Tanpa perintah dan arahan, penisku mulai memasuki vagina Dina. Sedikit demi sedikit menggesek dinding vagina yang telah licin. Belenggu nafsu kini semakin kuat mencengkram tubuh kami. Mengomandoi agar segera bergerak, memompa cairan kenikmatan yang masih ada di dasar kelamin.

Kecupan-kecupan lembutku mulai mengitari wajah Dina. Menghisap manis madu yang keluar di sela-sela kulitnya. Menangkap sinar-sinar yang berhamburan dari dalam tubuhnya. Lenguhan binal makin terniang jelas keluar dari kelembutan suaranya.

Kuremasi kedua bongkah indah payudaranya. Terasa jelas bagaimana putting payudaranya telah mengeras. Segera kuplintir perlahan putting coklat kemerahan itu, yang membuat tubuh binal Dina mulai menggelinjang tak karuan.

Kupercepat gerakan pinggulku, yang diiringi gerakan-gerakan binal Dina. Denyut-denyut dinding vaginanya dapat jelas kurasa, meremas-remas penisku yang naik turun beradu birahi pada dinding vaginanya.

“ Ooouuugggghhhhhh “ luapan orgasme itu benar-benar hebat, hingga dapat membuat katup-katup jantung terbuka lebar memerahi tulang-tulang putihku. Syaraf-syarafku menegang sejadi-jadinya, kicau kenikmatan dari bibir Dina memecah kesunyian malam. Beradu suara dengan binatang malam.

Rasa ini begitu dalam merasuki jiwa kami, membakar seluruh nafsu hingga meluap keluar. Menyelimuti tubuh kami, memberi kehangatan di malam yang dingin ini. Rintik peluh nampak menghiasi tubuh kami, mengalir keluar berasaan dengan cairan orgasme.

Malam bersama Dina selalu ingin kunikmati. Dina, seorang wanita bermata lembut, yang menyentak dinding-dinding hatiku. Lalu bertahta disana, dengan bermahkotakan cinta dan memiliki pasukan yang bernama keindahan. Pancaran sinar yang selalu menyilaukan pandanganku, terus menerus memberi sebuah penerangan hingga di tempat tergelap sekalipun di dalam tubuhku.



Part 22 ( Kenanglah )

Satu bulan sudah aku dan Dina berada di kampung halamanku. Kini saatnya untuk kami kembali ke Jakarta. Karna 3 hari lagi aku akan wisuda. Setelah wisuda aku berencana melamar Dina lalu menikahinya.

Vika ? entah apa yang akan kubicarakan padanya bila bertemu dengannya. Bagaimana aku menyampaikan kabar jika aku dan Dina akan segera menikah. Jujur saja aku masih mencintai Vika, tapi aku tidak bisa mengambang di tengah-tengah terus. Aku harus mengambil keputusan sebelum semuanya telat.

Biarlah Vika membenciku dengan seluruh kebencian yang ada di dunia ini. Aku memang bodoh telah terlibat dalam situasi yang rumit, walaupun aku juga tidak terlalu nyaman dengan kisah cintaku. Semoga saja situasinya nanti tidak seperti yang aku bayangkan saat ini.

Tiga hari kemudian

Kunyalakan stater mobil Dina, aku dan Dina sudah bersiap di dalam mobil. Walaupun Dina belum lulus tetapi dia menjadi tamu undangan aku, karna aku sudah tidak memiliki orang tua jadi siapa lagi yang mau aku undang untuk menghadiri wisudaku. Ribet sekali ternyata nyetir saat menggunakan Toga seperti ini. Sedangkan Dina menggunakan batik berwarna putih dipadu dengan rok batik hijau tua selutut.

“ Din, besok kita sama nyokap lo jenguk bokap lo yuk. Sekalian gw mau ngomong sama ortu lo tentang niat gw “

“ Eh beneran Dra “

“ Masa gw bohong sih “

“ Aduh kok gw jadi grogi Dra “

“ Yang mau ngomong kan gw, lo mah diem aja. Kenapa lo yang grogi “

“ Iya sih, tapi jantung gw nih berdegup kenceng banget. Eh klo kita udah nikah gw mau tinggal di kampung lo Dra “

“ Berarti lo musti buru-buru selesaiin kuliah lo. Lo lulus baru kita nikah “

“ Lama amat Dra, mulai nyusun skripsi aja gw belum “

“ Semangat donk, kan mau nikah “

“ Klo kita nikah, kita bakal tinggal di kampung lo kan, terus gw bantu usaha lo. Gk ada hubungannya sama jurusan hukum yang gw ambil Dra “

“ Adalah hubungannya, klo suatu saat usaha gw udah berbadan hukum, gw perlu seorang pengacara. Dan lo yang akan jadi pengacaranya “

“ Oh iya bener juga. Oke deh kasih waktu gw enam bulan, gw akan selesaikan kuliah gw “

“ Serius nih Cuma enam bulan “

“ Yoiii. Eh Dra, lo pengen punya anak berapa nanti “

“ Hmmmm dua puluh “

“ Eh gila lo, bisa jebol meki gw ngelahirin dua puluh orok “

“ He he he kasian gw ya klo meki lo jebol “

“ Nah tuh lo ngerti. Eh Dra kan lo lulus nih, terus gw kan masih enam bulan lagi target lulusnya. Nah lo mau gimana “

“ Balik ke kampung lagi lah, lagian sewa kos gw tinggal dua bulan lagi “

“ Bete donk gw. Mending lo tetep di Jakarta, kan di kampung adik-adik lo yang ngurus usaha lo “

“ Gw bete klo enam bulan gk ada kegiatan “

“ Lo cari kerja aja di Jakarta “

“ Jiaahhh males ah, ntar dah gw pikirin kegiatan apa yang enak klo gw di Jakarta setelah lulus “

…………………………………………………………………

Disebuah gedung yang luas, gedung serba guna di kampusku, yang memang biasa untuk kegiatan wisuda dan acara lainnya. Gedung yang memiliki empat pintu tanpa satupun jendela, dilengkapi dengan AC sentral sebagai menyejuk ruangan. Semua wisudawan dan wisudawati telah berbaris rapi, di belakang mereka nampak tamu undangan duduk menyaksikan prosesi wisuda putra-putrinya. Suasana yang penuh kegembiraan terpancar dari wajah setiap orang yang ada di dalam gedung itu.

Termasuk Vika yang berada tepat disampingku. Entah kapan dia berada di sampingku karna sejak sampai kampus, baru aku lihat dia sekarang. Dia nampak cantik dengan pakaian toga yang berpadu dengan rok batik coklat semata kaki. Ada rasa rindu dihati saat melihat kehadirannya di sampingku.

“ Hai Vik “

“ Eh Dra, kok baru keliatan “

“ Mana oleh-olehnya nih Vik “

“ Bodo ah, gw kan lagi marah sama lo “ Vika tiba-tiba ketus denganku. Belum apa-apa sudah marah, apalagi nanti saat dia mengetahuinya.

“ Marah kenapa sih Vik “

“ Lo tuh gk ada kabar selama di kampung “

“ Maklum lah, kan kampung gw kampung banget. Gk ada sinyal gw “ ucapku memberi alasan.

Sang rektor sudah berada di atas mimbar untuk memberi kata sambutan. Dengan suara yang berat khas orang tua yang terserang penyakit panu stadium 15, sang rektor mulai berkata-kata. Lebih baik rektor itu berbicara sendiri saja, karna sepertinya tidak ada yang memperhatikan sama sekali. Setiap orang sibuk dengan bisik-bisiknya, suara bisik-bisik yang tertutup dengan suara rektor yang menggunakan pengeras suara.

“ Bruaaak, drededededed “ suara dobrakan dilanjutkan dengan tembakan senapan ke arah langit-langit gedung. Nampak puluhan orang tak dikenal dengan menenteng senapan berjenis AK 47, memasuki ruangan melalui keempat pintu, lalu keempat pintu itu dijaga ketat. Hingga tak ada yang dapat keluar. Suasana menjadi panik, ada yang berteriak, ada yang berlarian kesana kemari.

“ Semuanya jangan ribut jika tidak ada yang ingin mati “ teriak salah seorang dari mereka. Lalu satu persatu dari kami digeledah dan diambil semua alat komunikasinya.

Sepertinya mereka adalah anggota sebuah gerakan separatis, atau bisa dibilang teroris. Entah apa maksud kedatangan mereka disini. Mereka menjadikan kami semua sebagai sandra, kami semua dikumpulkan di pojok ruangan, lalu salah seorang dari mereka mengambil foto kami. Mungkin untuk meminta tebusan, tapi meminta tebusan kepada siapa, pasti ini bukanlah masalah uang.

Setelah itu mereka merantai setiap pintu pada bagian gagang pintunya. Kecuali satu pintu yang tidak mereka rantai, dan di pintu itulah mereka semua keluar. Entah apa yang mereka rencanakan. Semua berjalan sangat dingin, wajah-wajah ketakutan terpancar disetiap sandra.

“ Dra itu pasti senjatanya palsu kan “ ucap Vika yang berada di sebelahku berbisik padaku.

“ Bisa jadi tuh mber, kayak si Rudi waktu itu “ bisik Dina yang juga berada di sampingku.

“ Dari suaranya aja ketahuan klo itu terbuat dari besi, pasti senjatanya asli. Klo lo berdua mau buktiin, minta aja supaya mereka nembak lo “ ucapku santai

“ Klo senjatanya asli. KENAPA LO MALAH ASIK MAIN PES “ omel Vika

“ Sejak kapan tuh tas beserta laptop lo ada disini sih “ oceh Dina tak kalah dengan Vika. Aku memang menyembunyikan tasku dibalik pakaian toga yang kukenakan, entah kenapa teroris melewatkanku saat menggeledah. Tadinya untuk hiburan saat kata-kata sambutan dari berbagai petinggi kampus, tapi sekarang berubah.

“ Tinggal lima pertandingan lagi nih, gw musti menangin semua biar bisa juara liga Inggris, piala FA dan liga Champion. Trebble winner gitu deh “

“ Serius sedikit napa jadi sandra “ omel Vika kembali.

“ Nama gw Andra bukan Sandra “

“ Sudahlah mber, klo dia mau seperti itu biarin aja. Mungkin ini cita-cita dia sebelum mati “ ucap Dina.

“ Pada berisik nih, jadi gk konsen gw “ ucapku lalu menyudahi permainanku.

Aku berjalan santai menuju pintu keluar yang tidak dirantai oleh para teroris itu. Setelah sampai di depan pintu, aku buka pintu itu dengan cepat. Dan satu orang teroris masuk dengan senjatanya.

“ Pletek “ aku yang berada di belakang pintu, langsung kupatahkan leher. Dan orang itu jatuh tersungkur, kulihat suasana luar sepertinya hanya dia yang berjaga di depan pintu. Aku melihat dikejauhan para teroris sedang berjaga-jaga di setiap sudut kampus. Segera kututup kembali pintunya.

Kugoyangkan tubuh orang itu tapi tidak ada gerakan sama sekali. Jangan-jangan mati nih, mungkin saja karna lehernya patah.

“ Tidaaaakkkkkkkk aku telah menjadi pembunuh, aku seorang pembunuh. Artis gagal mode on “ ucapku menirukan akting Rudi.

“ SERIUSSS SEDIKIT “ teriak para hadirin

“ Biar gk tegang bro “ ucapku santai.

Aku mulai menggeledah tubuh teroris itu. Aku menemukan sebuah handy talky, 5 buah magazen peluru dan ponsel. Yup ini dia yang kucari, segera kuhubungi polisi untuk meminta bantuan.

“ Selamat siang, kantor polisi disini. Ada yang bisa saya bantu “ ucap seseorang disebrang telepon.

“ Pak saya salah seorang sandra di kampus UGD ( Universitas Gajah Duduk ) “

“ Yang benar kamu, saat ini memang ada berita tentang penyandraan disana. Dan para penyandra tidak menyebutkan apa yang mereka mau “

“ Serius saya pak, anda bisa sadap dimana lokasi saya berada jika anda tidak percaya. Saya sudah berhasil melumpuhkan salah satunya dan mengambil alat komunikasi yang ada padanya. Mereka berjumlah sekitar lima puluhan orang “

“ Lalu bagaimana kondisinya disana “

“ Beritahu para polisi agar jangan ragu untuk melakukan serangan, saya bisa menggunakan senjata. Akan saya lindungi para sandra sampai polisi datang menyelamatkannya “

“ Berapa orang yang akan melindungi sandra sebelum polisi datang “

“ Hanya saya sendiri “

“ Jangan ngawur kamu, satu orang melawan lima puluh orang “

“ Sudahlah anda percaya saja pada saya, sudah tidak ada waktu lagi. Jangan berbicara hal-hal yang membosankan terus, semakin anda tak percaya semakin sedikit peluang kami selamat “

“ Baiklah, semoga berhasil “ ucap polisi itu mengakhiri percakapan kami.

Kulepas pakaian togaku. Dengan hanya menggunakan kemeja putih dan celana hitam, aku mulai mengalungkan senjata pada punggungku. Dan menyimpan beberapa amunisi pada tasku. Bapakku melarangku pakai baju warna putih, tapi mau bagaimana lagi, tidak ada persiapan sebelumnya.

“ Hei anak muda “ ucap sang rektor dengan suara beratnya.

“ Hmmm “

“ Sudahlah tak perlu kau mempertaruhkan nyawa untuk kami. Aku sudah tua, jika aku mati sekarang aku rela “ ucap rektor tersebut coba menahanku.

“ Heh, kakek sekarat, anda pikir disini isinya kakek-kakek semua. Disini juga masih banyak anak muda, jalan mereka masih panjang. Bahkan diantara mereka ada yang belum merasakan bagaimana rasanya berciuman dengan lawan jenis “ ucapku ketus.

“ Sudahlah jangan berbuat nekat, biarkan saja melakukan apa yang teroris itu mau. Klo tebusannya sesuai juga kita akan selamat. Pasti pihak pemerintah telah bernegosiasi dengan mereka “ ucap salah seorang dosen.

“ Bukan uang yang mereka inginkan, klo saja uang pasti mereka sudah mengancam kita disini. Pasti diantara kita ada orang yang kaya, hampir semua malah. Klo mereka ingin uang pasti sudah menyuruh kita untuk menyiapkan dana. Tapi mereka malah menjadikan kita sandra, dan kata polisi yang tadi ditelpon, para teroris tidak menyebutkan apa keinginan mereka. Bisa saja ini adalah sebuah teror untuk negri ini “

“ Pemerintah pasti sedang melakukan negosiasi. Saat negosiasi dipandang akan berhasil, lalu teroris membunuh kita semua. Pasti itu akan membuat kekacauan yang besar. Para teroris berhasil menunjukkan seberapa menakutkannya teror mereka. Walaupun setelah membunuh kita, mereka juga akan dibunuh oleh polisi karna jumlah mereka yang sedikit “

“ Tapi dengan begitu, ini akan menjadi sebuah ancaman untuk negri ini, karna mereka pasti mempunyai anggota yang lebih banyak lagi. Akan terjadi kepanikan luar biasa di negri ini bila itu terjadi. Mereka akan mengirim kelompok-kelompok kecil untuk melakukan hal yang sama “

“ Coba kalian bayangkan jika misi mereka berhasil, setiap orang di negri ini pasti dilanda ketakutan yang luar biasa. Orang akan sangat takut bila keluar rumah, saat kondisi seperti itu akan timbul caos, krisis ekonomi dan kerusuhan pasti tidak akan bisa dihindari lagi “

“ Saat kerusuhan terjadi diberbagai penjuru negri, maka kemanan akan difokuskan pada kerusuhan itu. Dan akan mempermudah teroris melakukan rencana besarnya. Mengambil alih kendali atas negri ini “

“ Klo kita membiarkan teroris mengendalikan rencananya dengan mudah, sudah dapat dipastikan nasib kita. Paling tidak harus gangguan kecil dari kita, dengan begitu waktu antara negosiasi sampai saat membunuh kita dapat diulur. Sehingga pihak kepolisian dapat mudah bergerak tanpa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap kita “

“ Dari mana lo tau yang kayak gitu Dra “ tanya Adi heran

“ Waktu itu gw pernah main game tentang memburu teroris. Gw lupa nama gamenya, yang jelas tuh ceritanya kayak gitu dah persis “ ucapku.

“ Ini dunia nyata anak muda “ ucap Adi lemas

“ Berapa peluang kita bisa selamat seandainya kamu melakukan perlawanan “ tanya seorang dosen

“ Klo dilihat dari jumlah mereka dan dari cara mereka memegang senjata, dipastikan mereka adalah orang yang profesional. Peluang kita selamat sekitar 0,1 persen “ jawabku

“ Kecil sekali. Lalu peluang kita bisa selamat jika kita diam saja menunggu pertolongan polisi “

“ 0,1 persen “

“ Klo sama aja ngapain kamu melawan “ omel sang dosen kesal dengan jawabanku.

“ Lebih baik mati karna mencoba sesuatu, daripada mati karna tak pernah mencoba sesuatu. Selama peluangnya belum 0 persen, walau Cuma 0,1 persen aku akan tetap berusaha “ ucapku tegas.

“ Lagi pula, aku punya dendam pribadi terhadap teroris “ sambungku kembali. Aku jadi teringat kembali bagaimana bapakku meninggal.

“ Dor…dor….dor….dor “ suara baku tembak terdengar dari luar ruangan. Sepertinya polisi sudah mulai bergerak, pasti akan ada anggota teroris yang masuk ke ruangan ini.

“ Braak…braaakk..braaak dor dor dor dor “ suara dobrakan dilanjutkan dengan tembakan kearah pintu. Pasti kesulitan membuka pintu karna pintu sudah kutahan dengan bangku-bangku.

Dengan duduk di bangku lurus dengan posisi pintu yang sedang coba didobrak teroris. Aku mulai membidikkan senapan ke arah pintu. “ Duaarrr “ tembakanku tepat mengenai kepala teroris itu ketika berhasil membuka sedikit pintu.

“ Duaar “ untuk kedua kali tembakanku tepat mengenai anggota teroris lainnya yang coba memasuki ruangan. Mereka teroris melakukan kesalahan kecil, merantai ketiga pintu masuk dari dalam, sedangkan mereka yang memegang kunci berada di luar ruangan.

Ini membuat mereka Cuma punya akses satu pintu saja untuk masuk, dan ini membuatku lebih mudah dalam bertahan. Sebanyak apapun mereka pasti tidak akan bisa serentak masuk ke dalam ruangan. Pintu-pintu ruangan ini terbuat dari kayu jati yang tebal, ditambah dengan kursi-kursi yang menahan disetiap pintunya, jadi tidak mudah untuk menjebol ketiga pintu yang dirantai. Keculai mereka memiliki bom, tapi kuperhatikan tidak ada dari mereka yang membawa bom atau granat.

Walaupun begitu jika dibredel senapan terus menerus pasti akan jebol, paling tidak ini dapat mengulur waktu sampai polisi berhasil melumpuhkan semua teroris yang ada.

“ Duar….duar……..duar “ rentetan tembakan menghantam pintu, membuatku terpaksa bersembunyi dibalik mimbar. Sepertinya ada beberapa yang coba masuk, beberapa kali aku juga coba melakukan serangan. Sialnya peluruku juga sudah menipis, aku semakin terpojok. Para teroris mulai membabi buta menembaki keempat pintu masuk.

Orang-orang yang berada dalam ruangan semakin terjepit menghindari rentetan peluru dari arah pintu. Tapi beberapa saat kemudian tembakan-tembakan ke arah pintu sudah tidak ada, walaupun terdengar suara tembakan. Pasti mereka sedang terjepit oleh polisi.

“ Brrrruuuuaaakkkk “ suara hantaman pintu didobrak oleh seorang bertubuh tinggi besar, berhasil masuk lalu memberondong senjatanya. Aku tak mau kalah, kuberondong juga dia dengan senjataku.

Dia bersembunyi dibalik kursi-kursi menghindari tembakanku, begitupun aku dan orang-orang juga bersembunyi. Sialan peluruku habis, aku harus tenang. Berusaha mendekat dan menjatuhkan senjatanya dan bertarung tangan kosong dengannya.

“ Kau kehabisan peluru anak muda “ teriak teroris itu. Bagaimana dia bisa tau klo aku kehabisan peluru, sial aku harus cepat melumpuhkannya.

“ Aku juga sama “ ucap teroris itu kembali dan keluar dari persembunyiannya. Aku juga keluar dari persembunyianku.

Aku berlari menujunya, hendak menyerangnya. Begitupun dia juga berlari kearahku “ Duar “ suara tembakan tepat mengenai kakinya dan membuatnya jatuh tersungkur. Terlihat beberapa anggota polisi. Akhirnya selesai juga drama penyandraan ini.

Aku duduk menyandarkan tubuhku pada sebuah tembok, kulihat polisi mulai memborgol teroris itu dihadapanku. Terlihat matanya yang sangat tajam melihatku.

“ Kau hebat anak muda, mampu membuat rencana kami berantakan “ ucap teroris itu saat diseret oleh polisi.

“ Traaang “ teroris itu berhasil memutuskan borgol yang membelenggu tangannya. Secepat kilat dia mulai mengambil pistol yang ada di pinggang polisi.

“ Apa kau bisa melindungi temanmu “ teriak teroris itu mengarahkan pistol kearah Vika yang ada di sebelahku. Tidakkkk. Secepatnya aku memagari Vika dengan tubuhku membelakangi tubuh Vika. Kupejamkan mataku untuk menerima rentetan peluru yang segera menembus dagingku.

“ Duar….duar…duar….duar….duar “ terdengar jelas suara tembakan yang memekakan telingaku. Ah mengapa tidak ada rasa sakit, apa aku sudah mati dan berada di dunia lain. Tidak aku tidak merasa sakit sama sekali, aku masih ada di dunia nyata. Kucoba buka kedua mataku.

“ D…..d….. Dina “ tepat berada dihadapanku, Wajah Dina nampak jelas menatapku dan ambruk di pelukanku. Terdengar berat suara nafasnya. Kulihat teroris itu sudah jatuh bersimbah darah di kepalanya, dan seorang anggota polisi mengarahkan pistol kearah teroris itu.

“ Darah “ kulihat tanganku yang baru saja menyentuh punggung Dina, sepertinya teroris itu sempat menembakkan pelurunya sebelum polisi menembaknya. Dan Dina yang menjadi pagar hidupku.

“ Lo harus segera di tolong, siapa aja cepat beri Dina pertolongan “ teriakku kepada seluruh orang yang berada disini.

“ Gk perlu Dra, gw tau kapan waktu gw sendiri “ ucap Dina sebelum semua orang memberinya pertolongan.

“ Kenapa Din “

“ Emang lo doang yang boleh bersikap keren. Gw juga boleh kan “ ucap Dina lirih, suaranya sudah semakin melemah. Begitu pula dengan tubuhnya semakin lemah berada dipelukanku.

“ Kan lo pernah bilang klo lo gk akan mati meninggalkan gw. Masih inget gak sih lo “ ucapku lirih, air mataku jatuh teruarai membasahi pipiku.

“ Ya, jika tidak ada pahlawan kelaparan seperti lo, gw gk akan berkeinginan untuk hidup. Lo tau kan gimana keluarga gw “

“ Lo kan udah berjanji sama gw tentang kebahagian lo “

“ Gw udah menemukan kebahagian gw kok, saat gw menjadi calon istri lo. Waktu lo bilang ‘ menikahlah denganku adinda Dina ‘ oh itu saat paling bahagia di hidup gw. Baru waktu itu gw merasa sebahagia itu. Jadi gk salahkan klo gw memberikan hidup gw untuk seseorang yang telah membuat gw bahagia “

“ Oh iya, klo nanti lo pulang kampung. Tolong sampaikan salam gw buat Alex, entah kenapa tiba-tiba gw jadi inget peliharaan mesum lo itu. Bilang ke dia klo udah gk ada orang yang ngerantai dia lagi, jadi gk usah takut. Sampaikan maaf gw pada Joko, maaf karna gw seenaknya memerintah dia. Untuk Surti, bilangin ya maaf klo gw belum bisa sepenuhnya mempraktekkan semua ajarannya. Dan terakhir untuk semua adik-adik lo, terima kasih telah menerima gw sebagai bagian dari keluarga kalian “

“ Mereka semua sangat menyukai lo kok Din, gk perlu minta maaf “ ucapku semakin lirih, air mata ini tak dapat lagi kubendung.

“ Si IT sember, ah tidak maksud gw Vika. Walaupun kami selalu bertengkar, tapi kami sebenernya adalah dua sahabat baik. Kami memiliki beberapa kesamaan, sama-sama menyayangi lo salah satunya. Dan dia satu-satunya wanita yang gw percaya untuk mendampingi lo. Dia pinter masak kok, jadi gw gk perlu khawatir klo lo bakal kelaparan “

“ Oh iya Dra, gw belum pernah dengar lo bilang klo lo cinta sama gw. Apa lo cinta sama gw ? “

“ Ya gw cinta sama lo, gw cinta banget Din sama lo “

“ Terima kasih, telah mencintai gw “ kata-kata terakhir Dina mengiringi kepergiannya untuk selama-lamanya.

“ DINAAAAAAAAA “ teriakku sekeras-kerasnya, seolah memanggil kembali roh Dina yang telah terbang tinggi merangkai awan, menembus langit agar kembali masuk ke dalam jasadnya. Aku benar-benar tak percaya dengan kejadian ini. Teriakanku terus menerus menggema di ruangan ini, mengiringi air mataku yang tak berhenti mengalir deras.

Hantaman jarum-jarum takdir ini begitu menyakitkan saat menembus jantungku. Takdir Tuhan, sekeras apapun aku mencoba aku tak akan mampu mengalahkan takdir. Tapi kenapa takdir ini terasa begitu menyesakkan dadaku, takdir mengambil ibuku saat aku sangat butuh belai kasih sayang seorang ibu. Takdir mengambil bapakku saat aku sangat butuh bimbingan seorang bapak. Dan kini takdir pula yang mengambil Dina saat aku sangat butuh cinta darinya.

Semua harapanku telah musnah, harapan untuk menyatukan cintaku dan cintanya telah hancur. Kepingan-kepingan memoriku bersamanya terus-menerus menghujam dikepalaku. Memori yang membuatku semakin hancur bila mengingatnya. Seluruh tinta emas yang mengisi lembaran kenanganku menjadi tak ada gunanya, aku hanya bisa mengenang keindahannya saja.

……………………………………………………………………..

Langit cerah siang hari, mengiringi pemakaman Dina, nampak burung-burung berkicau hinggap di dahan-dahan pepohonan sekitar area pemakaman umum. Semua pelayat mengenakan pakaian serba hitam, kontras dengan apa yang kugunakan. Justru aku mengenakan pakaian serba putih, ya putih adalah warna kesukaan Dina. Walaupun Dina tidak pernah memberitahuku, tapi dapat terlihat dari pakaian yang sering dia gunakan dan barang-barang yang ia miliki.

Aku hanya terdiam memandangi jasadnya yang mulai dikebumikan. Mengiringi kepergiannya, makhluk indah itu kini telah kembali ketempat asalnya di khayangan sana. Mungkinkah dia akan bercerita kepada teman-temannya disana tentang kehidupannya di bumi saat bersamaku.

Dina. Pertemuan kita dipenuhi dengan ketidak sengajaan, tapi kenapa perpisahan kita kau malah sengaja melakukannya. Andai kau tidak bersikeras meminta agar aku mengundangmu diacara wisuda, mungkin ini semua tak akan terjadi. Aku disini selalu mengenangmu Dina, saatku tatap langit cerah aku harap kau berikan senyum termanismu dari atas sana.

“ Dra “ ucap Vika memanggilku dari arah belakang.

“ Vik “ kuberbalik menghadapnya, memandangnya. Terlihat rona kesedihan pada wajahnya

“ Gw denger semua yang diucapkan Dina disaat terakhirnya. Seperti yang dia bilang kami adalah sahabat. Sabar ya Dra, gw juga sangat kehilangan musuh sekaligus sahabat buat gw “ ucap Vika memelukku, mencoba menenangkanku dari kesedihan tak berujung ini.

“ Vik “ kulepaskan pelukannya, kugenggam erat tangannya dan kutatap matanya dalam-dalam.

“ Jujur gw cinta sama kalian berdua. Gw juga cinta lo Vik, walaupun akhirnya gw memilih Dina tapi rasa cinta ini masih sama untuk kalian berdua “

“ Gw juga masih cinta sama lo Dra, gw harap lo bisa bangkit dari semua ini. Dan gw akan bantu lo untuk itu semua “ ucap Vika

“ Kota ini terlalu menyakitkan buat gw Vik, gw akan kembali ke kampung halaman gw untuk merangkai kepingan hati gw yang hancur. Setelah itu gw akan kembali lagi kesini dan menemui lo Vik. Saat itu tiba gw akan merealisasikan cinta kita berdua Vik. Tapi gw gk tau saat itu kapan akan tiba “

“ Dra, gw ngerti kok sama perasaan lo saat ini. Semoga saja gw bisa nunggu lo sampai kembali kesini “

“ Gw pastikan gw akan kembali lagi, walau waktunya gk bisa gw pastikan. Dan gw pastikan saat itu tiba hati gw masih tetap untuk lo. Jika lo saat itu lo masih sabar menunggu gw, maka kita jodoh. Tapi jika ada pria lain yang bisa masuk ke hati lo, gw iklhas kok “ ucapku

“ Mungkin saat ini cinta tak pernah memihak kepada kita, tapi saat nanti gw yakin cinta akan memihak pada kita. Semoga gw bisa menunggu lo “ ucap Vika.

Kulepaskan genggaman tanganku, lalu kupergi meninggalkannya beserta orang-orang yang datang menghadiri pemakaman Dina. Aku tak kuat terlalu lama berada di pemakaman Dina, rasanya begitu menyakitkan untukku. Dina, semoga kau tenang di alam sana.

Aku tak bisa tinggal di kota ini untuk beberapa saat. Kejadian yang kualami membuatku tak sanggup untuk menginjakkan kakiku disini. Maaf Vik, aku sudah memastikan perasaanku, dan aku pasti datang menemuimu nanti. Jodoh atau tidaknya kita kamu sendiri yang tentukan.

Bisa kau lihat luka menyala di mataku
Dan kau tahu betapa keras karang menghantam hatiku
Kau layak mendapat yang jauh lebih baik
Biar kugantikan tempatmu di alam sana
Dan aku takkan pernah mengecam
Semua takdirmu bagi hidupku

Aku tak bisa membuatmu bersedih
Aku tak bisa mendustaimu
Aku tak bisa mencegahmu
Ke tempat dimana kau berasal

Kau takkan pernah bertanya kenapa
Hatiku begitu tersamar
Aku tak bisa lagi berbohong
Lebih baik kulukai diriku sendiri
Daripada harus membuatmu pergi

Tak ada lagi yang perlu dikatakan selain selamat tinggal
Kau layak mendapat tempat terindah di khayangan
Aku tak yakin aku layak mendapatkan pengorbananmu
Kehilanganmu sangat menyakitkan bagiku


……………….............….................T..A..M..A..T ……………….............….................

3 komentar:

  1. Anjayy ko endingnya ga enak si..pokonya gw ga terimaa dina mati..harusnya dina nikah ama andra...kamprett admin sialann

    BalasHapus
  2. Bangkee...gara gara ini gw baca sampe pagi....good job...

    BalasHapus
  3. Seru banget cerita nya,sayang ending nya kurang romatisss.......🙈🙉🙉

    BalasHapus